Minggu, 22 November 2015

Pertahanan Militer di Pulau Morotai Ditingkatkan

  Pesawat Sukhoi TNI AU terbang rendah melintasi dermaga kota Daruba, Pulau Morotai, Kamis (12/11/15) (Antara)
Pesawat Sukhoi TNI AU terbang rendah melintasi dermaga kota Daruba, Pulau Morotai, Kamis (12/11/15) (Antara)

Pulau Morotai atau Moroda’i dalam dialek bahasa setempat, sangat strategis dari sisi pertahanan dan militer. Bahkan Jenderal Douglas MacArthur, Panglima Sekutu di Pasifik, menjadikan Pulau Morotai sebagai pijakan penting dalam Perang Pasifik menghadapi Jepang.

Untuk itulah maka status Pulau Morotai dari sisi pertahanan dan militer Indonesia akan ditingkatkan. Wacana ini telah lama sebetulnya digaungkan.

Cuma di Pulau Morotai saja –sebagai misal– terdapat Pangkalan TNI AU Morotai dengan tujuh landas pacu paralel yang sebetulnya masih bisa dipakai.

Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menyatakan hal itu. Akan ditingkatkan, baik pangkalan TNI AU-nya ataupun pangkalan TNI AL-nya.

Dengan memakai infrastruktur fisik sama juga, Bandar Udara TNI AU Leo Wattimena juga dioperasikan otoritas penerbangan sipil.


Di Pulau Morotai juga kini tengah digelar latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI.

Latihan PPRC di Morotai
Latihan PPRC di Morotai

Pulau Morotai merupakan salah satu pulau terbesar di Maluku Utara. Di pulau yang secara administratif kabupaten pecahan dari Kabupaten Halmahera Utara tersebut banyak terdapat tempat-tempat bersejarah peninggalan Perang Dunia (PD) II.

Pulau Morotai menjadi lapangan terbang bagi Jepang selama PD II. Pulau ini kemudian diambil alih Amerika Serikat (AS) pada September 1944 dan digunakan landasan serangan pasukan Sekutu ke Filipina dan Borneo timur pada Mei dan Juni tahun pada awal 1945.

Latihan Penerjunan PPRC di Morotai
Latihan Penerjunan PPRC di Morotai

Pulau Morotai merupakan basis serangan ke Jawa pada Oktober 1945 yang ditunda setelah menyerahan Jepang pada bulan Agustus.

“Menurut penduduk setempat, Morotai berasal dari kata Morotia yang artinya tempat tinggal orang-orang moro. Orang moro adalah manusia misterius atau orang hilang (moksa) yang sulit dilihat dengan mata biasa, namun memiliki kebudayaan sebagai kelompok manusia biasa,” demikian dilansir situs web resmi Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai.

Merahputih.com

Kamis, 19 November 2015

China Borong Jet Tempur Rusia, Indonesia Menyusul

China Borong Jet Tempur Rusia, Indonesia Menyusul
Pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 buatan Rusia yang tengah pamer kemampuan di pameran dirgantara Paris Air Show. (REUTERS/Pascal Rossignol)
China sepakat memborong 24 jet tempur terbaru yang diproduksi Rusia.
Sebuah perusahaan industri Rusia mengabarkan pada Reuters, Kamis, 19 November 2015, kesepakatan pembelian pesawat tempur ini membuat China menjadi negara asing pertama yang membeli Su-35.
Tapi rupanya, Indonesia juga menyatakan ketertarikan memborong jet tempur terbaru buatan Rusia.


Dikutip dari Sputniknews.com, perusahaan negara Rusia dalam urusan teknologi, Rostec, membenarkan kesepakatan tersebut.
"Sebuah negosiasi yang panjang dalam proses pengiriman Su-35 kepada China akhirnya selesai. Kami telah menandatangani kontrak," kata Kepala Rostec, Sergey Chemezov, seperti dikutip oleh harian Russian Kommersant, pada Kamis, 19 November 2015. Jet tempur Su-35 (NATO melaporkannya dengan nama Flanker-E) adalah jenis terbaru dan pengembangan dari jet tempur Su-27. Jet ini baru diperkenalkan pada publik saat Paris Air Show tahun 2013.

Menurut Sputnik, Indonesia, Brasil dan Emirat Arab adalah negara-negara yang juga tertarik untuk membeli jet tempur tersebut.

Pada Rabu, 18 November 2015, duta besar Indonesia untuk Rusia, Djauhari Oratmangun, mengatakan Join Komisi Rusia Indonesia dalam urusan kerja sama teknik militer akan segera memproses rencana pembelian Su-35 akhir November ini di Jakarta.

Viva. 

DSME dan DCNS Berkompetisi Menangkan Proyek Overhaul KRI Cakra 401

11610976fb4

Saat kapal selam Changbogo Class pertama tiba di Indonesia pada awal tahun 2017, maka kapal selam Type 209/1300 TNI AL telah memasuki usia 36 tahun pengabdian, maklum duo KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala resmi diserahterimakan ke Indonesia pada tahun 1981. Dengan usia Cakra Class yang kian menua, tak lantas kedua kapal selam ini akan dipensiunkan. Secara platform, Type 209/1300 masih serviceable, ditambah kedua kapal sudah pernah dilakukan repowering dan upgrade sistem elektronik.

KRI Cakra dalam sebuah defile
KRI Cakra dalam sebuah defile

KRI Cakra di Dermaga Ujung, Surabaya
KRI Cakra di Dermaga Ujung, Surabaya

Dibalik itu, Korps Hiu Kencana juga masih mengharapkan jumlah ideal 12 unit armada kapal selam. Bila pesanan Changbogo Class komplit pun, jumlah total kasel TNI AL baru mencapai jumlah lima unit. Yang dari segi kuantitas masih tertinggal dari Singapura dan Australia. Selain Cakra Class, TNI AL juga masih akan terus mempertahankan alutsista yang didatangkan pada awal 80-an. Diantara yang seumuran kasel Cakra Class ada frigat Fatahillah Class dan KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class.

Tekait MEF III
Pengadaan kapal perang, khususnya kapal selam jelas membutuhkan waktu deal kontrak yang tak sebentar. Belum lagi adanya kewajiban ToT (Transfer of Technology) bila si kapal dibeli dalam kondisi baru. Setelah kontrak pembelian disetujui, proses pembangunan kasel juga tak sebentar, rata-rata lewat dari 12 bulan, apalagi komponen kasel banyak dipasok dari negara lain sebagai pihak ketiga.

Tahap pemasangan torpedo SUT
Tahap pemasangan torpedo SUT

Hingga kini Indonesia telah memasuki fase Minimum Essential Force (MEF) II untuk periode tahun 2015 – 2019. Kemudian berlanjut ke MEF III di periode tahun 2020 – 2024. Pemenuhan kuantitas kasel 12 unit boleh jadi baru akan terealisasi pada MEF III, dan itu pun rasanya berat jika harus melepas postur dua unit kasel Cakra Class saat ini.

Dan melihat peluang operasional Cakra Class yang masih panjang, mendorong galangan kapal asing yang berkompeten dalam penguasaan teknologi kasel untuk menawarkan proposal paket maintenance, repair dan overhaul (MRO). Dikutip dari Janes.com (15/11/2015), mengutip sumber dari TNI AL, ada proposal yang masuk secara terpisah, yakni dari Daewoo Shipbuilding dan Marine Engineering (DSME), Korea Selatan dan DCNS, galangan kapal asal Perancis. DSME jelas bukan nama asing lagi, inilah galangan yang membangun produksi Changbogo Class. Ditambah DSME adalah galangan yang mengerjakan proyek repowering KRI Nanggala 402 pada tahun 2012 silam. Sebaliknya DCNS, belum lama ini baru saja menawarkan proyek kasel Scorpene Class 1000 ke Indonesia.

sumb4_big

Lebih lanjut isi proposal dalam proyek MRO mencakup pengaturan dan pembagian tugas yang dilakukan bersama mitra lokal, yakni PT PAL untuk skema ToT. Disebutkan proposal MRO ini bernilai US$40 juta untuk modernisasi KRI Cakra 401 agar dapat terus beroperasi maksimal hingga tahun 2024. Pada Januari 2014, pihak PT PAL memang pernah menyebut jika KRI Cakra 401 sudah dijadwalkan untuk menjalani MRO.

Menanggapi berita ini, baik pihak DSME dan DCNS menolak untuk memberi komentar lebih jauh. “Memang ada sebuah kompetisi dalam proyek ini, namun untuk alasan komersial dan klausul kerahasiaan, kami tidak bisa memberi komentar,” ujar juru bicara DCNS. Proyek MRO cukup strategis, nantinya mencakup perbaikan mesin, instalasi perangkat elektronik baru, penggantian tiang periskop, dan upgrade CMS (Combat Management System) baru.

KRI Cakra 401 sebagai flagship kasel TNI AL, di tahun 2004 sudah pernah dilakukan proses repowering di galangan DSME. Setelah perbaikan, kondisi kapal dapat mencapai 80-90%. Ini dapat dibuktikan dengan telah diujinya atau istilahnya NDD (Normal Diving Deapth) untuk mengetahui batas kedalamnya. Kemudiaan di tahun 2006, kRI Cakra 401 berangkat lagi ke Korea Selatan, saat itu untuk proses instalasi radar baru, sonar, dan sistem tempur. Nilai proyek pada tahun 2006 tersebut disebut mencapai US$60 juta.

KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 mulai dibangun sejak tahun 1977 oleh galangan Howaldtswerke di kota Kiel, Jerman. Dan kedua kapal dengan bobot 1.395 ton ini resmi masuk arsenal TNI AL pada tahun 1981. (Haryo Adjie)
 

Pesawat Tempur KFX/IFX Nantinya Tidak Sepenuhnya Siluman

  033b5-kfx_heraldcorp

Pejabat Lockheed Martin akan mengunjungi Korea pekan ini untuk membahas transfer teknologi yang diperlukan proyek KF-X di negara itu.

Pejabat Lockheed Martin akan mengunjungi Defense Acquisition Program Administration (Dapa) pekan ini, “kata juru bicara Kolonel Kim Si-cheol, Selasa.” Pejabat perusahaan dan Dapa akan melihat kemajuan transfer 21 teknologi ke Korea. ”

Kim , menunjukkan bahwa transfer 21 teknologi, memang diatur dalam kesepakatan transfer, termasuk sistem kontrol penerbangan.

Kim menyatakan kewajiban kontrak untuk Lockheed Martin adalah mentransfer teknologi senilai $ 1.4 milyar, meskipun Lockheed Martin mengubah jenis transfer yang seharusnya diserahkan ke Korea (dari 25 hanya 21 yang diserahkan). Nilai kontrak yang dibayarkan Korea sesuai jumlah yang telah disepakati.


Proyek KF-X, merupakan pengembangan jet tempur generasi 4.5 pada tahun 2025 untuk menggantikan armada jet tempur F-4 dan F-5 Korea yang sudah tua, menghadapi kemunduran besar pada bulan April setelah pemerintah AS menolak untuk mengizinkan Lockheed untuk mentransfer empat teknologi inti yang terkait dengan F-35, termasuk radar AESA, ke Korea dengan alasan keamanan.

Di tengah meningkatnya kritik pada saat itu, Menteri Dapa Chang Myoung-jin mengatakan bahwa pemerintah AS berjanji untuk menyetujui ekspor sisa 21 teknologi.

Transfer 25 teknologi, termasuk empat yang dilarang, adalah kesepakatan yang diimbangi dengan pembelian 40 pesawat siluman F-35 oleh Korea Selatan.

Kim menambahkan bahwa KF-X tidak akan memiliki fungsi sepenuhnya sebagai pesawat siluman, tetapi hanya berteknologi mengurangi jejak radar cross section (RCS).

koreatimes

(News Update) Akhir November, Rusia-Indonesia Bahas Pembelian Su-35

  SU-35 (© Sputnik/ Grigoriy Sisoev)

Komisi gabungan kerjasama militer-teknis Rusia-Indonesia akan membahas pembelian Sukhoi Su-35 di Jakarta pada akhir November mendatang. Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Rusia Djauhari Oratmangun.

Pernyataan Djauhari ini muncul setelah adanya pernyataan dari Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu. Ryamizard mengatakan, pemerintah Indonesia akan membeli Su-35 untuk menggantikan F-5 Tiger. Pernyataan Djauhari juga datang beberapa hari setelah kepala Kerjasama Departemen Internasional Rusia Rostec, Viktor Kladov menuturkan bahwa Indonesia telah memutuskan untuk membeli Su-35 dan dalam waktu dekat Indonesia dan Rusia akan membahas mengenai pembangunan pusat layanan di Indonesia.


“Ini adalah pertanda baik, setelah perjanjian nyata akan muncul. Pada akhir November, pertemuan teknis dari komisi bersama kerjasama militer-teknis akan diselenggarakan, dan masalah ini akan menjadi salah satu topik utama,” ucap Djauhari, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (18/11).

Namun, di kesempatan yang sama, Djauhari juga mengatakan, sejauh ini tender untuk pembelian salah satu pesawat tercanggih di dunia ini belum diumumkan oleh pemerintah Indonesia. SU-35 atau yang disebut oleh NATO sebagai Flanker-E adalah generasi terbaru Sukhoi, dan merupakan pengembangan dari Su-27. Jet tempur ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2013 lalu, tepatnya pada pagelaran Paris Air Show.

Sindonews

Carl Gustaf M2: Sudah Eksis di Indonesia Sejak Era 60-an

Carl-Gustav-M2-1

Namanya cukup mendunia dalam jagad senjata anti tank, meski faktanya yang jadi sasaran sebagaian justru bukan tank. Senjata panggul ini bisa dikata punya kemasyhuran yang bisa disandingkan dengan granat berpeluncur roket RPG (Rocket Propelled Grenade)-7. Inilah Carl Gustaf, jenis recoiless rifle yang namanya telah mendunia sejak tahun 1948. Lewat perubahan di empat varian, hingga kini Carl Gustaf masih jadi andalan di banyak laga pertempuran, dan tak mau ketinggalan, Indonesia pun telah lama menggunakan Carl Gustaf.


Prajurit TNI menggotong Carl Gustaf dalam Latgab ABRI tahun 1992.
Prajurit TNI menggotong Carl Gustaf dalam Latgab ABRI tahun 1992.

Carl Gustaf M2.
Carl Gustaf M2.

Karena mulai masuk kedinasan di masa-masa keemasan konflik dunia, kadar battle proven Carl Gustaf terbilang tinggi. Dalam rentang tahun 60-an dan 70-an, senjata besutan Saab Bofors Dynamics ini banyak berlaga di medan tempur. Bahkan dalam babak pertama Perang Malvinas (Falklands War), Carl Gustaf yang dipakai Marinir Inggris mampu membuat kerusakan hebat pada kapal perang Argentina. Dengan konflik kekinian yang terjadi di Afghanistan, Irak, Libya, dan Suriah, nama Carl Gustaf dijamin selalu eksis ditengah dentuman ledakan. Indonesia disebut-sebut telah mengoperasikan Carl Gustaf sejak tahun 60-an, namun belum diketahui apakah Carl Gustaf pernah dijajal dalam operasi militer di Tanah Air.

Dirunut dari klasifikasinya, Carl Gustaf masuk sebagai senjata anti tank yang reusable, artinya senjata ini dapat dipakai beriulang-ulang, alias pelontar dapat diisi ulang dengan peluru/proyektil. Varian pertamanya adalah M1 dibuat tahun 1948. Model pertama (M1) terbuat dari baja, sehingga beratnya mencapai 16,35 kg. Di tahun tersebut, belum ditemukan material komposit. Kemudian di tahun 1964 munculah model kedua (M2). Varian ini tampil lebih ringan dengan bobot 14,2 kg. Pengurangan bobot ini berkat adopsi material aluminium alloys dan plastik. Mengikuti tren pasar yang menyuguhkan bobot senjata lebih ringan.

Carl Gustav M2.
Carl Gustav M2.

Ragam amunisi Carl Gustaf.
Ragam amunisi Carl Gustaf.

Saab di tahun 1991 merilis model ketiga (M3) yang punya bobot 9,5 kg. Model M3 lebih ringan berkat penggunaan komponen polymer dan fiberglass. Dan model yang paling baru adalah M4, punya bobot sekitar 7 kg. Di model M4 komponen yang digunakan adalah karbon fiber dan titanium. Update antar model tentu tak sekedar pada efek pengurangan bobot, tapi juga mencakup hal teknis, seperti sistem bidik dan nilai ergonomis.

Bersama dengan rudal Javelin, Carl Gustaf M2 juga beraksi menghajar alien di film "War of The World."
Bersama dengan rudal FGM-148 Javelin, Carl Gustaf M2 juga beraksi menghajar alien di film “War of The World.”

Carl Gustaf di Indonesia
Lars Nielsen, Head of Saab Indonesia pernah menyebut,”Carl Gustaf sudah digunakan Indonesia sejak tahun 60-an, namun senjata tersebut bukan di datangkan langsung dari Swedia.” Dan, sampai saat ini belum diketahui jelas asal Carl Gustaf yang dibeli oleh Indonesia, meski yang digunakan tetap buatan Swedia. Sebagai senjata kondang, Carl Gustaf memang menarik perusahaan lain untuk mengambil lisensinya. Seperti Howa dari Sumitomo Group, Jepang telah malansir produksi M2. Kemudian India lewat OFB (Ordnance Factory Board) juga membeli hak produksinya.

nerima_soubi_84mmrlrhD1rk0k

Debut Carl Gustaf terlihat nyata dalam Latigan Gabungan TNI (d/h ABRI) tahun 1992 di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur. Saat itu Carl Gustaf tampak digunakan oleh pasukan BTP (Batalyon Tim Pendarat) Marinir TNI AL. Untuk model yang dipakai Indonesia juga masih belum bisa dipastikan, namun melihat dari tahun kedatangannya di era 60-an, maka besar kemungkinan yang diadopsi TNI adalah varian M2. Kebetulan M2 juga dipasok untuk militer Thailand, Singapura, dan Malaysia.

Yang unik dari Carl Gustaf adalah untuk urusan amunisi, Carl Gustaf model paling tua pun (M1) tetap dapat melontarkan hulu ledak generasi terkini yang dibuat untuk model M4 paling mutakhir. Secara umum, tipikal amunisi Carl Guatav dibagi kedalam tiga fungsi, yakni penghancur tank dan kendaraan lapis baja, anti personel, dan penghancuran sasaran di balik perkuatan.

Carl Gustaf M3.
Carl Gustaf M3.

Carl-Gustav M3.
Carl-Gustav M3.

Carl Gustav M3
Carl Gustav M3

Dari sejarahnya, Carl Gustaf dirancang oleh Hugo Abramson dan Harald Jensen. Mereka memilih propelen mesiu dengan kaliber 84 mm, atau setara kaliber meriam. Untuk menstabilkan proyektil, digunakan laras beralur. Dengan laras beralur, kecepatan least proyektil bisa mencapai 290 meter per detik untuk jarak 400 pada sasaran bergerak. Atau bisa mencapai jarak 700 – 1.000 meter untuk sasaran statis. Dalam operasional Carl Gustaf dioperasikan oleh dua awak, yakni gunner dan loader amunisi. Teorinya satu menit, senjata ini dapat melepaskan enam proyektil.

Pengisian amunisi.
Pengisian amunisi.

Di lingkup TNI, adopsi senjata jenis ini masuk dalam operasional unit infanteri. Situs Wikipedia.com menyebut Carl Gustaf digunakan oleh Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL dan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD. Belum jelas kedepan apakah TNI akan mengadopsi Carl Gustaf M4 yang dilengkapi intelligent sight, mengingat saat ini infanteri TNI AD sudah menggunakan rudal panggul anti tank yang juga buatan Saab, yaitu NLAW. (Gilang Perdana)


Spesifikasi Carl Gustaf M2
– Tahun produksi: 1965
– Kaliber: 84 x 246 mm
– Panjang laras: 113 cm
– Bobot kosong tanpa teleskop: 14,2 kg
– Bobot total: 18,5 kg
– Pembidik: Telescopic, Luminous and Open
– Amunisi: HE, HEAT, HEAT-T, TP w/o Trace, dan TPT
– Jarak tembak: 500 – 700 meter
– Kecepatan luncur proyektil: 290 meter per detik
 

Ada Kapal Perang AS di Bali

  Kapal perang AS
Kapal perang AS

Lagi-lagi kapal perang milik Amerika Serikat (AS) bersandar di Bali. Kali ini kapal perang AS tipe Dock Landing Ship United States Navy (US Navy) USS Rushmore (LSD 47) berkunjung dan lego jangkar di perairan Nusa Dua dan Pelabuhan Benoa, Bali.

Danlanal Bali Kolonel Laut (P) Bambang Trijanto mengatakan, sedikitnya 80 personel pangkalan TNI AL (Lanal) Bali Lantamal V melaksanakan pengamanan terhadap kapal perang milik US Navy tersebut selama kunjungan di Bali.

Bambang mengimbuhkan, kapal perang US Navy dengan Homeport Naval Base San Diego itu dikomandani CDR T Stephens. Kapal tersebut memiliki spesifikasi panjang 186,4 meter, lebar 21,1 meter, dan bobot sekira 16.325 ton. Kapal ini dilengkapi peralatan canggih, salah satunya persenjataan.

“Kapal itu dilengkapi senjata Meriam 2×25 mm Mk 38 Mod 2, Phalanx CIWS 2×2 20 mm, Rolling Airframe Missile, dan senapan mesin 6×0,50 kaliber M2HB. Mereka tiba di Bali sebenarnya sudah sejak Senin 16 November 2015 pada pukul 09.00 Wita,” terangnya di Denpasar, Rabu (18/11/2015).


Tidak hanya itu, masih ada juga senjata antikapal selam, dua helikopter landing spots, dan dilengkapi dua mesin penggerak pokok dengan kecepatan 20 knots, jumlah ABK dalam kurang lebih 800 orang, terdiri dari 35 officers, 356 enlisted, dan 405 US marines.

Kapal perang milik AS datang ke Bali dalam rangka kunjungan wisata (portvisit). Tidak kurang dari 80 personel Lanal Denpasar dikerahkan untuk melaksanakan pengamanan kunjungan kapal dari US Navy tersebut di Pelabuhan Benoa, Bali.

“Selama empat hari mereka singgah di Bali mulai 16 hingga 20 November 2015. Para awak kapal akan melaksanakan kunjungan ke beberapa tempat wisata di Pulau Bali ini,” katanya.

Selama kapal perang AS tersebut berada di perairan Nusa Dua, Bali, kapal tersebut berada dalam pengamanan TNI AL (Lanal Bali) yang mengerahkan satu KRI yaitu KRI Pulau Raas – 722 dan KRI Pari-849 serta satu combat boat catamaran dan 80 personel Pam Darat.