Jumat, 25 September 2015

Moeldoko dan Hubungan TNI-SAF

ARSIP KEMHAN SINGAPURA Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko menerima penghargaan Darjah Utama Bakti Cemerlang dari Presiden Singapura Tony Tan Kang Yam di Istana Singapura, Selasa (22/9/2015). Penghargaan itu merupakan penghargaan militer tertinggi dari pemerintah Singapura.
Pasukan bersenjata berbaris memasuki halaman Istana Singapura, Selasa (22/9) siang. Tak berapa lama, Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal (Purn) Moeldoko berkeliling menginspeksi pasukan berseragam putih-hitam tersebut.Acara itu, rangkaian dari pemberian penghargaan Darjah Utama Bakti Cemerlang (tentera) dari Pemerintah Singapura kepada Moeldoko. Dengan disaksikan puluhan pimpinan serta anggota militer Singapura, termasuk Menteri Pertahanan Singapura Ng N Heng, Presiden Singapura Tony Tan Kang Yam menyematkan penghargaan itu kepada Moeldoko yang merupakan lulusan terbaik Akademi Militer RI tahun 1981.Darjah Utama Bakti Cemerlang (tentera) merupakan penghargaan militer tertinggi Pemerintah Singapura. Penghargaan ini awalnya hanya untuk tentara Singapura berprestasi. Namun, sejak tahun 2003, penghargaan itu juga diberikan untuk tokoh militer negara sahabat.Hingga saat ini, baru ada 14 tokoh militer di luar Singapura yang menerima penghargaan itu. Mereka berasal dari Australia, Brunei, Selandia Baru, Thailand, Amerika Serikat, dan Indonesia.Khusus untuk Indonesia, Moeldoko merupakan tokoh militer kedua yang menerima bintang kehormatan tersebut. Pada tahun 2009, penghargaan serupa diterima Panglima TNI (saat itu) Jenderal Djoko Santoso.Sementara bagi Moeldoko, Darjah Utama Bakti Cemerlang (tentera) merupakan penghargaan kedua yang diterimanya dari Pemerintah Singapura. Sebelumnya pada 2013, Moeldoko menerima anugerah Pingat Jasa Gemilang dari Menteri Pertahanan Singapura.Saat upacara penyematan Darjah Utama Bakti Cemerlang dijelaskan, penghargaan itu diberikan kepada Moeldoko atas perannya sebagai Panglima TNI 2013-2015. Moeldoko dinilai berhasil membina hubungan baik antara TNI dan angkatan bersenjata Singapura (SAF).Hubungan baik itu antara lain terlihat dari digelarnya latihan bersama TNI dan SAF hingga beberapa kali. Latihan itu misalnya Safkar Indopura, yang merupakan latihan bersama TNI Angkatan Darat dengan SAF di Magelang, Jawa Tengah, November 2014. Pada Desember 2014, TNI Angkatan Udara dengan SAF juga menggelar latihan bertajuk Indopura Elang di Pekanbaru, Riau.TNI dan SAF juga berpartisipasi dalam pertemuan menteri pertahanan ASEAN yang disertai dengan latihan bersama kontra-terorisme. Angkatan bersenjata kedua negara juga bekerja sama dalam sejumlah operasi pertahanan dan keamanan, seperti patroli di Selat Malaka.Pemerintah Singapura meyakini berbagai kerja sama TNI dan SAF merupakan upaya Moeldoko mempererat hubungan Indonesia-Singapura.Peran Moeldoko dalam mempererat hubungan Indonesia-Singapura juga disampaikan Duta Besar RI untuk Singapura Andri Hadi. "Bukan hanya hubungan baik di antara militer kedua negara, tetapi juga people to people. Banyak tentara Singapura bersekolah di Indonesia, demikian sebaliknya," tuturnya.Menurut Moeldoko, diplomasi di bidang pertahanan memang sangat diperlukan. TNI harus menjaga hubungan baik dengan angkatan bersenjata negara lain.



Kompas.

CONTROLMaster200: Sistem Radar Hanud Untuk Rudal Starstreak TNI AD

Control-Master-200-foto-Thales

Melanjutkan artikel sebelumnya, disebut bahwa Indonesia akan mendatangkan paket integrasi sistem senjata dan sensor rudal Starstreak dalam platform ForceSHIELD. Di dalam platform ini sudah tercakup peluncur rudal Starstreak jenis Lightweight Multiple Launcher (LML), VML (Versatile Missile Launcher) RAPIDRanger Air Defence dan radar penjejak target CONTROLMaster200. Dan secara khusus, kali ini kami kupas tentang sosok CONTROLMaster200 yang dipasang pada platform truk Renault 8×8.

Bila nantinya CONTROLMaster200 hadir melengkapi sistem baterai hanud rudal Starstreak, maka ini menjadi varian lain dari jenis-jenis radar mobile SHORAD yang telah dimiliki Satuan Arhanud TNI AD. Jenis radar mobile hanud lumrah hadir sebagai paket dari sistem rudal yang dibeli. Ambil contoh rudal Bofors RBS-70 menggunakan radar mobile Giraffe, rudal Rapier yang menggunakan radar Blindfire, rudal Grom yang menggunakan Mobile Multibeam Search Radar (MBSR), dan rudal Mistral yang menggunakan MCP (Mistral Coordination Post). Masih ada lagi rudal QW-3 yang dioperasikan Paskhas TNI AU yang menggunakan jenis radar TH—5711 Smart Hunter. Selain membawa keunikan pada perbedaan spesifikasi dan kemampuan penjejakan, setiap paket radar juga mengadopsi tipe truk-truk yang berbeda.

forceshield



Radar CONTROLMaster200.
Radar CONTROLMaster200.

CONTROLMaster200 sejatinya adalah kombinasi dari peran tactical radar dan air defence coordination. Paket CONTROLMaster200 terdiri dari komponen high performance radar GM200 yang punya kemampuan 3D dan modul CONTROLView C2 yang ditempatkan pada wujud kontainer di truk. Radar GM200 merupakan teknologi terkini multibeam 3D radar, sementara CONTROLView berperan melakukan segala proses identifikasi dan analisa secara real time, memberi informasi akurat tentang posisi target yang dibutuhkan oleh unit peluncur rudal di lapangan.

Pihak Thales selaku manufaktur menyebut radar ini ideal untuk melakukan counter atas ancaman yang datang dari jet tempur, helikopter, rudal jelajah dan drone (UAV). Menghadapi peperangan elektronik pun, sistem radar ini telah dilengkapi dengan ketahanan maksimal pada ancaman jamming. Tak hanya mampu mendeteksi ancaman dari wahanan udara, radar GM200 mampu memprediksi titik hadirnya serangan artileri dan mortir, dan memberi alert pada unit komando yang membutuhkan perlindungan. Seperti halnya sistem radar terintegrasi pada Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional), CONTROLMaster200 dapat terhubung dengan fasilitas radar sipil, bahkan dalam kondisi darurat dapat menggantikan peran radar sipil.

1

Dalam gelar operasinya, CONTROLMaster200 tak hanya mampu meng-handle aktivitas rudal Strarstreak, sistem radar ini dapat menggabungkan komponen dari beragam jenis rudal dan kanon PSU (penangkis serangan udara). Untuk jalur komando, secara real time paparan informasi dari CONTROLMaster200 dapat langsung dilaporkan ke unit komando diatas.

Bagaimana tentang kemampuan radar ini? Lebih detail radar CONTROLMaster200 dapat berputar 360 derajat dengan sudut elevasi 70 derajat dari ground. Data renewel rate pada mode surveillance 20 RPM dan pada mode engagement 40 RPM. Radar dapat menjangkau area seluas 250 km dengan ketinggian 25.000 meter. Kemampuan tracking-nya 200 target dapat diendus secara simultan. Secara teknis, sistem penjejak radar dapat mengikuti pergerakan target dengan kecepatan 1.200 meter per detik. Fitur IFF (Identification Friend or Foe) disematkan pada secondary antenna yang co mouted dengan primary radar.

B-cZZiMIEAA8Ez0

Unruk modul CONTROLView C2 dibangun dalam kontainer standar 20 feet yang dilengkapi pendingin udara dan embedded power generator. Bila modul kontainer dilepas dari truk, maka dapat dengan mudah diangkut ke dalam ruang kargo pesawat sekelas C-130 Hercules. Di dalam modul CONTROLView C2 terdapat dua awak yang berperan untuk peran surveillance dan engagement. Dalam gelar operasinya, CONTROLMaster dapat dioperasikan 24 jam terus menerus dalam kondisi cuaca apa pun. (Gilang Perdana)
 

Pindad Uji R-Han 122 B dan Tandem Shaped Charge Warhead

  PindadPengujian merupakan salah satu validasi desain yang bertujuan mengetahui kesesuaian desain dan performance suatu produk hasil penelitian dan pengembangan. Untuk pembuktian hasil desain tersebut, PT Pindad malaksanakan pengujian hasil penelitian dan pengembangan salah satu produk pertahanan dan keamanan roket dengan menitik beratkan pada daya hancur serta kemampuan tabir.

Pengujian yang dilakukan meliputi uji statis warhead (hulu ledak) roket pertahanan R-Han 122 B dan uji statis tandem shaped charge warhead untuk Anti Tank Guided Missile (ATGM) yang dilaksanakan di Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur pada tanggal 16-18 September 2015.

Acara ini dihadiri PT Pindad, beberapa anggota Konsorsium Roket Nasional seperti Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan, Direktorat Jenderal Potensi Keamanan Kementerian Pertahanan , Kementerian Riset, Teknologi danPendidikan Tinggi, PT Dirgantara Indonesia, PT Dahana, LAPAN, serta Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogjakarta.

Kolonel Abdullah Sani, Kepala Bidang Matra Darat Balitbang Kemhan mengatakan, kegiatan pengujian ini merupakan salah satu bagian dari wujud kerja keras sumbangan terhadap bangsa dan negara. “Pengujian warhead roket ini merupakan salah satu program Balitbang Kemhan untuk R-Han 122 B, dimana akan dilaksanakan uji fungsi yang salah satu materinya adalah uji statis. Data-data ini akan sangat kami butuhkan dalam pengembangan roket yang merupakan bagian dari alutsista, sehingga roket ini dapat menjadi kebanggaan dan pada akhirnya bisa digunakan oleh kesatuan-kesatuan TNI,” ujarnya.

Perwakilan dari Kemenristekdikti, Gunawan Wibisana mengatakan sedang disiapkan suatu dukungan berupa forum di tingkat Kementerian agar kegiatan pengembangan roket dapat berjalan secara lebih efektif. “Sudah ada pertemuan-pertemuan yang dilakukan dengan perwakilan dari Kementerian. Semoga environment ini dapat terus terjaga, terutama di tempat-tempat yang dapat mendorong atau membuat kebijakan agar kegiatan yang akan dilakukan dapat lebih terarah dan dapat direalisasikan secara lebih cepat,” tuturnya.


Kadiv Bangprodses PT Pindad, Heru Puryanto mengatakan bahwa pengujian ini dilakukan untuk validasi dan optimasi desain warhead Roket R-Han 122 B. “Akan ada 8 materi uji yang akan dilakukan terhadap warhead untuk mengetahui karakteristik dan performance warhead yang akan dilaksanakan oleh tim teknis Bangprodses PT Pindad,” tutur Heru.

roket-pindadUji statis warhead roket pertahanan yang merupakan program kerjasama PT Pindad dengan Balitbang Kemhan. Dua varian warhead roket R-Han 122 B, High Explosion (HE) dan smoke mengacu pada 8 materi uji yg meliputi : uji fragmentasi, untuk mengetahui jumlah pecahan dan berat pecahan minimum yang mampu mematikan target, uji perkenaan/kerapatan, bertujuan untuk mengetahui jarak mematikan pada radius yang telah ditentukan dengan menggunakan triplek serta plat aluminium, uji kuat suara ledakan dilakukan untuk mengukur kuat suara ledakan dengan menggunakan desibel meter.

Sementara, uji crater dilakukan untuk mengetahui ukuran diameter dan kedalaman crater (lubang/kawah) yang dihasilkan dari ledakan, uji blast effect dilakukan untuk menganalisa efek ledakan dengan mensimulasikan pada tembok dengan jarak yang telah ditentukan, uji bullet impact dilakukan untuk menguji sensitivitas warhead terhadap penembakan dengan menggunakan munisi ringan kaliber 12.7 mm, uji sympathetic detonation dilakukan untuk mengetahui sensitivitas warhead terhadap lingkungan penyimpanan, dan khusus untuk varian asap, dilakukan uji smoke untuk mengetahui kepekatan asap yang dihasilkan.

Selain warhead R-Han 122 B, juga dilakukan uji statis terhadap tandem shaped charge warhead untuk Anti Tank Guided Missile (ATGM) yang merupakan proyek PT Pindad (Persero) dengan Kemenristekdikti. Materi uji yang dilakukan antara lain ; uji daya tembus precursor warhead, uji daya tembus main warhead, serta uji daya tembus warhead dengan sistem tandem. Beberapa materi uji tersebut diledakkan di atas plat baja setebal 30 cm dan uji tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi daya tembus terhadap target.

Data-data yang dihasilkan dari uji statis warhead R-Han 122B dan tandem shaped charge warhead akan dianalisis untuk mengetahui detail performance warhead saat roket ditembakkan dan meledak di sasaran. Selain itu, data yang dihasilkan dapat digunakan sebagai data pendukung saat dilakukan uji dinamis.


Pindad

Korea akan Tetap Bangun KFX, Tanpa Teknologi AS

Korea Selatan kecewa setelah membeli begitu banyak senjata, namun AS tetap tidak memberikan transfer teknologi. Kisah Korea ini dialami Jepang, belasan tahun silam, saat bekerjasama membangun pesawat tempur dengan AS.

Fitur baru terbesar dari KFX-C103-iA adalah peningkatan kapasitas internal weapon bay
Model Pesawat KFX-C103-iA

Kepala Staf Angkatan Udara Korea Selatan, Jung Gyeong-doo mengatakan meskipun AS mungkin tidak memberikan empat teknologi inti yang diperlukan untuk pengembangan jet tempur KF-X, namun Korea akan tetap dapat mendorong proyek KF-X, untuk terwujud. Kontrak pembelian jet tempur F-35A dari AS tidak termasuk menyediakan empat teknologi inti, ujar Kepala Staf Angkatan Udara Jung, saat inspeksi parlemen terhadap ke Markas Besar Angkatan Udara tanggal 22 September 2015.

Sebelumnya, pada tahun 2014 September, militer Korea menuntut transfer 25 jenis teknologi seperti radar AESA, kontrol penerbangan, avionik, dan senjata, saat memutuskan untuk membeli 40 jet tempur siluman AS, F-35A dengan nilai kontrak 7.34 triliun won (US$6.23 miliar).

Namun pemerintah AS menolak untuk menyetujui ekspor dari empat teknologi inti karena masalah keamanan nasional, ujar anggota Defense Acquisition Program Administration (DAPA). Keempat item itu adalah radar AESA, infrared search and tracking equipment (IRST), electro-optical target tracking devices (EO TGP), dan RF Jammers. Militer Korea berencana untuk menggunakan teknologi itu di tahun 2025. Kini diketahui bahwa empat teknologi itu, tidak termasuk dalam kontrak resmi ketika pemerintah Korea memutuskan untuk membeli pesawat tempur F-35A dari Amerika Serikat.

DAPA sedang mempertimbangkan untuk maju memproduksi radar AESA, infrared search dan tracking equipment dengan cara kerjasama teknologi dengan negara-negara ketiga seperti dari Eropa dan pengembangan teknologinya di Korea.

Tapi hari ini, selama inspeksi parlemen, anggota parlemen kekhawatiran tentang penundaan/ terlambatnya program pengembangan pesawat tempur Korea, sejak Korea menyetujui program pesawat tersebut digarap bersama perusahaan Lockheed Martin, yang merupakan produsen F-35A, yang diharapkan akan mentransfer teknologi inti kepada Korea.

Beberapa pakar militer mengatakan bahwa Korea adalah salah satu pembeli terbesar senjata AS, tetapi AS sangat enggan untuk mentransfer teknologi ke Korea setelah mereka menjual senjatanya ke Korea. “Akhir-akhir ini, AS mengidentifikasi Korea sebagai pesaing di pasar senjata internasional,” kata seorang pejabat militer. “AS tidak memberikan Korea janji transfer teknologi setelah menjual F-15K.”

businesskorea.co.kr

Kamis, 24 September 2015

Jaga Kedaulatan Udara dengan Jet Tempur Rusia

Jaga Kedaulatan Udara dengan Jet Tempur Rusia
Pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 buatan Rusia yang tengah pamer kemampuan di pameran dirgantara Paris Air Show. (REUTERS/Pascal Rossignol)


Indonesia berencana kembali membeli satu skuadron jet tempur Sukhoi Su-35 untuk menggantikan pesawat tempur buatan Amerika F-5/F-Tiger. Kepastian itu disampaikan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, usai melakukan inspeksi senjata militer secara mendadak di Mako Yonif 201/JY Jakarta pada awal bulan ini. 

"Kami sepakat membeli satu skuadron pesawat SU-35 dari Rusia untuk menggantikan jet tempur F-5 Tiger," ujar Ryamizard. 

Rencana pembelian Sukhoi SU-35, Ryamizard menjelaskan, juga sudah diberi lampu hijau oleh Presiden Joko Widodo. Dia menyebut pada akhir bulan September, rencananya Kemhan akan bertemu dengan perwakilan dari Rusia untuk membicarakan pembelian salah satu alat utama sistem persenjataan itu. 

Skuadron jet tempur Sukhoi ini akan memperkuat 16 jet tempur Sukhoi lainnya yakni SU 27 SKM dan SU 30 MK2 yang telah bermarkas di Makassar. Mereka dinamakan Sukadron Udara Tempur 11. 

Dikutip dari laman Russia Beyond the Headlines, Ryamizard menjelaskan, alasan Indonesia membeli pesawat karena pilot TNI Angkatan Udara sudah terbiasa mengoperasikan jet tempur buatan Negeri Beruang Merah itu. 

Terkait dengan pembelian, jet tempur Sukhoi akan dibeli dalam beberapa tahap menyesuaikan kapasitas keuangan negara. Diprediksi total harga pembelian pesawat jet tempur itu memakan biaya hingga Rp35 triliun.

Ryamizard pun menepis anggapan rencana pembelian terganggu karena situasi ekonomi global saat ini. 

"Sudah ada pagunya, tinggal dilaksanakan saja, kalau rencana sudah oke. Kalau resapan berjalan semua pasti ekonomi akan berjalan dengan bagus. Hampir ekonomi semua negara baik Rusia, Tiongkok dan Malaysia babak belur ya, jadi jangan terlalu menyalahkan pemerintah," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) di era kepemimpinan mantan Presiden Megawati itu. 

Saat itu dia juga membantah dengan membeli alutsista dari Rusia, berarti Indonesia berpihak kepada mereka. Ryamizard menegaskan, Indonesia menjalin kerja sama dengan negara mana pun. Bahkan, selain dari Rusia, Kemhan turut membeli alutsista dari Tiongkok dan Amerika Serikat. 

"Kita juga beli Boeing, helikopter, pesawat angkut berat dan Hercules. Jadi balance. Dengan Amerika kita kawan, begitu pula dengan Rusia dan Tiongkok. Kita negara yang tidak membentuk blok, sehingga semua dianggap kawan dan tidak ada musuh," kata Ryamizard. 

Sementara, Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan Kemhan, Marsekal Muda TNI M. Syaugi menjelaskan alasan lain membeli Sukhoi yaitu sudah ada kerja sama di antara kedua negara berdasarkan UU No. 16 tahun 2012 mengenai Industri Pertahanan.

"Ada transfer of technology (TOT), ada offset industri dan ada imbal data. Itu ada semua. UU Industri Pertahanan Nomor 16 tahun 2012 kan begitu," ujar Syaugi. 

Offset yang dimaksud dalam UU tersebut yaitu ada komponen tertentu yang dibuat di Indonesia, sehingga tak semuanya diproduksi oleh Rusia.

Sementara, anggota Komisi I DPR RI, Salim Mengga, mengatakan pembelian pesawat Sukhoi SU-35 bisa untuk mengimbangi kekuatan angkatan udara negara tetangga. Ditemui di gedung DPR RI, kawasan Senayan, Jakarta pada 11 September lalu, kekuatan udara negara tetangga terus berkembang dengan burung besi generasi ketiga. 

Malaysia, bahkan sudah lebih dulu memesan pesawat tempur F-35 dan Sukhoi SU-35. Langkah serupa juga dilakukan Singapura dan Australia yang telah membeli F-35. Negeri Kanguru bahkan diketahui sudah mendatangkan 58 unit F-35 untuk menjaga wilayah udara mereka. 

Menurut Salim, Indonesia harus belajar dari pengalaman sempat diembargo oleh AS sehingga kesulitan mencari sparepart pesawat. 

"Kita cari alutsista yang risikonya rendah. Misalnya, kita beli F-16, tetapi dalam perjanjiannya, kita tidak boleh menggunakannya untuk kepentingan keamanan dalam negeri, lalu untuk apa (dibeli)? Jadi, kita cari yang syaratnya ringan. Dengan Rusia, tidak terlalu banyak risikonya," kata Salim. 

Selain itu, tantangan untuk mempertahankan kedaulatan, khususnya udara kian berat. 

"Kita harus tingkatkan pertahanan untuk mengantisipasi konflik di kawasan Asia Tenggara, termasuk di Laut China Selatan," ujar dia. 

Teknologi Canggih 

TNI AU tentu memilih Sukhoi SU-35 bukan tanpa alasan. Pesawat tersebut tergolong sebagai pesawat generasi ke-4++ dan tepat berada di bawah pesawat siluman generasi kelima. Laman Russia Beyond the Headlines edisi, 4 September 2015 melansir SU-35 bahkan diklaim lebih unggul jika dibandingkan F-16 dan F-18 yang berbasis teknologi tahun 1970-an. Sukhoi yang dijuluki Super Flanker itu juga diketahui baru masuk ke dalam perbendaharaan senjata AU Rusia.

Informasi dari Air Force Technology, SU-35 memiliki kemampuan manuver yang tinggi (+9g) dengan sudut penyerangan yang tinggi. Dilengkapi dengan sistem senjata canggih, membuat pesawat ini memiliki kemampuan tempur luar biasa. 

Sukhoi SU-35 bisa melaju dengan kecepatan maksimum mencapai 2.390 kilometer per jam atau Mach 2,25. Majalah Air Technology bahkan juga menyebut SU-35 mampu mengangkut sejumlah misil udara-ke-udara, udara-ke-permukaan dan misi anti kapal. Pesawat juga dapat dipersenjatai dengan beragam bom terarah, sedangkan sensornya mampu mendeteksi serta melacak hingga 30 target udara dengan radar cross section (RCS) dalam radius 400 kilometer menggunakan moda lacak-dan-pindai. 

Walaupun tak memiliki kemampuan siluman, Sukhoi SU-35 tetap bisa "menghilang" dan tak terlihat di radar musuh pada beberapa kondisi tertentu.

Lihat keunggulan Sukhoi SU-35 dalam tautan ini.

Keunggulan Sukhoi SU-35 juga diakui oleh pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie. Dihubungi VIVA.co.id melalui pesan pendek pada Rabu malam, 23 September 2015, SU-35 telah mengambil alih peran secara umum ke-5 jet tempur AS.

"Irbis radar-control yang terpasang pada SU-35 mampu mendeteksi 30 target dalam jarak 400 kilometer. Sementara, radar yang terpasang pada F-22 hanya mampu melihat jet tempur lawan sejauh 240 kilometer saja," papar Connie. 

Pesawat jet tempur Rusia itu juga diakui unggul dalam hal jelajah dan sistem pertahanan. Dengan teknologi Irbis E-, ujar Connie, Sukhoi SU-35 bisa menangkis serangan jamming yang dilancarkan musuh. Connie beranggapan TNI AU sengaja memilih Sukhoi SU-35 tidak hanya mempertimbangkan pengalaman pernah diembargo AS, tetapi juga adanya keseimbangan kekuatan yang menjadi faktor penentu. 

Ketika ditanya ideal jumlah pesawat yang dibutuhkan TNI AU untuk menjaga kedaulatan udara, Connie mengatakan hal tersebut bisa dihitung dengan cara yuridiksi nasional berbanding kecepatan pesawat. 

"Hal lain yang ikut berpengaruh adalah ancaman yang ada, sehingga bisa mempengaruhi besaran skuadron di tiap pangkalan udara," kata wanita yang meraih gelar doktor politik dari UI itu. 

Irit Bicara

Ketika dikonfirmasi mengenai rencana pembelian jet tempur Sukhoi SU-35, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin, yang ditemui pada Rabu siang kemarin terlihat irit bicara. Sama seperti rencana pembelian yang dilakukan tahun 2013 lalu, Galuzin mengaku tidak diberikan kewenangan oleh Moskow untuk berbicara mengenai hal tersebut.

"Saya tidak bisa mengomentari hal tersebut lebih jauh, karena tidak berwenang memberikan pernyataan apa pun mengenai isu itu," kata Galuzin. 

Namun, dia mengaku puas dengan rencana Indonesia yang tetap akan merealisasikan pembelian Sukhoi SU-35. 

"Seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya, kami siap untuk melakukan transfer of technology (TOT) terhadap Indonesia," ujar diplomat yang pernah bertugas di Jepang. 

Galuzin baru bersedia berkomentar lebih banyak jika upacara serah terima pesawat telah dilakukan. 

Sementara, Duta Besar RI untuk Rusia, Djauhari Oratmangun, yang dihubungi melalui telepon oleh VIVA.co.id pada Rabu malam menyebut belum ada pertemuan antara Rusia dengan Indonesia usai Menhan Ryamizard memutuskan untuk tetap membeli Sukhoi SU-35. 

"Kan masih proses di dalam negeri. Belum ada kesepakatan mengenai pembelian. Soal lama atau tidak keputusan pembelian, maka hal tersebut tergantung dari negosiasi di pihak yang membutuhkan dan pemasok," ujar Djauhari. 

Lagipula, kata Djauhari, industri pesawat terbang untuk pesawat tempur merupakan industri strategis, sehingga membutuhkan penangan yang berbeda. Proses realisasi pembelian Sukhoi SU-35 pun, Djauhari menambahkan, masih cukup jauh. 
 

Rabu, 23 September 2015

N-219 akan Roll Out 28 Oktober

28 oktober nanti, bisa jadi menjadi hari besar bagi PT. Dirgantara Indonesia. Jika tak ada aral melintang, bertepatan dengan hari sumpah pemuda, pesawat n-219 akan ditampilkan ke hadapan publik.



Saat ini pengerjaan prototipe pesawat n-219 telah mencapai lebih dari 50%. Total nantinya PT Dirgantara Indonesia akan memproduksi 4 buah prototype. 2 prototype untuk uji terbang, sementara 2 lainnya untuk uji statik serta uji struktur pesawat. Ujian ini dilakukan untuk memperoleh sertifikasi dari kementrian perhubungan sebelum akhirnya N-219 diproduksi massal.

N-219 sendiri merupakan pesawat ringan berkapasitas 19 penumpang. Pesawat ini cocok untuk penerbangan perintis karena memiliki kemampuan terbang dan mendarat pada landasan pendek dan berumput. Selain itu N-219 dirancang untuk mampu beroperasi selama 20 hingga 30 tahun mendatang.



Meski dirancang sebagai pesawat perintis, N-219 sudah mengadopsi glass cockpit atau kokpit digital. Ini terlihat dari simulator yang didesain dari PT.DI. Menurut program manaje N-219, Budi Sampurno, pemasangan Glass Kokpit dipercaya akan memudahkan kerja pilot, sehingga ujungnya akan meningkatkan keselamatan terbang. Hingga kini sudah ada 3 maskapai yang meneken MoU akan membeli N-219 dengan total pesanan mencapai lebih dari 70 pesawat.
 
Sementara itu, saat ARCinc mengunjungi Hangar Perakitan, terlihat berbagai kesibukan tengah berlangsung. Diantaranya uji pesawat CN-295 nomo seri AX-2909, perakitan 2 buah NC-212-400 pesanan Philipina, perakitan CN-235 pesanan Thailand dan lainnya.



ARC.

Rusia Puas Rencana Indonesia Beli Pesawat Sukhoi SU-35

Rusia Puas Rencana Indonesia Beli Pesawat Sukhoi SU-35
Pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 buatan Rusia yang tengah pamer kemampuan di pameran dirgantara Paris Air Show. (REUTERS/Pascal Rossignol)

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin, mengaku puas dengan rencana pembelian pesawat jet tempur Sukhoi SU-35 dari negaranya.
Kementerian Pertahanan rencananya akan membeli satu skuadron pesawat Sukhoi SU-35 dari Negeri Tirai Besi itu.
Demikian ungkap Galuzin yang disampaikan dalam keterangan pers di kediamannya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu, 23 September 2015.
 
Tetapi, Galuzin enggan berkomentar banyak terkait rencana pembelian yang telah disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kepada DPR pada awal bulan lalu. 

"Saya tidak berkomentar banyak mengenai hal itu, sebab saya tidak diberi kewenangan untuk menjawabnya," kata Galuzin. 

Dia juga menyebut tidak tahu soal harga jet suhkoi yang ditawarkan oleh negaranya kepada Pemerintah Indonesia. Namun, terkait tukar pengetahuan mengenai teknologi, Rusia mengaku siap membantu Indonesia.

Galuzin baru bisa berkomentar ketika sudah ada penyerahan resmi yang dilakukan oleh pemerintahnya kepada Indonesia.

Sebelumnya, Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Sidik telah mendukung rencana pembelian pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 sebagai pengganti F-5 Tiger yang sudah uzur. 

Pembelian itu dilakukan untuk memperkuat kedaulatan udara Indonesia. Negara tetangga seperti Malaysia dan Australia terus melakukan perkembangan alutsista. 

Hal itu diungkap anggota Komisi I, Salim Mengga. Malaysia telah memesan lebih dulu pesawat tempur F-35 dan Sukhoi SU-35. Singapura dan Australia telah membeli F-35. 

Negeri Kanguru bahkan telah mendatangkan 58 unit F-35 untuk menjaga wilayah udara mereka. Dia menyebut pembelian SU-35 tidak sesulit saat Indonesia membeli jet tempur F-16. Saat itu, Indonesia sempat kesulitan mencari sparepart pesawat yang telah diembargo. 

"Kita cari alutsista yang risikonya rendah. Misalnya kita beli F-16, tapi dalam perjanjiannya kita tidak boleh digunakan untuk keamanan dalam negeri, terus untuk apa. Jadi kita cari syaratnya yang ringan. Dengan Rusia tidak banyak risikonya," kata Salim.

Untuk pembelian satu skuadron Sukhoi SU-35 dibutuhkan anggaran sebesar Rp35 triliun. Sebelumnya RI telah membeli 16 jet tempur Sukhoi yang kini bermarkas di Makassar. Jet tempur itu membentuk Skuadron Udara Tempur 11.