Sabtu, 13 Juni 2015

Integrasi dan Penyeragaman Alutsista TNI

Panglima TNI memeriksa alat komunikasi Tank Leopard di Bandung- Jawa Barat
Panglima TNI memeriksa alat komunikasi Tank Leopard di Bandung- Jawa Barat

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku terinspirasi dengan upaya Tentara Amerika Serikat yang menyederhanakan berbagai Alutsista, menuju ke satu jenis, agar pemeliharaannya menjadi efisien.
Menurut Jenderal Moeldoko militer Indonesia sedang menuju ke sana. “Saat ini mulai bagus, TNI AL menggunakan Bell, TNI AD menggunakan Bell sehingga pemeliharaannya jauh lebih murah dan mudah karena satu jenis”, ujar Panglima TNI.
Pernyataan ini disampaikan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, saat menerima paparan dan menyaksikan demonstrasi pengecekan Uji Fungsi Alat Komunikasi Tank Leopard, di Pusdikkav Padalarang Bandung, Jawa Barat (9/6/2015).
Selain menerima paparan alat komunikasi Tank Leopard dari Mr. Sendy Olejniczatk, Panglima TNI juga menyaksikan demonstrasi komunikasi dari Tank Leopard ke Pusdik Infanteri, demonstrasi komunikasi antar Tank Leopard, komunikasi Tank Leopard dengan satuan Infanteri dan demonstrasi komunikasi internal awak Tank Leopard.
Menurut Panglima, TNI terlalu banyak merk radio sehingga sulit untuk merawatnya. “PPRC sudah menggunakan radio Harris. Marinir dan harapan saya Kavaleri juga menggunakan radio Harris agar pada saat latihan gabungan mudah, tidak perlu membeli satu alat lagi untuk mengintegrasikan karena satu populasi dan ini perlu dipikirkan bersama< ujar Jenderal Moeldoko.
Panglima TNI menekankan kepada Komandan Pusat Kavaleri supaya radio yang canggih penuh dengan aksesoris dan fungsi ini, dapat digunakan dengan baik. Diharapkan alat komunikasi ini bisa terus diintegrasikan, untuk menjadikan komunikasi TNI yang modern dan terpadu.

Bocoran Alutsista TNI 2016

  image
Solo – Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, rencana pembelian helikopter CH-48 atau lebih dikenal dengan nama Chinook baru terlaksana pada 2016.
“Anggarannya bukan tahun ini, tahun 2016,” ujar Moeldoko di Solo, Kamis (11/6/2015) malam.
Moeldoko mengatakan, rencananya Chinook akan diserahkan untuk TNI Angkatan Darat sebagai bagian alat utama sistem persenjataan (alutsista). Selain itu, juga dapat difungsikan sebagai alat angkut.
“Untuk alat angkut berat, karena itu mobilitas sangat tinggi dan daya angkut personelnya baik. Satu peleton bisa itu,” kata dia.
image
image
image
image
Jenderal Moeldoko mengaku telah melihat kehebatan helikopter buatan Amerika Serikat itu seperti ketika beberapa bencana alam di Indonesia. Saat itu, sejumlah negara membawa bantuan menggunakan Chinook.
“Waktu tsunami Aceh, kita dapat bantuan dari Singapura dan Tiongkok memakai Chinook. Itu sangat luar biasa, cepat, dan mengangkut banyak orang,” ujar dia.
Rencana pembelian helikopter dengan mesin ganda tersebut pertama kali diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Dia mengatakan, Chinook bakal melengkapi alutsista TNI. Harga helikopter Chinook ini ditaksir mencapai 30 juta dollar AS.
“Beli Chinook memang mahal, tetapi nyawa orang lebih mahal,” ucap Moeldoko di kantornya, Rabu (3/6/2015) lalu.

Lampung.Tribunnews.com

Mahasiswa harus siap menjadi duta pertahanan

Mahasiswa harus siap menjadi duta pertahanan
Menhan, Ryamizard Ryacudu (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)
Mahasiswa jangan hanya berpikir kekayaan dan kekuasaan"
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan mahasiswa harus siap menjadi duta pertahanan di lingkungan bertugas atau sebagai bagian dari sistem pertahanan negara Indonesia dan mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Mahasiswa harus memiliki rasa cinta yang besar kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta menunjukkan moralitas dan karakter kuat dengan memiliki nilai-nilai kebangsaan," kata Menhan Ryamizard dalam kuliah umum di depan ratusan mahasiswa se-Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat.

Menurut dia, mahasiswa harus bangga sebagai bangsa Indonesia, bermanfaat bagi bangsa dan negara. Sebagai generasi harapan pemimpin negeri, mahasiswa harus bisa memegang kepercayaan.

"Mahasiswa jangan hanya berpikir kekayaan dan kekuasaan," ujarnya.

Lebih baik, mahasiswa menjadi generasi pelopor maupun perekat persatuan dan kesatuan dengan berpikir rasional, demokratis, serta kritis dalam menuntaskan masalah kebangsaan.

"Kita harus bangga sebagai warga negara. Ingat, bangsa Indonesia berpotensi menjadi negara besar dan disegani. Apabila kelak jadi pemimpin harus bisa amanah," ujarnya.

Ryamizard juga mendorong, agar kaum muda untuk meningkatkan wawasan kebangsaannya. Hal itu wajib dilakukan karena berdasarkan hasil survei lembaga internasional, didapat wawasan kebangsaan masyarakat menduduki urutan ke-96 dari 105 negara.

Dengan demikian, dirinya optimistis kalau masyarakat mampu meningkatkan disiplin dan rasa cinta Tanah Air maka Indonesia akan menjadi negara maju dan sejahtera.

Dalam kesempatan itu, Menhan mengatakan, di dalam dinamika perkembangan lingkungan strategis terdapat dua ancaman, yakni ancaman militer dan non militer.

Ancaman militer seperti konflik terbuka atau perang, namun ancaman ini tidak nyata. Sementara ancaman nyata, yakni ancaman non militer seperti terorisme dan radikalisme; separatisme; wabah penyakit; pelanggaran perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya; bencana alam; perang siber dan intelijen; serta penyalahgunaan dan peredaran narkoba.

"Ancaman nyata ini harus diwaspadai karena akan berpengaruh pada ketahanan nasional," ujar Menhan.
 

Latihan Tempur TNI AD di Baturaja

  image
Presiden Joko Widodo akan menyaksikan kemahiran prajurit TNI AD dalam melakukan pertempuran di segala medan dengan alat utama sistem senjata (alutsista) modern. Kehadiran Presiden Jokowi dijadwalkan bertepatan dengan puncak latihan pada Senin, 15 Juni mendatang di Pusat Latihan Tempur Kodiklat TNI AD Martapura-Baturaja, Sumatera Selatan.
“Rencananya bapak Presiden akan hadir untuk melihat langsung prajurit berlatih tempur,” kata Mayjend Iskandar M. Sahil, Panglima Kodam II Sriwijaya, Jumat 12 Juni 2015. Menurutnya saat ini pihaknya sedang mempersiapkan pengamanan kedatangan Presiden dengan melakukan koordinasi dengan Paspampres.
Kepala penerangan Kodam Sriwijaya Kolonel Syaepul Mukti Ginanjar menjelaskan latihan dilaksanakan dalam rangka memelihara dan meningkatkan kemampuan satuan tempur yang diorganisir dengan memadukan kerjasama antar kecabangan dan berbagai macam alutsista yang ada. Latihan melibatkan Prajurit dan Satuan jajaran Angkatan Darat dari berbagai macam Kecabangan.
“Untuk memberikan gambaran kerjasama seluruh kecabangan dengan menggunakan alutsista terbaru TNI AD,” kata Syaepul. Selain itu, latihan terbesar dan pertama kali yang digelar oleh TNI AD ini, diharapkan untuk meningkatkan profesionalisme prajurit dalam menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masih kata Syaepul Dalam latihan tahun 2015 ini, beberapa alutsista yang dikerahkan dalam mendukung latihan tersebut seperti kendaraan tempur berupa tank Scorpion, tank AMX 13, tank Marder, Stormer, M113A1, tank jembatan Scorpion, AVLB dan tank Leopard ditambah dengan panser Anoa dan panser Tarantula. Alutsista tersebut akan dicoba dalam medan yang sesungguhnnya.
Latihan yang dipusatkan di daerah Baturaja Sumatera Selatan ini melibatkan beberapa satuan dengan didukung oleh sejumlah perkuatan pendukung lainnya, termasuk satuan tugas penerangan dengan mengikutsertakan beberapa wartawan dari media elektronik dan media cetak.
Tempo.co

Bell 47G-3B-1 Soloy: Generasi Awal Helikopter Latih TNI AU

Indonesia_Air_Force_Bell_47
Skadron Udara 7 (Pegasus) sebagai home base helikopter latih TNI AU, kini memang telah diperkuat EC120B Colibri buatan Airbus Helicopters. Bahkan, TNI AD dan TNI AL pun mempercayakan wahana helikopter latih pada EC120B Colibri. Namun, jauh sebelum hadirnya Colibri, ada nama besar yang telah berhasil mencetak penerbang helikopter di lingkup TNI, heli itu tak lain Bell 47G-3B-1 Soloy yang telah dioperasikan TNI AU sejak dekade 70-an.
Bell 47G-3B-1 Soloy dirunut dari spesifikasinya, masuk kategori helikopter serbaguna ringan. Berdasarkan catatan, TNI AU telah mengoperasikan Bell 47G sejak tahun 1978, ketika 12 unit heli dihibahkan dari Australia. Saat di Australia, armada Bell 47G dipakai oleh Royal Australian Army (AD Australia) sejak tahun 1960 hingga 1975. Sempat disimpan dua tahun di hangar penyimpanan, Bell 47G kemudian diserahkan ke Indonesia, penerimanya saat itu justru Puspenerbad TNI AD, baru kemudian pada tahun 1978 dipindahkan di bawah komando TNI AU.
Bell47-Suri-0505-Pegasus-2014

Dilengkapi ponton untuk pendaratan di air.
Dilengkapi ponton untuk pendaratan di air.
Foto pada tahun 1971, saat masih digunakan AD Australia.
Foto pada tahun 1971, saat masih digunakan AD Australia.

Di bawah operasi Skadron Udara 7, ke-12 unit Bell 47 ditempatkan di Pangkalan Udara (Lanud) Suryadarma, Kalijati, Jawa Barat. Karena saat itu matra lain punya keterbatasan dalam penyediaan halikopter latih, maka Bell 47G TNI AU juga mengadakan pelatihan bagi pilot helikopter untuk TNI AL dan Polri.
Karena aslinya ‘barang’ yang berusia lanjut, pada tahun 1984 armada Bell 47G di upgrade menjadi Bell 47G-3B-1 Soloy. Proses upgrade ini ditandai dengan penggantian mesin piston menjadi mesin turbin, yakni pemasangan mesin turbin Allison 250 C20B (420 tenaga kuda) dengan kompresor sentrifugal dan beberapa modifikasi kecil pada badan heli. Pembaharuan tersebut meningkatkan efisiensi bahan bakar, menambah jarak tempuh dan umur mesin.
574px-Bell_47_Drawing.svg

Pernah digunakan sebagai "Batcopter" dalam film Batman klasik.
Pernah digunakan sebagai “Batcopter” dalam film Batman klasik.
Dengan kokpit dan arah pandang yang luas, menjadikan heli ini ideal untuk observasi dan latihan.
Dengan kokpit dan arah pandang yang luas, menjadikan heli ini ideal untuk observasi dan latihan.

Meski secara teknologi telah ketinggalan jaman, keberadaan Bell 47G amat diandalkan Skadron 7, meski heli Colibri telah tiba. Ftur paling unggul dari helikopter Soloy adalah kesederhanaannya. Sistem dan kinerja yang sederhana membuat Soloy begitu layak untuk pelatihan tahap awal. Sebagai heli latih, karakteristik keselamatan Bell 47G cukup tinggi, dan menekanka lebih mudah dikendalikan daripada helikopter lain apabila dalam masalah ‘auto rotation’ dimana sang instruktur dapat dengan mudah mengambil kendali dari siswa jika dalam situasi tersebut.
Ibarat pepatah, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, pada 11 Maret 2011, Bell-47G Soloy dengan nomor penerbangan H-4712 jatuh di ladang tebu Desa Wanasari, Subang. Kecelakaan tersebut menewaskan Lettu Engky Saputra Jaya dan mekanik Prada Ridi W. Lokasi jatuhnya pesawat kurang lebih sekitar 12 km dari Lanud Suryadarma. Buntut dari kecelakaan ini cukup signifikan, sisa sebelas unit heli tersebut di grounded sementara untuk dilakukan penyelidikan teknis.
Meski telah di dorong untuk pensiun, para penerbang di Skadron 7 nyatanya punya anggapan berbeda. Justru Bell 47G tengah diupayakan peninjauan kembali dari pimpinan TNI AU untuk mempertahankan Soloy sebagai heli latih. “Kami mengusulkan, kalau bisa Soloy dipakai sebagai heli latih dasar dan Colibri untuk latih lanjut,” jelas seorang penerbang seperti dikutip angkasa-online.com(27/8/2002). Kalau ide ini diterima, berarti di Skadron 7 akan ada dua tingkat pelatihan, sebagaimana halnya diterapkan Sekolah Penerbang (Sekbang), Yogyakarta. Kekhawatiran penerbang skadron ini sepertinya tidak lepas dari lompatan teknologi Colibri yang sangat tinggi, yang nantinya akan berujung kepada faktor keselamatan terbang.
Bersama dengan Hiller 360, Bell 47 adalah helikopter pertama yang digunakan untuk keperluan sipil, pada 8 Maret 1946. Heli ini dirancang oleh Arthur M. Young, yang bergabung dengan Bell Helicopter tahun 1941. Lebih dari 5.600 diproduksi hingga 1974. Bell 47 masuk dinas militer AS akhir 1946,dalam berbagai versi. Dalam perang Korea (1950-1953) heli ini juga memperkuat pasukan AS. (Dikutip dari berbagai sumber)

Spesifikasi Bell 47G-3B-1 Soloy
– Awak: 1 atau 2
– Kapasitas: 1 penumpang
– Panjang: 9,63 m
– Diameter rotor: 11,32 m
– Tinggi: 2,83 m
– Berat kosong: 858 kg
– Berat take off maksimum 1.335 kg
– Mesin: 1× Allison 250 C20B
– Kecepatan maksimum: 169 km/jam
– Kecepatan jelajah: 135 km/jam
– Jangkauan: 410 km
– Kemampuan menanjak: 4,37 meter/detik

Kamis, 11 Juni 2015

Tiga Jet F-16 Disiagakan di Kawasan Sengketa RI-Malaysia

Tiga Jet F-16 Disiagakan di Kawasan Sengketa RI-Malaysia
Jet tempur TNI jenis F16 Fighting Falcon dari Pangkalan Udara (Lanud) Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, disiagakan di Lanud Tarakan, Kalimantan Utara, pada Kamis, 11 Juni 2015.

Tiga pesawat tempur F-16 milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) disiagakan di Pangkalan Udara (Lanud) Tarakan, Kalimantan Utara, pada Kamis, 11 Juni 2015. Pesawat-pesawat itu didatangkan langsung dari Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.

TNI menyiagakan jet-jet tempur itu menyusul laporan bahwa ada peningkatan pelanggaran wilayah kedaulatan Indonesia, terutama di perairan Ambalat, kawasan sengketa. Radar TNI mendeteksi sedikitnya sembilan pesawat sipil dan militer asing tanpa izin memasuki wilayah Indonesia sejak Januari sampai Mei 2015.

Menurut Komandan Lanud Tarakan, Letnan Kolonel Penerbang Tiopan Hutapea, ragam modus pelanggaran batas oleh pesawat sipil atau militer asing itu. Ada yang sengaja melintas dengan alasan patroli, melenceng dari jalur seharusnya dan dibelokan ke Ambalat, dan lain-lain.

Tiopan menjelaskan, setelah mengetahui pesawat asing tak dikenal itu, dia langsung berkoordinasi dengan Mabes TNI Angkatan Udara. Sehari kemudian, pesawat tempur Sukhoi dan F16 langsung berpatroli di kawasan sengketa itu.

Namun, Tiopan menambahkan, sehari tak dipatroli dengan pesawat tempur, pesawat asing milik negara tetangga kembali mengudara di Ambalat. Kurangnya pesawat intai di Tarakan menjadi salah satu hal yang membuat TNI Angkatan Udara tidak bisa bertindak cepat saat pesawat militer negara tetangga memasuki kawasan terlarang.

"Sekarang, pesawat tempur hanya ada di Madiun dan Makassar, dan itu jauh dari Ambalat. Butuh 20-30 menit hingga sampai di lokasi tempat pesawat asing itu berada. Kami tetap berkoordinasi dengan pimpinan untuk selanjutnya disiagakan pesawat intai di Tarakan agar lebih mudah menyergap musuh," kata Tiopan.

Tiopan menjelaskan, ada dua tindakan yang dilakukan jika pesawat asing masuk ke Indonesia. Pertama, mengirim surat melalui diplomatik dan kedua menghancurkan.

"Selama ini dengan cara diplomatik dinilai tidak ampuh, sebab akan diulang terus. Buktinya masih ada yang melintas dengan sengaja meski sudah tahu itu kawasan sengketa. Kan, sama saja provokasi," ujarnya.

Cara kedua adalah penghancuran pesawat asing dengan pesawat intai bisa saja dilakukan dengan Sukhoi. Tetapi cara kedua ini belum bisa dilakukan mengingat tidak ada pesawat di Tarakan yang bisa dengan cepat mengeksekusi target.

Ambalat adalah blok laut luas mencakup 15.235 kilometer persegi yang terletak di Laut Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di dekat perpanjangan perbatasan darat antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Timur, Indonesia.

Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan eksplorasi kekayaan laut dan bawah laut, khususnya dalam bidang pertambangan minyak.
 

Spotter: Ini Dia! Teman Sejati Para Sniper

sniper-spotter
Hadirnya seorang spotter (observer) dalam gelar aksi penembak runduk (sniper) menjadi elemen yang menentukan. Tanpa spotter, sniper hanya beraksi sebagai eksekutor rapuh yang sulit mempertahankan diri saat misinya usai. Memang tak sedikit sniper yang mampu beroperasi secara mandiri, tapi melihat kompleksitas misi dan sasaran, maka dukungan spotter dalam konteks saat ini menjadi mutlak.
Meski seorang sniper punya kualifikasi tempur yang serba mumpuni, tapi toh sebagai manusia biasa, sniper punya banyak keterbatasan. Untuk mengamati keadaan, mencari sasaran, menghitung jarak, mengoreksi hasil tembakan, dan melindungi keberadaan sang sniper, itulah semua tugas dari spotter.
Dalam prakteknya, seorang spotter juga memiliki kualifikasi sebagai sniper yang sama terlatihnya dengan sang eksekutor, dan dalam operasi tempur, posisi spotter dan sniper bisa dilakukan saling bergantian secara fleksibel, tergantung perencanaan dan kesepakatan di awal misi atau siapa yang punya kesiapan mental dan kondisi fisik yang lebih baik untuk menarik pelatuk senapan.
Bradley Cooper dalam film "American Sniper," nampak beraksi dengan spotter.
Bradley Cooper dalam film “American Sniper,” nampak beraksi dengan spotter.
Spotter dari US Marine menggunakan teropong lensa obyektif tunggal di Afghanistan.
Spotter dari US Marine menggunakan teropong lensa obyektif tunggal di Afghanistan.

Dalam tim sniper standar, yakni dengan senjata kaliber 5,56 mm atau 7,62 mm, satu tim biasanya hanya terdiri dari dua orang, sehingga spotter biasanya membawa senapan otomatis berkaliber lebih kecil untuk melindungi penembaknya. Sementara dalam tim sniper kelas berat dengan senapan anti material (heavy barrel), satu tim biasanya digelar dalam jumlah lebih besar (tiga orang), peran spotter akan diisi oleh penembak runduk kedua.
Saat sniper dan spotter beroperasi bersama, spotter harus menempatkan dirinya sedemikian rupa sehingga berada di sisi kanan penembak pada jarak yang berdekatan (dengan asumsi penembak tidak kidal), tujuannya agar dapat melakukan percakapan dengan suara sepelan mungkin. Selain bekal senapan otomatis, modal utama seorang spotter adalah teropong medan. Berikut beberapa aksi sniper dan spotter TNI yang terangkum dalam beberapa foto.
Spotter Kopassus beraksi dengan teropong binokular.
Spotter Kopassus beraksi dengan teropong binokular.
10731756_272017002922017_95

Sniper dan Spotter dari Taifib Marinir TNI AL
Sniper dan Spotter dari Taifib Marinir TNI AL dengan teropong binokular.
Spotter Taifib Marinir TNI AL beraksi dengan teropong observasi lensa obyektif tunggal.
Spotter Taifib Marinir TNI AL beraksi dengan teropong observasi lensa obyektif tunggal.
sniper
Bicara tentang teropong medan, ada dua jenis yang biasa digunakan, yakni teropong observasi menggunakan lensa obyektif tunggal, dan teropong binokular. Untuk teropong lensa obyektif tunggal biasanya didirikan di atas tripod dan punya magnifikasi besar. Namun, bila sifat misi mengharuskan tim bergerak secara dinamis, maka teropong lensa tunggal ini terasa tidak fleksibel, karena memang butuh waktu untuk membuka dan menggelar sistem. Kalau urusannya harus serba cepat dan reaktif, maka jawabannya harus menggunakan teropong binokular.
Di pasaran tersedia puluhan model binokular lapangan yang canggih, dengan fitur-fitur tambahan seperti pengukur jarak (laser rangefinder), pengindara malam (night vision) dan kompas digital. Untuk binokular militer, fitur yang wajib hadir adalah retikula mil-scale pada tabung sebelah kiri. Retikula membantu spotter mengalkulasi jarak antara sasaran dengan keberadaan tim. Penggunaannya relatif mudah, sama seperti teleskop pada senapan sniper. (Beng)