Jakarta – Pasukan TNI siap melakukan operasi pembebasan dua WNI yang
disandera kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan
Jeffry. Namun hal ini harus mendapat izin dari Papua Nugini.
Kapuspen TNI Mayjen Endang Sodik mengatakan, semua pasukannya sudah
dalam posisi siaga. Tim dari berbagai kesatuan sudah siap 24 jam.
“Kopassus ada, Paskhas ada, Denjaka, Denbravo, sampai Kopsusgab
apapun ada, don’t worry kita siap,” tegas Endang di Lanud Halim
Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (15/9/2015).
“Nanti setelah mereka memberikan kewenangan kepada kita, dan atas izin pemerintah PNG kita baru masuk,” sambungnya.
Menurut Endang, kekuatan kelompok Jeffry hanya empat orang. Hanya
saja, mereka menyandera dua WNI. Karena itu, keselamatan mereka perlu
diperhatikan. Saat ini, cara-cara negosiasi masih dikedepankan karena
tak ingin ada korban dari WNI.
“Itu kita serahkan pada PNG army dan Bupati Vanimo, bagaimana secara smooth bisa membebaskan dan selamat,” imbuhnya.
Tenggat waktu negosiasi adalah siang nanti sekitar pukul 12.00 waktu
PNG. Bila sudah melewati itu, TNI akan menunggu kabar dari PNG.
Prinsipnya, militer PNG sudah diberi kepercayaan untuk proses pembebasan
sandera. TNI tidak akan secara membabi buta masuk ke wilayah mereka.
“Kalau brak bruk saja 5 menit juga selesai kok, cuma kita tidak mau,
karena kita menghormati kedaulatannya PNG dan kita tidak ingin ada
korban baru lagi dari WNI kita, maka pembebasannya first negotiation dan
diserahkan ke PNG army,” paparnya.
Sandera dan kelompok bersenjata sudah diketahui lokasinya, yakni di
dekat kawasan Keerom. Sejauh ini, belum ada keputusan soal permintaan
barter tahanan. Yang pasti, soal tahanan diserahkan ke kepolisian.
“Kita belum tau siapa karena identitasnya juga belum jelas siapa,
Polri yang tau. Karena itu masuk wilayah kriminal, Polri yang tahu. Dan
sudah dikoordinasikan dengan Polri,” urainya.
Global Firepower (GFP)
adalah sebuah situs yang menyediakan analisis kekuatan militer sebagian
besar negara di dunia. Situs ini memberi informasi 100 negara dengan
militer terkuat dengan basis 50 faktor berbeda.
Faktor-faktor yang digunakan untuk menilai kekuatan militer sebuah
negara ialah seperti jumlah penduduk, usia warga yang bisa menjadi
personel militer, anggaran militer, jumlah peralatan militer, konsumsi
BBM, utang luar negeri, dan banyak pengukur lainnya.
Misalnya, jumlah populasi sebuah negara menjadi awal penilaian daftar
ini. Secara umum, semakin besar populasi sebuah negara, kekuatan
militer negara itu akan semakin besar.
Agar penilaian ini adil, kapabilitas sebuah negara mengembangkan dan
memiliki persenjataan nuklir tidak menjadi faktor penilai. Semua
penilaian menunjukkan kemampuan militer sebuah negara jika terjadi
perang konvensional baik perang darat, udara, maupun laut.
Setelah melakukan analisis menggunakan 50 basis penilaian itu, GFP
menentukan, untuk 2015, negara dengan militer terkuat di dunia masih
dipegang Amerika Serikat, diikuti Rusia dan China di peringkat kedua dan
ketiga.
Sementara itu, India dan Inggris menduduki peringkat keempat dan
kelima negara-negara dunia dengan militer paling mumpuni. Negara Asia
lain yang menduduki posisi 10 besar adalah Korea Selatan di peringkat
ketujuh dan Jepang di peringkat kesembilan.
Lalu, di mana posisi Indonesia? Dengan 50 basis penilaian yang sangat
ketat itu, GFP menempatkan Indonesia menjadi negara dengan militer
terkuat ke-12 di dunia.
Posisi Indonesia ini tepat di bawah Israel (11) dan di atas Australia
(13). Dengan posisi ini, Indonesia juga lebih kuat dibanding beberapa
negara Eropa, seperti Polandia, Ceko, atau Denmark.
Arti lain dari posisi ke-12 ini berarti secara militer Indonesia
merupakan negara paling kuat di Asia Tenggara. Negara terkuat kedua di
Asia Tenggara ditempati Thailand yang secara global menempati peringkat
ke-20, diikuti Vietnam (21), Singapura (26), Malaysia (35), Filipina
(40), Myanmar (44), Kamboja (96), dan Laos (117). Sementara itu, lima
negara dengan kekuatan militer terbawah dalam daftar ini adalah Libya,
Zambia, Mali, Mozambik, dan Somalia.(Kompas)
Dua WNI ditawan orang tak dikenal di perbatasan Papua Nugini (Dok. Kementerian Pertahanan Australia)
Markas
Besar TNI masih menunggu upaya negosiasi yang dilakukan militer Papua
Nugini terhadap kelompok bersenjata pimpinan Jeffrey yang menyandera dua
warga negara Indonesia di wilayah Kampung Skoutjio Papua Nugini. Pemerintah
Indonesia sebelumnya telah berkoordinasi dengan Papua Nugini terkait
dua warga negaranya yang disandera kelompok Jeffrey di Papua Nugini. RI
menyerahkan proses negosiasi pembebasan dua WNI kepada otoritas
berwenang Papua Nugini. "Kita percayakan pada PNG Army untuk
pembebasannya," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Endang
Sodik di Halim Perdanakusumah, Jakarta, Selasa, 15 September 2015. Menurut
dia, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sudah memberikan arahan agar
penanganan sandera diserahkan kepada otoritas Papua Nugini, untuk
melakukan negosiasi dengan kelompok bersenjata. Panglima tak ingin
selama proses tersebut berlangsung dua WNI yang disandera menjadi
korban. "Itu kita serahkan pada PNG Army dan Bupati Vanimo, bagaimana secara smooth bisa membebaskan dan selamat," ujarnya. Endang
menegaskan, TNI tidak bisa serta merta masuk wilayah Papua Nugini untuk
mencari pelaku, karena membutuhkan koordinasi lintas negara. Apalagi,
Pemerintah RI mengharapkan dua sandera dibebaskan dalam keadaan selamat.
Sementara militer Papua Nugini sudah bersedia membantu proses
negosiasinya. "Itulah kita hati-hatinya, kalau brak-bruk saja
lima menit juga selesai kok. Cuma kita tidak mau, karena kita
menghormati kedaulatannya PNG dan kita tidak ingin ada korban baru lagi
dari WNI kita, maka pembebasannya first negotiation dan diserahkan ke PNG Army, dan Panimo," papar Endang.
Jenderal
bintang dua itu menambahkan batas akhir proses negosiasi dengan
penyandera adalah Selasa siang ini. TNI lanjut dia, ingin memastikan
proses tersebut berjalan lancar dan dua WNI dapat dibebaskan dengan
selamat. "Nanti siang batasnya kita monitor," imbuhnya.
ist Cutaway dan berbagai jenis persenjataan yang bisa diangkut oleh Sukhoi Su-35.
KOMPAS.com – Rencana pemerintah Indonesia untuk mengganti armada pesawat tempur F-5E Tiger milik TNI AU yang dianggap sudah berumur kini kian mengerucut ke satu pilihan.
Setelah sempat didekati oleh konsorsium Eropa yang menawarkan jet tempur Eurofighter Typhoon, serta pabrikan Swedia SAAB yang langsung menghadirkan JAS 39 Gripen-nya di bandara Halim Perdanakusuma, Menteri pertahanan Ryamizard Ryacudu mengindikasikan pilihan pemerintah jatuh ke penempur Rusia, Sukhoi Su-35.
Seperti apa kecanggihan pesawat tempur rancangan Sukhoi dan dibangun oleh IPTN-nya Rusia, Komsomolsk-on-Amur Aircraft Production Association (KnAAPO) ini? Apa yang menjadikannya unggul dari kontestan lain calon pengganti F-5E Tiger?
Jembatan ke generasi berikutnya
Sukhoi mengembangkan Su-35 berdasar pesawat tempur generasi sebelumnya, Su-27 yang juga telah dimiliki oleh TNI-AU. Pengembangan Su-35 lebih dititikberatkan pada pengembangan airframe (rangka), elektronika sensor dan avionik pesawat.
Di bidang airframe, Sukhoi mendesain Su-35 agar rangkanya lebih kuat sehingga memiliki umur yang lebih panjang dibanding generasi Su- sebelumnya. Selain itu, dengan rangka yang lebih kokoh, Su-35 bisa diajak bermanuver lebih ekstrim lagi.
Sukhoi mengklaim rangka umur Su-35 bisa bertahan selama 6.000 jam, setara dengan 30 tahun operasi. Sementara waktu antar servis (between-repairs period) juga diklaim meningkat hingga 1.500 jam atau setara dengan 10 tahun operasi.
KnAAPO Radar cross-section (RCS) yang diklaim lebih kecil oleh Sukhoi dalam generasi Su-35.
Materi komposit yang lebih ringan dipilih untuk mengurangi bobot pesawat hingga 20 persen dari generasi sebelumnya. Garis bidang pesawat juga telah dimodifikasi sehingga mengurangi bidang pantulan radar (RCS/Radar Cross Section).
Sementara intake (corong masuk udara) mesin didesain lebih besar agar memberi suplai aliran udara yang lebih baik.
Perbedaan lain, flaperon (sayap penggerak pesawat) dibuat lebih besar dan tidak memiliki canard (sayap kecil di moncong pesawat) seperti Su-30MKI.
Rem udara (airbrake) yang sebelumnya terpasang di punggung Su-27 kini juga dihilangkan. Fungsi airbrake tersebut digantikan dengan active rudder yang terdapat di kedua sirip tegak pesawat.
Su-35 yang oleh NATO diberi julukan Flanker E tersebut oleh Sukhoi dikategorikan sebagai pesawat tempur generasi 4++. Artinya, merupakan versi penyempurnaan dari generasi 4 sebelumnya (Su-27) namun memiliki fitur layaknya pesawat tempur generasi 5.
Oleh Angkatan Udara Rusia, Su-35 dijadikan sebagai tulang punggung hingga nanti pesawat tempur siluman (stealth) generasi berikutnya, yaitu PAK-FA, resmi dioperasikan.
Kokpit
Su-35 memiliki konsep kokpit dengan kendali (control colum) utama di tengah dan memiliki kursi lontar zero-zero K-36D-3.5E buatan Zvesda. Tipe zero-zero berarti pilot bisa eject dari pesawat meski berada dalam kondisi diam (zero speed zero altitude).
Joystick dan throttle pesawat juga telah menganut konsep HOTAS (Hands on Throttle and Stick), artinya lokasi semua tombol kendali yang dibutuhkan bisa diakses di dua batang kendali tersebut, termasuk mengganti tampilan layar, memilih menu, mengaktifkan persenjataan dan sebagainya.
Dengan menganut konsep HOTAS, maka pilot diharapkan tetap siaga karena kedua tangannya tetap memegang stick kendali pesawat.
Selain kemampuan HOTAS, helm yang dipakai pilot juga dilengkapi dengan teknologi HMS (helmet mounted sight), layar kecil untuk menampilkan informasi penting di depan kaca helm.
KnAAPO Kokpit Sukhoi Su-35
Dari segi antarmuka, Su-35 memiliki konsep all-glass cockpit dengan layar LCD digital modern. Di dalam kokpit terdapat dua layar LCD dengan ukuran masing-masing 22,5 x 30 cm resolusi 1.400 x 1.050 piksel yang menampilkan berbagai informasi.
LCD ini berfungsi untuk menerima, memproses, dan mentransmisikan data dalam berbagai format, entah itu grafis, angka, tampilan TV, dan sebagainya.
LCD juga bisa digunakan untuk mengirim sinyal video dalam format digital ke unit video recording jika dibutuhkan.
Sementara itu bagian HUD (Head Up Display), atau layar kecil di atas dashboard, mjuga memiliki ukuran yang lebar, dengan bidang pandang 30 x 20 derajat.
Sistem-sistem yang lain di dalam kokpit termasuk sistem navigasi satelit dan radio, peta digital, sistem optik dan elektronik untuk misi pengintaian, serta sistem komunikasi digital.
Pesawat juga memiliki 2 buah antena radio UHF dan VHF, sistem coding suara dan radio, serta sistem Link-16 untuk bertukar data antar pesawat.
Semua sistem tersebut dilayani oleh dua komputer utama yang memproses dan mentransmisikan data ke pilot dalam kondisi krusial, sehingga membantu mengurangi beban kerja pilot.
Sistem radar
Walau memiliki airframe dan avionik baru, namun Su-35 tetap menggunakan radar seperti yang dipakai dalam Su-27. Radar buatan Irbis ini menganut desain PESA (Passive Electronic Scanning Array).
Berbeda dengan metode AESA (Active Electronic Scanning Array), PESA hanya membutuhkan satu rumah sensor dan antena untuk memancarkan dan menerima sinyal.
Sensor radar bisa dibelokkan 120 derajat secara horisontal, dan 60 derajat secara vertikal, semua relatif terhadap sumbu utama pesawat. Sensor bisa dibelokkan hingga 120 derajat ke atas/bawah dengan kontrol elektronik dan tambahan mekanikal jika dibutuhkan.
KnAAPO Ilustrasi kemampuan radar Sukhoi Su-35.
Mata Irbis ini tergolong tajam, sensornya bisa menjejak permukaan seluas 3 meter persegi dari jarak 400 km, atau 0,01 meter persegi dari jarak 90 km. Sementara target darat bisa diidentifikasi sejauh 200 km.
Yang mengagumkan, radar Irbis bisa memantau dan mengikuti 30 target udara secara simultan dan bisa mengunci dan menembak 8 sasaran sekaligus dengan misil udara-udara aktif, atau 2 target dengan misil udara-udara semi-aktif.
KnAAPO Jumah target yang bisa dilacak dan dikunci oleh radar Irbis dalam Su-35.
Sementara untuk target darat, radar Irbs bisa mengunci 4 target darat dan mengunci dan menembak 2 target sekaligus.
Semua itu bisa dilakukan tanpa meninggalkan monitor ruang udara, artinya radar bisa memonitor dan melacak target di udara dan di darat yang telah diidentifikasi sebelumnya, sembari mencari target lain secara bersamaan.
IRST
“Mata” lain yang dimiliki Su-35, seperti generasi sebelumnya adalah IRST (Infra-Red Sighting and Tracking). Unit ini bisa dikenali dari tonjolan bulat yang biasanya terpasang di depan kaca kokpit.
KnAAPO IRST yang berada di depan kaca kanopi Su-35.
IRST milik Su-35 berguna untuk mendeteksi target secara pasif melalui panas yang dipancarkan target tersebut.
Varian IRST yang dipakai Su-35 adalah OLS-35 yang bisa mendeteksi target udara lewat panas yang dipancarkannya dari jarak 50 km saat berhadap-hadapan (head-on_, dan 90 km di kuadran belakang.
Sistem ini juga bisa mengukur jarak target dengan pesawat hingga 20 km, dan target darat sejauh 30 km. IRST milik Su-35 bisa memonitor dan mengikuti 4 target udara yang berbeda dan mengarahkan misil berpemandu laser ke arah sasaran.
Mesin
Saat ini, Su-35 mengusung dua mesin turbofan Saturn 117S (AL-41A) yang merupakan modifikasi dari mesin sebelumnya, AL-31. Nantinya, Su-35 bakal mendapatkan pasokan mesin baru yaitu AL-41F dengan kemampuan super-cruise dengan daya thrust 15.000 kg.
Untuk saat ini, mesin AL-41A yang dipakai di generasi awal memiliki kipas (fan) dan turbin (high pressure/low pressure) yang baru, serta sistem kontrol digital di dalamnya.
Modernisasi ini diklaim oleh Sukhoi bisa meningkatkan thrust hingga 16 persen, atau sekitar 14.500 kgf.
Dalam mode maximum burner-free, thrust yang dihasilkan mencapai 8.800 kgf.
Jika dibandingkan dengan mesin AL-31F yang diapakai Su-27 saat ini, kemampuannya meningkat 2 hingga 2,7 kali. Sebagai contoh, masa between-repair period akan meningkat dari sebelumnya 500 hingga 1.000 jam (periode operasi sebelum overhaul pertama adalah 1.500 jam).
Periode overhaul mesin yang telah dimodifikasi akan meningkat menjadi antara 1.500 hingga 4.000 jam.
KnAAPO Su-35 memiliki 12 weapon station yang berada di sayap, wingtip, dan badan pesawat.
Persenjataan
Su-35 mampu menggotong cukup banyak arsenal dalam sekali angkut, ini adalah tuntutan sebagai pesawat multi peran (multi-role).
Di kedua sayapnya terdapat enam cantelan misil dan dua wingtip rail yang ada di ujung sayap. Selain itu masih ada pula dua cantelan di bawah masing-masing mesin dan dua lagi di perut pesawat, sehingga total Su-35 memiliki 12 hard point yang bisa dipasangi dengan berbagai jenis misil udara-udara, udara-darat, atau sistem reconnaisance untuk misi mata-mata atau penyusupan.
Su-35 saat ini kompatibel dengan berbagai macam persenjataan. Daftarnya mencakup 4 jenis roket, 7 jenis misil, 4 jenis bom berbeda. DItambah dengan sebuah kanon 30 mm GSh-301 di “pundak” kanan pesawat yang bisa memuntahkan 150 butir peluru dalam satu menit.
Daftar performa dan spesifikasi Su-35:
Panjang: 21.9m
Bentang sayap: 15.3m
Tinggi: 5.9m
Bobot takeoff maksimal: 34.500Kg
Jumlah Mesin: 2 Saturn 117S dengan TVC (Thrust Vector Control)
Daya Dorong: 14.500 Kg
Payload:
Tanki bahan bakar internal: 11.500 Kg
Persenjataan: 8.000 Kg
Daya jelajah:
Sea level (normal): 1.580 km
In-altitude (lebih tinggi): 3.600 km
Dengan dua tanki ksternal PTB-2000: 4.500 km
Ketinggian maksimum: 59.000 kaki (sekitar 18.000 m)
Rasio Thrust to weight:
Maximum Load: 0,84:1
Normal Load: 1,14:1
Pesawat tempur SU-27 meluncurkan rudal R-77. Rudal yang disebut NATO
dengan nama AA-12 Adder ini merupakan rudal udara ke udara (air to air
missile/AAM) jarak menengah dan jauh dengan sistem pemandu active radar
homing. Vymvel Design Bureau membuat 10 varian rudal R-77.
[lockonfiles.com]
Rudal R-77 di pesawat tempur Su-30 MKI milik angkatan udara India.
R-77 termasuk rudal beyond visual range (BVR) karena target berada di
luar jangkauan pandangan mata pilot. Peranan radar penjejak sasaran pada
pesawat sangat penting dalam penembakan. [su-27flanker.com]
Pesawat tempur SU-33 meluncurkan rudal R-77. Penembakan rudal ini
memakai pola fire and forget (tembak dan lupakan) karena di moncong R-77
dilengkapi dengan radar pemancar dan sensor elektronik untuk melacak
target yang akan dihancurkan. [lockonfiles.com]
Rudal R-77 dapat meluncur dengan kecepatan 4,5 Mach dan menjangkau
sasaran sejauh 90 km (R77) dan 175 km (R-77 M1). R-77 dapat ditembakan
saat pesawat terbang pada ketinggian antara 5 meter sampai hingga 25 km.
Untuk tenaga, rudal ini menggunakan roket berbahan bakar padat (R-77)
atau sistem penghisap udara ramjet (R-77-PD). [Vitaliy V. Kuzmin]
Pesawat Sukhoi meluncurkan rudal R-77. Rudal ini mulai dikembangkan
pada 1982 dan pertama kali diperlihatkan pada Moscow Airshow (MAKS)
1992. Rusia membuat R-77 sebagai tandingan rudal AIM-120 AMRAAM
(Advanced Medium Range Air to Air Missile) yang merupakan andalan utama
Amerika Serikat dan NATO. [ausairpower.net]
Indonesia, Vietnam, dan Malaysia, merupakan negara-negara di Asia
Tenggara pengguna rudal yang mampu bermanuver hingga 12 G, sementara
Singapura, Australia, dan Malaysia, memiliki tandingannya, yaitu rudal
AIM-120 AMRAAM. Meskipun Indonesia memiliki pesawat tempur F16 A/B Block
15 dan F-16 Block 25+, Amerika Serikat belum mau menjual AIM 120 ke
Indonesia. [defence.pk]
650 personel Batalyon Infanteri Lintas
Udara (Yonif Linud) 503 Mayangkara ditempa latihan keras di tengah hutan
belantara di pesisir selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Selama 84 hari pasukan tempur TNI AD ini harus bertahan hidup tanpa
dibekali makanan selama 3 hari di tengah hutan menjadi ujian berat bagi
kesatuan ini.
Komandan Brigif Linud 18 Trisula, Kolonel Infanteri Febriel Buyung
Sikumbang mengatakan, materi latihan dibagi dalam 3 tahap. Pertama,
tahap basis yang berlangsung selama 8 minggu di Sidodadi, Malang, serta
dua kali tahap latihan tempur yang berlangsung di Kompleks Taji dan
Pantai Tamban, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
“Tahap basis meliputi materi taktik dan teknik pertempuran. Tahap
kedua di medan gunung dan hutan untuk mengaplikasikan materi yang sudah
dipelajari dalam tahap basis. Tahap terakhir yang juga pengaplikasian
tahap basis dilakukan di daerah rawa dan pantai,” kata Febriel kepada
wartawan di lokasi usai upacara penutupan latihan pembentukan Pasukan
Udara (Para) Raider di Pantai Tamban, Minggu (13/9/2015).
Latihan yang berlangsung selama 84 hari itu untuk meningkatkan
kemampuan operasional personel Yonif Linud 503 Mayangkara. Jika
sebelumnya memiliki spesifikasi operasional tempur segala medan dan
cuaca, kini batalyon yang bermarkas di Mojokerto itu memiliki kemampuan
khusus, yakni penyergapan musuh dan penyelamatan sandera dari tangan
teroris (Raider).
Sedikitnya 285 personel Brigade Infanteri (Brigif) 18 Trisula
dilibatkan dalam latihan kali ini sebagai pelatih dan pendukung. Dengan
berakhirnya latihan tersebut, maka nama Yonif Linud 503 Mayangkara kini
menjadi Yonif Para Raider 503 Mayangkara.
Sementara itu Komandan Yonif Para Raider 503 Mayangkara, Letkol
Infanteri Andre Julian yang ikut sebagai peserta latihan mengatakan,
kendala berat yang dialami selama latihan adalah pertahanan fisik
terhadap kondisi medan yang tergolong ekstrem.
Terlebih lagi, setiap peserta juga harus mampu bertahan hidup selama 3
hari di rawa bakau dan hutan belantara tanpa bekal makanan dan minuman
sedikit pun.
“Latihan survival (bertahan hidup) itu kemampuan kami untuk bertahan
saat tidak bisa keluar untuk mendapatkan makanan. Ada dua lokasi,
pertama di hutan dan gunung, yang ke dua di rawa pantai. Jadi kami makan
apa adanya di tempat itu,” ungkapnya.
Meski terasa berat, Andre bersyukur kini kemampuan tempur anggotanya
di Yonif Para Raider 503 Mayangkara meningkat. “Dari segi fisik, taktik,
kemampuan kami bertambah. Kami bisa ditugaskan dimana saja di Indonesia
dan dalam bentuk tugas apa saja, termasuk melawan terorisme,” ujarnya.
Penutupan latihan pembentukan Yonif Para Raider 503 Mayangkara
diakhiri dengan simulasi penyelamatan sandera dari tangan teroris.
Batalyon ini merupakan satuan pasukan tempur di bawah Brigif 18 Trisula.
Sementara Brigif 18 sendiri di bawah kendali Divisi Infanteri 2
Kostrad.
Bandung
– PT Pindad menjalin kerja sama industri pertahanan dengan Uni Emirat
Arab (UAE) serta penjajakan pengembangan sejumlah alat utama sistem
persenjataan.
“Kami apresiasi dukungan Kepala Negara, para menteri dan seluruh
instansi terkait yang mendorong terbentuknya kerja sama industri
pertahanan Pindad dengan mitra strategis dari UAE,” kata Direktur Utama
Pindad, Silmy Karim dalam siaran pers yang diterima Antara, di Bandung,
Senin (14/9).
Kerja sama yang ditandatangani di sela-sela kunjungan Presiden RI,
Joko Widodo, Minggu 13 September 2015 di Abu Dhabi merupakan terobosan
bagi produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan Pindad ke
pasar Timur Tengah.
Kerja sama yang berhasil dijalin oleh Pindad mencakup rencana
Transfer of Technology dan lisensi dari senapan serbu SS2 dan distribusi
serta pemasaran aneka produk amunisi ke negara-negara Timur Tengah
melalui mitra strategisnya, Continental Aviation Services (CAS).
Sebaliknya dari UAE, pihak CAS yang bekerja sama dengan Rheinmetall
Defense (RhD) Canada, akan melakukan alih teknologi dan investasi untuk
penjajakan pembuatan remote weapon system (RWS) dengan merk Pindad yang
bisa dipasarkan untuk kebutuhan domestik TNI dan Polri atau pasar di
Asia Tenggara.
RWS Rheinmetall
“Kami sepakat untuk bekerja sama dengan Pindad sebagai ‘special hub’
bagi produk RWS kami untuk pasar di Indonesia dan Asia Tenggara,” kata
Juergen Fiebig CEO dari CAS.
Selain dua nota kesepahaman tersebut kini Pindad tengah menjajaki rencana pembuatan tank boat dengan kanon 105mm.
Produk terbaru ini merupakan inovasi hasil kerja sama Pindad dengan
produsen kapal PT Lundin dari Banyuwangi dan produsen kanon 105mm
Cockerill, Belgia.
Canon Tank Boat Lundin
Pihak berwenang UAE telah mengadakan pembicaraan dan perumusan kerja
sama untuk pemesanan sejumlah tank boat buatan Indonesia tersebut.
“Kami dengan mitra dari UAE membahas potensi pengadaan sekitar 100
unit tank boat ini akan menjadi ekspor besar bagi industri pertahanan
Indonesia ke UAE,” kata Direktur PT Lundin, Liza Lundin.