Punya produk handal dan tak pelit berbagi lisensi, menjadikan
Fabrique Nationale (FN) Belgia sukses menghantarkan Minimi ke pasaran
dunia. Bahkan, saking populernya, muncul istilah “Apapun senapan serbu nergaranya, senapan mesin regunya pasti Minimi.”
Begitu juga dengan TNI yang menganut amunisi standar NATO kaliber 5,56
mm untuk lini senapan serbu. Seolah ingin mensinergikan standar amunisi
senapan serbu dan senapan mesin regu, adopsi Minimi di lingkungan satuan
infanteri TNI begitu luas, di setiap matra dipastikan ada populasi
senjata ini.
Karena kebutuhan di tiap-tiap batalyon infanteri, eksistensi SMR
(Senapan Mesin Regu) terbilang masif. Tercatat aneka satuan TNI sampai
kini masih mengoperasikan GPMG (General Purpose Machine Gun) FN MAG dan
M-60 yang berjalan di kaliber 7,62 mm. Sementara, populasi yang lebih
besar ada di SMR Minimi yang mengusung amunisi kaliber 5,56 x 45 mm.
Dari berbagai varian, yang cukup banyak digunakan prajurit TNI adalah
Minimi MK1. Soal penugasan di medan tempur, dalam konteks lokal, Minimi
sudah amat kenyang berlaga dalam operasi Seroja dan operasi militer
menumpas GAM di Aceh. Bahkan, beberapa pucuk Minimi diketahui sempat
jatuh ke tangan GAM.
Minimi MK1
Varian Minimi pertama yang dilahirkan pihak FN Herstal (FNH). Paling mudah dibedakan terutama dari tidak adanya heat shield, penggunaan front sight berbentuk leaf khas FN dan popor menganut model rangka besi ala FNC (mirip pada senapan serbu SS-1). Pada bagian foregrip menganut bentuk checered supaya lebih mudah dipegang, namun sayang terlalu tipis. Varian MK1 hanya dibuat FNH dan tidak masuk ke AS.
FN Minimi MK1 dalam operasi militer di Aceh.
Pasca Tsunami di Aceh, terlihat pasukan TNI dengan Minimi-nya (paling kanan).
Laras Minimi menggunakan material baja pilihan yang tahan panas. Jika
ditembakkan dalam mode rentetan pendek, laras Minimi mampu melontarkan
100 proyektil per menit. Sementara dalam rentetan panjang tanpa henti,
850 proyektil dapat disembur tiap menitnya. Kemampuan menebakkan secara
terus menerus pastinya akan membuat laras cepat panas, maka seperti
halnya GPMG (General Purpose Machine Gun) FN MAG, Minimi dilengkapi
kemampuan ganti laras di lapangan.
Prajurit Marinir TNI AL dengan Minimi.
Prajurit Kopassus di Papua pun menggunakan Minimi.
Soal ganti laras ini lah yang jadi keunggulan Minimi, pasalnya laras
dapat diganti tanpa perlu peralatan bantuan. Cukup membuka kunci laras
dan menarik laras dengan bantuan carry handle, laras baru bisa
dimasukkan tanpa perlu khawatir tangan melepuh akibat suhu laras yang
membara. Sebagai perbadingan, M-60 yang punya kaliber 7,62 mm, untuk
proses ganti larasnya operator harus menggunakan sarung tangan termite
yang terbuat dari serbuk asbes. Yang jadi masalah, sarung tangan mudah
hilang bila operator tidak teliti dalam menyimpan barang bawaan. Bahaya
lain pun mengancam, serbu asbes pada sarung tangan dapat menimbulkan
kanker paru-paru.
Dual Feed System
Untuk level senapan mesin regu, Minimi ada diatas angin dengan adopsi
dual feed system, tidak seperti halnya Ultimax dari Singapura yang single feed system.
Ini artinya Minimi dapat mengusung dual input sistem pasokan amunisi.
Yang pertama menggunakan boks magasin yang berisi 200 peluru atau
kantong kain yang berisi 100 peluru. Khusus untuk boks magasin 200
peluru, FN sudah menyiapkan preloaded dari pabrikan, sehingga operator
tidak perlu susah-susah mengatur susunan peluru dalam boks. Jika habis
tinggal buang dan pasang yang baru. Namun, bila anggaran cekak, boks
magasin tentunya dapat dibongkar untuk diisi ulang. Jika ingin tampil
bak Rambo, Minimi juga dapat dipasang dengan sabuk peluru tipe M27 yang
tidak dimasukkan ke kotak.
Minimi juga dapat dipasangi magasin M16, seperti pada foto.
Minimi MK1 dengan boks magasin.
Sistem input peluru kedua, yakni dengan magasin senapan serbu standar
M16 atau SS-1. Pasalnya Minimi telah memenuhi STANAG (Standarisation
Agreement) NATO. Artinya magasin 30 peluru milik M16 dan FNC (SS-1)
dapat langsung dipasang di Minimi tanpa perlu modifikasi. Inilah yang
jadi keunggulan tersendiri, pasalnya saat operator Minimi sudah
kehabisan amunisi, maka dengan mudah meminta magasin M16 yang banyak
tersebar. Dukungan tembakan pun jelas akan terjamin tanpa masalah yang
serius.
Untuk urusan peluru, laras Minimi yang memakai twist 1/7 terkenal tidak
banyak pantangan. Amunisi 5,56 x 45 mm M855 AS maupun SS109 NATO dapat
digunakan dengan performa balistik dan akurasi yang sama bagusnya.
Hebatnya dalam kondisi darurat, peluru jenis M193 yang sebenarnya hanya
bisa digunakan pada laras M16 A-1 dapat digunakan tanpa masalah. Hanya
saja, untuk jarak tembak efektif yang bisa dicapai cukup dikisaran 300
meter saja.
Berbagai varian Minimi juga ideal dipasangi perangkat bidik tambahan.
Bipod
Agar mudah dioperasikan dan menstabilkan tembakan, seperti halnya
senapan mesin regu lain, Minimi dilengkapi bipod untuk mengatasi dampak recoil
yang besar. FN mendesain bipod Minimi agar mudah dioperasikan. Untuk
menurunkan bipod dari posisinya, operator tinggal menarik turun bipod
dari penjepit sembari menahannya sampai turun ke bawah baru kemudian
dilepas supaya mengembang.
Saat kondisi tanah tidak rata dan miring, maka poros bipod dapat
dimiringkan baik ke kiri dan ke kanan, alhasil Minimi dapat ditempatkan
pada posisi tegak lurus dengan tanah. Dengan bipod, Minimi dapat
menjangkau target sejauh 600 meter dengan tingkat akurasi di atas 95%.
Dalam situasi tertentu, semisal untuk menjaga bunker, Minimi dapat
dipasang pada dudukan tripod.
Minimi Rasa Pindad
Karena pasar SMR cukup besar di lingkungan TNI, ditambah banyak Minimi
yang dioperasikan TNI telah mengalami kerusakan. Mendasari pihak PT
Pindad yang telah lama bermitra dengan FNH untuk menggarap Minimi di
Indonesia. Dimulai sejak tahun 2007, Pindad telah meluncurkan prototipe
SM-3 (Senapan Mesin-3).
Salah satu varian SMR-3 Pindad.
Sayangnya,
TNI justru lebih banyak memesan K3 Daewoo (lisensi Minimi buatan
Daewoo, Korea Selatan) untuk kelengkapan SMR terbaru.
Produk SM-3 desainnya mengacu kepada sosok FN Minimi buatan Belgia,
yang merupakan perintis dan dipopulerkan tahun 1980-an lalu. Kendati
desainnya mirip, ada beberapa persamaan dan perbedaan bentuk antara SM-3
dengan FN Minimi. Kesamaan SM-3 dengan FN Minimi adalah model tembakan
sama-sama hanya otomatis penuh (full automatic) standar peluru
5,56 mm x 45 NATO (jenis SS-109, produk Pindad MU-5) atau dapat
menggunakan jenis M-193 (Pindad MU-4, standar Colt M16A-1). Bagian yang
mirip misalnya laras, pegangan atas (handle), pengunci, rumah mekanis
dan mekanis, popor (varian 2), grip, serta pejera (front sight/varian
1), serta model tabung gas (varian 1).
Sementara perbedaannya, pada bentuk peredam cahaya (flash hider),
pisir (back sight), grip (pegangan) depan, popor (varian 1 menggunakan
model M-249 Amerika), serta bipod. Dari isian peluru, SM-3 baru hanya
menggunakan belt (untaian 100 peluru), sedangkan FN Minimi versi standar
menggunakan kombinasi belt dan magasen kotak isi 30 peluru. Sejauh ini
SM-3 masih diproduksi dengan sistem pemasukan peluru secara belt. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Minimi