Senin, 21 September 2015

Memborong Helikopter Panther, Kapal Selam Chang Bogo dan Kilo


Helikopter Anti-Kapal Selam AS565 MB Panther, versi militer dari AS-365N3+ Dauphin (photo:eurocopter)
Helikopter Anti-Kapal Selam AS565 MB Panther, versi militer dari AS-365N3+ Dauphin (photo:eurocopter)

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berjanji akan memperkuat matra laut (TNI-AL) dan udara (TNI-AU). Hal itu akan dibuktikan dengan mendatangkan sebelas helikopter antikapal selam (AKS) jenis Panther. Helikopter buatan Prancis itu akan lengkap menambah kekuatan TNI-AL pada 2017.

”Pada 2016 sudah mulai tiba, hingga lengkap sebelas di tahun 2017,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI-AL (Kadispenal) Laksma Muhammad Zainudin saat dihubungi kemarin (19/9/2015).

Menurut Zainudin, pembelian helikopter Panther merupakan salah satu rangkaian membangkitkan kembali Skuadron 100, pasukan helikopter AKS TNI-AL yang disegani di era 1960-an. Helikopter canggih akan melengkapi kedatangan armada tiga kapal selam kelas Chang Bogo.

Saat ini tiga kapal selam itu tengah diproduksi di Korea Selatan dan dijadwalkan selesai pada 2017. TNI-AL juga berencana memesan kapal selam kelas kilo buatan Rusia dalam waktu dekat.

Itu semua tertuang dalam revisi Rencana Strategis MEF (Minimum Essential Force) 2015–2019. Saat ini baru dua kapal selam yang dimiliki matra penjaga kedaulatan laut Indonesia tersebut.

Kapal Selam Kilo buatan Rusia
Kapal Selam Kilo buatan Rusia

Zainudin mengatakan, saat ini TNI-AL sudah memiliki beberapa helikopter. Antara lain helikopter Bell 412, helikopter BO-105, dan helikopter latih Colibri. Sayang, dia tidak bisa menjelaskan detail berapa jumlah untuk masing-masing tipe atau jenis.

Ditambah helikopter Panther, kekuatan TNI-AL pun otomatis akan makin solid. 


Helikopter Panther dilengkapi teknologi sonar DS-100 Helicopter Long-Range Active Sonar (HELRAS). Alat tersebut mampu mendeteksi benda yang ada di kedalaman 500 meter dari permukaan laut.
Bukan hanya itu, dengan resolusi proses Doppler dan denyut yang panjang, alat tersebut juga bisa mendeteksi kapal selam meski melaju dengan kecepatan sangat rendah.
Bersama L-3, DS-100 bisa dipakai untuk mendeteksi, menetapkan target, dan meluncurkan senjata kepada target kapal selam di kedalaman atau perairan dangkal.

JPNN.com

Jumat, 18 September 2015

Nexter Systems Perkenalkan CAESAR 155/52mm 8×8 dengan Platform Truk Tatra T815

Caesar-8x8-front-Nexter-EHB-Roanne-4-Sept-2015-IMG_5884-1024x683

TRF-1 CAESAR (Camion Equipe’ d’un Syste’me d’ ARtillerie) 6×6 telah didapuk sebagai ikon SPH (Self Propelled Howitzer) Yon Armed (Artileri Medan) TNI AD. Masuk dalam pengadaan alutsista MEF (minium essential force) I, TNI AD mendapat perkuatan 37 unit CAESAR untuk ditempatkan kedalam dua batalyon Armed dan satu unit untuk Pusdik Armed. Nah, tanpa merubah platform meriam kaliber 155/52 mm, pada ajang DSEI (Defence and Security Equipment International) Exhibition di London 15 – 18 September 2015, pihak Nexter Systems selaku manufaktur memperkenalkan CAESAR baru dengan platform kendaraan truk 8×8.

Caesar-8x8-Nexter-rear-EHB-Roanne-4-Sept-2015-IMG_5882-1024x683

Dikutip dari Janes.com (16/9/2015), CAESAR dengan konfigurasi 8×8 menawarkan kemampuan cross country lebih baik dibanding platform kendaraan sebelumnya. Yang digunakan pada CAESAR 8×8 adalah truk dengan basis Tatra T815. Jenis truk ini sejatinya tak asing lagi di lingkungan TNI, khususnya Korps Marinir TNI AL yang mengadopsi Tatra T815 sebagai platform carrier bagi ranpur amfibi BMP-3F. Hanya saja Tatra T815 yang digunakan pada CAESAR 8×8 sudah mengalami modifikasi pada sisi bodi, terkesan tampilannya lebih futuristik plus ada bekal lapisan baja untuk perlindungan bagi awaknya. Sebagai sumber tenaga mengusung mesin diesel 410 hp.
Caesar-rolls-in-on-eight-wheels-_DSEi15D2_Caesar-8x8-fire-control-Nexter-EHB-Roanne-4-Sept-2015-IMG_5883-683x1024

Dengan platform truk yang lebih besar, bila dilengkapi material lapis baja, maka bobot CAESAR 8×8 juga ikut terdongkrak hingga 30 ton. Nilai plusnya, muatan proyektil yang bisa dibawa lebih banyak, yakni 30. Sebagai perbandingan, CAESAR 6×6 hanya sanggup membawa 18 proyektil dalam kendaraan. Seperti pada CAESAR 6×6, CAESAR 8×8 juga menggunakan teknologi MCS (modular charge systems). Sebagai sistem kendali penembakkan, CAESAR dilengkapi computer on board untuk fire control systems dan GPS (global positioning systems)/intertial navigation systems.

CAESAR 6x6 di Indo Defence 2012.
CAESAR 6×6 di Indo Defence 2012.

CAESAR 6x6 TNI AD dalam Pameran Alutsista di Lapangan Monas.
CAESAR 6×6 TNI AD dalam Pameran Alutsista di Lapangan Monas.

IMAG0181

Sampai saat ini Nexter Systems telah memproduksi 72 unit CAESAR 6×6, dan telah aktif digunakan militer Perancis dalam operasi militer di Afghanistan, Lebanon dan Mali. CAESAR 6×6 dirancang diatas platform truk Renault Defense Sherpa 5. Dengan platform truk, baik meriam, kru, dan amunisi bisa dibawa dalam satu unit, sehingga bisa digelar lebih cepat. Truk Sherpa 5 sudah dirancang khusus dengan penguatan chasis, bahkan ada teknologi yang diterapkan pada ranpur beroda yakni CTIS (central tire inflation systems) untuk mengatur tekanan ban dari dalam kabin juga disematkan, sehingga CAESAR bisa berjalan di beragam medan berat.

Dalam gelar operasinya, CAESAR 6×6 membawa 6 awak, dimana untuk urusan kabin sudah dilengkapi perlindungan anti Nubika (nuklir, biologi, dan kimia). Lapisan body truk ini pun sudah dibuat kebal untuk menahan proyektil peluru kaliber 7,62mm dan pecahan mortir kaliber 80mm. Selain Indonesia dan Perancis, negara pengguna CAESAR 6×6 dengan platform truk Renault Defense Sherpa 5 adalah Thailand (6 unit). Sementara Arab Saudi juga menggunakan CAESAR 6×6 tapi dengan platform truk Mercedes-Benz Unimog 6×6. (Gias)
 

Latihan Bersama TNI – Tentara Amerika Serikat Pacific Command -USPACOM

  IMG_7075

Paban VII/Latma Sops TNI Brigjen TNI Raharyono meninjau Gema Bhakti Staf Latihan 2015yang diikuti 170 peserta, terdiri 96 personel TNI (Mabes TNI, TNI-AD, TNI-AU, TNI-AL) dan 70 USPACOM serta 4 orang unsur sipil yangsedang berlangsung di Hotel Grand Hyatt Jakarta, Kamis (17/09/2015).

Latihan Bersama dengan nama Gema Bhakti Staf Latihan 2015antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Tentara Amerika Serikat Pacific Command (USPACOM) yang berlangsung selama sepuluh hari(tanggal 14 s.d 23 September 2015) di Hotel Grand Hyatt merupakan latihan ketiga kalinya, yang pertama dilaksanakan di Divisi I Komando Strategi TNI Angkatan Darat (Kostrad) Cilodong (10 s.d 21 Juni 2013), dan latihan kedua di Sentul Bogor  (23 s.d 27 Juni 2014).

IMG_7060

Adapun tujuan latihan Gema Bhakti 2015 ini adalah meningkatkan interoperabilitas bilateral antara Pasukan Indonesia dan Amerika yang melibatkan unsur pemerintah termasuk organisasi non pemerintah lainnya. Selain itu untuk mengatur dan mengintegrasikan pemberian dukungan militer bagi negara yang terkena dampak bencana ke dalam MNCC (Multi-National Coordination Center). Tujuan berikutnya adalah untuk meningkatkan pengembangan profesional Angkatan Bersenjata kedua negara melalui perencanaan operasional Bantuan Kemanusiaan Penanggulangan Bencana.

Latihan Gema Bhakti Staf Latihan 2015 yang diikuti 170 pesertatersebut, dibagi menjadi empat kelompok kerja yaitu Lane A, B, C dan Lane D.  Kelompok Lane A”, menerima materi terkait Urban Search and Rescue (USAR) yaitu materi SAR Team Requirements, Capability, Organization and Coordination; SAR Organization, TNI-US Combined Organizations for USAR Operations, System, Objectives and Roles ofSAR; SAR Operations, Command and Control, Logistics and Administration; dan USAR Problems Solving.  Instruktur yang memberikan materi yaitu Major Tino Tumpap (US Army), Major William Flynn (US Army), Mayor Mar I Nyoman Polih Indra (TNI AL), Mayor Czi Purbo Awin Niarto (TNI AD), dan Barokhnak (Badan SAR Nasional).


IMG_7070

Untuk Kelompok Lane B”, materi meliputi Humanitarian Operation & Civil Military Coordination terdiri dari: UN Civil Military Coordination; Humanitarian Security, TNI and US FHA (Foreign Humanitarian Assistance) Concept Operations; serta Standard Operating Procedure for Regional Standby Arrangements and Coordination of Joint Disaster Relief and Emergency Response Operations, meliputi Request for Information/Assistance, Humanitarian Coordination-Liaison, Develop Contractual Arrangements, dan Develop HADR Order and Offer of Assistance.  Instruktur yang memberikan materi yaitu Jesse Wolfe (USPACOM), Mindaraga Rahardja (UN OCHA), Janggam (AHA Center) dan Letkol Inf M. Erfan Effendi (TNI AD), Letkol Inf Jauhari, S.IP (TNI AD) serta Mayor Laut (P) Wisnu Pramandita (TNI AL).

Sementara untuk Kelompok Lane C”, mendapat penjelasan materi tentang CTF (Combined Task Force) Rule of Engagement (Aturan Pelibatan),  meliputi International Agreements (SOFA and MoU),Coalition and HN Law/Policy, Discipline, Justice and Jurisdiction; Detainees, Humanity, Neutrality and Impartiality, International Humanitarian Law;  Legal Situation Assesment; HADR ROE, Legal Basis, Basics and Definition; HADR versus Other military operations; National ROE versus Multinational Force ROE; National ROE discussion; NGO Placeholder; CTF Legal Plan Development, Legal Considerations, ROE Mission Analysis and Development, Plan of Dissemination/Training/Enforcement.  Instruktur yang memberikan materi yaitu: LCdr Whitehead (US Navy), Major Atkinson Joseph (US Marine Corps), Letkol Laut (P) Yarli Kemal Mirza (TNI AL), dan Mayor Pnb  Zulhamidi Lubis (TNI AU).

IMG_7142

Sedangkan Kelompok Lane D”, mendapatkan penjelasan terkaitMulti National Coordination Center (MNCC) yang meliputi MNCCOperations and How to Organize; TNI Response for National Military Disaster Relief Operations; US Military Response; Gema Bhakti 2015Scenario Introduction; MNCC Coordination and RSOI of Contributing Force; dan MNCC and the Tasking Process for Contributing Forces.Instruktur yang memberikan materi yaitu Ltcol Jared Duff (US Marine Corps), MgtSgt John Elliot (US Marine Corps), Letkol Laut (E) Hernes Fendy (TNI AL), Mayor Pnb Trinanda Hasan, dan Mayor Inf Fransisco.

Turut mendampingi Paban VII/Latma Sops TNI Brigjen TNI Raharyono yaitu Pabandya 3/Latma Non Asean Sops TNI Letkol Laut (P) Amrin Rosihan, Pabandya 3/Latma Asean Letkol Inf Rudi Hermawan dan Koordinator Penyelenggaraan Latihan dari pihak AS Mr. Lionel Payes. (Puspen TNI).

Pengadaan Kapal Selam Kilo Secara Bertahap

  KIlo Project 636
KIlo Project 636

Mantan Kepala Staf Angkatan Laut Bernard Kent Sondakh meminta pemerintah mengkaji ulang rencana pembelian kapal selam jenis Kilo Class dari Rusia. Menurutnya dua hal yang wajib dipertimbangkan sebelum mendatangkan kapal itu adalah ketersediaan suku cadang dan efek gentar kapal tersebut pada negara lain.

Bernard mengatakan, TNI sebelumnya pernah membeli 12 kapal selam dari Rusia saat negara tersebut masih bernama Uni Soviet. Namun 12 kapal selam itu hanya mampu beroperasi secara maksimal dalam tujuh tahun.

Ketika akhir tahun 1991 Uni Soviet bubar, masa depan kapal selam-kapal selam itu pun menjadi tidak jelas. Alasannya, pelbagai suku cadang untuk satu unit kapal selam dibuat oleh banyak negara pecahan Uni Soviet.

“Kilo class 877 itu umurnya udah 30 tahun lebih dan dibuat Uni Soviet, bukan Rusia. Artinya, zaman itu mesinnya mungkin dibikin Ukraina,” kata Bernard di Jakarta, Kamis (17/9).

Jika mesin kemungkinan dibuat oleh Ukraina, komponen lain kapal selam itu bisa jadi dibuat negara lain pecahan Soviet. Karena itu menurutnya perlu dipertanyakan lagi soal suku cadangnya Kilo Class.

Kapal selam Kilo Class terdiri dari dua tipe, 877 dan 636. Tipe 636 merupakan keluaran paling baru dan dioperasionalkan empat negara saja, yaitu Rusia, China, Vietnam dan Aljazair.

Bernard mencatat satu peristiwa tragis yang menimpa Angkatan Laut India saat mengoperasionalkan Kilo Class 877. Pada tahun 14 Agustus 2013, kapal jenis itu meledak di Pelabuhan Mumbai, India. Ledakan tersebut menewaskan 15 pelaut dan tiga pegawai Angkatan Laut India.


“Jadi, apakah kami akan beli baru atau kapal lama. Kapal selam, sekali terjadi kesalahan, akan membuat orang tua atau anak isterinya kehilangan. Sudah ada berapa kasus kapal selam yang menyelam dan tidak timbul lagi,” ujar Bernard.

Di sisi lain, Bernard melihat pengadaan kapal selam Kilo Class hanya akan memunculkan efek deteren yang semu. Alasannya, pengadaan alat utama sistem persenjataan tersebut sangat bergantung pada negara lain. Sewaktu-waktu negara pemasok dapat menghentikan produksi kapal selam itu maupun mengembargo penjualan alat tempur ke Indonesia.

“Renstra (rencana strategis) itu sebaiknya dipertimbangkan lagi kalau ingin nilai deteren yang tinggi. Kapal selam Rusia itu semu karena beli dari luar negeri,” tuturnya.

Sementara itu Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama Zainuddin, mengatakan pengadaan kapal selam dalam waktu dekat adalah kapal selam Chang Bogo buatan Korea Selatan.

Tiga kapal selam asal Korea Selatan yang memiliki dua peluncur rudal yang dapat menembak ke luar perairan itu rencananya akan tiba di Indonesia tahun 2017 mendatang.

“Pada renstra MEF (Mininum Essential Force) TNI AL, konsep awalnya adalah membeli kapal selam tipe Chang Bogo. Itu sudah tahap awal, sudah ada kontrak. Karena pembuatan pembangunan kapal selam itu butuh tiga tahun, diharapkan tahun 2017 sudah berada di Indonesia,” ungkapnya kepada wartawan pagi tadi.

Zainuddin berkata, institusinya memang tidak menutup kemungkinan membeli Kilo Class dari Rusia. “Rencana ke depan, kami mungkin mewadahi pengadaan Kilo Class secara bertahap,” tuturnya.

CNN Indonesia

Di Survei Peringkat 12 Dunia, TNI Diminta Waspada & Tak Terbuai

TNI. (Foto: Okezone)
TNI. (Foto: Okezone)

Posisi Indonesia kembali meningkat di survei lembaga analisa militer Global Firepower. Dalam daftar terbaru 2015, militer Indonesia dinobatkan di posisi 12, alias yang terkuat di Asia Tenggara.

Dikutip dari situs globalfirepower.com, Rabu (16/9), indeks kekuatan militer Indonesia kini senilai 0,5231. Di atas Australia (13), Italia (16) maupun Pakistan (17). Persis di atas Indonesia adalah Israel.

Namun, menurut mantan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen Suryo Prabowo, hasil survei Global Firepower tersebut tidak benar dan tak bisa dipercaya.

“Penilaian tersebut jelas tak benar atau tidak reliable alias tidak bisa dipercaya,” katanya dalam pernyataannya, Jumat (18/9).

Mantan Wakasad ini mengatakan, banyak variabel yang harus dinilai untuk mengukur kekuatan militer sebuah negara.

“Apalagi yang dilihat cuma jumlah senjatanya seperti yg dilakukan GFP. Misalnya 10 pesawat Sukhoi lawan 1 pesawat F35, ya Sukhoi-nya kalah. Atau 50 roket RM70 Grad lawan 1 roket Himmars atau roket Astros, ya kalah,” katanya.

Menurutnya, selama alutsista yang digunakan masih berasal dari buatan negara asing, TNI belum bisa disebut kuat.

“Kalau BBM hanya mampu mendukung pesawat tempur dan kapal perang RI untuk berperang cuma 2 minggu, TNI belum bisa dinilai kekuatannya,” katanya.

Karenanya, dia meminta pemerintah, TNI dan masyarakat tak terbuai dengan hasil survei tersebut. Menurutnya, kekuatan TNI tak hanya diukur dari persenjataan yang dimiliki tapi juga dari kemandirian penciptaan alutsista sendiri.

“Penilaian tersebut harus dibaca sebagai motif. Sebelumnya disebut Kopassus rangking 3 pasukan elit dunia. Kemudian katanya dalam talkshow di TV ABC Amerika tahun 2014, Jenderal Tommy Frank, Peter Pace dan Mike Jakson mengatakan tentara Vietnam belajar bertempur dari TNI. Sekarang Globalfirepower menilai kekuatan TNI nomor 12 di atas Australia dan Asean. Tiap tahun selalu ada pujian dan penilaian untuk TNI. Kita perlu waspada maksud dibalik pemberitaan itu,” jelasnya. (Merdeka)

Begini Cerita Tentara Papua Nugini Bebaskan Dua Sandera WNI

Pemimin Tentara PNG, Brigjen Gilbert Toropo. ©2015 Merdeka.com
Pemimin Tentara PNG, Brigjen Gilbert Toropo. ©2015 Merdeka.com

Penculikan dua Warga Negara Indonesai oleh militan bersenjata di Papua Nugini berakhir. Dua korban, Sudirman dan Badar, berhasil dibebaskan setelah tentara Papua Nugini menjelajah hingga hutan pendalaman dekat Vanimo.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan, kontak antara tentara PNG dan OPM sebetulnya sudah terjalin sejak beberapa hari lalu. Kamis (17/9) siang waktu setempat, tentara dan militan sepakat bertemu di lokasi rahasia.

“Namun saat tentara PNG sudah di tempat, lokasi di mana mereka janjian, justru pihak penyandera tidak datang,” kata pria akrab disapa Tata itu saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (18/9).

Militer PNG memutuskan menyergap para militan. Pada pukul 19.00 WIB, terjadi pengejaran singkat. Setengah jam kemudian operasi diakhiri. “Kita mendapat laporan dari lapangan, bahwa mereka berhasil mengambil dua WNI kita dengan tidak melakukan kekerasan yang berlebihan,” imbuh Tata.

Indonesia mengapresiasi tindakan cepat yang dilakukan oleh militer PNG. Seandainya militan memenuhi janji bertemu, bisa saja tentara tidak dilibatkan sama sekali. Demikian pula TNI, kata Tata, yang sudah bersiaga di perbatasan akhirnya tidak terlibat dalam operasi pembebasan.

“Dari awal mereka mengedepankan negosiasi dan persuasi untuk bisa membebaskan. Jadi memang dari awal pihak png tentaranya walaupun mereka sudah stanby tapi tidak menggunakan kekerasan,” urainya.

Operasi pembebasan dua WNI itu dipimpin langsung oleh Panglima Angkatan Bersenjata Papua Nugini (PNGDF) Brigadir Jenderal Gilbert Toropo.

Dalam laporan yang dilansir ABC Australia, Toropo mengatakan beberapa perempuan yang terlibat dalam kelompok militan itu menyerahkan dua sandera secara sukarela. “Tidak ada tembakan senjata yang dilepaskan,” ungkapnya.

Mayoritas anggota kelompok penculik itu berhasil kabur. Sudirman dan Badar sekarang telah aman di Konsulat RI Kota Vanimo. Hari ini keduanya sudah dalam perjalanan menuju Kota Jayapura.

Adapun dalam pernyataan sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi mengatakan militan itu adalah kelompok yang selama ini sering menyuarakan tuduhan adanya pelanggaran HAM di Papua. Tapi Retno tidak merinci apakah benar penculik adalah bagian dari Organisasi Papua Merdeka. (Merdeka)

Pangdam: WNI yang Disandera di PNG Berhasil Dibebaskan

Anggota TNI berjaga di perbatasan Indonesia-Papua Nugini. (Foto: Antara)
Anggota TNI berjaga di perbatasan Indonesia-Papua Nugini. (Foto: Antara)

Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian mengatakan, dua warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok bersenjata di Papua Nugini (PNG) berhasil dibebaskan. Mereka dibebaskan oleh tentara PNG.

“Betul, tentara Papua Nugini (PNG) berhasil membebaskan kedua sandera dan saat ini sudah berada di Vanimo, Ibu Kota Provinsi Sandaun,” ujar Hinsa, Jumat (17/9/2015).

Jenderal berbintang dua tersebut menambahkan, dua WNI itu dalam kondisi sehat. “Yang terpenting kedua sandera sudah dibebaskan dengan selamat,” ucapnya.

Sebelumnya dua WNI, Sudirman (28), dan Badar (30) disandera kelompok bersenjata sejak 9 September 2015. Keduanya berprofesi sebagai tukang potong kayu.

Selain menawan dua WNI, kelompok bersenjata juga menembak rekan dua sandera itu, yakni Kuba. Ia ditembak di Kampung Skopro Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom, Papua. (Okezone)