Namanya cukup mendunia dalam jagad senjata anti tank, meski faktanya
yang jadi sasaran sebagaian justru bukan tank. Senjata panggul ini bisa
dikata punya kemasyhuran yang bisa disandingkan dengan granat
berpeluncur roket RPG (Rocket Propelled Grenade)-7. Inilah Carl Gustaf,
jenis
recoiless rifle yang namanya telah mendunia sejak tahun
1948. Lewat perubahan di empat varian, hingga kini Carl Gustaf masih
jadi andalan di banyak laga pertempuran, dan tak mau ketinggalan,
Indonesia pun telah lama menggunakan Carl Gustaf.
Prajurit TNI menggotong Carl Gustaf dalam Latgab ABRI tahun 1992.
Carl Gustaf M2.
Karena mulai masuk kedinasan di masa-masa keemasan konflik dunia,
kadar battle proven Carl Gustaf terbilang tinggi. Dalam rentang tahun
60-an dan 70-an, senjata besutan Saab Bofors Dynamics ini banyak berlaga
di medan tempur. Bahkan dalam babak pertama Perang Malvinas (Falklands
War), Carl Gustaf yang dipakai Marinir Inggris mampu membuat kerusakan
hebat pada kapal perang Argentina. Dengan konflik kekinian yang terjadi
di Afghanistan, Irak, Libya, dan Suriah, nama Carl Gustaf dijamin selalu
eksis ditengah dentuman ledakan. Indonesia disebut-sebut telah
mengoperasikan Carl Gustaf sejak tahun 60-an, namun belum diketahui
apakah Carl Gustaf pernah dijajal dalam operasi militer di Tanah Air.
Dirunut dari klasifikasinya, Carl Gustaf masuk sebagai senjata anti
tank yang reusable, artinya senjata ini dapat dipakai beriulang-ulang,
alias pelontar dapat diisi ulang dengan peluru/proyektil. Varian
pertamanya adalah M1 dibuat tahun 1948. Model pertama (M1) terbuat dari
baja, sehingga beratnya mencapai 16,35 kg. Di tahun tersebut, belum
ditemukan material komposit. Kemudian di tahun 1964 munculah model kedua
(M2). Varian ini tampil lebih ringan dengan bobot 14,2 kg. Pengurangan
bobot ini berkat adopsi material aluminium alloys dan plastik. Mengikuti
tren pasar yang menyuguhkan bobot senjata lebih ringan.
Carl Gustav M2.
Ragam amunisi Carl Gustaf.
Saab di tahun 1991 merilis model ketiga (M3) yang punya bobot 9,5 kg.
Model M3 lebih ringan berkat penggunaan komponen polymer dan
fiberglass. Dan model yang paling baru adalah M4, punya bobot sekitar 7
kg. Di model M4 komponen yang digunakan adalah karbon fiber dan
titanium. Update antar model tentu tak sekedar pada efek pengurangan
bobot, tapi juga mencakup hal teknis, seperti sistem bidik dan nilai
ergonomis.
Bersama dengan rudal FGM-148 Javelin, Carl Gustaf M2 juga beraksi menghajar alien di film “War of The World.”
Carl Gustaf di Indonesia
Lars Nielsen, Head of Saab Indonesia pernah menyebut,”Carl Gustaf sudah
digunakan Indonesia sejak tahun 60-an, namun senjata tersebut bukan di
datangkan langsung dari Swedia.” Dan, sampai saat ini belum diketahui
jelas asal Carl Gustaf yang dibeli oleh Indonesia, meski yang digunakan
tetap buatan Swedia. Sebagai senjata kondang, Carl Gustaf memang menarik
perusahaan lain untuk mengambil lisensinya. Seperti Howa dari Sumitomo
Group, Jepang telah malansir produksi M2. Kemudian India lewat OFB
(Ordnance Factory Board) juga membeli hak produksinya.
Debut Carl Gustaf terlihat nyata dalam Latigan Gabungan TNI (d/h
ABRI) tahun 1992 di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur. Saat itu
Carl Gustaf tampak digunakan oleh pasukan BTP (Batalyon Tim Pendarat)
Marinir TNI AL. Untuk model yang dipakai Indonesia juga masih belum bisa
dipastikan, namun melihat dari tahun kedatangannya di era 60-an, maka
besar kemungkinan yang diadopsi TNI adalah varian M2. Kebetulan M2 juga
dipasok untuk militer Thailand, Singapura, dan Malaysia.
Yang unik dari Carl Gustaf adalah untuk urusan amunisi, Carl Gustaf
model paling tua pun (M1) tetap dapat melontarkan hulu ledak generasi
terkini yang dibuat untuk model M4 paling mutakhir. Secara umum, tipikal
amunisi Carl Guatav dibagi kedalam tiga fungsi, yakni penghancur tank
dan kendaraan lapis baja, anti personel, dan penghancuran sasaran di
balik perkuatan.
Carl Gustaf M3.
Carl-Gustav M3.
Carl Gustav M3
Dari sejarahnya, Carl Gustaf dirancang oleh Hugo Abramson dan Harald
Jensen. Mereka memilih propelen mesiu dengan kaliber 84 mm, atau setara
kaliber meriam. Untuk menstabilkan proyektil, digunakan laras beralur.
Dengan laras beralur, kecepatan least proyektil bisa mencapai 290 meter
per detik untuk jarak 400 pada sasaran bergerak. Atau bisa mencapai
jarak 700 – 1.000 meter untuk sasaran statis. Dalam operasional Carl
Gustaf dioperasikan oleh dua awak, yakni gunner dan loader amunisi.
Teorinya satu menit, senjata ini dapat melepaskan enam proyektil.
Pengisian amunisi.
Di lingkup TNI, adopsi senjata jenis ini masuk dalam operasional unit
infanteri. Situs Wikipedia.com menyebut Carl Gustaf digunakan oleh
Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL dan Kopassus (Komando Pasukan
Khusus) TNI AD. Belum jelas kedepan apakah TNI akan mengadopsi Carl
Gustaf M4 yang dilengkapi intelligent sight, mengingat saat ini
infanteri TNI AD sudah menggunakan rudal panggul anti tank yang juga
buatan Saab, yaitu NLAW.
(Gilang Perdana)Spesifikasi Carl Gustaf M2
– Tahun produksi: 1965
– Kaliber: 84 x 246 mm
– Panjang laras: 113 cm
– Bobot kosong tanpa teleskop: 14,2 kg
– Bobot total: 18,5 kg
– Pembidik: Telescopic, Luminous and Open
– Amunisi: HE, HEAT, HEAT-T, TP w/o Trace, dan TPT
– Jarak tembak: 500 – 700 meter
– Kecepatan luncur proyektil: 290 meter per detik