Kamis, 18 Juni 2015

TNI AL Hidupkan Kembali Skadron 100 Anti Kapal Selam

  Helikopter Panther AS565
Helikopter Panther AS565

Skuadron Udara 100 TNI AL yang berintikan helikopter anti kapal selam yang pernah begitu ditakuti lawan pada dasawarsa ’60-an, akan dihidupkan kembali. Skadron 100 ini akan menjadi tulang punggung kekuatan TNI AL dalam operasi di laut.
Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, di Surabaya, Rabu 17/06/2015 menyatakan, “Langkah awal menghidupkan kembali Skadron 100 yang sempat dimiliki TNI pada ’60-an itu dengan 11 unit helikopter yang akan diterima secara bertahap pada tahun ini.”
Pada dasawarsa ’70-an, skadron helikopter TNI AL pernah diperkuat jajaran helikopter WASP buatan Inggris.
Walau sama-sama memakai helikopter, namun skadron helikopter TNI AL dan TNI AU memiliki beberapa perbedaan doktrin dan misi operasi.
Salah satunya adalah manuver pendaratan dan lepas landas dari geladak pendaratan (helipad) di kapal perang yang bergerak alias berlayar di laut pada berbagai skenario cuaca, misi, dan persenjataan.
Ini satu kemahiran utama yang sangat dipersyaratkan bagi penerbang-penerbang helikopter TNI AL, yang tidak diperlukan bagi penerbang helikopter di skadron udara TNI AU.
Dia ada di Surabaya untuk menerima brevet penerbang dari Pusat Penerbangan TNI AL dan diangkat menjadi warga kehormatan satuan itu oleh Komandan Pusat Penerbangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI Sigit Setiyanta.
Penyematan brevet itu puncak rangkaian HUT Ke-59 Pusat Penerbangan TNI AL (1956-2015). Ritual pemberian brevet diawali dengan penerbangan Supandi dalam helikopter Bell-412 bernomor registrasi HU-420, yang dipiloti Mayor Pelaut Triwibowo.
Penerbangan kehormatan itu selama 28 menit di ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Saat mendarat, dua helikopter latih Bonanza mendampingi. Setelah mendarat, barulah Setiyanta menyematkan brevet itu di dada kanan seragam Supandi.
“Ke-11 helikopter itu penting, karena Skuadron 100 itu sempat dilebur dengan skuadron lain karena tidak memiliki pesawat. Kami ingin memiliki kekuatan tempur yang lengkap dengan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT),” kata Supandi.
SSAT dalam doktrin peperangan TNI AL memiliki empat komponen, yakni kapal perang, pesawat udara, pasukan pendarat/pendudukan (Korps Marinir TNI AL), dan pangkalan. “Dengan menjadi warga kehormatan, saya memiliki kewajiban untuk memberi perhatian kepada Pusat Penerbangan TNI AL,” katanya.
“Selain membangun kekuatan, kami juga berencana melakukan validasi organisasi baru yang sudah disetujui pemerintah adalah pembentukan Komando Armada Indonesia yang berpusat di Surabaya,” katanya.
Koarmada Armada Indonesia di Surabaya itu membawahkan tiga komando, yaitu Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL, Komando Armada Indonesia Kawasan Tengah TNI AL, dan Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL.
“Komando Armada Indonesia juga akan membawahkan 14 pangkalan utama TNI AL dan tiga pasukan Marinir TNI AL,” katanya. Sejauh ini ada 11 pangkalan utama TNI AL yang akan ditambah Pangkalan Utama TNI AL Pontianak, Pangkalan Utama TNI AL Tarakan, dan Pangkalan Utama TNI AL Sorong.
Khusus Pangkalan Utama TNI AL Tarakan, dinilai sangat penting karena menjadi titik fokus pengamanan perairan Blok Ambalat, yang pernah diributkan Malaysia sebagai milik sah mereka.
Semua satuan itu dipimpin seorang laksamana pertama TNI AL.

AntaraNews.com

Rabu, 17 Juni 2015

PT DI Pesan Helikopter Dauphin di Paris Airshow

Helikopter AS365 N3+ Dauphin
Helikopter AS365 N3+ Dauphin

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) memesan dua helikopter AS365 N3+ Dauphin kepada Airbus Helicopter dan pengirimkan helikopter bermesin ganda ke PT DI dilakukan dalam waktu satu tahun.
Helikopter ini akan dirakit, uji kualitas dan disesuaikan dengan permintaan PT DI termasuk peralatan misi pendukung: hoists, flotation systems, direction finder, electronic optical system, dan casualty evacuation devices.
“Kami sangat akrab dengan platform Dauphin dan yakin dengan pemasangan peralatan SAR khusus, kami bisa menawarkan solusi yang tepat kepada Pemerintah Indonesia untuk kebutuhan SAR,” jelas Presiden Direktur PT DI Budi Santoso, saat upacara penandatanganan di Paris Airshow.
PTDI_signature_ceremony
Kerjasama strategis antara PT DI dan Airbus Helikopter telah menghasilkan lebih dari 130 helikopter selama 40 tahun terakhir.
“PTDI tahu kebutuhan Indonesia dan telah berperan dalam mengamankan aset yang tepat dan peralatan untuk pertahanan negara. Akuisisi ini merupakan contoh yang baik,” kata Wakil Presiden Penjualan dan Hubungan Pelanggan Eurocopter Asia Pacific, Fabrice Rochereau.
Saat ini ada lima helikopter Dauphin dalam pelayanan di Indonesia, untuk Polisi dan Basarnas sebagai sarana penegakan hukum dan misi SAR.
Tahun lalu, Angkatan Laut Indonesia telah memesan 11 unit helikopter Panthers (versi militer) khusus anti-kapal selam, yang juga akan diselesaiikan oleh PT DI dalam tiga tahun mendatang.
Airbus

Operasi MBT Leopard dan IFV Marder

  image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
TNI Angkatan Darat menggelar demo kekuatan dan kemampuan Profesional Keprajuritan dalam melaksanakan tugas pertempuran/demonstrasi pertempuran yang dilaksanakan di Pusat Latihan Pertempuran (Puslatpur) TNI Angkatan Darat di Baturaja Sumatera Selatan, Selasa (16/ 6 ). Latihan tersebut disaksikan langsung oleh Presiden RI Ir Joko Widodo selaku Panglima tertinggi TNI serta Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu dan ketua beserta anggota Komisi 1 DPR RI.
Demonstrasi pertempuran yang dilaksanakan ini merupakan wahana untuk menunjukkan secara langsung gambaran kekuatan dan kemampuan TNI Angkatan Darat saat ini dalam melaksanakan suatu operasi gabungan baik Lintas Udara (linud) maupun operasi Matra Darat dengan menggunakan Alutsista baru yang dimiliki TNI Angkatan Darat. dalam demonstrasi pertempuran ditunjukkan sinergitas dan kerjasama yang sistematis dari seluruh unsur kecabangan yang berada di satuan jajaran Angkatan Darat dalam melaksanakan pertempuran di darat secara terintegrasi dengan satuan Bantuan Tempur (banpur). Bantuan Administrasi (banmin) dan satuan satuan lain yang terlibat dalam satu tim pertempuran.
Selain itu melalui demonstrasi pertempuran ini juga membuktikan kepada seluruh masyarakat Indonesia, bahwasannya TNI Angkatan Darat saat ini sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dalam pembinaan kemampuan personel maupun materiil (Alutsista) yang dimiliki, sehingga TNI Angkatan Darat ke depan diharapkan akan semakin Profesional, Modern, Efektif dan Efisien, mampu menjadi garda terdepan sekaligus benteng terakhir dalam rangka menegakkan kedaulatan serta menjaga keutuhan Wilayah NKRI.
Dalam pelaksanaan demonstrasi pertempuran kali ini TNI Angkatan Darat mengerahkan sebanyak 4227 prajurit serta menurunkan 156 kendaraan tempur dan senjata berat dari 25 jenis berbeda yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat saat ini. adapun kendaraan tempur dan senjata berat yang diterjunkan dalam latihan kali ini antara lain tank Leopard, tank Marder, M113, Panser Anoa ,Scorpio, Meriam KH 178 dan 179 .sedangkan yang ikut terlibat dalam latihan ini adalah heli serang Mi 35 dan Mi17.

TNIAD.mil.id

Uji Terbang Eurocopter EC 725 Caracal TNI AU

ec-725-tni
Inilah wujud EC-725 Caracal setelah menggunakan camo TNI-AU. Terlihat warna camo disesuaikan dengan pesawat atau heli angkut TNI-AU lainnya, seperti CN-295 atau NAS-332.
Helikopter ini tengah menjalani uji terbang di pabrik PT. Dirgantara Indonesia, 16/06/2015. Uji terbang dilaksanakan oleh pilot uji asal pabrikan Airbus Helicopter. Namun tidak diketahui detail rute maupun jumlah jam terbang yang musti dilakukan heli combat SAR ini. Yang pasti, EC-725 masih akan terus menjalani test terbang selama beberapa hari ke depan.
Indonesia memesan 6 unit helikopter EC-725. Helikopter ini diperuntukan untuk misi khusus SAR Tempur. Namun, Indonesia membuka kemungkinan menambah heli sejenisini hingga mencapai 16 unit atau full 1 Skadron.

ARC.web.id

Barret M82A1: Kenyang Pengalaman Tempur, Dipercaya Kopassus Sebagai Senapan Anti Material

US_M82A1_Barrett
Hampir semua senapan anti material TNI telah di kupas di Indomiliter.com, tapi dari sekian ragam senjata heavy barrel tersebut, hanya beberapa yang benar-benar masuk kategori battle proven, dan salah satunya yang tak bisa dilewatkan adalah Barret M82A1 buatan Barret Firearms Manufacturing.
Karena menjadi senapan anti material standar pasukan AS dan banyak negara sahabat AS, wajar bila kiprah M82A1 cukup luas, medan perang di Timur Tengah dan Afghanistan menjadi ajang pembuktian senjata hasil rancangan Ronnie Barret ini. Indonesia pun yang punya kemitraan dan hubungan kerjasama militer dengan AS turut memiliki senjata penghantar maut ini. Seperti dikutip dari satuharapan.com (21/2/2015), satuan elit TNI AD Kopassus (Komando Pasukan Khusus) disebut telah memiliki 20 pucuk M82A1. Sebagai senjata perorangan, M82A1 masuk kategori SPR (senapan penembak runduk) untuk sniper.
Brigjen TNI Sabrar Fadhilah menjelaskan tentang senapan sniper tipe SPR Barrett M82A1 dalam Pameran Alutsista TNI pada Sabtu (21/2) di Jogja City Mall (JCM). (foto: satuharapan.com)
Brigjen TNI Sabrar Fadhilah menjelaskan tentang senapan sniper tipe SPR Barrett M82A1 dalam Pameran Alutsista TNI pada Sabtu (21/2) di Jogja City Mall (JCM). (foto: satuharapan.com)

Dibanding senapan anti material seperti Pindad SPR-2, Denel NTW-20, dan Zastava M-93 Black Arrow, maka M82A1 punya keunikan dari sistem operasi. M82A1 adalah senapan anti material kelas berat berkaliber 12,7 mm dengan sistem operasi semi otomatis pertama di dunia. Biarpun lahir dari proyek garasi, M82A1 pada akhirnya berevolusi menjadi menjadi senjata yang diadopsi banyak negara. Dari sisi desain, M82A1 masih menganut model konvensional dengan dua set receiver terbuat dari baja pres dan terhubung dengan cross pin yang bisa dibuka dengan mudah. Untuk ukuran kapasitas magasin, M82A1 dengan magasin berisi 10 peluru menjadi yang paling banyak diantara senapan anti material milik TNI.
M82a1M82A1_barrettm107_sniper_rifle_800
Untuk mempercepat disipasi panas, penerapan rancangan fluted barrel yang dipenuhi cekungan akan membantu mempercepat penguapan, sehingga laras tidak cepat memuai dan akurasi bisa tetap terjaga. Bila M82A1 tidak dilengkapi teleskop, masih ada BUIS (Back Up Iron Sight) yang memiliki setelan elevasi sampai jarak 1.500 meter ditambah setelan windage untuk menyesuaikan simpangan arah angin. Guna meningatkan akurasi, M82A1 dilengkapi kaki-kaki (bipod) yang bisa disesuaikan ketinggiannya. Bila dirasa belum cukup, M82A1 bisa pula dipasang di atas kaki tiga (tripod) M3/M122 milik SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB.
Pasukan Inggris dengan M82A1.
Pasukan Inggris dengan M82A1.
maxresdefaultbarrett_M82A1_416_9880webunnamed

Mekanisme M82A1 menerapkan prinsip laras yang bergerak ke belakang untuk mengkompensasi gaya tolak balik yang dihasilkan. Ketika peluru ditembakkan, laras bergerak ke belakang sejauh +/- 25 mm, menyentuh tonjolan pada bolt yang kemudian melepaskan bolt dari posisi kuncinya. Setelah memukul bolt, laras langsung kembali ke depan berkat bantuan sepasang pegas recoil yang terpasang di kiri kanan laras. Begitu bolt dalam posisi bebas, lengan akselerator yang membawa sebagian energi dari gaya tolak balik langsung menghantamnya, sehingga bolt akhirnya berotasi dan bergerak ke belakang. Gerakan bolt ke belakang ini sekaligus menarik keluar selongsong hasil penembakan, dan memasukan peluru baru ketika mulai bergerak ke depan. Ketika bolt kembali ke posisinya semula akibat dorongan pegas,, akan terkunci secara otomatis dengan laras dan peluru baru siap ditembakkan.
Pada awalnya, M82A1 hanya digunakan pasukan khusus AS untuk misi-misi rahasia yang membutuhkan aplikasi senapan runduk dari jarak ekstra jauh. Baru pada Perang Teluk 1991, pasukan reguler mulai memperoleh M82A1. Biarpun lahir di AS, angkatan bersenjatanya bukanlah pengguna pertama M82A1. Sejatinya adalah Swedia yang pertama kali memesan 100 pucuk M82A1 pada tahun 1989, ditambah CIA yang membeli 25 pucuk pada tahun yang sama untuk dikirim ke pejuang Mujahidin di Afghanistan. Jika awalnya diniatkan untuk menjatuhkan Mi-24 Hind Soviet, sekarang pasukan koalisi ISAF (International Security Assistance Force) di Afghanistan yang harus berhati-hati karena diperkirakan senjata ini sudah jatuh ke tangan milisi Taliban.
Untuk bisa mendapatkan Barret M82A1 memang diperlukan kocek yang lumayan, pasalnya per pucuknya di banderol US$6.600 (1992), US$7.000 (2003), bahkan situs Wikipedia.com melansir harga M82A1 mencapai US$8.900 per pucuk, tentu saja perbedaan harga terkait varian yang dibeli. Sampai saat ini Barret Firearms Manufacturing telah merilis M82A1, M82A2, M107, dan XM500. Meski beda varian ada tentu beda kinerja, tapi kaliber yang diusung semuanya adalah .50 BMG.
Dari beragam varian, yang digunakan oleh Kopassus TNI AD adalah varian dasar M82A1. Model ini dilengkapi muzzle brake berbentuk bulat, sementara varian akhir menggunakan muzzle brake berbentuk kotak dua tingkat. Selain itu M82A1 versi awal cenderung berwarna hitam karena menggunakan lapisan parkerized finish, sementara M82A1 yang sekarang beredar rata-rata berwarna metal natural.

Spesifikasi Barret M82A1 “The Light Fifty”
– Negara asal: Amerika Serikat
– Tahun pembuatan: 1982
– Kaliber: .50 BMG (12,7 x 99 mm)
– Sistem operasi: semi otomatis, short recoil
– Panjang total: 1.448 mm
– Panjang laras: 737 mm
– Bobot kosong: 12,9 kg
– Kecepatan proyektil: 854 meter per detik
– Jarak tembak efektif: 1.800 meter
– Akurasi tembakan: 1,5 – 2,0 MoA
– Kapasitas magasin: 10 peluru

TNI Klaim Pasukan Perdamaian RI Paling Unggul di ASEAN

TNI. (foto : Okezone)
TNI. (foto : Okezone)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus mengirimkan pasukan perdamaian ke luar negeri setiap tahun. Bicara soal kualitas dan keunggulan pasukan, personel perdamaian RI diklaim paling unggul di ASEAN.
Hal itu dikatakan Irjen TNI Letjen TNI Syafril Mahyudin saat kuliah umum di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok mewakili Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko. Menurutnya dalam lima tahun terakhir, Indonesia terus menjaga hubungan baik dengan negara-negara ASEAN.
“Menjaga netralitas peran ASEAN dalam menghadapi persaingan global. Indonesia sumbang peran utama dalam misi perdamaian PBB dan ASEAN,” tegasnya dalam pidatonya di FISIP UI, Depok, Selasa (16/6/2015).
Dia menuturkan, tak hanya dari sisi jumlah tapi dari segi personel menjadikan Indonesia sebagai 10 terbesar negara terbesar yang mengirimkan pasukan misi perdamaian PBB. Salah satunya dengan cara diplomasi dan meningkatkan pertahanan dalam negeri.
“Di ASEAN kita paling banyak, setiap penugasan ke luar negeri, Indonesia selalu nomor satu. Dalam hal kinerja dan kualitas. Pengakuan dari negara yang kita amankan, mengakui kita. Seperti saat di Kamboja, dari 22 ribu pasukan perdamaian saat itu, Indonesia teratas,” jelas Syafril.
Keunggulan tersebut ditunjang dari konsep keunggulan teritorial yang dimiliki TNI. “Itu membuat kita lebih dari negara lain, konsep teritorial unggul kita kembangkan di sana. Menyatu dengan masyarakat sana,” paparnya.
Namun, dia mengakui kualitas alutsista yang dimiliki sejak tahun 2000 terus menurun. Sehingga, lanjutnya, kualitas alutsista harus terus ditingkatkan.
“Sejak tahun 2000 alutsista kita semakin tua, gentar menurun jauh. Ke depan harus ditingkatkan jaga kedaulatan mencegah ancaman keamanan nontradisional seperti bencana alam, terorisme, serangan cyber, dan transnasional,” tegasnya.(sindonews)

TNI akan Ingatkan Pesawat Malaysia untuk Tak Masuk Ambalat

Ilustrasi (ist)
Ilustrasi (ist)
Pesawat militer Malaysia beberapa kali kedapatan melanggar dan masuk ke wilayah Indonesia. Dari hasil evaluasi TNI, diduga terdapat unsur kesengajaan bagi pesawat asal Negeri Jiran itu ketika memasuki dan melihat wilayah Nusantara, khususnya di wilayah sengketa Ambalat.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan bahwa pihaknya akan mengambil tindakan dengan mengingatkan pimpinan tertinggi tentara Malaysia agar tak melakukan hal itu.
“Pasti nanti akan diingatkan ya,” ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (15/6).
Moeldoko menyampaikan pihaknya sebenarnya telah bersepakat dengan panglima tentara Malaysia untuk tidak membuat hubungan antara kedua negara kembali memanas akibat isu perselisihan di sekitar Ambalat.
“Sebenarnya kami sudah bersepakat dengan panglima mereka (Malaysia) untuk masalah Ambalat jangan lagi. Kita ada di sana, kita saling menjaga saja. Kalian menjaga, saya juga menjaga. Kami sudah sepakat,” kata dia.
Moeldoko mengaku belum tahu apakah akan memberikan teguran atau tidak. Pasalnya, menurut dia, dalam melakukan diplomasi harus diawali dengan peringatan halus.
“Dalam dunia diplomasi ada yang diawali dari soft dulu. Kenapa kalian mesti begitu? Kan begitu,” ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meyakini hubungan Indonesia dan Malaysia tidak akan memanas akibat isu perselisihan di sekitar Ambalat yang luasnya mencapai 15 ribu kilometer itu.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini menegaskan TNI tidak menggelar kekuatan di sekitar Blok Ambalat. “Tidak ada gelar kekuatan. Saya barusan dari sana. Tidak ada masalah,” ujar Ryamizard di Garut, Jawa Barat, Jumat (12/6).
Pemerintah, menurut Ryamizard, mengedepankan dialog dalam menyelesaikan isu pertahanan dan keamanan. Apalagi, hal ini diamanatkan dalam perjanjian di antara negara ASEAN.
“Kita harus jaga persahabatan, kan sudah sepakat, 48 tahun lalu (saat pendirian ASEAN). Kalau ada perselisihan, selesaikan dengan dialog untuk mencari solusi. Tidak main tembak-tembak begitu,” kata Ryamizard.
Saat ini TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara sedang menggelar Operasi Sakti di sekitar Blok Ambalat. Keduanya menurunkan alutsista mereka, seperti tiga KRI, dua pesawat Sukhoi 27/30, dan tiga F16 Fighting Falcon.
Sementara itu, petugas Landasan Udara Tarakan, Kalimantan Timur, sejak Januari hingga Mei tahun ini mencatat, terdapat sembilan pesawat berbendera Malaysia yang telah memasuki wilayah udara Indonesia, tepatnya di atas Blok Ambalat.
Sejak dekade 1960-an, Indonesia dan Malaysia memang kerap bersitegang terkait Blok Ambalat. Puncak perseteruan terjadi pada tahun 2002, ketika Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia pada sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang berada di Blok Ambalat.
(CNN Indonesia)