Rabu, 23 September 2015

Ini Dia! Kabar Tentang Rudal Starstreak Arhanud TNI AD

forceshield

Berita mengenai pembelian rudal hanud (pertahanan udara) Starstreak dari Thales, Inggris sudah mengemuka sejak beberapa lama. Pembelian rudal super cepat (high velocity missile) ini pun masuk dalam program MEF (minimum essential force) I Kementerian Pertahanan RI dengan nilai mencapai 100 juta pounsterling. Bahkan satuan tempat bernaungnya rudal ini juga sudah disiapkan, tapi mesti telah lama didengungkan, sosok rudal Starstreak beserta peluncurnya belum juga terlihat di jajaran etalase Arhanud TNI AD.

Sewajarnya bila rudal berkecepatan Mach 3.5 ini sudah tiba, pastinya sudah diikutkan dalam parade HUT TNI 2014 yang digelar besar-besaran bulan Oktober silam di Dermaga Ujung, Surabaya. Ternyata dari petikan informasi yang berasal dari Janes.com (18/9/2015), disebut bahwa Starstreak pesanan Indonesia dengan VML (Versatile Missile Launcher) tengah dalam proses produksi dan pengujian oleh Thales.

1-high-velocity-missile

Mengutip sumber dari TheJakartaPost.com (17/1/2013), pengadaan alutsista ini sudah mulai dibicarakan sejak kedatangan PM Inggris, Tony Blair saat berkunjung ke Jakarta pada tahun 2006 silam. Alhasil kemudian berlangsunglah kontrak pembelian rudal Starstreak pada tahun 2012. “Indonesia membeli 1 baterai rudal Starstreak, yang terdiri dari sembilan peluncur,” ujar Kolonel. Jonni Mahroza, Atase Militer RI di Inggris. Tidak ada informasi lebih lanjut, dalam platform apakah Starstreak ini dibeli oleh Indonesia. Tapi besar kemungkinan, mengacu pada unit peluncur ground based dengan 3 peluncur pada dudukan monopod.

Jumlah satu baterai jelas tak mencukupi untuk upaya pertahanan yang efektif, idealnya dalam satu batalyon terdapat tiga baterai. Baterai bisa diibaratkan satuan setingkat kompi dalam kesatuan infanteri atau kavaleri. Starstreak disiapkan untuk menjadi perisai angkasa untuk wilayah DKI Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan penunjukkan kesatuan Yon Arhanudse (Artileri Pertahanan Udara Sedang) 10 Kodam Jaya selaku operator rudal ini.

Janes.com menyebut pesanan Starstreak Indonesia masuk dalam kontrak RAPIDRanger air defence missile systems. Dan kabarnya, AD Malaysia juga memesan jenis rudal ini. Secara keseluruhan, integrasi dari semua solusi sistem senjata dan sensor ini diberi label ForceSHIELD. Sistem integrasi pertahanan udara ini pernah ditampilkan demonya dalam ajang Indo Defence 2012.

Merujuk ke siaran pers dari Thales (15/1/2014), tersebut bahwa Kemhan RI telah melakukan penandatangan kontrak pembelian paket sistem rudal Starstreak senilai 100 juta pounsterling. Starstreak masuk dalam SHORAD (short range air defence), komponennya terdiri dari radar CONTROLMaster200, RAPIDRanger mobile weapon systems, dan Lightweight Multiple Launcher (LML). Kontrak pemebelian Starstreak juga mencakup materi komunikasi, pelatihan dan logistik suku cadang.

Starstreak dengan platform jip Land Rover Defender jadi salah satu tipe yang akan digunakan TNI AD
Starstreak dengan platform jip Land Rover Defender jadi salah satu tipe yang akan digunakan TNI AD

Platform ini dioperasikan secara manual, pada bagian bawah deck terdapat ruang penyimpanan rudal cadangan.
Platform ini dioperasikan secara manual, pada bagian bawah deck terdapat ruang penyimpanan rudal cadangan.

Untuk peluncur LML, pernah disinggung sebelumnya di artikel Indomiliter (27/10/2013), bahwa platform Starstreak yang akan diadopsi Indonesia menggunakan basis jip Land Rover Defender. Sosok Jeep Starstreak yang akan di datangkan ke Indonesia ini terlihat dalam ajang Defence Vehicle Dynamics 2014 di Millbrook Proving Ground, Inggris. Tampak dalam foto, satu jip Land Rover dibekali satu tiang model MANPADS dengan tiga peluncur yang siap ditembakkan. Di bawah plat lantai, tersedia ruang untuk penyimpanan 6 unit rudal Starstreak. Peluncur dalam pola LML dilakukan secara manual oleh seorang juru tembak, atau bisa dikatakan mirip dengan cara penembakkan di rudal Mistral Atlas yang juga dipakai Arhanudse TNI AD.

Platrform peluncur RAPIDRanger Starstreak.
Platrform peluncur RAPIDRanger Starstreak.

Platrform peluncur RAPIDRanger Starstreak.
Platrform peluncur RAPIDRanger Starstreak.

Sedangkan untuk RAPIDRanger mobile weapon systems, berupa platform peluncur Starstrak yang disematkan pada rantis 4×4. Pola peluncuran rudal disini dapat dilakukan manual atau bisa juga otomatis lewat moda RCWS (remote control weapon systems). Di RAPIDRanger platform terdiri dari empat peluncur rudal yang sudah terintegrasi dengan perangkat optic dan pencitraan. Model peluncuran ini mengingatkan pada Mistral RCWS yang dipasang pada rantis Renault Sherpa Light yang juga telah dioperasikan Arhanud TNI AD.

Radar CONTROLMaster200.
Radar CONTROLMaster200.

Dan tentang CONTROLMaster200, perannya bisa disamakan dengan radar mobile Giraffe untuk rudal RBS-70 atau Mistral Coordination Post untuk pengendali rudal Mistral TNI AD. Bagaimana tentang kemampuan radar canggih CONTROLMaster200 yang akan melengkapi arsenal Arhanud TNI AD? Simak kupas lengkapnya di artikel Indomiliter selanjutnya. (Gilang Perdana)
 

Polri Beli Pesawat CN295 PTDI

C-295
C-295

PT Dirgantara Indonesia, PTDI dan Direktorat Kepolisian Udara menandatangani kontrak jual beli satu unit Pesawat CN295 dan satu unit Helikopter BELL 412 EP. Dalam keterangan tertulis Direktur Utama PTDI, Budi Santoso mengatakan penandatanganan kontrak jual beli dengan Kepolisian diharapkan menjadi pendorong untuk terjadinya kontrak-kontrak berikutnya.

“PTDI merasa bangga dapat memberikan dukungan terhadap kebutuhan pemerintah, khususnya Kepolisian Udara dan sudah menjadi komitmen PTDI untuk berupaya keras menyelesaikan pesanan tepat waktu,” ujarnya, Senin (21/9/2015).

Ia mengatakan sebelumnya, PTDI di awal bulan September juga telah menandatangani pengadaan dua unit helicopter AS 365 N3+ Dauphin dengan Basarnas.

“Dengan ditandatanganinya kontrak-kontrak ini, segala visi, strategi dan sumber daya sekarang sudah siap untuk bergerak dari tahap pemulihan ke tahap pengembangan bisnis untuk PTDI ke depan,” tuturnya.

Kasubbag Renmin Ditpoludara AKBP Hasanuddin mengatakan kepolisian udara merasa puas dengan produk pesawat yang sebelumnya telah mereka gunakan, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan armada kepolisian udara kembali memesan satu unit CN295 dan satu unit helikopter BELL 412 EP untuk memaksimalkan kinerja dalam menjaga keamanan nasional.

Pesawat CN 295
Pesawat CN 295


Saat ini Kepolisian Udara telah menggunakan pesawat dan helikopter buatan PTDI diantaranya pesawat NC212-200, BO 105, BELL 412 SP, BELL 412 EP.

Pesawat CN295 ini adalah program kerja sama PTDI dengan Airbus Defence & Space. Pesawat ini merupakan pengembangan dari CN235, Badan pesawat

lebih panjang 3 meter daripada CN235. Pesawat ini berkapasitas untuk 40 sampai dengan 50 penumpang.

CN295 digerakkan oleh dua mesin turboprop pratt dan withney yang lebih besar tenaganya dibandingkan dengan CN235.

Sedangkan helikopter BELL 412 EP program kerja sama PTDI dengan Bell Textron, helicopter ini adalah generasi terbaru, keunggulan dari helikopter ini dapat digunakan pada operasi jarak pendek dan taktis dilapangan.

Koran-jakarta.com

“Pertempuran” TNI AU dan TNI AL akan Terjadi di Cilegon

latgab1

TNI akan mengadakan pesta rakyat di puncak perayaan HUT TNI ke-70 di Pantai Indah Kiat, Cilegon – Jawa Barat. Apa alasan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memilih lokasi pantai di Banten itu?. Jenderal Gatot mengatakan, acara perayaan HUT TNI tersebut bertemakan kemaritiman. Nantinya akan ada demonstrasi pertempuran dari TNI AL dan TNI AU.

“Kami sampaikan pelaksanaan tahun ini ada yang beda, sesuai dengan apa yang menjadi kebijakan presiden, Indonesia jadi poros maritim dunia. Untuk itu tidak ada alternatif lain, kita harus punya keunggulan di udara dan di laut,” kata Panglima TNI saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/9/2015).

TNI pun memilih lokasi Pantai Indah Kiat di Cilegon. Alasannya agar atraksi pertempuran laut dan udara bisa benar-benar total dilakukan. Lokasi ini juga tak jauh dari ibu kota.


“Tempat yang sedekat mungkin dengan ibukota, tapi kita juga bisa lakukan demonstrasi basah, dalam arti kata AU bisa nembak benar-benaran, AL juga bisa nembak. Karena kalau di dermaga ujung ada pulau Madura,” kata Gatot.

Dalam perayaan ini, Panglima TNI beserta seluruh jajaran kepala staf TNI mengundang masyarakat untuk hadir dan melihat langsung pertunjukan pertempuran tersebut. Dikatakan Gatot, di acara itu, TNI juga akan tetap melakukan parade pasukan dan alutsista.

“Kalau mau lihat pertempuran AU dan AL, silakan besok liat. Jumlah personel ada 5.720. Semua (alutsista) akan ditampilkan,” jelas Jenderal Gatot.

“Karena AD pernah demonstrasikan pertempuran di Baturaja dihadiri presiden waktu saya jadi Kasad. AU dan AL belum karena sibuk. Karena itu saat ini saya tunjukkan kehebatan AU dan AL. Saya nggak boleh ceritakan, supaya masyarakat penasaran mau nonton,” tambahnya.

Detik.com

Instruksi Presiden Beli Sukhoi SU-35

Sukhoi SU-35, Time to Rock and Roll (REUTERS/Pascal Rossigno)
Sukhoi SU-35, Time to Rock and Roll (REUTERS/Pascal Rossigno)

Menteri Pertahanan Ryamizad Ryacudu mengatakan segera bertemu dengan perwakilan Rusia untuk membahas pembelian Sukhoi SU-35, akhir September 2015.

“Sejauh ini belum (bertemu perwakilan Rusia), rencananya akhir bulan ini,” katanya di Ruang Rapat Komisi I DPR, Jakarta, Senin (21/9/2015).

Hal itu menurut dia, telah menerima instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo untuk pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35.

Menhan mengatakan selama ini TNI AU masih menggunakan pesawat tempur F-5 Tiger yang usianya sudah 40 tahun.

“Ini untuk mengganti F-5 yang usianya sudah 40 tahun, (pilot) lihat terbang saja takut,” ucapnya.

Ryamizard menjelaskan, pembelian Sukhoi SU-35 tidak dilakukan satu skuadron sekaligus, namun secara bertahap. Menurut dia, Indonesia direncanakan akan membeli setengah skuadron pesawat Sukhoi SU-35.


“Itu sudah diproses pemerintah dan instruksi presiden,” ujarnya.

Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq mengatakan pesawat F-5 saat ini di beberapa negara sudah tidak digunakan lagi, seperti Taiwan sejak dua tahun lalu tidak menggunakannya.

Mahfudz menilai skuadron F-5 milik Indonesia sebenarnya sudah tua dan sudah waktunya diganti.

“Namun Panglima TNI ingin mengganti skuadron F-5 jangan tanggung,” ujarnya.

Politikus PKS itu mengatakan Indonesia harus melakukan lompatan dalam modernisasi alutsista dengan memiliki efek tangkal di kawasan, seperti pesawat Sukhoi SU-35.

Kompas.com

Membangun Landasan Pesawat Tempur di Natuna

  sukhoi-5

Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya setuju dengan usulan yang disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu terkait realokasi anggaran pengadaan alutsista untuk memperbaiki infrastruktur di Pulau Natuna. Menurutnya, langkah itu perlu diambil menyusul peningkatan eskalasi ketegangan di Laut China Selatan.

“Itu upaya antisipatif kalau di wilayah itu terjadi konflik yang tidak menguntungkan kita. Karena ada pendapat ahli bahwa wilayah itu berpotensi terjadi kerusuhan jika di Laut China Selatan bentrok,” kata Tantowi di Kompleks Parlemen, Selasa (22/9/2015).

Ia mengatakan, perbaikan infrastruktur di Pulau Natuna bukan bentuk provokasi untuk memanaskan situasi. Sebaliknya, langkah itu merupakan langkah antisipasi, mengingat Natuna merupakan beranda terdepan Indonesia yang berdekatan dengan Laut China Selatan.

“Kita tidak melihat ini sebagai upaya provokatif, tapi defence,” ujarnya.

Sementara itu, Tantowi enggan membeberkan berapa jumlah pasti usulan anggaran yang direalokasi. Hanya saja, menurut dia, jika melihat paparan Ryamizard, jumlah yang diusulkan cukup rasional.


Sebelumnya, Ryamizard mengatakan, Kemenhan menunda pembelian alat utama sistem persenjataan untuk 2016 karena anggarannya dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur di Pulau Natuna yang berbatasan dengan Laut Tiongkok Selatan.

“Pembelian pesawat belum menjadi prioritas, bukan tidak jadi, namun ditunda. Yang penting saat ini menghadapi situasi yang memanas di Laut Tiongkok Selatan,” kata Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu di DPR, Jakarta, Senin (21/9/2015).

Saat ini, negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok sedang memperebutkan wilayah di Laut Cina Selatan. Ia mengakui Indonesia memiliki hubungan baik dengan kedua negera tersebut namun Indonesia tak boleh diam ketika kondisi memanas.

“Indonesia tidak ada masalah dengan AS dan Tiongkok. Kita punya alutsista, seperti kapal dan pesawat namun yang penting adalah landasan (di Pulau Natuna),” terang Ryamizard.

Ryamizad menilai landasan di Pulau Natuna saat ini tidak bisa digunakan untuk pesawat tempur tapi bisa untuk pesawat angkut. Sedangkan untuk kondisi pelabuhan di wilayah tersebut sangat memprihatinkan karena terbuat dari kayu.

“Pesawat tempur bisa menghisap kerikil (apabila landasan rusak) dan menyebabkan mesin pecah,” katanya.

Kompas.com

Selasa, 22 September 2015

Legislator: pembukaan pangkalan militer di Natuna untuk antisiapasi

Legislator: pembukaan pangkalan militer di Natuna untuk antisiapasi
Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) Zul Sikumbang 
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tantowi Yahya menyatakan, rencana Kemenhan membuka pangkalan militer di Natuna adalah dalam rangka antisipasi bila terjadi konflik di wilayah tersebut.
"Itu upaya antisipatif kalau di wilayah itu terjadi konflik yang tidak menguntungkan kita," kata Tantowi di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa. Ia menambahkan, dari beberapa pendapat ahli, bahwa wilayah yang berpotensi terjadi kerusuhan dunia ada di Laut China Selatan.
"Ketika China bentrok dengan negara lain seperti Amerika Serikat, itu berada di beranda kita. Kita harus siap," kata politisi Partai Golkar.
Ia mengaku, apa yang diusulkan Kemenhan jauh dari kategori ideal dalam rangka mempertahankan keamanan, "Tapi itu harus disesuaikan kemampuan APBN," katanya.
Yang pasti, dengan dibangunnya pangkalan militer di Natuna, bukan dalam upaya povokatif.
"Tapi defense. Prioritas kita kan di poros maritim. Bangunan pangkalan membutuhkan beberapa alat perang," kata dia.

Kementarian Pertahanan meminta tambahan anggaran guna membangun pangkalan militer di Pulau Natuna sebesar Rp450 miliar.

UJI MUNISI SLT C90-CR-RB (M3)

  mlrs-tni-ad

Uji fungsi Munisi SLT C 90-CR-RB (M3) TNI AD ilaksanakan tanggal 10 – 11 September 2015, bertempat di Lapbak Pusdikif Pussenif Kodiklat TNI AD Cipatat Bandung, Jawa Barat.

Materi Uji Fungsi : Uji non destruktif melalui : Pengamatan visual, Pengukuran dimensi dan berat, Konstruksi dan perlengkapan. Sedangkan Uji destruktif melalui : Uji Daya Tembus Baja dan Uji kelancaran kerja.

Dalam pelaksanaan uji dihadiri oleh Danpussenif, Dirbinlitbang Pussenif, Staf umum Angkatan Darat, Staf Litbang Angkatan Darat dan Para Kasubdit Ditpalad.

SLT C90 (Photo: Audrey)
SLT C90 (Photo: Audrey)

C90-CR adalah peluncur roket anti tank yang digunakan unit infantri di lingkungan TNI AD. C90-CR dapat dioperasikan oleh seorang personel dengan cara dipanggul. Pola pengoperasiannya mirip dengan Armbrust, yakni bersifat sekali pakai, begitu roket keluar dari tabung, maka tabung peluncur sudah tak bisa digunakan lagi. Mekanismenya menggunakan piroteknik, jadi tidak diperlukan baterai atau pun sistem pengisian listrik.

C90-CR mempunya bobot yang ergonomis untuk dibawa soerang personel infantri, yakni hanya 4,8 kg. Panjang senjata tak sampai 1 meter (940 mm). Mengandalkan jenis roket tandem HE (high explosive) dengan kaliber 90 mm. Secara umum jangkauan tembaknya bisa mencapai 300 meter untuk target bergerak. Dalam paket peluncur standar, C90-CR sudah dilengkapi pembidik optic dengan 2x pembesaran. Namun untuk misi tempur malam hari, bisa ditambahkan perangkat bidik VN38-C.

TNI AD memiliki versi C90-CR anti armor, C90-CR-RB (M3) anti personel, dan C90-CR-BK untuk penghancur bunker. Senjata ini cukup ampuh digunakan untuk menghantam perkubuan lawan dalam perang di tengah hutan. Selain Indonesia dan Spanyol, C90-CR juga digunakan oleh India, Italia, Malaysia, Equador, Colombia, dan Estonia.

Ditpal-tniad.mil.id
Indomiliter.com