Di tengah peringatan ke-107 Hari
Kebangkitan Nasional Indonesia tahun 2015, Tim Petembak Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) berhasil menjadi juara umum di
kejuaraan menembak tahunan Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM)
yang berlangsung pada 20-23 Mei di Australia.
Dalam kejuaraan yang diadakan Angkatan
Darat Australia, TNI AD berhasil menggondol medali terbanyak,
mengalahkan 17 negara peserta lainnya. Keberhasilan tersebut merupakan
buah dari latihan keras yang rutin dilakukan. Selain itu momen tersebut
menjadi ajang pembuktian bahwa persenjataan buatan dalam negeri yang
digunakan TNI kualitasnya tidak kalah dengan persenjataan yang digunakan
oleh petembak dari negara negara maju.
Pada lomba tersebut, TNI AD menurunkan
petembak terbaiknya dari satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan
Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Posisi juara umum
di Australia ini merupakan kemenangan kedelapan kalinya bagi TNI AD
dalam lomba menembak di kawasan Asia-Pasifik.
Lomba yang bertajuk Australian Army
Skill at Arms Meeting (AASAM), perwakilan Indonesia mampu mengalahkan
tim tuan rumah Australia, termasuk tim Amerika Serikat, dan Inggris.
Raihan medali yang diperoleh pun terpaut sangat jauh, bisa dibilang TNI
AD menang mutlak.
Ketangguhan para petembak TNI bahkan
tidak dapat disaingi oleh tim petembak handal negara maju lainnya,
termasuk Inggris dan Amerika Serikat. Pada klasemen akhir, kontingen
Indonesia sukses meraih 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu.
Sementara Angkatan Darat Australia yang duduk di posisi kedua hanya
mengantongi 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Perwakilan Amerika
Serikat yang bertengger di posisi ketiga mendapat 4 medali emas, 1
perak, dan 2 perunggu.
Salah satu anggota tim TNI AD yang
berhasil meraih medali emas di Australia tersebut adalah Praka Mulyana.
Pria kelahiran Leuwiliang Bogor 1 Desember 1984 ini adalah bungsu dari 7
bersaudara. Ayahnya bernama Anap telah meninggal dunia ketika Mulyana
duduk di bangku SLTA, sedangkan Ibu yang melahirkannya bernama Wariyah
(71 th ) kini tidak mampu lagi menjadi buruh tani karena sudah termakan
usia.
Meski meniti karier militer dari bawah,
Praka Mulyana sebenarnya memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri Dharma Bhakti hingga Sekolah
Menengah Pertama Negeri Leuwiliang dan Sekolah Menengah Atas Negeri
Leuwiliang, ia selalu menduduki prestasi tiga besar. Bahkan setamat SLTA
pada tahun 2005, beberapa perguruan tinggi negeri memberikan dispensasi
untuk masuk penerimaan tanpa tes. Namun pria desa yang sebelumnya
bekerja sebagai penggembala kerbau milik orang lain dan memiliki hobi
bermain ketapel ini terlanjur memiliki keinginan kuat untuk menjadi
prajurit TNI AD. Hal itu menjadi motivasi karena seringnya kediaman
Mulyana di pelosok dijadikan area berlatih oleh para prajurit yang
sedang melaksanakan latihan militer.
Selama lebih kurang satu tahun mengikuti
pendidikan militer dengan menyandang predikat terbaik, membawa Mulyana
dipercaya untuk bergabung dengan satuan Kostrad. Anggota Kompi Bantuan
Peleton SLT Batalyon Lintas Udara 330/ Tri Dharma Kostrad ini dengan
tetap rendah hati dan penuh rasa tanggung jawab melaksanakan semua tugas
dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Pada tahun 2012 Mulyana mempersunting
gadis pujaan hatinya asal Tasikmalaya bernama Erma Suci Lestari S.Pd (25
th) yang berprofesi sebagai guru. Dari hasil pernikahannya kini mereka
dikaruniai seorang puteri bernama Kamila Zaura Pertiwi berusia 20 bulan.
Bertambahnya tanggung jawab tidak membuat semangat Mulyana menjadi
surut. Sang istri yang merupakan tenaga pendidik justru terus memotivasi
sang suami untuk terus berprestasi.
Sejak terpilih menjadi Tim Petembak TNI
AD Mulyana tekun berlatih. Waktu yang tersisa dimanfaatkannya untuk
menambah pengetahuan dan wawasan dengan cara membaca buku. Sudah sejak
tahun 2014 ia tergabung untuk mengikuti lomba tembak AASAM dan sejak itu
ia berhasil mengukir prestasi. Praka Mulyana berhasil mempersembahkan
Medali Emas kategori Sniper (penembak jitu) dalam kejuaraan tahunan
Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM). Ia pun merasa bangga
karena berhasil mempecundangi tim dari Amerika Serikat, Inggris maupun
Perancis yang dikenal mempunyai banyak sniper hebat. Bahkan raihan
prestasi emas yang diperolehnya kemarin mendapat apresiasi dari para
petembak Amerika Serikat. Para tentara negeri Paman Sam tidak ingin
kehilangan kesempatan untuk saling berinteraksi dan bertukar cendera
mata dengan Mulyana.
“Ini tahun kedua saya mengikuti
perlombaan menembak. Alhamdulillah dapat 1 emas dan 1 perak dari
kategori perorangan. Tantangan sniper kita bermain dalam suhu 6 hingga
12 derajat sangat jauh berbeda dengan suhu di Indonesia. Lalu variasi
jarak tembak 100-1.200 meter membuat faktor kesulitan semakin beragam.
Kelembaban udara, bahkan kecepatan angina 30-40 km/perjam itu membuat
perhitungan harus sangat akurat dan itu sangat sulit,” ceritanya.
Selain itu menurut Mulyana, tantangan
lain yang dihadapi yakni senjata yang digunakannya secara teknologi
masih kalah jauh kualitasnya dari negara-negara maju. Mulyana hanya
menggunakan senjata seri lama dengan teropong 12 X 50. “Bidikan sasaran
bermacam-macam mulai dari kepala, dada, kemudian tubuh lempengan baja
400-500 meter jaraknya. Apabila tak kena akan makin kencang larinya,
kalau kena langsung tumbang,” kata dia.
Secara keseluruhan Tim TNI AD berhasil
menyabet 56 medali, mengalahkan kontingen lainnya dari negara-negara
maju yang selama ini dikenal memiliki persenjataan canggih, seperti
Amerika Serikat yang hanya mendapatkan 4 medali emas, Inggris dengan 3
medali emas, kemudian Australia hanya memperoleh 5 medali emas.
Sedangkan Jepang, Brunei Darussalam, Filipina dan New Zealand, serta
Singapura masing-masing mendapatkan satu medali emas. Sementara Kanada,
Malaysia, Timor Leste, Tonga dan Papua New Guinea (PNG) tidak berhasil
membawa pulang medali emas. Duta Besar Indonesia untuk Australia memuji
prestasi yang diraih regu tembak Indonesia.
“Prestasi yang membanggakan ini
menunjukkan betapa tangguhnya anggota TNI dan persenjataan buatan
Indonesia di medan laga,” katanya. Di bawah tekanan dan kompetisi
internasional yang ketat, para peserta dari TNI bertanding dengan
semangat luar biasa dan menyelesaikan tiap kompetisi dengan
profesionalisme dan skill yang tinggi.
Sejak mengikuti kejuaraan menembak
AASAM, rangkaian prestasi yang berhasil diukir para prajurit TNI AD,
yakni: tahun 2009 Juara Umum dengan perolehan 59% medali emas, 41%
medali perak dan 39% medali perunggu dari jumlah 41 medali yang
diperebutkan. Tahun 2010 Juara Umum dengan perolehan 22 medali emas, 13
medali perak dan 14 medali perunggu. Tahun 2011 perolehan medali emas
terbanyak, yakni 7 medali emas, 9 medali perak dan 5 medali perunggu.
Tahun 2012 dengan perolehan 25 emas, sementara tentara AS hanya
memperoleh 2 emas dan 5 perunggu, dan reduplah pamor senjata MP4
Carabine Amerika Serikat, SAR 21 Singapura, Steyr Aug Austria, HK G36,
atau HK416. Tahun 2013 perolehan 17 medali emas terbanyak dari 58 nomor
menembak. Tahun 2014 Juara Umum dengan perolehan 32 medali emas, 15
perak serta 20 perunggu. Serta tahun 2015 kembali meraih Juara Umum
dengan perolehan 30 medali emas, 16 medali perak dan 10 medali perunggu.
Keberhasilan ini tentunya dapat
menimbulkan efek gentar yang luar biasa atas kemampuan para prajurit TNI
AD di mata internasional. Terlebih dalam even itu kontingen Indonesia
menggunakan senjata buatan dalam negeri, yakni SS-2 Varian 4 untuk
senapan, dan G2 Elite untuk jenis pistol. Gaung tangguhnya para petembak
TNI AD di kancah internasional banyak mengundang decak kagum dan
menarik minat negara lain agar terjangkiti “virus jawara”. Beberapa
negara, diantaranya Tim Tembak Jepang dan Malaysia telah mengutarakan
hasratnya ingin menimba ilmu pada TNI AD.