Sabtu, 14 November 2015

PF-98 Queen Bee 120mm: Generasi Roket Anti Tank Terbaru TNI AD

PF98_recoilless_rifle_1

Segmen senjata anti tank punya tempat tersendiri dalam kelompok senjata bantu infanteri. Dibuktikan dengan keragaman jenis senjata anti tank yang dimiliki infanteri TNI AD, mulai dari jenis roket C90-CR, Armburst, dan LRAC 89. Kemudian ada jenis rudal NLAW dan FGM-148 Javelin. Sementara dari segi fungsionalitas, senjata anti tank dapat dipiliah berdasarkan tipe peluncur, ada yang disposable, alias sekali pakai buang, dan peluncur reusable, artinya tabung peluncur dapat digunakan berulang-ulang.

4f7866c7703e7653PF-98_120_mm_Anti-Tankd800px-Chinese_PF98_120_mm_rocket_launcher

Nah, untuk segmen senjata anti tank dengan peluncur reusable, infanteri TNI AD kini punya alutsista baru yang berasal dari Cina. Yakni (Type 98) PF-98 Queen Been, jenis roket anti tank yang dapat disiapkan untuk menghancurkan aneka target dengan varian hulu ledak. Dari segi operasional, PF-98 Queen Bee sekilas mirip dengan LRAC 89 yang telah digunakan TNI AD sejak awal tahun 80-an. Mungkin karena usia LRAC (Lance Roquette Antichar/Peluncur Roket Anti Tank) 89 sudah tak muda lagi, maka hadirnya PF-98 Queen Been buatan manufaktur Norinco.

PF-98 juga dapat ditembakan dengan cara dipanggul.
PF-98 juga dapat ditembakan dengan cara dipanggul.

Salah satu pose duduk sembari memanggul.
Salah satu pose duduk sembari memanggul.

Sebagai senjata anti tank yang reusable, tabung peluncur PF-98 terbuat dari bahan fiberglass padat dengan bobot dibawah 10 kg. Resminya PF-98 ditawarkan dalam dua varian, company dan batalion, kedua varian ini sama-sama dilengkapi fasilitas night vision. Waktu reaksi yang dibutuhkan sejak target terbidik adalah 10 detik. Pada PF-98 varian batalion, fire control dilengkapi optical sight dengan fitur night vision dengan jangkauan bidik hingga 500 meter. Pemindaiain target dilakukan berdasarkan sinergi dari fire control computer, laser range finder, dan LED display. Sistem di PF-98 dapat secara otomatis mementukan jarak dan perhitungan balistik yang kesemuanya dapat ditampikan dalam LED display. Segala kecanggihan ini membuat reaksi penembakan dapat dipercepat, sementara target dapat dihantam dengan tingkat akurasi tinggi.

Proses loading amunisi.
Proses loading amunisi.

Siap ditembakkan.
Siap ditembakkan.

Dan roket pun telah lepas dari tabung peluncur.
Dan roket pun telah lepas dari tabung peluncur.

PF-98 Queen Bee yang diopersikan antara 1 – 2 awak ini dilengkapi lensa bidik teleskopik optical sight dengan pembesaran 4x. Dengan dukungan tripod, varian batalion dapat meluncurkan roket pada ketinggian 30 derajat hingga -6 derajat. Sementara sudut putarnya dapat di set 360 derajat.

Bagaimana dengan kemampuan hulu ledaknya? PF-98 Queen Bee dengan kaliber 120 mm dapat melontarkan proyektil dengan hulu ledak HET (High Explosive Anti Tank) dan tandem HET dengan pemicu elektronik. Tandem HET digadang Norinco dapat menembus triple armour berstandar NATO dengan ERA (Explosive Reactive Armour). Dengan kemampuan hulu ledak ini, diyakni segala jenis ranpur lapis baja ringan dan sedang dapat dilumat habis.

bazooka3Queen_Bee_141112_05

Jenis amunisi lainnya ada thermobaric, ini merupakan bahan peledak yang memanfaatkan udara sebagai bahan bakarnya. Sehingga jika thermobaric terbakar/meledak di area yang banyak udara (O2), maka daya ledaknya pun semakin membesar. Thermobaric diciptakan untuk merusak struktur, bunker, dan pastinya menjadi momok yang menakutkan bagi pasukan infanteri. Ada lagi jenis amunisi multipurpose high explosive yang memuat hulu ledak berisi 120 bola baja dan bahan pembakar. Selain mampu merobek pertahana infanteri, amunisi ini juga mampu menembus lapisan baja 400 mm pada sudut tembakan 55 derajat.

PF-98,anti-tank-rocket,China-anti-tank-rocket-742816

Dilihat dari cara pengoperasiannya, PF-98 Queen Bee dapat menjelma sebagai senjata anti tank yang dipanggu di pundak. Namun agar lebih stabil, senjata ini dapat pula dipasang pada tripod. Jarak tembak maksimum senjata ini ada di rentang 1.800 – 2.000 meter.

Dirunut dari sejarahnya, PF-98 diciptakan sebagai pengembangan dari senjata anti tank Type 78 pada tahun 1990. Keberadaan PF-98 pertama kali terlihat saat digunakan oleh unit garnisun pasukan Cina yang bertugas di Macao pada tahun 1999. Dikutip dari Wikipedia.com, selain Cina dan Indonesia, PF-98 Queen Bee juga digunakan oleh negara-negara berkocek pas-pasan, yakni Bangladesh dan Zimbabwe. (Gilang Perdana)

Spesifikasi PF-98 Queen Bee
– Tipe: Roket anti tank
– Manufaktur: Norinco
– Panjang: 1.191 mm
– Kaliber: 120 mm
– Sudut elevasi: 30 sampai -6 derajat
– Kecepatan tembak: 4-6 proyektil per menit
– Jarak tembak max: 800 meter (amunisi HEAT) dan 1.800 meter (amunisi HE)
 

Jammer Anti IED: Teknologi Penetralisir Peledak Berpemicu Frekuensi dari PT Inti dan Dislitbangal

1744-1

IED (Improvised Explosive Device) kian menjadi momok menakutkan bagi laju pasukan infanteri dan kavaleri. Ambil contoh, ribuan pasukan AS dan koalisinya tewas di laga Irak dan Afghanistan dikarenakan tebaran IED, meski tak sedikit pula infanteri yang meregang nyawa akibat tembakan sniper. Popularitas IED kemudian mendorong hadirnya ranpur berkualifikasi Mine-Resistant Ambush Protected (MRAP). Jenis ranpur yang juga tak asing digunakan Korps Baret Merah Kopassus TNI AD.

backpack_jammerHawkAI-Netline-650

Sebelum masuk ke bahasan tentang jammer anti IED, terlebih dulu perlu diingat bahwa IED adalah peledak kecil yang ditambahi beberapa komponen agar ledakannya bisa lebih terarah dan mematikan. Di dalamnya, ditambahi sebuah ponsel murah, kabel-kabel, sekering, baterai (tipe AA atau 9 volt), selotip listrik, dan sebuah thyristor. Semua komponen ini dirangkai sedemikian rupa dengan memanfaatkan mekanisme kerja getaran ponsel. Dari getaran ponsel ketika dilakukan panggilan inilah nantinya komponen listrik yang telah dirangkai terhubung dan mampu meledak sesaat setelahnya.

74bravotvh

Karena membutuhkan ponsel lain untuk menghidupkannya, maka IED mampu dikendalikan dari jarak jauh. Hanya dibutuhkan sinyal dan jaringan yang bagus untuk mengaktifkannya. Dengan sekali panggilan, maka IED pun langsung meledak.Karena murah dan mudah dirakit, IED populer saat Amerika Serikat melakukan invasi ke Irak dan Afganistan. Para gerilyawan biasanya membuat IED untuk menghadang laju serangan pasukan darat AS.Hanya saja, tingkat kerusakan yang dihasilkan IED tidak separah bom kelas C4. Oleh karenanya, IED seringkali dipasang dalam sebuah mobil atau benda lain untuk meningkatkan efek dari kehancuran yang ditimbulkan.

Meski kebanyakan IED diledakan dengan trigger sinyal ponsel, namun sejatinya IED dapat diledakan lewat frekuensi radio, Bluetooth, dan Infrared. Nah, berangkat dari kasus diatas, munculah teknologi jammer anti IED. Di medan tempur seperti Irak dan Afghanistan, keberadaan jammer anti IED sudah lumrah dalam tiap operasi rutin.

Beginilah efek ledakan dari IED.
Beginilah efek ledakan dari IED.

Wujudnya bisa dalam model vehicle mounting jammer atau model backpack jammer. Fungsi keduanya sama, yakni mengacaukan frekuensi radio di area sasaran. Yang membedakan lebih kepada coverage jammer, vehicle mounting dengan dukungan power supply lebih besar bisa menjangkau area lebih luas. Sementara backpack jammer lebih fleksibel dengan tas ransel, ideal digunakan oleh unit infanteri.

Jammer Anti IED dari Dislitbangal – PT Inti
Meski pasukan TNI belum menghadapi ancaman langsung dari IED, namun Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal) TNI AL dan BUMN PT Inti (Industri Telekomunikasi Indonesia) sudah berhasil mengembangkan prototipe jammer anti IED dalam model backpack. Karena dikembangkan oleh Dislitbangal, besar kemungkinan proyeksi alat ini untuk kebutuhan pasukan marinir kedepan. Sementara peran PT Inti sebagai pendukung sistem elektronik dan teknologi dari jammer anti IED tersebut.

Inilah anti jammer IED yang dikembangkan Dislitbangal dan PT Inti.
Inilah anti jammer IED yang dikembangkan Dislitbangal dan PT Inti.

Pasukan AS sedang mempersiapkan jammer anti IED.
Pasukan AS sedang mempersiapkan jammer anti IED.

“Jangkauan jammer anti IED yang kami kembangkan bisa mencapai radius satu kilometer. Perangkat ini juga dapat menjalankan jamming multi frekuensi, mulai dari frekuensi CDMA, PCS, WCDMA, GSM 1800/1900, WiFi 2.4Ghz, Bluetooth, dan GPS,” ujar Yudi Limbar Yasik, Kepala Divisi (EGM) Corporate Planning PT Inti. Soal jangkauan sebenernya bisa disesuaikan, bergantung pada power supply. Sementara banyaknya antena pada backpack bergantung pula pada banyaknya sasaran frekuensi yang mau di jamming.

Untuk backpack jammer anti IED rancangan Dislitbangal dan PT Inti, kabarnya dapat mengadopsi empat band frekuensi, dengan output max per band 20W, sehingga total ada output 80W. Sebagai sumber tenaga menggunakan baterai lithium polymer/DC 48V. Dengan kondisi empat band frekuensi diaktifkan, masa aktif baterai bisa mencapai 1 jam. Guna mencegah panas berlebih pada komponen, pada backpack juga disertakan fan cooling.

Kinerja tim penjinak ranjau sangat terbantu dengan jammer anti IED.
Kinerja tim penjinak ranjau sangat terbantu dengan jammer anti IED.

Prototipe backpack jammer anti IED ini diberi model number GM-20MP, dan punya ukuran panjang 500 mm, lebar 375 mm dan tinggi 185 mm. Untuk bobotnya sekitar 23 kg, bergantung pada pilihan komponen di dalamnya. Dari segi ukuran, sekilas mirip dengan radio panggul PRC-77. Sayangnya, implementasi perangkat ini bukan tanpa tantangan, mengingat operasional jammer memerlukan ijin frekuensi dari Ditjen Postel.

Salah satu mobil patwal VIP yang dilengkapi perangkat jammer.
Salah satu mobil patwal VIP yang dilengkapi perangkat jammer.

Snapshot dari tayangan TV ini memperlihatkan vehicle mounting jammer yang digunakan Paspampres.
Snapshot dari tayangan TV ini memperlihatkan vehicle mounting jammer yang digunakan Paspampres.

Mobil mewah pun bisa dipasangi antena jamming.
Mobil mewah pun bisa dipasangi antena jamming.

Keberadaan jammer anti IED boleh dibilang sangat penting, selain jadi ‘perisai’ pasukan infanteri, perangkat ini juga banyak gunanya di masa damai. Ambil contoh penggunaan jammer anti IED dalam proteksi VIP (very important person). Di Indonesia,penggunaan jammer untuk beragam peran lumrah dilakukan oleh Paspampres (Pasukan Pengawal Presiden). Umumnya dalam iring-iringan kendaraan pengawal kepresidenan terdapat unit vehicle mounting jammer. Dengan hadirnya alat ini, ancaman teror bom yang dipicu frekuensi radio dapat dinetralisir, namun sebagai dampaknya mungkin sinyal ponsel warga di sekitaran akan ikut terganggu. (Haryo Adjie)
 

Apache Tahun Depan, Black Hawk Masih Belum Pasti

  blackhawk_swarm1021

Pabrikan pembuat helikopter asal Amerika Serikat, Sikorsky, berharap Pemerintah Indonesia melanjutkan rencana pembelian helikopter UH-60 Black Hawk buatannya. Rencana pembelian helikopter utilitas militer legendaris ini pernah digagas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat pada 2013.

Menurut Christophe A Nurit, Wakil Presiden Penjualan dan Pemasaran Sikorsky Asia Pasifik, belum ada lanjutan tentang rencana tersebut. Yang ia ketahui, Indonesia sempat menunda rencana pembelian tersebut karena ada kendala anggaran.

“Saya mendengar telah ada pembicaraan antar pemerintah (Indonesia dan AS). Namun, kami belum mendapat kabar terbarunya hingga saat ini,” kata Nurit kepada wartawan di Singapura, Kamis (12/11), yang dihadiri wartawan Kompas, Dahono Fitrianto.

Dalam catatan Kompas, rencana pembelian helikopter Black Hawk ketika itu dilontarkan oleh Kepala Staf TNI AD Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Banda Aceh, Aceh, pada 11 Februari 2013. Saat itu, Pramono Edhie Wibowo mengatakan, TNI AD ingin membeli 20 unit Black Hawk di samping 24 helikopter Bell 412.

Menurut Nurit, helikopter Black Hawk sangat sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Selain bisa digunakan untuk mengangkut pasukan, helikopter tersebut juga terbukti sangat berguna untuk dalam operasi kemanusiaan.

“Selain itu, Indonesia akan memiliki peluang untuk berlatih bersama negara-negara lain yang sudah banyak mengoperasikan Black Hawk,” tutur Nurit.

Ia mengatakan, ada potensi besar untuk kerja sama antara Sikorsky dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) di Bandung, Jawa Barat. “Saya sudah berkunjung ke sana dan saya lihat sumber dayanya bagus. Ada potensi sangat besar,” ujarnya.


Jika rencana pembelian ini jadi diwujudkan, helikopter Black Hawk akan melengkapi armada helikopter TNI AD yang sudah dioperasikan. Sebelumnya, TNI AD juga telah membeli sejumlah helikopter serbu AH-64E Apache buatan Boeing dari AS. Di kategori helikopter utilitas, TNI juga sudah mengoperasikan Bell 412 buatan AS serta dan Mi-17 dan Mi-35 buatan Rusia.

Helikopter Black Hawk selama ini menjadi tulang punggung angkatan bersenjata AS untuk fungsi utilitas medium dalam berbagai misi, seperti mengangkut pasukan, persenjataan, logistik, dan evakuasi medis.

Menurut Shane G Eddy, Presiden Commercial System and Services Sikorsky, pihaknya telah memproduksi sedikitnya 4.000 helikopter Black Hawk dari berbagai varian untuk tiga matra angkatan bersenjata AS.

p (1)

Peremajaan

Di Jakarta, Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal M Sabrar Fadhilah mengatakan, peremajaan helikopter memang sedang dilakukan. “Tetapi, kalau jenis Black Hawk buatan Sikorsky, kami belum mendengar kabar pastinya,” ujarnya.

Sabrar menambahkan, helikopter baru untuk TNI AD yang didatangkan tahun depan adalah helikopter serbu AH-64 Apache.

Adapun Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, yang dihubungi terpisah, mengatakan, peremajaan helikopter kepresidenan di Skuadron 17 VVIP sedang diajukan. “Ada usulan pengadaan dua unit helikopter AW-101 Agusta untuk pengganti helikopter Super Puma. Kalau jadi, itu diadakan tahun depan,” kata Dwi Badarmanto.

Kompas

Saab Dukung Implementasi Data Link dan Interoperability di Lingkup Kodal TNI

P_20151110_162221

Interoperability menjadi kata yang kerap mudah diucapkan dalam bahasan dunia militer. Indikator kemajuan militer suatu negara, salah satunya dapat diukur dari kemampuan membangun data link dan interoperability diantara perangkat alutsista yang dioperasikan. Tapi faktanya, mewujudkan interoperability adalah sebuah tantangan besar, terlebih bila sedari awal perangkat yang digunakan berasal dari beberapa vendor berbeda. Hal inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi TNI untuk bisa dicarikan solusinya.

Berangkat dari kasus diatas, Universitas Pertahanan (Unhan), sebagai lembaga pendidikan dibawah Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, bekerjasama dengan Saab, manufaktur elektronik dan persenjataan global dari Swedia, dari tanggal 10 – 11 November 2015 menggelar seminar dengan tema “Achieving National Information Superiority through The Mastery of Defense Technology.” Saab yang punya pengalaman dalam membangun data link, menghadirkan Bo Granbom, Director Air Communication Solutiuons Program Manager Saab, dan Roland Heicker, professor bidang Cyber Defence dari Royal Institute of Technology di Stockholm, Swedia.

communication_illustration_464communications_eng

Antara Unhan dan Saab sebelumnya telah melakukan penandatanganan kerjasama pendidikan di Stockholm bulan Juni lalu. Didukung PT Inti dan ITB (Institut Teknologi Bandung), nantinya akan dirumuskan solusi interoperability dan data link yang terbaik untuk dapat diadopsi oleh ketiga matra TNI. “Selama ini interoperability masih menjadi masalah yang cukup signifikan bagi operasional TNI, salah satu faktornya karena penggunaan beberapa perangkat (jaringan komunikasi) yang berbeda antar satuan, sehingga menjadi persoalan dalam lingkup kodal (komando dan pengendalian),” ujar Marsekal Muda TNI Suparman, Pembantu Rektor III Unhan.

Dalam diskusi seminar yang digelar di Hotel LorIn, Sentul, terungkap bahwa komunikasi antar Puskodal (Pusat Komando Pengendalian) matra TNI menggunakan saluran yang berbeda, sehingga penyampaian pesan dan informasi mengalami tantangan pada standarisasi. Suparman yang telah lama berkarir di Satuan Radar (Satrad) Kohanudnas menyebut keragaman jenis radar bisa menjadi contoh. Sejak awal radar Kohanudnas memang sudah punya jenis yang berbeda-beda, dan menjadi masalah dalam hal interoperability antar jenis radar. Tapi lewat inovasi teknisi dalam negeri, persoalan itu kini telah bisa dipecahkan.

Ilustrasi ruang Kodal.
Ilustrasi ruang Kodal.

Saab menawarkan stem radar airborne Erieye dalam paket integrasi pertahanan udara.
Saab menawarkan stem radar airborne Erieye dalam paket integrasi pertahanan udara.

Saab yang kampiun dalam teknologi data link dan interoperability antar perangkat tempur, mendukung penuh implementasi teknologi strategis ini di Indonesia. Dalam paparan seminar, Saab juga menjelaskan keunggulan Multilink-S yang mengusung interoperability pada elemen tempur pertahanan udara dan national tactical data link system. “Kami disini menawarkan solusi yang terintegrasi untuk membangun data link diantara beberapa perangkat komunikasi dari jenis berbeda yang digunakan TNI,” ujar Örjan Borgefalk, Vice President Industrial Cooperation Saab Asia Pacific kepada Indomiliter. (Haryo Adjie)
 

Kroasia, Laos, dan Thailand Ingin Beli Pesawat N219

  v

Bandung — Pesawat baru produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero), yakni N-219, diminati sejumlah perusahaan penerbangan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pemesanan sudah mulai dilakukan meski saat ini PT DI sedang dalam tahap perakitan akhir untuk pembuatan prototipe pesawat tersebut.

“Ada beberapa perusahaan penerbangan swasta yang ingin langsung melakukan kontrak dengan memesan sekitar 30 pesawat. Kami belum dapat memutuskan. Kami harus berkonsultasi dulu dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara, apakah hal ini diperbolehkan. Sebab, kalau satu perusahaan penerbangan memesan beberapa pesawat dalam sekian tahun, maka perusahaan lain, yang juga ingin membeli, tidak bisa memperolehnya. Mereka bisa saja memprotes karena dinilai telah terjadi monopoli,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso, Kamis (12/11/2015), di Bandung, Jawa Barat.

Budi mengemukakan hal itu seusai acara syukuran atas Pencapaian Tahap Validasi Rekayasa Rancang Bangun Struktur N-219 Hasil Kerja Sama PT DI dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di hanggar N-219, Bandung.

Pesawat itu telah selesai dirancang dan dibangun strukturnya secara utuh berbentuk pesawat asli, dan direncanakan diresmikan Presiden Joko Widodo. Pesawat komuter berkapasitas 19 penumpang dengan dua mesin turboprop dan bernilai investasi sekitar 50 juta dollar AS itu direncanakan pula dapat terbang perdana pada tahun 2016.

Sejumlah perusahaan penerbangan yang berminat membeli N-219 di antaranya Aviastar dan Trigana Air. Perusahaan ini telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT DI.

Selain itu, sejumlah negara juga telah menyatakan minatnya untuk membeli pesawat angkut ringan yang dapat beroperasi di daerah penerbangan perintis ini, yaitu Kroasia, Laos, dan Thailand. Thailand yang pernah membeli pesawat NC-212 dan CN 235 itu ingin membeli N-219 untuk kegiatan menurunkan hujan buatan guna mendukung pertaniannya.

“Kanada juga menawarkan kerja sama untuk produksi N-219,” ujar Budi.

Pesawat N219
Pesawat N219

PT DI menargetkan produksi N-219 pada 2017 rata-rata 6 unit per tahun, lalu pada 2018 sebanyak 10 unit per tahun, dan pada 2019 ditingkatkan sebanyak 18 unit per tahun, dan maksimal adalah 20 unit per tahun dengan melihat pula kebutuhan pasar.


Budi mengemukakan, pihaknya optimistis pesawat N-219 mampu menguasai pasar pesawat terbang di kelasnya. Harga jual pesawat ini juga diupayakan berkisar 5 juta – 6 juta dollar AS per unit. Harga ini relatif lebih murah dibandingkan dengan kompetitor, yakni pesawat Twin Otter buatan Kanada yang dijual sekitar 7 juta dollar AS per unit.

Pesawat N-219 juga memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek di landasan sepanjang 600 meter, dapat lepas landas dan mendarat di landasan yang tidak beraspal, mudah dioperasikan di beberapa daerah terpencil, kabin terluas di kelasnya, serta biaya operasional yang kompetitif.

“Pesawat N-219 juga unggul karena desainnya mengacu pada teknologi tahun 2000-an, sedangkan kompetitor desainnya adalah teknologi tahun 1960-an. Pesawat ini juga dapat dikendalikan dengan kecepatan rendah, yaitu 59 knot. Itu sebabnya pesawat ini dapat mendarat dalam jarak pendek di landasan sepanjang 600 meter. Dengan demikian, pesawat ini sangat cocok untuk melayani penerbangan perintis dengan kondisi bandara di daerah- daerah terpencil, yang umumnya kondisi landasan pendek dan tidak beraspal,” tutur Budi.

b

Budi juga menjelaskan, pesawat N-219 dapat digunakan untuk menjangkau seluruh daerah penerbangan perintis di Indonesia yang tersebar di 21 provinsi, meliputi 170 rute penerbangan. Rute penerbangan perintis terbanyak adalah di kawasan Sulawesi dan Papua.

“Paling tidak dengan 100 unit pesawat N-219 sudah dapat melayani semua rute penerbangan perintis,” ujarnya.

Chief Engineering N-219 PT DI Palmana Bhanadhi mengatakan, pesawat N-219 juga dapat difungsikan untuk kegiatan militer, patroli maritim, ataupun evakuasi di daerah bencana. Palmana menyinggung pula, mesin N-219 menggunakan PT6-42A, 850 shaft horse power (shp) buatan Kanada, dan baling-baling Hartzell buatan AS.

“Untuk sistem avionik, kami menggunakan Garmin 1000 buatan AS. Dalam pemilihan mesin ini, kami tidak pilih satu perusahaan, tetapi melalui seleksi pada sejumlah perusahaan. Kami juga beraudiensi dengan customer, dan mereka lebih menyukai mesin dari Kanada ini yang reputasinya dikenal bagus. Mesin ini telah digunakan lebih dari 2.500 pesawat. Dengan begitu, harganya tidak mahal, pemeliharaan dan suku cadang juga mudah diperoleh,” katanya.

Kompas.com

Alternatif Pengembangan Pesawat IFX

 
skad

(Photo: Pesawat MIG Indonesia di era Tahun 60-an )

Kalau kita mengingat ke masa lalu sungguh indah negeri ini dengan segala alutsista yang menggetarkan Asia, bahkan dunia. Dengan peralatan perang tercanggih di masanya terutama TNI AU, Indonesia menjadi macan di Asia. Yang menarik adalah keberadaan sederetan pesawat tempur seri MIG  yang lengkap dan menjadi andalan di udara NKRI yang kita cintai. Era tahun 60-an adalah era kehebatan angkatan udara Indonesia dengan lebih dari 120 pesawat tempur MIG seri mulai dari MIG 15, MIG 17, MIG 19 dan yang paling tercanggih pada masanya MIG 21 bersama puluhan pesawat pembom kelas berat made in Uni Soviet (Rusia).

Setelah jatuhnya rezim Soekarno (Orde Lama), digantikan dengan rezim baru Soeharto (orde baru), pelan-pelan taring macan tersebut mulai tumpul bahkan menjadi macan ompong. Saat orde baru haluan alutsista kita lebih menjorok ke barat, alusista made in Uni soviet (Rusia) diberangus habis tak tersisa seiring dengan memburuknya hubungan bilateral Indonesia – Soviet. Sampai saat ini kehebatan persenjataan matra udara kita belum mampu memecahkan rekor kehebatan di tahun 60-an.

Perlahan tapi pasti setelah jatuhnya rezim Soeharto (orde baru ) hubungan bilateral dengan Rusia mulai diperbaiki dengan diawali pembelian 4 sukhoi SU 27/30. Rasa optimis untuk mengencangkan otot matra udara kita semakin menguat dengan keadaan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik.

Indonesia mulai menata kembali persenjataan segala matra terutama matra udara dengan memperbaharui dan melengkapi pesawat tempurnya dengan menambah pesawat SU 27/30 menjadi 1 Skuadron, pembelian pesawat latih Grob dan TA/FA50i, pesawat anti gerilya, pesawat angkut dan yang paling menghebohkan kawasan adalah rencana Indonesia untuk bisa mandiri dalam mebuat pesawat tempur dengan melakukan kerjasama dengan Korea Selatan dengan Program IFX/KFX.

image003

Belum lama ini kita mendengar beberapa isu mengenai pesawat KFX/IFX hasil kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan di mana dalam perjalanannya mengalami beberapa hambatan. Yang terakhir mengenai isu gagalnya Transfer Of Technology ( TOT ) LM untuk 4 teknologi inti yang dapat menghambat program IFX/KFX dan membuat Korea Selatan berpikir keras untuk mendapatkan 4 teknologi inti: radar AESA , Infrared Search and Track System, Electronic Optics Targeting Pod dan Radio Frequency Jammer. Ssebagai solusinya Korea Selatan mencoba menjalin kerjasama dengan negara pihak ketiga yang mau berbagi teknologi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pesawat IFX/KFX . Keterikatan Korea Selatan dan Amerika Serikat sebagai salah satu sekutu dekatnya di Asia akan mempersulit Korea Selatan bekerjasama dengan perusahaan dari negara lain selain LM dan Boeing.


Di sinilah peran Indonesia dibutuhkan, Indonesia sebagai negara Non Blok kemungkinan masih dengan bebas bisa memilih kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pengembangan teknologi pesawat tempur dengan dalih untuk mengganti pesawat tempur yang sudah lawas dengan syarat TOT. Sejauh ini yang secara vulgar dan terang-terangan siap berbagi teknologi pesawat tempur baru adalah Typhoon dan Gripen NG. Akan tetapi yang jadi pertanyaan, apakah TOT yang diberikan bisa menutupi kekurangan dalam program IFX/KFX. Apabila kesulitannya adalah dana ada baiknya pemerintah melobi Korea Selatan dan membuat perjanjian tertutup dimana Korea selatan untuk ikut sharing dana agar indonesia mendapatkan TOT yang dibutuhkan, kemudian berbagi ilmu dengan Korea Selatan dari hasil TOT tersebut untuk digunakan dalam pengembangan pesawat IFX.

image005(Photo: Pesawat MIG 35 dan Pesawat IFX/LFX )

Dengan semakin membaiknya hubungan Indonesia – Rusia tidak ada salahnya pemerintah melalui Kemenhan dan TNI AU sebagai User mencoba alternatif lain dari Rusia dengan melakukan pembelian pesawat tempur secara G to G untuk pengembangan Pesawat Tempur IFX. Yaitu dengan mengakusisi Sukhoi SU 35 dan MIG 35 dengan perbandingan 1 berbanding 2 dalam pembeliannya misalkan dengan 1 Skuadron SU 35 dan 2 Skuadron MIG 35 di mana syarat transfer teknologi harus diberikan MIG 35 jika pihak sukhoi tidak bisa memberikan TOT yang dibutuhkan Indonesia. Karena dua pesawat tersebut dari kelas yang berbeda maka TNI/Kemenhan harus mengakusisi dua pesawat tersebut untuk bisa saling melengkapi satu sama lain dan dari segi harga juga MIG 35 Lebih murah dibanding SU 35. Dimana pesawat tempur SU 35 sebagai pengganti Pesawat F-5E yang sudah uzur sedangkan MIG 35 sebagai penambahan Skuadron baru.

Dengan harga MIG 35 yang terbilang murah (± USD 35 – 40 Juta) kita bisa mendapatkan 2 Skuadron sekaligus sebagai penambahan skuadron baru, di mana pemerintah Indonesia dalam program MEF nya sampai 2024 akan ada penambahan skuadron baru. Pesawat multirole yang mampu terbang di landasan pendek, berkecepatan tinggi, bermanuver dengan baik, berkemampuan tempur BVR dan punya daya jelajah yang jauh.

Saat ini yang tersemat dalam teknologi Pesawat MIG 35 bisa menjadi alternatif karena karakteristik pesawatnya hampir sama dengan karakter pesawat IFX yang sedang dikembangkan Indonesia. Seperti halnya SU 35, pesawat MIG 35 hanyalah jembatan menuju pesawat generasi 5 dan masih ada kemungkinan dikembangkan bersama dengan PT DI jika pemerintah serius ingin membangun industri pesawat tempur. Mengingat MIG sendiri sedang membutuhkan dana untuk program pesawat selanjutnya. Jumlah pesawat di atas juga masih ada kemungkinan bertambah hingga tahun 2024 yaitu sekitar 180 pesawat tempur seperti yang tercanang hingga program MEF 3 selesai.

image007

(Photo: Pesawat MIG 35 pengembangan dari MIG 29 )

Belum lama ini pemerintah Rusia pun telah menyatakan siap untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam bidang pertahanan, baik melalui lisensi produk pertahanan atau bekerjasama dalam pengembangan produk pertahanan terbaru. Jika pemerintah Indonesia jeli dan peka dalam menyambut sikap Rusia terhadap sistem pertahanan Indonesia, maka akan menjadi langkah positif dan kemajuan tersendiri dalam teknologi di bidang pertahanan udara dan kedirgantaraan negara kita. Bukan tidak mungkin pada tahun 2030 nanti era kejayaan kita pada tahun 60-an akan terulang kembali menjadi Macan Asia.

Posted by: Bung AL / JKGR.

Senin, 09 November 2015

Misteri Kematian Jenderal Mallaby yang Picu Pertempuran Surabaya

Kemenangan gemilang pasukan Sekutu, khususnya Inggris diuji di Surabaya. Saat menghadapi tentara Jerman dalam Perang Dunia II, Inggris tak pernah sekalipun kehilangan jenderalnya. Namun di Kota Surabaya, kenyataan terbalik 180 derajat.

Seperti dikutip dari Wikipedia, ketika pasukan Inggris tiba di Surabaya, lima hari kemudian atau tepatnya pada 30 Oktober 1945 seorang jenderalnya terbunuh, yaitu Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern (AWS) Mallaby.

Brigjen Mallaby tiba dengan pasukannya pada 25 Oktober 1945 di Surabaya. Pasukannya dikenal dengan Brigade 49 yang jumlah sekitar 6.000 pasukan. Brigade 49 juga bagian Divisi 23 pasukan Inggris yang dikenal dengan 'The Fighting Cock', yang memiliki pengalaman mengalahkan tentara Jepang di hutan Burma (sekarang bernama Myanmar). Termasuk front pertempuran di Semenanjung Malaya serta memenangkan perang melawan tentara Jerman di Afrika utara.


Mallaby adalah seorang perwira muda eksekutif Kerajaan Inggris dengan karier terbilang cemerlang. Lahir pada 12 Desember 1899, Brigjen Mallaby harus menutup usianya menjelang ulang tahunnya yang ke-46 di Jembatan Merah, Surabaya dalam latar belakang kondisi yang sangat pelik saat itu.

Ia sangat terampil dalam menjalankan segala macam penugasan, sehingga pada usia 42 tahun mendapat promosi jenderal berbintang satu. Selama PD II, Mallaby menjabat perwira staf kepercayaan Laksamana Mountbatten, panglima tertinggi atas Komando Asia Tenggara (South East Asia Command/SEAC).


Saat penugasan di Surabaya, Mallaby dan pasukannya merupakan bagian dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI). Ini adalah pasukan Sekutu yang dikirim ke Indonesia setelah selesainya PD II untuk melucuti persenjataan balatentara Jepang dan membebaskan tawanan perang Dai Nippon. Serta, mengembalikan Indonesia kembali menjadi Hindia Belanda kekuasaan Belanda di bawah administrasi NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Niat tersebut seperti tertulis dalam buku Batara R Hutagalung yang bertajuk 10 November 1945: Mengapa Inggris Membom Surabaya? Disebutkan, sebagai salah satu pemenang PD II, Inggris bertujuan untuk melucuti senjata pasukan Jepang yang masih berada di Indonesia.

Mengutip Wikipedia, Mallaby memimpin pasukannya memasuki Surabaya pada 25 Oktober 1945 untuk melucuti tentara Jepang sesuai dengan isi Perjanjian Yalta. Tujuan ini mendapat perlawanan dari pasukan Indonesia karena AFNEI menuntut mereka menyerahkan senjata-senjata yang telah dirampas pihak Indonesia terlebih dahulu dari Jepang.

Timbullah beberapa konflik bersenjata antara kedua pasukan, yang salah satunya terjadi pada 30 Oktober 1945 di dekat Jembatan Merah, Surabaya. Mobil Buick yang ditumpangi Mallaby dicegat oleh pasukan dari pihak Indonesia sewaktu hendak melintasi jembatan.

Mallaby Tewas

Dan terjadilah baku tembak yang berakhir dengan tewasnya Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tidak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil Mallaby akibat ledakan sebuah granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945 pukul 20.30 WIB.

Kematian Mallaby menyebabkan Mayor Jenderal EC Mansergh, pengganti Mallaby, mengeluarkan ultimatum kepada pasukan Indonesia di Surabaya pada 9 November 1945 untuk menyerahkan senjata tanpa syarat. Pada 10 November 1945, pecahlah Pertempuran 10 November karena pihak Indonesia tidak menghiraukan ultimatum ini.

Namun pada 20 Februari 1946, Tom Driberg anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan tuduhan dan dugaan Inggris bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia dan Mallaby dibunuh secara licik.

Driberg menyampaikan bahwa insiden tersebut timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak dengan pasukan pihak Indonesia, di mana mereka tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dan telekomunikasi dari Mallaby.

Menurut Tom Driberg dalam debatnya di Parlemen Inggris: "Setelah memerintahkan penghentian baku tembak oleh pasukan India tersebut, dalam satu titik dalam diskusi gencatan senjata, Mallaby kembali memerintahkan untuk memulai tembakan kembali."

"Hal ini berarti gencatan senjata telah pecah karena perintah Mallaby dan Mallaby tewas dalam aksi pertempuran, bukan dibunuh secara licik," lanjut Driberg.

Bagi pihak Indonesia, keberhasilan menewaskan seorang jenderal yang memiliki jam terbang tinggi pengalaman memimpin pasukan berperang adalah sesuatu hal membanggakan. Namun terbunuhnya Mallaby justru memantik rasa ingin tahu siapa orang yang berhasil menewaskan Mallaby dan lantas meledakkan mobilnya.

Misteri Kematian Mallaby

Beberapa pelaku sejarah pun tidak pernah tahu siapa yang menewaskan Mallaby. Termasuk salah satunya almarhum Roeslan Abdulgani dan beberapa pelaku sejarah lainnya. "Siapa yang menewaskan hingga sekarang tidak ada yang tahu," ujar almarhum Roeslan dalam sebuah kesempatan.

Sejarawan Surabaya, Suparto Brata juga mengatakan, hingga detik ini siapa yang menewaskan Mallaby tetap menjadi misteri. "Tidak ada yang tahu atau saksi mata yang melihat siapa yang membunuh Mallaby," ujar Suparto Brata, seperti dikutip dari Wikipedia.

Dalam ceritanya yang dituangkan dalam sebuah buku, Roeslan Abdulgani juga menuturkan, pertempuran di depan Gedung Internatio, Surabaya dipicu oleh tentara Inggris yang terkurung di dalam gedung melakukan tembakan membabi buta ke arah para pejuang.


"Namun siapa yang membunuh, belum pernah ada saksi mata," ujar Roeslan.

Versi lain menyebutkan Mallaby terbunuh oleh tentara Inggris yang salah sasaran. Des Alwi dalam buku bertajuk Pertempuran Surabaya, November 1945 menyebutkan kemungkinan Mallaby mati akibat tembakan salah sasaran (friendly fire) dari tentara Inggris.

Hal ini menurut Des Alwi, berdasarkan kesaksian dari Muhamad, tokoh pemuda yang ikut masuk ke Gedung Internatio untuk mendinginkan suasana. Di dalam gedung tersebut, Muhamad melihat sendiri tentara Inggris telah menyiapkan mortir yang diarahkan ke kerumunan massa yang mengelilingi mobil Mallaby.

Dia juga mendengar sendiri hubungan telepon antara Kapten Shaw dan komandannya di Westerbeuitenweg di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Rencananya, jika kerumunan rakyat dihujani dengan mortir, maka mereka akan kocar-kacir. Kesempatan tersebut kemudian akan digunakan tentara Inggris yang terkepung di Gedung Internatio untuk meloloskan diri.

"Karena pintu kamar tetap dibiarkan terbuka, maka saya bisa menduga, bahwa mortir di depan jendela tersebut akan ditujukan kepada sederetan mobil yang sedang berhenti di dekat Jembatan Merah. Mungkin dengan perhitungan, bila peluru yang ditembakkan mengenai sasaran, rakyat akan menjadi panik sehingga memberi kesempatan kepada Brigadir Jenderal Mallaby lari melepaskan diri. Ternyata, dugaan saya tidak keliru. Sebab mobil Residen Soedirman terbakar habis, tepat kena tembakan mortir," tulis Des Alwi mengutip Muhamad.

"Tetapi yang terjadi kemudian adalah ledakan yang tidak diketahui asalnya, yang menghancurkan mobil Mallaby. Hal ini memicu kekacauan, yang berlanjut pada kerusuhan yang tak terkendali," sambung Des Alwi.

"Sementara itu ada beberapa pemuda yang dapat menyelamatkan diri dari hujan tembakan pasukan Inggris. Seseorang meloncat ke pinggir Kali Mas, sampai di dekat kita, kemudian berbisik:
'Pak, sudah beres.'
'Lho, apanya yang sudah beres?' tanya Doel Arnowo.
'Jenderalnya Inggris, Pak, yang tua itu. Mobilnya meledak dan dia sudah mati terbakar.'
'Siapa meledakkan?' tanya kita serentak.
Dia segera menjawab, 'Tidak tahu. Tiba-tiba saja ada granat meledak dari dalam mobil. Tetapi, memang dari pihak kita, juga ada yang menembak ke arah mobil tersebut.' Begitu penjelasannya."
"Kami semua sangat kaget. Maka saya langsung mengingatkan pemuda itu, 'Sudahlah kamu diam saja. Jangan bercerita pada orang lain." Demikian penuturan Muhamad yang dikutip Des Alwi dalam bukunya tersebut.
Jenazah Mallaby yang hangus terbakar akhirnya dikembalikan kepada pasukan Inggris seminggu kemudian. Tanpa sempat mengecek apakah jenazah tersebut benar Mallaby atau bukan, karena pertempuran segera berkobar, pasukan Inggris segera mengubur jenazah tersebut di kawasan Tanjung Perak.
Setelah tembak-menembak mereda, jenazah Mallaby dipindahkan ke pemakaman Kembang Kuning, Surabaya, Jawa Timur. Beberapa bulan kemudian sekali lagi jenazah tersebut dipindahkan di Commonwealth War Cemetary, Menteng Pulo, Jakarta, hingga sekarang. Misteri kematian Brigjen Mallaby pun belum terungkap jelas hingga kini.


Liputan 6.