Pesawat N219 telah dipamerkan hari ini, seiring
dengan International Seminar On Aerospace Science Technology (ISAST) di
Kuta, Bali. Perkenalan pesawat ini sesuai rencana Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional (Lapan) yang memang menggunakan momentum Sumpah
Pemuda untuk memperkenalkannya kepada publik.
Dikatakan Kepala Pusat Teknologi Penerbangan Lapan,
Gunawan Setyo Prabowo, pesawat ini akan dipasarkan pada 2017, namun
baru sebatas pasar lokal karena kebutuhan dalam negeri sendiri cukup
tinggi. Pesawat ini ditujukan untuk feeder antarbandara kecil atau
perintis, seperti yang terdapat di Indonesia Timur, atau Kalimantan.
Rute terbangnya, diklaim Gunawan bisa mencapai radius 5.000 kilometer,
seperti dari Cilacap ke Bandung, atau Jakarta ke Purwokerto.
“Pernah juga digunakan uji coba terbang dari Irian
ke Sulawesi. Tapi jarak itu untuk ukuran keamanan penerbangan saja.
Kalau mau lebih jauh sebenarnya bisa asal sering berhenti,” kata Gunawan
kepada VIVA.co.id, Rabu 28 Oktober 2015.
Dilansir dari situs Lapan, Deputi Bidang Teknologi
Penerbangan dan Antariksa Lapan, Dr. Rika Andiarti, menyatakan jika
institusinya, bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI),
memang telah berkomitmen kepada presiden dan Menteri Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi untuk melaksanakan roll out pada tanggal 28
Oktober 2015, bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda. Pada acara
tersebut, komponen airworthiness N219 akan ditampilkan. Komponen
tersebut terdiri dari fuselage, wing, ethernet dan control services, serta komponen class one mockup.
“Pengembangan N219 ini bukan hanya bertujuan untuk
membangun pesawat transport, melainkan juga untuk menumbuhkembangkan
industri kecil Indonesia di bidang penerbangan. Dalam pembuatan N219, tool dan panel jig-nya merupakan hasil produksi industri kecil di Bandung dan Jawa tengah,” tutur Rika.
Dipenuhi Komponen Murni Buatan Dalam Negeri
Dipaparkan Rika, pembuatan pesawat ini terus
diupayakan untuk menggunakan komponen dalam negeri. Sesuai target awal,
kata dia, prototipe pesawat N219 akan memenuhi 40 persen Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN). Dalam jangka waktu lima hingga 10 tahun
mendatang, TKDN akan ditingkatkan menjadi 60 persen.
“Hal ini sejalan dengan dukungan dan semangat dari
Kementerian Perindustrian dan Asosiasi Industri Komponen guna
mempersiapkan Airframe Part (Komponen Pesawat Terbang) buatan dalam
negeri,” kata dia.
N219 sendiri merupakan hasil kerja sama Lapan yang
melibatkan PT DI sebagai pihak yang memproduksi. Selain menumbuhkan
industry pesawat dalam negeri, pihak Lapan juga ingin membangkitkan
kembali perusahaan produsen pesawat kebanggaan Indonesia, PT DI.
"Ini sebetulnya pesawat yang jauh lebih sederhana.
Misi kami sesungguhnya adalah menghidupkan kembali PT DI. Murni tidak
ada campur tangan asing. Tidak seperti N250 yang masih menggunakan
konsultan asing, N219 murni Indonesia,” ujar Gunawan.
Dipaparkan Gunawan, dengan modal riset Rp200
miliar, Lapan dan PT DI akan memproduksi sekitar 250 unit pesawat N219.
Harga per unitnya dibanderol sekitar Rp50 sampai Rp54 miliar. Itu
disebutnya sebagai nilai yang cukup kompetitif karena saat masuk ke
pasar pada 2017 nanti, N219 harus berhadapan dengan pesawat lain buatan
China. Gunawan optimis jika N219 bisa mengangkat nama Indonesia di
kancah industri dunia karena Lapan dan PT DI mengaku sangat serius
menggarap pesawat tersebut. Bahkan dalam satu tahun, diungkap Gunawan,
PT DI bisa memproduksi 12 unit pesawat N219, atau satu bulan satu
pesawat.
“April tahun depan kami akan melakukan first test flight. Setelah itu sertifikasi turun. Sekarang pesawatnya sudah ready,
utuh dengan sistem lengkap. Bahkan sudah ada pemesanan, sekitar 75 unit
dari Lion Air, Aviastar, dan beberapa institusi pemerintah daerah,”
kata Gunawan.
Ke depannya, jika pesawat ini laku di pasar, kata
dia, Lapan akan melanjutkan dengan produksi N245. Namun harus dengan
perhitungan yang matang, termasuk ancaman competitor.
“Investasi di pesawat itu tinggi. Kalau tidak
dihitung nanti seperti apa dipasar, laku kebeli atau tidak. Kalau
lancar, kita lanjut ke N245. Jika misalnya N219 dipasarkan tahun 2017,
terus penjualannya bagus, kita langsung buat N245. Lapan sudah buat
programnya. Nanti N245 memiliki kapasitas 45 orang dan lebih besar dari
sebelumnya, kemungkinan bisa dipasarkan di 2019,” kata Gunawan.
Spesifikasi Lengkap N219
Dikatakan
Gunawan, pesawat ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan transportasi
perintis di Indonesia Timur, tepatnya wilayah-wilayah yang tidak bisa
ditempuh dengan jalur darat dan laut. Pasalnya, di kawasan Indonesia
Timur ada kebutuhan pesawat untuk mendarat di daerah pegunungan, landing dan takeoff yang pendek, serta memiliki fasilitas rendah. Itulah yang akan menjadi fokus pelayanan N219.
“N219 bisa dikonversi untuk beberapa kepentingan.
Bisa diubah ke model amfibi, militer, transport, kargo, juga bisa untuk
pemadam kebakaran. Tetapi yang lebih penting, pesawat ini ditujukan
untuk pemenuhan transportasi perintis di Indonesia Timur. Materinya
campur-campur. Ada alumunium seri 2 dan 6. Untuk sementara bahan-bahan
tersebut diimpor dari luar, tetapi dimanufaktur di sini,” kata dia.
N219 ini diharapkan bisa menggantikan pesawat Twin
Otter yang sempat populer di era 1970-1980. Sayangnya pesawat jenis ini
telah usang. Tidak diproduksi lagi, meski beberapa kerap masih ditemui
di Indonesia.
Huruf N dalam nama itu adalah Nusantara,
menunjukkan bahwa desain, produksi dan seluruh perhitungan dikerjakan di
Indonesia. Pesawat N219 merupakan pesawat baru, tidak meniru jenis
pesawat manapun. Bobot bersih
pesawat ini 4,7 ton. Telah memenuhi unsur pesawat kecil menurut standar
FAR 23. Bisa menjangkau jarak maksimal 1.111 kilometer. Kurang lebih
sama dengan jarak terbang Jakarta ke Balikpapan.