Sukhoi SU-35
Kementerian Pertahanan telah memutuskan
untuk mengganti satu skadron atau 16 unit pesawat F-5 Tiger TNI Angkatan
Udara yang segera memasuki masa pensiunnya dengan pesawat tempur Sukhoi
SU-35 dari Rusia.
“Kita sepakat (Panglima TNI dan KSAU) akan membeli satu skuadron
Sukhoi SU-35 dari Rusia untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger,”
kata Menhan Ryamizard Ryacudu usai sidak persenjataan milik TNI Angkatan
Darat di tiga kesatuan, yakni Kopassus, Yonkav 1/1 Kostrad, dan Yonif
Mekanis 201 Jaya Yudha, di Jakarta, Rabu (2/9/2015).
Pertimbangannya Kementerian Pertahanan memilih Sukhoi sebagai
pengganti F-5 Tiger, kata dia, karena penerbang TNI Angkatan Udara sudah
terbiasa menggunakan Sukhoi.
“Sekarang kita memiliki pesawat tempur dari Amerika (F-16), Tiongkok, dan Rusia. Kita bukan negara yang blok-blokan,” katanya.
Pembelian pesawat Sukhoi itu akan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan keuangan negara. “Kita ingin membeli satu skadron,
tetapi disesuaikan kemampuan pemerintah,” kata Ryamizard.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini mengatakan pada
bulan September 2015 akan ada penandatanganan pembelian Sukhoi dengan
pihak Rusia.
Di tempat yang sama, Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan Marsekal Muda TNI M. Syaugi mengatakan bahwa pembelian pesawat Sukhoi 35 yang baru melalui alih teknologi atau transfer of technology (ToT) dengan pihak Rusia.
“Ini sesuai dengan aturan yang ada, kalau kita ingin membeli
alutsista harus ada ToT. Semua itu disesuaikan dengan kemampuan. Jadi,
berapa kemampuan anggaran kan tidak mungkin kita minta satu unit terus
minta TOT bikinnya gimana, jadi disesuaikan dengan uang yang ada,” kata
Syaugi.
Ia mengatakan, “Pembelian pesawat tempur canggih itu akan lengkap
dengan senjatanya. Lebih baik sedikit ketimbang banyak, tetapi
kosongan.” Kemhan menginginkan agar pembelian pesawat itu sebanyak 16
unit. Akan tetapi, disesuaikan dengan keputusan pemerintah.
“Kita ini kan belum diputuskan uangnya berapa. Kita sudah pingin beli
itu cepat-cepat. Penetapan dari Bappenas itu belum keluar. Mungkin
dihitung-hitung dahulu dolarnya berapa. Berapa ini mampunya negara, ini
kan dari pinjaman luar negeri,” kata Syaugi.
BeritaSatu.com