Selasa, 21 Juli 2015

BM-14/17 : Generasi Pertama Self Propelled MLRS Korps Marinir TNI AL

BM-14 Korps Marinir TNI AL
Selain kondang karena reputasi tempurnya, Korps Marinir TNI AL juga menjadi elemen komando utama (kotama)TNI yang unik bila dicermati dari sisi arsenal alutista yang dimilikinya. Keberadaan alutsista tua, seperti tank PT-76 dan pansam BTR-50, memang menjadi trade mark yang melekat kuat di mata masyarakat Indonesia. Tapi bila mau dibedah, bukan hanya tank/panser amfibi, meriam, dan  KAPA (kendaraan amfibi pengangkut artileri) yang  asli produk Uni Soviet, dan masih digunakan hingga cukup lama, masih ada satu alutsista lain yang namanya tak begitu nyaring didengar, tapi punya kontribusi besar dalam operasi militer di Tanah Air, yang dimaksud adalah BM (Boyevaya Mashina )-14/17.
BM-14/17 adalah jenis self propelled MLRS (multiple launch rocket system) yang pertama kali digunakan oleh TNI. Sejak tahun 1961, atau bertepatan dengan masa operasi Trikora, Korps Marinir membentuk batalyon Artileri Bantuan Jarak Dekat yang berbasis di Surabaya. Modal utama batalyon tersebut pastinya senjata besutan Uni Soviet, yakni peluncur roket BM-14/17. Seiring waktu berjalan, satuan ini berganti nama menjadi batalyon artileri medan, dan kemudian dimekarkan menjadi batalyon Howitzer dan batalyon roket. Dan mengikuti reorganisasi Korps Marinir masa kini, dibentuk Batalyon Roket Pasmar (Pasukan Marinir)-1 di Surabaya, dan Batalyon Roket Pasmar-2 di Jakarta. Untuk komposisi kekuatannya, satu baterai (setingkat kompi) dilengkapi 6 peluncur BM-14. Dimana dalam satu batalyon artileri umumnya terdapat 3 baterai.
Prajurit Batalyon Roket Korps Marinir tengah mempersiapkan BM-14 dalam sebuah latihan
BM-14 sebagai sistem peluncur roket terdiri dari 2 baris rangkaian tabung peluncur. Roketnya mengusung kaliber 140mm, totalnya ada 16 peluncur roket. Unjuk kebolehan senjata ini memang sangat dahsyat, dapat menggasak banyak sasaran dalam waktu singkat. Dibanding jenis meriam, MLRS dapat memuntahkan beberapa proyektil ke sasaran sekaligus dalam tempo singkat, daya hancurnya pun lebih menakutkan ketimbang Howitzer.
Untuk BM-14/17 mempunyai jangkauan tembak hingga 9.810 meter. Soal kecepatan tembak, BM-14/17, mampu melontarkan 2 roket per detik dengan kecepatan luncur roket 400 meter per detik. Alhasil 16 roket akan meluncur hanya dalam waktu 8 detik.  Kecepatan pembakaran roketnya pun sungguh luar biasa, yakni 1 hingga 0,5 detik. Performa maksimum tersebut dapat dicapai pada rentang temperatur suhu -40 hingga 50 derajat celcius.
Berat total system peluncur BM-14/17 mencapai 2120Kg, untuk menghantam sasaran, peluncur dapat digerakan dengan sudut elevasi 0 hingga 50 derajat. Untuk roketnya sendiri, masing-masing punya berat total 39,6Kg dengan 4,2Kg hulu ledak. Salah satu kelemahan dari BM-14 yakni pengisian amunisi masih menggunakan cara manual, sehingga berpotensi membayakan keselamatan awaknya.
Senjata dengan daya getar tinggi tentu harus ditunjang dengan platform kendaraan pembawa yang memadai. Sebagai self propelled MLRS, BM-14/17 dipasang pada truk jens Gaz-66. Meski wujudnya jadul, Gaz-66 sudah berpenggerak roda 4×4, sehingga sanggup melaju di medan off road. Gaz-66 menyedian 4 kursi untuk awak BM-14 (posisi 2×2) dan satu tambahan kursi pada kompartemen pengemudi. Gaz-66 dapat melaju hingga kecepatan 60Km per jam, dan jarak tempuhnya bias mencapai 600Km.
BM-14 Korps Marinir TNI AL dalam parade HUT ABRI 1978
Visual 2 dimensi BM-14 dengan truk Gaz-66
Konvoi BM-14 Uni Soviet
BM-14 Uni Soviet dalam posisi siap tembak
Struktur roket BM-14

BM-14 dirancang Uni Soviet selepas perang dunia kedua, versi awalnya adalah RPU-14 dengan kaliber 140mm, konsep rancangan senjata ini sudah dimulai sejak tahun 1952. Dari yang awalnya mengandalkan system tarik (towed), kemudian RPU-14 dipasangkan pada platform truk, dan jadikan wujud BM-14. Roket ini terbilang laris manis diadopsi oleh negara-negara sekutu Rusia/Uni Soviet, dan Indonesia patut bersyukur karena sempat membuktikan BM-14 dalam ajang peperangan yang sesungguhnya, yakni pada masa operasi Seroja di tahun 1970-an.
Bagi banyak kalangan militer, jangkauan tembak dan daya gempur BM-14 masih dirasa kurang. Untuk mengakalinya, dirancanglah roket dengan caliber yang diperkecil, tujuannya agar roket bisa terbang lebih lincah, jarak tempuhnya dapat lebih jauh, dan roket yang dimuntahkan bisa lebih banyak. Pemikiran inilah yang kemudian memunculkan versi baru self propelled MLRS, seperti BM-21 Grad yang muncul tahun 1964 dengan caliber 122mm – 40 peluncur roket. Dan melewati jalannya waktu, diadopsi oleh RM 70 Grad, self propelled MLRS milik Korps Marinir, pengganti BM-14 yang dibeli dari Cekoslovakia pada tahun 2003.
BM-14 tengah memuntahkan roket-roket mautnya
Sebagai alutsista kondang, BM-14 juga dibuatkan dalam versi model kit
Meski belum ada informasi resmi, kini BM-14 sudah di grounded pada awal tahun 2000. Selain karena usia, untuk roket caliber 140mm juga sudah tak diproduksi lagi di negara asalnya. Beberapa kali BM-14 tampil di muka umum, salah satunya pernah penulis lihat pada HUT ABRI ke 50 pada tahun 1995 di Lanud Halim Perdanakusumah. Dalam gelar tempurnya, BM-14 disiapkan sebagai unsur bantuan tembakan artileri bagi pasukan infantri dan kavaleri yang pertama kali melakukan pendaratan, dan selanjutnya melakukan penetrasi ke target di pedalaman. Karena Gaz-66 tak punya kemampuan amfibi, untuk menuju daratan, alutisista ini bisa diangkut menggunakan KAPA.
Inilah sekilas legenda alutsista TNI yang pernah membuat angkatan bersenjata Indonesia begitu kuat di Asia Tenggara. Jalesu Bhumyamca Jayamahe. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi BM-14/17 :
Negara asal        : Rusia/Uni Soviet
Jenis             : multiple launch rocket system dengan 2 baris rak
Peluncur        : 16 tabung
Kaliber            : 140mm
Berat roket (total)    : 39,6Kg
Hulu ledak        : 4,2Kg
Panjang            : 1.085mm
Jarak tembak max    : Mendekati 10Km
Kecepatan roket     : 400 meter/detik
Rentang Salvo        : 2 roket/detik
Platform         : truk Gaz-66 4×4

Kamis, 16 Juli 2015

Selamat Hari Raya IdulFitri 1436 H

Ini alasan Kopassus pilih SS-2 Pindad daripada M-16 A2 dari AS

Ini alasan Kopassus pilih SS-2 Pindad daripada M-16 A2 dari AS
Pindad SS2. ©istimewa

Para prajurit Kopassus TNI AD menjadi juara umum di gelaran ASEAN Armies Riffle Meet (AARM). Mereka menyabet 29 emas, jauh meninggalkan kontingen militer negara lain.

Dalam perlombaan ini, Kopassus selalu menggunakan SS-2 V1 HB atau SS-2 V2 HB. Sementara lawan rata-rata menggunakan senapan buatan luar negeri.

"Hampir sebagian besar negara menggunakan senjata buatan Amerika seperti M16 A2 HB dan M16 A3 HB, terutama negara kaya seperti Thailand, Singapura, Filipina dan Brunei Darusalam yang memiliki anggaran besar untuk persenjataan yang memungkinkan latihan lebih banyak," kata Komandan Kontingen AARM 24/2014 Mayor Faisol Izudin.

Namun Kopassus tetap menggunakan senapan PT Pindad. Mereka percaya terhadap produk dalam negeri.

Kreativitas para prajurit TNI dalam menyiasati aneka kekurangan pun patut diacungi jempol. Prinsip mereka, tentara harus bisa mengatasi semua kondisi. Jangan menunggu kondisi ideal untuk bertindak.

"Itu pula yang kami lakukan sejak latihan. Dalam persenjataan, misalnya pisir (alat bidik) yang terlalu besar kami akali dengan lem besi untuk memperkecil lubangnya," kata Mayor Faisal menuliskan pengalamannya dalam Majalah Baret Merah edisi Ulang Tahun Kopassus ke-63.

Begitu juga dengan amunisi PT Pindad yang diproduksi massal. Perbedaan bobot per butir kadang cukup besar. Ada yang 12,39 gram atau 12,49 gram. Namun masalah ini pun tak perlu dianggap repot.

"Kami manfaatkan timbangan emas yang teliti hingga per gram untuk menimbang satu per satu peluru yang akan kami gunakan. Dengan demikian, peluru bisa dikelompokkan per bobot yang cenderung lebih ringan atau lebih berat. Atlet bisa mendapatkan kelompok peluru dengan bobot yang lebih mereka sukai atau kuasai untuk membidik sasaran di lapangan."

Terbukti kreativitas, latihan keras, dan perjuangan anggota Kopassus tak sia-sia. Mereka menyikat habis semua medali dan menjadi juara umum.

Perolehan medali 29 emas, 13 perak dan perunggu. Jauh mengungguli Thailand di posisi kedua yang mendapat 8 emas, 14 perak dan 7 perunggu. Sementara tentara Malaysia malah cuma kebagian 2 perak.

Kini mereka tengah mempersiapkan diri untuk berlaga di Thailand dalam rangka AARM 2015. Semoga hasilnya tetap yang terbaik.

Dana Perawatan Alutsista TNI

  SU 30 MK (photo: Jeff)
SU 30 MK (photo: Jeff)

Dalam rencana strategis (renstra) kedua TNI, satu di antaranya adalah untuk perawatan dan perbaikan alutsista yakni sebesar Rp 120,6 triliun. Sebanyak Rp 93,9 triliun sendiri akan dialokasikan untuk TNI AU.
“Memang mahal. Memelihara pesawat terbang itu paling mahal. Kalau angkatan darat, tank di pinggir jalan nih bannya kempis, (bisa) tambal ban. Kalau udara nggak bisa,” ungkap Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Mabesad, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (15/7/2015).
Dari dana renstra perawatan dan perbaikan alutsista yang disusun TNI, sebanyak Rp 17,4 T disiapkan untuk AL, sementara AD mendapatkan dana yang paling sedikit yakni Rp 9,3 T. Itu, kata Ryamizard, bukan soal pilih kasih melainkan karena biaya pemeliharan alutsista di AD memang membutuhkan dana yang lebih sedikit dibanding 2 matra lainnya.
“Menggerakkan prajurit cukup kasih air menaral saja. Tapi kalau laut dan udara ini harus BBM. Mahal itu,” tutur Ryamizard.
Walau biaya pertahanan untuk negara memerlukan biaya besar, Ryamizard sadar bahwa pemerintah tidak bisa langsung merealisasikannya. Adalah wajar menurut Ryamizard jika pemerintah mencairkan dana sesuai skala prioritas.
“Harus dihitung karena kalau TNI dan Kemhan nggak minta dan minta terus. Pemerintah kan masih ada pembangunan lain,” kata Ryamizard.
“Dari dulu TNI tidak memaksakan. Rakyat dululah. Rakyat lapar masa kita mau berlomba-lomba untuk beli alutsista. Kecuali kalau rakyat sudah senang, baru boleh. Prinsipnya itu,” sambung mantan KSAD tersebut.
Hanya yang jelas, disebutkan Ryamizard, pemerintah sudah memutuskan untuk tidak lagi membeli alutsista bekas dari negara lain. Ia yakin dengan kondisi dan renstra kedua TNI, kekuatan pertahanan negara sudah cukup untuk saat ini.
“Yang lama diganti barang-barangnya. Laut ada (alutsista) yang usianya 40 tahun, udara ada yang 30 tahun. Tapi sudah kuat kita ini,” ucap Ryamizard.
Saat ini Kemhan sendiri sedang mengkaji untuk mencari pesawat angkut pengganti Hercules. Sudah ada beberapa pesawat yang dipertimbangkan oleh Ryamizard.
“Kami lihat yang besar tapi bisa mendarat di lapangan pendek. Itu yang kami cari. Ada banyak pilihan, A400 salah satunya,” pungkas jenderal (purn) bintang 4 itu.

Detik.com

Target Pencapaian Pembangunan Kapal Selam Indonesia

  image
Apa saja target yang diinstal pada kapal selam Chang Bogo Indonesia yan dibuat oleh Korea Selatan:
Able to deploy sea mines
8 Torpedo tube launcher
Able to launch missile
Weapon control system : kongsberg MSI MK2.
Flank Array Sonar.
Radar & ESM : Indra (Spain).
Integrated Navigation System : SAGEM (France).
Optronic & Periskop : Cassidian (Germany).
Sonar : L3 Elac Nautic (Germany).
2 units life rafts with capacity for 25 personnel each for 6 days.
Compatible with Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV).
DSME Type 209-1400 (photos : Jane's, Militaryphotos)
DSME Type 209-1400 (photos : Jane’s, Militaryphotos)

Di dalam rencana pemenuhan alutsista yang mengacu kepada MEF, di tahun 2013 dalam sidang KKIP Kepala Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu telah mengungkapkan kebutuhan TNI AL, yaitu sebanyak 12 unit Kapal Selam untuk menjamin pengamanan wilayah NKRI. Dan sudah pula kita ketahui bahwa TNI Angkatan Laut kemudian memilih Kapal Selam dari Korea Selatan, yang dinamai DSME209/1400. Dalam kontrak pembelian, disebutkan Indonesia membeli 3 unit, di mana 1 unit terakhir rencananya akan dibuat di Galangan Kapal Nasional, PT. PAL Surabaya.
DSME209/1400 yang dipesan oleh TNI AL melalui Kementrian Pertahanan tersebut dari segi fisik bangunan kapalnya, adalah merupakan pengembangan serta perkawinan desain antara jenis 209/1200 Changbogo milik Korea Selatan dengan jenis 209/1300 Cakra milik Indonesia.
Dengan pengembangan dan perkawinan dua desain 209 ini menghasilkan varian 209 dengan bobot 1400 ton dengan berbagai kelebihan dan kecanggihan komponen-komponen pendukung yang terintegrasi di dalamnya. Selain mengembangkan jenis 209 mulai 1200 s.d. 1500 ton, galangan kapal DSME juga diketahui sedang memulai mengembangkan turunan dari desain 209 dengan bobot 3000 ton.
image
Kapal selam ini merupakan pesanan khusus dari Korean Navy untuk memperkuat skuadron kapal selam negara Korea yang mana sekarang ini baru terdiri dari beberapa kelas Midget, U209/1200 dan U214/1800. Proyek desain kapal selam berbobot 3000 ton ini sudah dimulai awal tahun 2015 dan rencana pembangunannya akan dimulai pada tahun 2016.
Kapal selam pesanan pemerintah Indonesia, meski merupakan turunan dari tipe U-209 buatan Jerman, TNI AL meminta spesifikasi yang tinggi terhadap kapal selam DSME209. Diantaranya adalah, memiliki kesenyapan yang tinggi, mampu menghindari deteksi, mampu menyelam hingga 250 meter, memiliki teknologi yang canggih serta memiliki kecepatan yang mampu dipacu hingga 21 knot ketika menyelam.
Disebutkan juga bahwa kapal selam DSME209 harus mampu beroperasi terus menerus selama lebih kurang 50 hari. Desain Kapal Selam Baru DSME 3000 ton Pesanan ROK-Navy selama proses pembangunan kapal selam di Korea, TNI AL telah mengirimkan 7 (tujuh) orang personel yang masing-masing memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus tentang kapal selam jenis 209 secara profesional.
Dalam satuan tugas kapal selam tersebut Komandan Satgas bertanggungjawab kepada keseluruhan proses pembangunan dengan dibantu oleh personel lainnya. Pembagian tugas secara khusus dalam satuan tugas ini terdiri dari:
1. Pengawas Platform yang mencakup bidang permesinan, badan kapal, outfitting, painting, baterai dan pendorongan serta kelistrikan kapal selam.
2. Pengawas Sewaco yang mencakup bidang sensor, navigasi, komunikasi, senjata dan sistem kendali senjata kapal selam.
3. Perwira Diklat yang bertugas mengatur serta mengendalikan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi awak kapal selam.
4. Perwira Administrasi dan Logistik yang bertugas mengatur dan mengendalikan proses administrasi kontrak serta sistem logistik komponen-komponen kapal selam.
5. Kesekretariatan yang bertugas mengendalikan kegiatan ketatausahaan dan administrasi personel dalam satuan tugas kapal selam.
image
Secara umum kapal selam DSME209/1400 memilki beberapa kelebihan dari sisi teknologinya. State of the art technology yang dimiliki oleh kapal selam ini meliputi Latest combat system, Enhanced operating system, Non-hull penetrating mast and Comfortable accommodation. Dan sebagai elemen terpenting dalam kapal selam, baterai buatan Korea digunakan sebagai sumber tenaga utamanya.
Jenis baterai kapal selam buatan Korea ini digunakan pada semua kapal selam Korea. Salah satu poin yang mengejutkan adalah mengenai Persenjataan dan Sistem kendali senjatanya. Selain dipersenjatai 8 buah tabung peluncur Torpedo untuk torpedo berukuran 533 mm Blackshark juga mampu untuk men-deploy ranjau laut, Ia juga memiliki desain yang mampu untuk meluncurkan rudal
Sistem kendali senjata MSI Mk2 buatan Kongsberg dipilih oleh TNI AL sebagai komponen yang mengendalikan dan mengatur sistem peperangan serta penembakan torpedo, ditambah lagi beberapa sensor dan peralatan elektronika yang canggih dan terkini juga ikut di dalam. Bila di kapal selam Cakra kita belum memiliki Flank Array Sonar, maka di kapal selam baru nantinya sistem ini akan dipasang dan digunakan.
Banyak sekali keunggulan serta kelebihan sistem dan peralatan yang digunakan dalam kapal selam baru ini dibanding kapal selam Indonesia yang ada sekarang. Radar serta ESM dari Indra-Spanyol, Integrated Navigation System dari SAGEM-Prancis, Optronic dan Periskop dari Cassidian-Jerman, sistem Sonar dari L3 Elac Nautic-Jerman menjadi pilihan TNI AL di dalam desain kapal selam barunya.
Prosedur keamanan dan keselamatan kapal selam dan personel juga menjadi prioritas dalam desain DSME209/1400. Dua unit Life rafts dengan kapasitas 25 personel dengan bekal darurat selama 6 hari akan terpasang di kapal selam ini. Untuk pakaian keselamatan dan pelindungan dari dekompresi selama proses evakuasi dipilih jenis MK-X buatan Inggris sebanyak 48 buah.
image
Yang paling berbeda dibanding dengan kapal selam Cakra adalah bentuk pintu baterai dibuat sesuai dengan aturan NAVSEA 0994-LP-013-9010 pada mulut pintunya. Dengan begitu bisa lakukan proses evakuasi menggunakan Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV).
Untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan, di dalam kontrak pembelian ini juga termaktub tentang skenario Transfer of Tecnology (ToT) dan juga On the Job Training(OJT) di galangan kapal DSME korea. Dua kegiatan ini diperuntukkan bagi personel PT PAL untuk lebih dapat mendalami serta menyerap semua ilmu baik desain maupun proses produksi kapal selam.
Dari sisi sumber daya manusia, pada periode desain, PT PAL telah mengirimkan SDM yang mempunyai kualifikasi untuk desain kapal sebanyak 20 personel profesionalnya. Selanjutnya mengirimkan pula personel yang tergabung dalam team OJT sebanyak 186 personel yang dikirimkan secara bertahap dimulai sejak bulan November 2013 hingga bulan Februari 2017.
Menilik proses pembangunan kapal selam DSME209/1400 sampai dengan Januari 2015 ini, telah sampai dalam tahap pemotongan plat untuk kapal selam ketiga. Diharapkan pada tahun 2017, dua unit kapal selam baru DSME209/1400 sudah dapat beroperasi diperairan indonesia. Sedangkan untuk kapal selam ketiga jika dilihat dari skenario kontrak pembelian,
maka akan dapat dioperasikan sekitar awal tahun 2019. Kita harapkan kehadiran kapal selam DSME209/1400 dapat memperkuat kemampuan tempur angkatan laut kita.

cakrawala-dispenal.org

Sengatan Tajam Rudal QW3 TNI AU

  image
Manpad QW-3 menghajar sasaran pada tembakan pertama
image
Rudal QW-3 (Walaupun secara fisik QW-1) berhasil menunaikan tugasnya pada tembakan pertama dalam latihan militer jalak Sakti 2015. Sasaran nyaris tidak terlihat, bahkan ketika di zoom dengan lensa telepone.
Sasaran drone sebesar 1.5 meter pada ketinggian 7500 feet dengan kecepatan nyaris 300kpj dan heat signature kecil. Cuaca pada saat penembakan cerah (baca: panas buanget). Salah satu rudal eropa yang menjadi alutsista hanud kita, selalu gagal kena sasaran kalau udara sepanas ini… tapi rudal China ini malah berhasil.

Naskah: anas_nurhafidz
Photos : alex sidharta
Defence.pk

Exit Strategy, Jika Proyek Chang Bogo Gagal

  Kapal selam Chang Bogo
Kapal selam Chang Bogo

Proyek konstruksi kapal selam fotokopi di galangan DSME untuk kekuatan laut Indonesia tidak berjalan sesuai harapan pihak Indonesia.
Perkembangan demikian sebenarnya tidak mengejutkan, sebab dari awal sudah disadari bahwa Seoul tak berpengalaman banyak dalam urusan konstruksi kapal selam. Hanya saja pemahaman demikian kalah oleh kubu yang bermimpi indah tentang alih teknologi kapal selam.
Dihadapkan pada kondisi yang tak menggembirakan bagi Indonesia itu, Jakarta harus mempunyai exit strategy. Mengapa demikian?
Silakan hitung berapa investasi yang sudah ditanam oleh Indonesia untuk mewujudkan iming-iming alih teknologi kapal selam.
Untuk gambaran sederhana, lihat saja dana yang telah dikucurkan oleh pemerintah Indonesia untuk membangun fasilitas kapal selam di PT PAL Indonesia. Kalau saat ini masuk ke area galangan BUMN itu, tak jauh dari pintu masuk utama akan terlihat kegiatan pembangunan fasilitas kapal selam sedang berjalan.
Andaikata rencana konstruksi kapal selam di PT PAL Indonesia berdasarkan kerjasama dengan DSME gagal, lalu apa yang harus dilakukan oleh Indonesia? Sudah adakah exit strategy?
Secara jujur jawabannya belum ada, karena mayoritas pihak terkait tak menyiap skenario terburuk soal kerjasama konstruksi kapal selam tersebut.
Di antara exit strategy yang dapat dipertimbangkan adalah kembali ke jalan yang lurus dalam urusan kapal selam alias merangkul kembali TKMS.
Dengan merangkul TKMS, fasilitas kapal selam yang telah dibangun di PT PAL Indonesia tak akan sia-sia alias jadi monumen hidup kegagalan kerjasama dengan Negeri Ginseng. Tentu saja dalam merangkul TKMS tak ada makan siang gratis, termasuk alih teknologi gratis dari Jerman.

Damnthetorpedo-3.blogspot.com