Senin, 18 Mei 2015

Perkembangan PKR Sigma 10514

 
image
Sejauh apa perkembangan Frigate PKR Sigma 10514 Indonesia ?. @erichsaumeth, lewat twitternya sempat memposting gambar pembangunan frigare buatan Damen Belanda tersebut. Gambar ini diposting tanggal 15/04/2015 dan 6/04/2015.
Erich mengatakan, PKR Sigma 10514 Indonesia sedang dalam konstruksi.
image
image
image
image

JKGR.

Setelah Apache, Kini Indonesia Beli Chinook

 
Helikopter Chinook dan Apache
Helikopter Chinook dan Apache

Indonesia berkeinginan membeli empat buah helikopter tempur Chinook dari Amerika Serikat. Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Riyacudu dalam rangkaian kunjungan kerja ke Pabrik Boeing di Philadelphia. Di pabrik tersebut diproduksi berbagai jenis helikopter tempur termasuk Apache Chinook.
Disebutkan dalam siaran pers Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan yang diterima redaksi (Minggu, 17/5) bahwa sebelum melakukan kunjungan kerja ke Washington DC, rangkaian kunjungan kerja Menhan RI diawali pertemuan dengan United States Pacific Command (US PACOM) Commander Admiral Samuel J. Locklear dan United States Army Pacific (US ARPAC) Commander, General Vincent K. Brooks, di Hawaii.
chinook
Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak sepakat dilakukannya peningkatan kerja sama pertahanan dan militer, meliputi pelatihan maupun latihan bersama, pertukaran instruktur dan latihan untuk Kopassus serta Marinir.
Hal lainnya yang menjadi topik pembicaraan antara lain, pertukaran pandangan tentang perkembangan  situasi  keamanan  di  Laut China Selatan yang berisi ajakan kepada semua pihak untuk menjaga stabilitas dan keamanan kawasan itu dengan menghormati code of conduct di Laut China Selatan.

Selama di Hawaii, Menhan RI juga berkesempatan mengunjungi Squadron US Navy P-3C Orion sebagai satuan penerbang pengintai Keamanan Maritim Angkatan Laut AS.

RMOL.co

Bombardier CL-415: Flying Boat Turboprop Modern, Pernah Ditawarkan ke Indonesia

canadair_cl415_firecat_secu

Merespon visi poros maritim yang dicanangkan Presiden Jokowi, maka pembicaraan tentang kebutuhan pesawat amfibi menjadi mengemuka. Setidaknya saat ini ada dua kompetitor yang berharap mendapat rejeki order dari pemerintah Indonesia. Yang pertama, Beriev Be-200 Altair dari Rusia, dan kedua adalah US-2 ShinMaywa dari Jepang.
Diantara keduanya, Be-200 jelas lebih familiar di Indonesia, pesawat ini pernah disewa untuk misi pemadaman kebakaran hutam di Sumatera pada tahun 2006. Bahkan, Be-200 mampu membetot perhatian publik saat upaya SAR pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata. Rusia bisa dibilang sukses menampilkan citra yang apik di mata masyarakat, tak tanggung-tanggung, selain Be-200, juga disertakan pasukan katak dari Rusia. Sementara, US-2 meski belum pernah bertandang ke Indonesia, sinyal ketertarikan pemerintah akan pesawat amfibi turbo propeller (turboprop) ini nampak cukup tinggi, salah satunya dari tanggapan Menhan Ryamizard Ryacudu yang tertarik akan kemampuan US-2 yang bisa menahan gelombang laut setinggi tiga meter.
originalc-fyol-canadair-cl415-2
Hingga tulisan ini dibuat, belum ada keputusan apakah nantinya yang akan dibeli US-2 atau Be-200. Tapi yang jelas, Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, sudah sewajarnya punya armada pesawat amfibi. Agak memilukan, justru Malaysia dan Thailand saat ini mengoperasikan pesawat amfibi untuk tugas multirole. Bayangkan, padahal di masa lalu Indonesia justu menjadi acuan armada pesawat amfibi di Asia Tenggara, sebut saja TNI AU pernah mengoperasikan PBY-5 Catalina dan UF-2 Grumman Albatross.
Bagian depan pesawat dibuat mirip haluan kapal.
Bagian depan pesawat dibuat mirip haluan kapal.
Lubang untuk mengambil dan membuang air dalam misi pemadaman kebakaran.
Lubang untuk mengambil dan membuang air dalam misi pemadaman kebakaran.

Nah, flash back ke masa lalu, tepatnya pada tahun 1995. Bombardier Aerospace (d/h Canadair), manufaktur pesawat asal Kanada, pernah begitu gencar melakukan promo penjualan pesawat amfibi CL-415 Super Scooper di Indonesia. Meski saat itu tak ada permintaan dari TNI, peluang pengoperasian pesawat amfibi cukup besar, pasalnya kebakaran hutan di Pulau Sumatera cukup besar, sulit diatasi, dan terus berulang.
Dari segi promosi, bahkan Bombardier saat itu rajin pasang iklan di media cetak nasional. Ditambah, CL-415 ikut dihadirkan ke Indonesia untuk melakukan live demo. Dalam rankaian demo keliling dunia, CL-415 pada 11 Desember 1995 sempat unjuk kebolehan di pantai Ancol, Jakarta Utara. Uji coba berlangsung cukup sukses, termasuk aksi menyiduk air di pantai dalam peran aerial firefighting.

CD6LI65Canadair_CL-415_-_Verbania_B1NRN_4CAAEybLZCL-415-3-View
CL-415 adalah pesawatt pemadam kebakaran yang juga dapat difungsikan sebagai pesawat pertanian (penyemprot hama), pesawat SAR (laut), pesawat intai maritim, pergeseran pasukan, dan dapat menjalankan funsi menjadi pesawat serbaguna. Semula CL-415 dikenal sebagai CL-215 yang bermesin piston (R-2800) hasil modifikasi pesawat itu, CL-215T, kemudian disempurnakan untuk menjadi turbo propeller dengan mesin Pratt & Whitney Canada PW123AF yang akhirnya diberi label CL-415. Dari sisi penampakan, CL-415 pada kedua sayapnya diberi winglet. Demikian pula pada ekornya yang ditambahkan finlet. Sementara di bagian kokpit dilengkapi EFIS (Electronic Flight Instrument System).
CL-415 dapat menyiduk air sambil meluncur dengan kecepatan tinggi di permukaan laut dan danau. Hanya dalam waktu 12 detik, CL-415 sudah dapat mengisi empat tanki melalui empat buah pintu air di bawah bodi. Kapasitas air yang dapat diisi mencapai 6.130 liter. Tanpa perlu kembali ke landasan, dengan jarak rata-rata 11 meter dari air (laut atau danau), serta kecepatan 148 Km per jam, pesawat buatan Bombardier ini dapat menyemburkan air sembilan kali (54.140 liter) sebelum kembali ke landasan untuk mengisi bahan bakar. Dengan campuran retardant (bahan kimia anti api), CL-415 menjalankan aksi pemadaman api secara efektif dan efisien.
Tampilan kokpit CL-415.
Tampilan kokpit CL-415.
CL-415 Malaysia, digunakan dalam misi SAR dan penegakan hukum di laut.
CL-415 Malaysia, digunakan dalam misi SAR dan penegakan hukum di laut.
Dengan empat tanki penuh, luas efektif semprotan mencapai 2.074 meter dengan panjang 107 meter. Tidak harus membuka keempat pintu, sesuai dengan keadaan, dapat dibuka dua pintu (air) sekaligus, atau dapat juga satu demi satu berurutan dengan selang waktu lima detik. Selama ada perairan yang dalamnya paling sedikit 2,1 meter, serta lebar jalur paling tidak 91 meter, maka ada kemungkinan untuk lepas landas sembari menyiduk air dalam jarak pacu 838 meter. Keunggulan lain Bombardier CL-415 adalah kemampuan STOL (short take off and landing).
Di segmen pasar pesawat amfibi, varian CL-415 adalah yang paling laris. Sejak terbang perdana pada Desember 1993, CL-415 sudah diproduksi 90 unit. Pesawat yang dibandrol US$37 juta per unit ini, sudah digunakan oleh Kanada, Amerika Serikat, Kroasia, Italia, Spanyol, Perancis, Yunani, Malaysia, Maroko dan Thailand (CL-215). (Haryo Adjie)
Spesifikasi Bombardier CL-415
– Crew: 2 pilots
– Payload: 2.900 kg
– Length: 19,82 meter
– Height: 8,9 meter
– Empty weight: 12.880 kg
– Maximum fuel weight: 4.650 kg
– Maximum takeoff weight (from land, disposable load): 19.890 kg
– Maximum takeoff weight (from land, non-disposable load): 18.600 kg
– Maximum takeoff weight (from water): 17.170 kg
– Max Capacity (Water or Retardant): 6.140 kg
– Maximum weight after scooping: 21.360 kg
– Maximum landing weight: 16.780 kg
– Powerplant: 2 × Pratt & Whitney Canada PW123AF turboprop
Performance
– Maximum speed: 359 km/h
– Cruise speed: 333 km/h
– Range: 2.443 km
– Service ceiling: 4.500 meter
– Rate of climb: 8,1 m/s
– Minimum water depth: 1,8 meter

KRI Multatuli 561: “Kapal Markas Yang Misterius”

DSC03368
Diantara ratusan kapal perang yang dimiliki TNI AL, banyak yang terbilang unik dan punya nilai sejarah tinggi. Kalau bicara KRI Irian atau KRI Ratulangi tentu itu sudah biasa, dan kedua kapal yang fenomenal itu pun sudah jadi cerita masa lalu bagi TNI AL. Bila bicara tentang kekinian pun banyak yang menarik disimak, boleh jadi publik telah akrab dengan nama frigat kelas Van Speijk, frigat kelas Fatahillah, dan korvet kelas SIGMA besutan Belanda. Tapi lain dari itu, rasanya masih begitu banyak jenis-jenis kapal perang TNI AL yang belum dikenal luas, atau mungkin saya yang belum mengenalnya.
Salah satu yang menarik perhatian saya adalah sosok KRI Multatuli yang punya nomer lambung 561. Mengapa dipandang menarik? Pertama, kode lambung dengan awalan 5 sudah jamak digunakan TNI AL untuk menandai bahwa kapal yang dimaksud adalah jenis LST (landing ship tank) dan LPD (landing platform dock). Lebih detail lagi, untuk LST ditandai dengan penamaan nama-nama Teluk di Indonesia, sedangkan LPD ditandai dengan penamaaan nama-nama kota besar yang punya ciri khas maritim di Nusantara. Lalu KRI Multatuli dengan nomer lambung 561 tidak berada diantara kedua jenis kapal tersebut.
foto : krimultatuli.blogspot.com
foto : krimultatuli.blogspot.com
Foto lama KRI Multatuli, nampak belum ditempatkan hangar pada dek helikopter
Foto lama KRI Multatuli, nampak belum ditempatkan hangar pada dek helikopter
Sisi menarik yang kedua dari KRI Multatuli adalah riwayatnya yang agak ‘sulit’ ditelusuri secara jelas. Berbeda dengan informasi dan spesifikasi pada jenis kapal frigat dan korvet, sebagai orang awam saya bisa mencari spesifikasi lengkapnya di annual reference book seperti Jane’s Fighting Ship. Tapi untuk sosok KRI Multatuli identitasnya begitu terbatas. Hanya yang jelas kapal ini dibuat oleh galangan Ishikawajima Harima, Tokyo – Jepang pada tahun 1961. Identitas sebagai kapal buatan Jepang juga unik bagi saya, pasalnya belum pernah terdengar armada kapal TNI AL dibeli dari Negeri Sakura.
Ada lagi sisi menarik yang ketiga, dari sisi rancangan desain, awalnya KRI Multatuli tidak dilengkapi hangar pada dek helikopter, sedangkan bila dilihat pada foto-foto terbaru KRI Multatuli, sudah nampak bangunan hangar yang desainnya cukup besar. Bila diperhatikan, pemasangan hangar itu juga menambah kelengkapan pada perangkat elektronika yang ditempatkan pada sisi atas hangar.
BO-105 mendarat di dek KRI Multatuli, dari dek yang berukuran besar, idealnya heli sekelas NBell-412 juga dapat mendarat disini
BO-105 mendarat di dek KRI Multatuli, dari dek yang berukuran besar, idealnya heli sekelas NBell-412 juga dapat mendarat disini
Tak bisa dipungkiri, adanya hangar dan penambahan perangkat elektonika/navigasi kapal menjadi ciri khas dari kapal ini
Tak bisa dipungkiri, adanya hangar dan penambahan perangkat elektonika/navigasi kapal menjadi ciri khas dari kapal ini
Dirunut dari usianya kapal ini tentu sudah cukup tua, dari rancangan awal diketahui KRI Multatuli adalah jenis kapal tender kapal selam, lalu kemudian dikonversi menjadi kapal markas (kapal komando). Dalam setiap gelar operasi laut yang melibatkan komponen kapal perang, KRI Multatuli mengemban tugas sebagai kapal markas. Perannya adalah melakukan koordinasi, pengendalian, dan perbekalan pada kapal-kapal tempur di gugus tempur. Desain awalnya sebagai kapal tender plus bekal mampu membawa helikopter menjadikan kapal ini ideal sebagai kapal markas.
Dari informasi yang terbatas, diketahui KRI Multatuli mempunyai berat dengan muatan penuh 6.741 ton, serta muatan kosong 3.220 ton. Dimensi kapal ini 111,35 x 16 x 6,98 meter, dan ditenagai 1 mesin diesel barmeister & wain – 1 shaft dengan 5500 bhp. Kecepatan maksimumnya 18,5 knot atau setara 34 km per jam. Kapal yang masuk dalam jajaran Satuan Komado Armada RI Kawasan Timur (Satfib Koarmatim) ini diawaki oleh 130 personel, dan di komandani oleh perwira berpangkat letnan kolonel.
Suasana haluan, foto : krimultatuli.blogspot.com
Suasana haluan, foto : krimultatuli.blogspot.com
Salah satu kanon penangkis serangan udara di KRI Multatuli. foto : krimultatuli.blogspot.com
Salah satu kanon penangkis serangan udara di KRI Multatuli. foto : krimultatuli.blogspot.com
Sebagai kapal markas yang mengemban tugas strategis, sayangnya kapal ini minim persenjataan, tapi memang biasanya kapal markas dalam gelar operasi selalu mendapat pegawalan dari kapal perang lainnya. Menurut Jane’s Fighting Ship, kapal ini hanya dibekali 2 twin and 2 single 37mm, 63 cal, AA : 2 twin 14,5mm – 93 cal, 2M-7 AA (anti aircraft). Padahal idealnya kapal markas dibekali sista rudal atau CIWS (close in weapon system) seperti Phalanx 20mm.
Dari logo-nya, KRI Multatuli punya semboyan “Tangguh Pantang Menyerah,” dan karena ketangguhannya kapal ini masih tetap dipercaya mengemban tugas untuk beragam operasi TNI AL. Kiprah terbaru KRI Multatuli 561 adalah dalam mendukung operasi Taring Hiu-12 dan Alur-12 yang digelar Gugus Keamanan Laut Armada Timur (Guskamlatim) pada bulan Oktober 2012.
4 BUOYk
KRI Multatuli 561 diberi kode MA pada logo-nya, ada yang menyebut MA adalah markas atau bisa juga MA (miscellaneous auxiliary). Saya pun kurang paham. Besar harapan ada rekan-rekan pembaca atau awak KRI Multatuli yang budiman untuk meralat atau menambahkan informasi seputar KRI Multatuli, “kapal markas yang misterius.” (Gilang Perdana)

Minggu, 17 Mei 2015

Lapan Sukses Luncurkan Roket RX-450

 
roket_RX450-1 

Lapan berhasil meluncurkan roket RX-450. Peluncuran berlangsung di Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Jawa Barat, Rabu (13/5/2015). RX 450 merupakan roket sonda yang mempunyai diameter 450 mm yang dapat digunakan untuk mengukur parameter atmosfer.
Roket ini direncanakan mampu mencapai ketinggian dan jangkauan maksimum berturut-turut sebesar 44 km dan 129 km jika ditembakkan pada sudut elevasi 70 derajat. Roket RX 450 merupakan bagian dari roket bertingkat yang akan digunakan sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). Uji terbang roket ini merupakan bagian dari tahapan dalam penguasaan roket RPS yang direncanakan dapat membawa muatan 50 kg ke orbit rendah.
Pada uji terbang roket RX 450 tersebut motor roket dapat berfungsi dengan baik untuk membawa terbang roket. Beberapa hal masih harus terus dilakukan untuk memperoleh hasil terbang yang maksimal.
Setelah peluncuran RX-450, Lapan berencana untuk menuju peluncuran berikutnya yaitu RX-550 dan roket berdiameter yang lebih besar. Hasil peluncuran tersebut menjadikan motivasi bagi Lapan untuk lebih maju dalam peningkatan dan pengembangan teknologi antariksa khususnya roket.
Peluncuran disaksikan oleh Kepala Lapan Prof. Thomas Djamaluddin, Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Dr. Rika Andiarti beserta pejabat struktural dan para peneliti Lapan, perwakilan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, serta PT Pindad.
Lapan.go.id

Nb: Sayang tidak ada foto dokumentasi dan videonya.
Kok Lapan kesannya, sembunyi-sembunyi mengujicoba RX-450 ini. Aya Naon ?
Tunjukkan dong, biar Indonesia bangga.

Foto RX-450 sebelum meluncur. Saya crop dari Instragram @wiwiekdewi :
RX450. Berat propelan 765 kg. Jarak jangkau diperkirakan lebih dari 100km. Inshaa Allah besok 13 Mei 2015 akan meluncur. Mohon doanya.  (photo: wiwiekdewi)
RX450. Berat propelan 765 kg. Jarak jangkau diperkirakan lebih dari 100km. Inshaa Allah besok 13 Mei 2015 akan meluncur. Mohon doanya.
(photo: wiwiekdewi)

Minimi: Senapan Mesin Regu Dengan Kemampuan Dual Feed System

umv8wtuk
Punya produk handal dan tak pelit berbagi lisensi, menjadikan Fabrique Nationale (FN) Belgia sukses menghantarkan Minimi ke pasaran dunia. Bahkan, saking populernya, muncul istilah “Apapun senapan serbu nergaranya, senapan mesin regunya pasti Minimi.” Begitu juga dengan TNI yang menganut amunisi standar NATO kaliber 5,56 mm untuk lini senapan serbu. Seolah ingin mensinergikan standar amunisi senapan serbu dan senapan mesin regu, adopsi Minimi di lingkungan satuan infanteri TNI begitu luas, di setiap matra dipastikan ada populasi senjata ini.
Karena kebutuhan di tiap-tiap batalyon infanteri, eksistensi SMR (Senapan Mesin Regu) terbilang masif. Tercatat aneka satuan TNI sampai kini masih mengoperasikan GPMG (General Purpose Machine Gun) FN MAG dan M-60 yang berjalan di kaliber 7,62 mm. Sementara, populasi yang lebih besar ada di SMR Minimi yang mengusung amunisi kaliber 5,56 x 45 mm. Dari berbagai varian, yang cukup banyak digunakan prajurit TNI adalah Minimi MK1. Soal penugasan di medan tempur, dalam konteks lokal, Minimi sudah amat kenyang berlaga dalam operasi Seroja dan operasi militer menumpas GAM di Aceh. Bahkan, beberapa pucuk Minimi diketahui sempat jatuh ke tangan GAM.

Minimi MK1
Varian Minimi pertama yang dilahirkan pihak FN Herstal (FNH). Paling mudah dibedakan terutama dari tidak adanya heat shield, penggunaan front sight berbentuk leaf khas FN dan popor menganut model rangka besi ala FNC (mirip pada senapan serbu SS-1). Pada bagian foregrip menganut bentuk checered supaya lebih mudah dipegang, namun sayang terlalu tipis. Varian MK1 hanya dibuat FNH dan tidak masuk ke AS.
FN Minimi dalam operasi militer di Aceh.
FN Minimi MK1 dalam operasi militer di Aceh.
Pasca Tsunami di Aceh, terlihat pasukan TNI dengan Minimi-nya (paling kanan).
Pasca Tsunami di Aceh, terlihat pasukan TNI dengan Minimi-nya (paling kanan).
Laras Minimi menggunakan material baja pilihan yang tahan panas. Jika ditembakkan dalam mode rentetan pendek, laras Minimi mampu melontarkan 100 proyektil per menit. Sementara dalam rentetan panjang tanpa henti, 850 proyektil dapat disembur tiap menitnya. Kemampuan menebakkan secara terus menerus pastinya akan membuat laras cepat panas, maka seperti halnya GPMG (General Purpose Machine Gun) FN MAG, Minimi dilengkapi kemampuan ganti laras di lapangan.
Prajurit Marinir TNI AL dengan Minimi.
Prajurit Marinir TNI AL dengan Minimi.
Prajurit Kopassus di Papua pun menggunakan Minimi.
Prajurit Kopassus di Papua pun menggunakan Minimi.

Soal ganti laras ini lah yang jadi keunggulan Minimi, pasalnya laras dapat diganti tanpa perlu peralatan bantuan. Cukup membuka kunci laras dan menarik laras dengan bantuan carry handle, laras baru bisa dimasukkan tanpa perlu khawatir tangan melepuh akibat suhu laras yang membara. Sebagai perbadingan, M-60 yang punya kaliber 7,62 mm, untuk proses ganti larasnya operator harus menggunakan sarung tangan termite yang terbuat dari serbuk asbes. Yang jadi masalah, sarung tangan mudah hilang bila operator tidak teliti dalam menyimpan barang bawaan. Bahaya lain pun mengancam, serbu asbes pada sarung tangan dapat menimbulkan kanker paru-paru.

Dual Feed System
Untuk level senapan mesin regu, Minimi ada diatas angin dengan adopsi dual feed system, tidak seperti halnya Ultimax dari Singapura yang single feed system. Ini artinya Minimi dapat mengusung dual input sistem pasokan amunisi. Yang pertama menggunakan boks magasin yang berisi 200 peluru atau kantong kain yang berisi 100 peluru. Khusus untuk boks magasin 200 peluru, FN sudah menyiapkan preloaded dari pabrikan, sehingga operator tidak perlu susah-susah mengatur susunan peluru dalam boks. Jika habis tinggal buang dan pasang yang baru. Namun, bila anggaran cekak, boks magasin tentunya dapat dibongkar untuk diisi ulang. Jika ingin tampil bak Rambo, Minimi juga dapat dipasang dengan sabuk peluru tipe M27 yang tidak dimasukkan ke kotak.
Minimi juga dapat dipasangi magasin M16, seperti pada foto.
Minimi juga dapat dipasangi magasin M16, seperti pada foto.

Minimi dengan boks magasin.
Minimi MK1 dengan boks magasin.

Sistem input peluru kedua, yakni dengan magasin senapan serbu standar M16 atau SS-1. Pasalnya Minimi telah memenuhi STANAG (Standarisation Agreement) NATO. Artinya magasin 30 peluru milik M16 dan FNC (SS-1) dapat langsung dipasang di Minimi tanpa perlu modifikasi. Inilah yang jadi keunggulan tersendiri, pasalnya saat operator Minimi sudah kehabisan amunisi, maka dengan mudah meminta magasin M16 yang banyak tersebar. Dukungan tembakan pun jelas akan terjamin tanpa masalah yang serius.
Untuk urusan peluru, laras Minimi yang memakai twist 1/7 terkenal tidak banyak pantangan. Amunisi 5,56 x 45 mm M855 AS maupun SS109 NATO dapat digunakan dengan performa balistik dan akurasi yang sama bagusnya. Hebatnya dalam kondisi darurat, peluru jenis M193 yang sebenarnya hanya bisa digunakan pada laras M16 A-1 dapat digunakan tanpa masalah. Hanya saja, untuk jarak tembak efektif yang bisa dicapai cukup dikisaran 300 meter saja.
Berbagai varian Minimi juga ideal dipasangi perangkat bidik tambahan.
Berbagai varian Minimi juga ideal dipasangi perangkat bidik tambahan.

Bipod
Agar mudah dioperasikan dan menstabilkan tembakan, seperti halnya senapan mesin regu lain, Minimi dilengkapi bipod untuk mengatasi dampak recoil yang besar. FN mendesain bipod Minimi agar mudah dioperasikan. Untuk menurunkan bipod dari posisinya, operator tinggal menarik turun bipod dari penjepit sembari menahannya sampai turun ke bawah baru kemudian dilepas supaya mengembang.
Saat kondisi tanah tidak rata dan miring, maka poros bipod dapat dimiringkan baik ke kiri dan ke kanan, alhasil Minimi dapat ditempatkan pada posisi tegak lurus dengan tanah. Dengan bipod, Minimi dapat menjangkau target sejauh 600 meter dengan tingkat akurasi di atas 95%. Dalam situasi tertentu, semisal untuk menjaga bunker, Minimi dapat dipasang pada dudukan tripod.

Minimi Rasa Pindad
Karena pasar SMR cukup besar di lingkungan TNI, ditambah banyak Minimi yang dioperasikan TNI telah mengalami kerusakan. Mendasari pihak PT Pindad yang telah lama bermitra dengan FNH untuk menggarap Minimi di Indonesia. Dimulai sejak tahun 2007, Pindad telah meluncurkan prototipe SM-3 (Senapan Mesin-3).
Salah satu varian SMR-3 Pindad.
Salah satu varian SMR-3 Pindad.
Sayangnya, TNI justru memesan K3 Daewoo (lisensi Minimi buatan  Korea Selatan) untuk kelengkapan SMR terbaru.
Sayangnya, TNI justru lebih banyak memesan K3 Daewoo (lisensi Minimi buatan Daewoo, Korea Selatan) untuk kelengkapan SMR terbaru.

Produk SM-3 desainnya mengacu kepada sosok FN Minimi buatan Belgia, yang merupakan perintis dan dipopulerkan tahun 1980-an lalu. Kendati desainnya mirip, ada beberapa persamaan dan perbedaan bentuk antara SM-3 dengan FN Minimi. Kesamaan SM-3 dengan FN Minimi adalah model tembakan sama-sama hanya otomatis penuh (full automatic) standar peluru 5,56 mm x 45 NATO (jenis SS-109, produk Pindad MU-5) atau dapat menggunakan jenis M-193 (Pindad MU-4, standar Colt M16A-1). Bagian yang mirip misalnya laras, pegangan atas (handle), pengunci, rumah mekanis dan mekanis, popor (varian 2), grip, serta pejera (front sight/varian 1), serta model tabung gas (varian 1).
Sementara perbedaannya, pada bentuk peredam cahaya (flash hider), pisir (back sight), grip (pegangan) depan, popor (varian 1 menggunakan model M-249 Amerika), serta bipod. Dari isian peluru, SM-3 baru hanya menggunakan belt (untaian 100 peluru), sedangkan FN Minimi versi standar menggunakan kombinasi belt dan magasen kotak isi 30 peluru. Sejauh ini SM-3 masih diproduksi dengan sistem pemasukan peluru secara belt. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi Minimi
spek


PTS-10 : Kendaraan Angkut Amfibi Terbesar Korps Marinir TNI AL

ptsmvk0
Dalam sebuah defile Korps Marinir di Jakarta pada awal tahun 2000-an, ada sebuah kendaraan tempur (ranpur) yang lumayan menyita perhatian masyarakat sekitar. Buat orang awam, kendaraan ini diasosiasikan sebagai sebagai tank, tak salah memang anggapan ini, sebab kendaraaan ini mengsung roda rantai dan bersosok sangar, plus dibalut cat hijau tempur khas Korps Marinir TNI-AL.
Bagi saya pribadi, inilah kendaraan roda rantai terbesar yang pernah saya lihat di Indonesia. Ukurannya jauh lebih besar dan gagah ketimbang tank amifibi Marinir atau tank-tank kavaleri TNI AD sekalipun. Setelah ditelusuri, terungkaplah identitas dan spesifikasi kendaraaan ini, tak lain adalah PTS-10.
PTS-10 atau dalam bahasa Rusia (Plavayushchij Transportyer – Sryednyj)-10 adalah kendaraan angkut amfibi ukuran sedang buatan Uni Soviet. PTS-10 dibuat oleh pabrik State Soviet Factories pada awal 1965. Dilihat dari identitasnya, jelas PTS-10 bukan masuk kategori ranpur, di elemen Korps Marinir, PTS-10 disebut sebagai KAPA (Kendaraan Pengangkut Artileri). Kemampuan PTS-10 tidak kepalang tanggung, kendaraan super bongsor ini bisa menggotong muatan seberat 10 ton. Dalam beragam latihan, Korps Marinir sering mendayagunakan kendaraan ini sebagai pengangkut truk Unimog/truk REO dan kanon 105 mm dari LST (Landing Ship Tank)/LPD (Landing Platform Dock) ke bibir pantai.
PTS-10PTS-10020814_karlin_004968

Selain mampu menggendong truk dan kendaraan sekelas jip, dengan ukuran yang ‘raksasa’ PTS-10 bisa membawa 75 personel bersenjata lengkap dalam sekali angkut. Berkat adopsi roda rantai, PTS-10 tak kesulitan melahap medan off road yang berat. Proses loading dan unloading pun cukup mudah dilakukan lewat palka di belakang kendaraan.
PTS-10 dioperasikan oleh dua orang kru (seorang komandan dan pengemudi). Keceparan PTS-10 di air mencapai 11,5 Km per jam (maju) dan 5 Km per jam (mundur). Sedangkan kecepatan gerak di darat (jalan raya) adalah 42 Km per jam, serta kecepatan di medan off road rata-rata 27 Km per jam. PTS-10 ditenagai mesin diesel A-712P V12 water-cooled. Konsumsi bahan bakar kendaraan ini mencapai 150 liter untuk per 100 Km. Bahan bakar ini untuk menopang bobot PTS-10 yang keseluruhan mencapai 17 ton. Selain PTS-10, rantis angkut amfibi beroda rantai jenis lain juga dimiliki Korps Marinir, seperti K-61 yang bekas peninggalan operasi Trikora.
PTS-10 juga pas untuk mengarungi sungai kecil
PTS-10 juga pas untuk mengarungi sungai kecil
PTS-10 Ceko Slovakia saat meluncur ke daratan
PTS-10 Ceko Slovakia saat meluncur ke daratan.
Deck PTS-10, siap membawa 75 personel bersenjata lengkap
Deck PTS-10, siap membawa 75 personel bersenjata lengkap
Tidak diketahui berapa unit PTS-10 yang dimiliki Korps Marinir. Yang jelas selain Indonesia, kendaraan kelas berat ini digunakan pula di negara-negara eks pakta Warsawa, Mesir, Irak, dan Uruguay. Selain digadang sebagai pengakut artileri/pasukan, PTS-10 juga sering digunakan oleh Marinir untuk operasi militer non tempur, seperti pada tanggap bencana. Tapi karena sudah berumur sepuh, pihak Rusia malahan sudah memensiunkan PTS-10, kini PTS-10 ditawarkan kepada pihak sipil, harga yang dibandrol sekitar US$27.832. Tertarik? (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi PTS-10
  • Negara pembuat : Rusia/Uni Soviet
  • Pabrik : Soviet State Factories
  • Panjang : 11,52 meter
  • Desain : waterproofed hull
  • Lebar : 3,32 meter
  • Tinggi : 2,65 meter
  • Berat total : 17 ton
  • Beban angkut : 10 ton
  • Mesin : diesel A-712P V12 water-cooled
  • Kecepatan Max : di air 11.5 Km/jam; di darat 42 Km/jam;
Indomil.
  • Jarak tempuh : 300 Km