Perangkat yang diincar oleh Jakarta antara lain
empat kapal selam kelas Kilo Rusia dan dua kapal selam kelas Lada yang
sedikit lebih kecil.
Kekuatan Raksasa Jakarta
AL Indonesia akan mendapatkan keuntungan terbesar dari membaiknya
hubungan Rusia-Indonesia. Indonesia memiliki pasukan laut terbesar di
Asia Tenggara, dengan 75 ribu marinir aktif dan lebih dari 150 kapal
laut. Selain itu, AL Indonesia juga merupakan salah satu pasukan di
wilayah tersebut yang disokong oleh industri pertahanan domestik, korps
marinir, serta memiliki misil supersonik serta kapal selam penyerang.
Namun, AL Indonesia sudah mulai “berkarat”. Menurut laporan yang
ditulis oleh Iis Gindarsah dari Pusat Studi Internasional dan Strategis
yang berbasis di Jakarta, 59 persen aset AL Indonesia telah berusia
lebih dari tiga puluh tahun.
Pendanaan merupakan masalah terbesar yang dihadapi Indonesia. Rusia
kemudian menawarkan pinjaman lunak untuk memperbaharui armada Indonesia.
“Rusia siap menyediakan pinjaman lunak dengan suku bunga rendah untuk
membeli perangkat pertahanan,” kata Tubagus Hasanuddin, Wakil Ketua
Komisi Pertahanan DPR Indonesia pada 1 Sepetember 2015.
Hasanuddin berbicara tentang diskusi bilateral pinjaman senilai lebih
dari tiga miliar dolar AS bagi Indonesia guna mengakusisi perangkat
militer Rusia. Meski detil mengenai perangkat militer tersebut tak
dibocorkan, Hasanuddin menyebutkan bahwa pinjaman tersebut diberikan
dengan suku bunga yang preferensial.
Perangkat yang diincar oleh Jakarta antara lain empat kapal selam
kelas Kilo Rusia dan dua kapal selam kelas Lada yang sedikit lebih
kecil. Kapal selam Kilo yang bertenaga disel-elektrik adalah salah satu
kapal selam bertenaga konvensional yang dilengkapi dengan persenjataan
canggih, termasuk misil antikapal misil jelajah darat. Kapal selam
tersebut merupakan salah satu kapal selam konvensional tercanggih di
Asia Tenggara.
Meski ada pemotongan anggaran pertahanan tahun depan sebesar 490 juta
dolar AS, AL Indonesia mengumumkan pada September 2015 bahwa mereka
akan mendapatkan kapal selam kelas Kilo dari Rusia sebagai bagian dari
rencana strategis 2015-2019. “Terdapat banyak jenis kapal selam kelas
Kilo. Kami belum memutuskan tipe mana yang akan kami beli,” kata juru
bicara AL Indonesia Muhammad Zainuddin.
AL Indonesia dilaporkan hendak membeli 12 kapal hingga 2024, dengan
demikian potensi Rusia cukup besar di sini. “Sejauh ini, kami memiliki
dua kapal selam dan tiga kapal selam kelas Chang Bogo yang masih
dibangun di Korea Selatan. Jadi, kami butuh setidaknya tujuh kapal selam
tambahan,” tuturnya, menyebutkan bahwa tujuh kapal tersebut kemungkinan
kapal selam kelas Kilo.
Kapal selam kelas Kilo Rusia merupakan pembelian terbaru. Pada
November 2010, marinir Indonesia membeli 17 tank amfibi BMP-3F dari
Russia.
aat ini, kapal fregat Indonesia Ahmad Yani telah dipasang misil
Yakhont supersonik asal Rusia yang mampu menghancrkan kapal dari jarak
300 kilometer. Yakhont, yang merupakan versi ekspor misil P800 Oniks,
dapat berlayar dengan kecepatan Mach 2,5 (dua kali lipat kecepatan
suara), membuatnya sulit dideteksi.
Pada 2011, kapal fregat AL Indonesia KRI Oswald Siahaan melakukan uji
penembakan misil Yakhont dalam latihan di Samudera Hindia. Misil
tersebut hanya butuh waktu enam menit untuk melaju sejauh 250 kilometer
dan menembak target. Kala itu, mayoritas negara Asia Tenggara, kecuali
Vietnam, hanya memiliki kapal selam misil subsonik, dan peluncuran
Yakhont menandai terobosan terbaru di wilayah tersebut.
Di Papan GambarMeski hubungan Rusia dan Indonesia sedikit tertahan, rencana yang
lebih besar telah menanti. Moskow menawarkan diri untuk memperluas
kolaborasi industri pertahanan. Menurut laporan Janes, rencana tersebut
terpusat pada ‘pembangunan skema ofset pertahanan’ yang fokus pada
transfer teknologi, produksi gabungan komponen dan struktur Indonesia,
serta pembangunan layanan perawatan, perbaikan, dan pembongkaran
perangkat di negara tersebut.
Menurut Kementerian Pertahanan Indonesia, Duta Besar Rusia untuk
Indonesia Mikhail Galuzin telah menyampaikan tawaran tersebut pada
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada 15 Januari 2015. Ini menyusul
proposal sejenis yang disampaikan Putin pada Jokowi dalam Kerja Sama
Ekonomi Asia Pasifik di Tiongkok pada akhir 2014.
Teka-teki strategis Indonesia adalah apakah Pemerintah Indonesia akan
terus melihat keamanan internal lebih penting dari manuver yang terjadi
di wilayahnya. Anggaran pertahanan Indonesia saat ini hanya 0,8 persen
dari PDB, yang merupakan angka terendah di wilayah tersebut. Moskow
berhasil menjejakkan kesepakatan pertahanan dalam konteks ini sebagai
tiga kunci indikator perkembangan.
Pertama, hal itu mengukur pengaruh diplomasi Rusia di wilayah
tersebut. Kedua, Indonesia yakin bahwa senjata Rusia dapat melakukan
tugasnya dengan baik. Seperti yang telah dibuktikan di Suriah, senjata
Rusia bekerja dengan sangat baik. Dan terakhir, tak seperti AS yang
memberi sanksi militer terhadap Indonesia saat krisis Timur Tengah,
Rusia dapat diandalkan untuk memasok suku cadang jika perang pecah di
sana.
Jelas, pendekatan Rusia melalui kesepakatan keamanan nasional
merupakan hal yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Sebagai
kontrak pembelian senjata baru, hal ini juga meniupkan nafas bagi sector
pertahanan Rusia dan membantu Rusia menjejakan langkah mantap di
wilayah yang paling berkembang di dunia secara ekonomi, dan mereka
berkontribusi terhadap keamanan nasional Indonesia jangka panjang.
Indonesia.rbth.com