Rabu, 23 September 2015

N-219 akan Roll Out 28 Oktober

28 oktober nanti, bisa jadi menjadi hari besar bagi PT. Dirgantara Indonesia. Jika tak ada aral melintang, bertepatan dengan hari sumpah pemuda, pesawat n-219 akan ditampilkan ke hadapan publik.



Saat ini pengerjaan prototipe pesawat n-219 telah mencapai lebih dari 50%. Total nantinya PT Dirgantara Indonesia akan memproduksi 4 buah prototype. 2 prototype untuk uji terbang, sementara 2 lainnya untuk uji statik serta uji struktur pesawat. Ujian ini dilakukan untuk memperoleh sertifikasi dari kementrian perhubungan sebelum akhirnya N-219 diproduksi massal.

N-219 sendiri merupakan pesawat ringan berkapasitas 19 penumpang. Pesawat ini cocok untuk penerbangan perintis karena memiliki kemampuan terbang dan mendarat pada landasan pendek dan berumput. Selain itu N-219 dirancang untuk mampu beroperasi selama 20 hingga 30 tahun mendatang.



Meski dirancang sebagai pesawat perintis, N-219 sudah mengadopsi glass cockpit atau kokpit digital. Ini terlihat dari simulator yang didesain dari PT.DI. Menurut program manaje N-219, Budi Sampurno, pemasangan Glass Kokpit dipercaya akan memudahkan kerja pilot, sehingga ujungnya akan meningkatkan keselamatan terbang. Hingga kini sudah ada 3 maskapai yang meneken MoU akan membeli N-219 dengan total pesanan mencapai lebih dari 70 pesawat.
 
Sementara itu, saat ARCinc mengunjungi Hangar Perakitan, terlihat berbagai kesibukan tengah berlangsung. Diantaranya uji pesawat CN-295 nomo seri AX-2909, perakitan 2 buah NC-212-400 pesanan Philipina, perakitan CN-235 pesanan Thailand dan lainnya.



ARC.

Rusia Puas Rencana Indonesia Beli Pesawat Sukhoi SU-35

Rusia Puas Rencana Indonesia Beli Pesawat Sukhoi SU-35
Pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 buatan Rusia yang tengah pamer kemampuan di pameran dirgantara Paris Air Show. (REUTERS/Pascal Rossignol)

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin, mengaku puas dengan rencana pembelian pesawat jet tempur Sukhoi SU-35 dari negaranya.
Kementerian Pertahanan rencananya akan membeli satu skuadron pesawat Sukhoi SU-35 dari Negeri Tirai Besi itu.
Demikian ungkap Galuzin yang disampaikan dalam keterangan pers di kediamannya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu, 23 September 2015.
 
Tetapi, Galuzin enggan berkomentar banyak terkait rencana pembelian yang telah disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kepada DPR pada awal bulan lalu. 

"Saya tidak berkomentar banyak mengenai hal itu, sebab saya tidak diberi kewenangan untuk menjawabnya," kata Galuzin. 

Dia juga menyebut tidak tahu soal harga jet suhkoi yang ditawarkan oleh negaranya kepada Pemerintah Indonesia. Namun, terkait tukar pengetahuan mengenai teknologi, Rusia mengaku siap membantu Indonesia.

Galuzin baru bisa berkomentar ketika sudah ada penyerahan resmi yang dilakukan oleh pemerintahnya kepada Indonesia.

Sebelumnya, Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Sidik telah mendukung rencana pembelian pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 sebagai pengganti F-5 Tiger yang sudah uzur. 

Pembelian itu dilakukan untuk memperkuat kedaulatan udara Indonesia. Negara tetangga seperti Malaysia dan Australia terus melakukan perkembangan alutsista. 

Hal itu diungkap anggota Komisi I, Salim Mengga. Malaysia telah memesan lebih dulu pesawat tempur F-35 dan Sukhoi SU-35. Singapura dan Australia telah membeli F-35. 

Negeri Kanguru bahkan telah mendatangkan 58 unit F-35 untuk menjaga wilayah udara mereka. Dia menyebut pembelian SU-35 tidak sesulit saat Indonesia membeli jet tempur F-16. Saat itu, Indonesia sempat kesulitan mencari sparepart pesawat yang telah diembargo. 

"Kita cari alutsista yang risikonya rendah. Misalnya kita beli F-16, tapi dalam perjanjiannya kita tidak boleh digunakan untuk keamanan dalam negeri, terus untuk apa. Jadi kita cari syaratnya yang ringan. Dengan Rusia tidak banyak risikonya," kata Salim.

Untuk pembelian satu skuadron Sukhoi SU-35 dibutuhkan anggaran sebesar Rp35 triliun. Sebelumnya RI telah membeli 16 jet tempur Sukhoi yang kini bermarkas di Makassar. Jet tempur itu membentuk Skuadron Udara Tempur 11. 
 
 
 

Ini Dia! Kabar Tentang Rudal Starstreak Arhanud TNI AD

forceshield

Berita mengenai pembelian rudal hanud (pertahanan udara) Starstreak dari Thales, Inggris sudah mengemuka sejak beberapa lama. Pembelian rudal super cepat (high velocity missile) ini pun masuk dalam program MEF (minimum essential force) I Kementerian Pertahanan RI dengan nilai mencapai 100 juta pounsterling. Bahkan satuan tempat bernaungnya rudal ini juga sudah disiapkan, tapi mesti telah lama didengungkan, sosok rudal Starstreak beserta peluncurnya belum juga terlihat di jajaran etalase Arhanud TNI AD.

Sewajarnya bila rudal berkecepatan Mach 3.5 ini sudah tiba, pastinya sudah diikutkan dalam parade HUT TNI 2014 yang digelar besar-besaran bulan Oktober silam di Dermaga Ujung, Surabaya. Ternyata dari petikan informasi yang berasal dari Janes.com (18/9/2015), disebut bahwa Starstreak pesanan Indonesia dengan VML (Versatile Missile Launcher) tengah dalam proses produksi dan pengujian oleh Thales.

1-high-velocity-missile

Mengutip sumber dari TheJakartaPost.com (17/1/2013), pengadaan alutsista ini sudah mulai dibicarakan sejak kedatangan PM Inggris, Tony Blair saat berkunjung ke Jakarta pada tahun 2006 silam. Alhasil kemudian berlangsunglah kontrak pembelian rudal Starstreak pada tahun 2012. “Indonesia membeli 1 baterai rudal Starstreak, yang terdiri dari sembilan peluncur,” ujar Kolonel. Jonni Mahroza, Atase Militer RI di Inggris. Tidak ada informasi lebih lanjut, dalam platform apakah Starstreak ini dibeli oleh Indonesia. Tapi besar kemungkinan, mengacu pada unit peluncur ground based dengan 3 peluncur pada dudukan monopod.

Jumlah satu baterai jelas tak mencukupi untuk upaya pertahanan yang efektif, idealnya dalam satu batalyon terdapat tiga baterai. Baterai bisa diibaratkan satuan setingkat kompi dalam kesatuan infanteri atau kavaleri. Starstreak disiapkan untuk menjadi perisai angkasa untuk wilayah DKI Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan penunjukkan kesatuan Yon Arhanudse (Artileri Pertahanan Udara Sedang) 10 Kodam Jaya selaku operator rudal ini.

Janes.com menyebut pesanan Starstreak Indonesia masuk dalam kontrak RAPIDRanger air defence missile systems. Dan kabarnya, AD Malaysia juga memesan jenis rudal ini. Secara keseluruhan, integrasi dari semua solusi sistem senjata dan sensor ini diberi label ForceSHIELD. Sistem integrasi pertahanan udara ini pernah ditampilkan demonya dalam ajang Indo Defence 2012.

Merujuk ke siaran pers dari Thales (15/1/2014), tersebut bahwa Kemhan RI telah melakukan penandatangan kontrak pembelian paket sistem rudal Starstreak senilai 100 juta pounsterling. Starstreak masuk dalam SHORAD (short range air defence), komponennya terdiri dari radar CONTROLMaster200, RAPIDRanger mobile weapon systems, dan Lightweight Multiple Launcher (LML). Kontrak pemebelian Starstreak juga mencakup materi komunikasi, pelatihan dan logistik suku cadang.

Starstreak dengan platform jip Land Rover Defender jadi salah satu tipe yang akan digunakan TNI AD
Starstreak dengan platform jip Land Rover Defender jadi salah satu tipe yang akan digunakan TNI AD

Platform ini dioperasikan secara manual, pada bagian bawah deck terdapat ruang penyimpanan rudal cadangan.
Platform ini dioperasikan secara manual, pada bagian bawah deck terdapat ruang penyimpanan rudal cadangan.

Untuk peluncur LML, pernah disinggung sebelumnya di artikel Indomiliter (27/10/2013), bahwa platform Starstreak yang akan diadopsi Indonesia menggunakan basis jip Land Rover Defender. Sosok Jeep Starstreak yang akan di datangkan ke Indonesia ini terlihat dalam ajang Defence Vehicle Dynamics 2014 di Millbrook Proving Ground, Inggris. Tampak dalam foto, satu jip Land Rover dibekali satu tiang model MANPADS dengan tiga peluncur yang siap ditembakkan. Di bawah plat lantai, tersedia ruang untuk penyimpanan 6 unit rudal Starstreak. Peluncur dalam pola LML dilakukan secara manual oleh seorang juru tembak, atau bisa dikatakan mirip dengan cara penembakkan di rudal Mistral Atlas yang juga dipakai Arhanudse TNI AD.

Platrform peluncur RAPIDRanger Starstreak.
Platrform peluncur RAPIDRanger Starstreak.

Platrform peluncur RAPIDRanger Starstreak.
Platrform peluncur RAPIDRanger Starstreak.

Sedangkan untuk RAPIDRanger mobile weapon systems, berupa platform peluncur Starstrak yang disematkan pada rantis 4×4. Pola peluncuran rudal disini dapat dilakukan manual atau bisa juga otomatis lewat moda RCWS (remote control weapon systems). Di RAPIDRanger platform terdiri dari empat peluncur rudal yang sudah terintegrasi dengan perangkat optic dan pencitraan. Model peluncuran ini mengingatkan pada Mistral RCWS yang dipasang pada rantis Renault Sherpa Light yang juga telah dioperasikan Arhanud TNI AD.

Radar CONTROLMaster200.
Radar CONTROLMaster200.

Dan tentang CONTROLMaster200, perannya bisa disamakan dengan radar mobile Giraffe untuk rudal RBS-70 atau Mistral Coordination Post untuk pengendali rudal Mistral TNI AD. Bagaimana tentang kemampuan radar canggih CONTROLMaster200 yang akan melengkapi arsenal Arhanud TNI AD? Simak kupas lengkapnya di artikel Indomiliter selanjutnya. (Gilang Perdana)
 

Polri Beli Pesawat CN295 PTDI

C-295
C-295

PT Dirgantara Indonesia, PTDI dan Direktorat Kepolisian Udara menandatangani kontrak jual beli satu unit Pesawat CN295 dan satu unit Helikopter BELL 412 EP. Dalam keterangan tertulis Direktur Utama PTDI, Budi Santoso mengatakan penandatanganan kontrak jual beli dengan Kepolisian diharapkan menjadi pendorong untuk terjadinya kontrak-kontrak berikutnya.

“PTDI merasa bangga dapat memberikan dukungan terhadap kebutuhan pemerintah, khususnya Kepolisian Udara dan sudah menjadi komitmen PTDI untuk berupaya keras menyelesaikan pesanan tepat waktu,” ujarnya, Senin (21/9/2015).

Ia mengatakan sebelumnya, PTDI di awal bulan September juga telah menandatangani pengadaan dua unit helicopter AS 365 N3+ Dauphin dengan Basarnas.

“Dengan ditandatanganinya kontrak-kontrak ini, segala visi, strategi dan sumber daya sekarang sudah siap untuk bergerak dari tahap pemulihan ke tahap pengembangan bisnis untuk PTDI ke depan,” tuturnya.

Kasubbag Renmin Ditpoludara AKBP Hasanuddin mengatakan kepolisian udara merasa puas dengan produk pesawat yang sebelumnya telah mereka gunakan, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan armada kepolisian udara kembali memesan satu unit CN295 dan satu unit helikopter BELL 412 EP untuk memaksimalkan kinerja dalam menjaga keamanan nasional.

Pesawat CN 295
Pesawat CN 295


Saat ini Kepolisian Udara telah menggunakan pesawat dan helikopter buatan PTDI diantaranya pesawat NC212-200, BO 105, BELL 412 SP, BELL 412 EP.

Pesawat CN295 ini adalah program kerja sama PTDI dengan Airbus Defence & Space. Pesawat ini merupakan pengembangan dari CN235, Badan pesawat

lebih panjang 3 meter daripada CN235. Pesawat ini berkapasitas untuk 40 sampai dengan 50 penumpang.

CN295 digerakkan oleh dua mesin turboprop pratt dan withney yang lebih besar tenaganya dibandingkan dengan CN235.

Sedangkan helikopter BELL 412 EP program kerja sama PTDI dengan Bell Textron, helicopter ini adalah generasi terbaru, keunggulan dari helikopter ini dapat digunakan pada operasi jarak pendek dan taktis dilapangan.

Koran-jakarta.com

“Pertempuran” TNI AU dan TNI AL akan Terjadi di Cilegon

latgab1

TNI akan mengadakan pesta rakyat di puncak perayaan HUT TNI ke-70 di Pantai Indah Kiat, Cilegon – Jawa Barat. Apa alasan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memilih lokasi pantai di Banten itu?. Jenderal Gatot mengatakan, acara perayaan HUT TNI tersebut bertemakan kemaritiman. Nantinya akan ada demonstrasi pertempuran dari TNI AL dan TNI AU.

“Kami sampaikan pelaksanaan tahun ini ada yang beda, sesuai dengan apa yang menjadi kebijakan presiden, Indonesia jadi poros maritim dunia. Untuk itu tidak ada alternatif lain, kita harus punya keunggulan di udara dan di laut,” kata Panglima TNI saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/9/2015).

TNI pun memilih lokasi Pantai Indah Kiat di Cilegon. Alasannya agar atraksi pertempuran laut dan udara bisa benar-benar total dilakukan. Lokasi ini juga tak jauh dari ibu kota.


“Tempat yang sedekat mungkin dengan ibukota, tapi kita juga bisa lakukan demonstrasi basah, dalam arti kata AU bisa nembak benar-benaran, AL juga bisa nembak. Karena kalau di dermaga ujung ada pulau Madura,” kata Gatot.

Dalam perayaan ini, Panglima TNI beserta seluruh jajaran kepala staf TNI mengundang masyarakat untuk hadir dan melihat langsung pertunjukan pertempuran tersebut. Dikatakan Gatot, di acara itu, TNI juga akan tetap melakukan parade pasukan dan alutsista.

“Kalau mau lihat pertempuran AU dan AL, silakan besok liat. Jumlah personel ada 5.720. Semua (alutsista) akan ditampilkan,” jelas Jenderal Gatot.

“Karena AD pernah demonstrasikan pertempuran di Baturaja dihadiri presiden waktu saya jadi Kasad. AU dan AL belum karena sibuk. Karena itu saat ini saya tunjukkan kehebatan AU dan AL. Saya nggak boleh ceritakan, supaya masyarakat penasaran mau nonton,” tambahnya.

Detik.com

Instruksi Presiden Beli Sukhoi SU-35

Sukhoi SU-35, Time to Rock and Roll (REUTERS/Pascal Rossigno)
Sukhoi SU-35, Time to Rock and Roll (REUTERS/Pascal Rossigno)

Menteri Pertahanan Ryamizad Ryacudu mengatakan segera bertemu dengan perwakilan Rusia untuk membahas pembelian Sukhoi SU-35, akhir September 2015.

“Sejauh ini belum (bertemu perwakilan Rusia), rencananya akhir bulan ini,” katanya di Ruang Rapat Komisi I DPR, Jakarta, Senin (21/9/2015).

Hal itu menurut dia, telah menerima instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo untuk pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35.

Menhan mengatakan selama ini TNI AU masih menggunakan pesawat tempur F-5 Tiger yang usianya sudah 40 tahun.

“Ini untuk mengganti F-5 yang usianya sudah 40 tahun, (pilot) lihat terbang saja takut,” ucapnya.

Ryamizard menjelaskan, pembelian Sukhoi SU-35 tidak dilakukan satu skuadron sekaligus, namun secara bertahap. Menurut dia, Indonesia direncanakan akan membeli setengah skuadron pesawat Sukhoi SU-35.


“Itu sudah diproses pemerintah dan instruksi presiden,” ujarnya.

Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq mengatakan pesawat F-5 saat ini di beberapa negara sudah tidak digunakan lagi, seperti Taiwan sejak dua tahun lalu tidak menggunakannya.

Mahfudz menilai skuadron F-5 milik Indonesia sebenarnya sudah tua dan sudah waktunya diganti.

“Namun Panglima TNI ingin mengganti skuadron F-5 jangan tanggung,” ujarnya.

Politikus PKS itu mengatakan Indonesia harus melakukan lompatan dalam modernisasi alutsista dengan memiliki efek tangkal di kawasan, seperti pesawat Sukhoi SU-35.

Kompas.com

Membangun Landasan Pesawat Tempur di Natuna

  sukhoi-5

Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya setuju dengan usulan yang disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu terkait realokasi anggaran pengadaan alutsista untuk memperbaiki infrastruktur di Pulau Natuna. Menurutnya, langkah itu perlu diambil menyusul peningkatan eskalasi ketegangan di Laut China Selatan.

“Itu upaya antisipatif kalau di wilayah itu terjadi konflik yang tidak menguntungkan kita. Karena ada pendapat ahli bahwa wilayah itu berpotensi terjadi kerusuhan jika di Laut China Selatan bentrok,” kata Tantowi di Kompleks Parlemen, Selasa (22/9/2015).

Ia mengatakan, perbaikan infrastruktur di Pulau Natuna bukan bentuk provokasi untuk memanaskan situasi. Sebaliknya, langkah itu merupakan langkah antisipasi, mengingat Natuna merupakan beranda terdepan Indonesia yang berdekatan dengan Laut China Selatan.

“Kita tidak melihat ini sebagai upaya provokatif, tapi defence,” ujarnya.

Sementara itu, Tantowi enggan membeberkan berapa jumlah pasti usulan anggaran yang direalokasi. Hanya saja, menurut dia, jika melihat paparan Ryamizard, jumlah yang diusulkan cukup rasional.


Sebelumnya, Ryamizard mengatakan, Kemenhan menunda pembelian alat utama sistem persenjataan untuk 2016 karena anggarannya dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur di Pulau Natuna yang berbatasan dengan Laut Tiongkok Selatan.

“Pembelian pesawat belum menjadi prioritas, bukan tidak jadi, namun ditunda. Yang penting saat ini menghadapi situasi yang memanas di Laut Tiongkok Selatan,” kata Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu di DPR, Jakarta, Senin (21/9/2015).

Saat ini, negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok sedang memperebutkan wilayah di Laut Cina Selatan. Ia mengakui Indonesia memiliki hubungan baik dengan kedua negera tersebut namun Indonesia tak boleh diam ketika kondisi memanas.

“Indonesia tidak ada masalah dengan AS dan Tiongkok. Kita punya alutsista, seperti kapal dan pesawat namun yang penting adalah landasan (di Pulau Natuna),” terang Ryamizard.

Ryamizad menilai landasan di Pulau Natuna saat ini tidak bisa digunakan untuk pesawat tempur tapi bisa untuk pesawat angkut. Sedangkan untuk kondisi pelabuhan di wilayah tersebut sangat memprihatinkan karena terbuat dari kayu.

“Pesawat tempur bisa menghisap kerikil (apabila landasan rusak) dan menyebabkan mesin pecah,” katanya.

Kompas.com