Selain pasukan manusia, Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat memiliki 230 kuda perang terlatih.
Adalah drh Joko Suranto satu-satunya dokter khusus yang merawat ratusan
hewan tersebut.
Kalau saja tidak memakai seragam
tentara, tidak akan ada yang menyangka bahwa pria ini adalah anggota
TNI. Bicaranya sopan, pelan, dan ramah.“Saya ini memang tidak pernah
kepikiran jadi anggota TNI. Dulu masuk UGM (Universitas Gadjah Mada),
cita-citanya jadi dokter hewan, merawat ternak-ternak di desa,” ujar
Mayor (CKM) Joko Suranto kepada redaksi Majalah Palagan.
Mencari jadwal kosong Joko bukan perkara
gampang. Maklum, kliennya tersebar di seantero Indonesia. Di luar jam
dinas, Joko akan berkeliling untuk merawat kuda-kuda yang butuh sentuhan
medisnya. Joko adalah satu-satunya dokter hewan spesialis kuda di
lingkungan militer.“Setahu saya tenaga khusus yang sudah bersertifikat
spesialis kuda hanya empat orang di Indonesia, yang tiga sipil,”
katanya.
Jabatan resmi yang saat ini disandangnya
adalah Kasi Doksisdur Trakorp Ditkesad, tetapi diperbantukan di
Denkavkud Pussenkav Kodiklat TNI AD. Oleh karena itu meski melekat nama
CKM (Corp Kesehatan Militer), Joko mengenakan baret hitam khas kesatuan
Kavaleri.“Saya lulus UGM tahun 1998, menyelesaikan tugas akhir saat
dibangku kuliah bukan mengarah ke soal kuda. Jadi ini semacam
terjerumus, tapi nikmat,” tuturnya.
Setelah mendapat gelar dokter hewan,
pria kelahiran Boyolali, Jateng, 15 Maret 1970 itu mengikuti pendidikan
perwira sumber sarjana. Pada tahun 2000 dia langsung berdinas di korps
kavaleri dan langsung menerima amanah mengurus kuda.
Hampir 13 tahun merawat aneka kuda, Joko
memperoleh banyak pengalaman. Pada tahun 2001, 2007, dan 2011 dia
menjadi dokter resmi Kontingen Berkuda Indonesia di ajang pesta olahraga
Asia Tenggara atau SEA Games. Dia juga menjadi juri kesehatan kuda di
Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004 dan 2008. “Saya juga ikut bertanding
dan Alhamdulillah pernah menang dalam nomor kelas jumping antar militer
seAsia Tenggara di Bandung pada tahun 2008,” menurutnya.
Setelah memenangi kompetisi, dia
mendapat perintah untuk mengambil sertifikat dokter hewan spesialis kuda
di Melbourne dan Sydney, Australia selama satu tahun. Sertifikat dari
Federation Equestre Internationale tersebut berlaku internasional,
artinya bapak dua anak itu bisa memeriksa kuda di negara mana pun.
Selain merawat 235 ekor kuda militer di
markas Detasemen Kavaleri Berkuda, Joko merupakan dokter untuk kuda
prestasi yang dimiliki oleh para pecinta kuda dan beberapa atlet
nasional di tanah air. Joko juga dokter resmi kuda-kuda inventaris
negara yang ada di Istana Cipanas, Jawa Barat. “Setiap istana ada
binatang yang khas. Misalnya di Istana Bogor ada rusa. Nah, kalau di
Cipanas, ada kuda,” katanya.
Setidaknya dua kali sebulan Joko
berkunjung dalam rangka mengontrol perawatan kuda. Untuk makanan tidak
ada yang istimewa, yang penting jangan berlebihan, karena bagi kuda
berlebihan itu sangat bahaya. Untuk perawatan harian misalnya, bulu-bulu
dan surai kuda harus dikerok. “Mirip ketika kita mengelus-elus mobil
dengan maksud agar mengkilap,” katanya. Selain itu, kotoran di kuku
harus dibersihkan dan dicungkil. Seminggu sekali kuda harus dimandikan,
lalu ekor dan surainya dicukur agar tampil menarik. “Kalau pemasangan
tapal, idealnya sebulan sekali,” katanya. Menurut Joko, untuk
menunggangi kuda diperlukan stamina yang prima. Risikonya sangat besar
jika tidak berlatih atau tubuh tidak fit. Sering juga Joko merawat
seorang pekatik (perawat kuda dalam istilah Jawa) yang jatuh karena
lengah saat menunggang.
Dalam filosofi Jawa, kuda termasuk satu
di antara lima syarat seorang pria disebut jalma jangkep (manusia
seutuhnya). Syarat lengkapnya adalah punya wisma (rumah), wanita
(istri), curiga (keris), kukila (burung), dan turangga (kuda). “Karena
itu, rata-rata penghobi kuda tidak hitung-hitungan duit,” ungkapnya.
Gengsi dan prestise lebih mendominasi,
bahkan sering mengalahkan akal sehat.“Harganya juga bervariasi,
kisarannya antara Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar. Untuk kuda lokal,
harga Rp 100 juta sudah bagus. “Tapi, ya itu tadi, nggak bisa dinilai.
Misalnya suka dengan satu kuda, ditawarkan dengan nilai berapapun akan
diambil. Sama halnya seperti burung perkutut. Beda dengan sapi, nilainya
bisa ditaksir dengan pertimbangan kalau disembelih ada berapa kilo
dagingnya,” paparnya.
Dari sisi kepercayaan tradisional, ada
juga katuranggan kuda, dilihat dari gagahnya, dari unyer-unyer, dari
panjang surai, dan sebagainya. Bahkan ada mitos yang mengatakan bahwa
ada bentuk fisik kuda yang mempunyai ciri dan tanda tertentu yang dapat
membawa keberkahan. Saat ini di kalangan penghobi kuda sedang tren cross
breeding atau kawin silang antar ras. Kelebihan kuda ras asing adalah
postur yang gagah besar.Tapi, daya tahannya terhadap iklim di Indonesia
sangat lemah. Sebaliknya, kuda asli Indonesia berpostur kecil, tapi
tahan banting di segala cuaca. “Kawin silang itu berusaha mendapatkan
keturunan yang gagah, namun tahan terhadap iklim Indonesia,” katanya.
Ras hasil persilangan tersebut bisa
diperoleh dengan kawin alami atau kawin suntik (inseminasi
buatan).“Proses mengawinkan secara alami sudah jarang karena tekniknya
yang memakan biaya dan berisiko. Kuda jantan bisa tersepak kuda betina
yang sedang birahi saat dikawinkan,” ungkap dia. Drh. Joko menjelaskan,
jika perempuan punya masa subur, kuda betina juga punya siklus
reproduksi, siklusnya tiap 21 hari. Dari waktu tersebut, hanya empat
hari kuda betina bersedia dikawin oleh pejantan.Jika salah memperkirakan
hari, yang terjadi bukan bermesraan, melainkan kuda itu justru
berkelahi hebat.“Kalau ceweknya belum mood, resikonya ya orang-orang di
sekitarnya kena amuk juga,” ucapnya.
Belasan tahun menjadi dokter spesialis
kuda, Joko sebenarnya sudah hafal kapan masa birahi kuda betina
datang.Tandanya disingkat A3, B2, dan C1.“Abang, abuh, anget,
bengak-bengok,banyu mili dan cingkrak-cingkrik,” jelasnya. Kelamin
betina akan memerah, membengkak, menghangat dan keluar cairan.
Perilakunya juga sering meringkik dan genit (cingkrak-cingkrik).Oleh
karena itu yang lebih aman dalam hal reproduksi adalah teknik inseminasi
buatan (IB).Secara teknis, sperma kuda jantan disuntikkan ke rahim kuda
betina.“IB lebih praktis karena betinanya nggak perlu diangkut, cukup
orangnya yang datang. Bayangkan kalau pejantannya di Bogor, betinanya
dari Bali, repot menggesernya dan makan ongkos,” katanya.
Untuk mengumpulkan sperma, kuda jantan
dirangsang dengan boneka khusus dari spons yang dibuat mirip dengan
punggung kuda betina. Boneka itu diolesi cairan dari kelamin kuda betina
yang sedang birahi. Zat feromon tersebut akan membuat pejantan
berfantasi seakan ia benar-benar sedang bermesraan dengan si betina.
Boneka itu juga dilengkapi dengan liang vagina buatan untuk menampung
sperma pejantan dengan temperatur khusus. Dalam waktu 30 s.d 45 menit,
kuda jantan sudah bisa ejakulasi. “Memang bisa lebih lama, untuk
mengatasinya tim memberikan minyak khusus agar lebih cepat keluarnya,”
papar dia.
Sekali ejakulasi, sperma kuda jantan
bisa cukup untuk membuahi delapan kuda betina. Kalau fresh, sperma bisa
tahan tiga hari. Kalau dibekukan dengan suhu minus 20 derajat Celsius,
sperma itu bisa bertahan sampai bertahun-tahun. “Biaya proses inseminasi
buatan berkisar antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Itu sudah termasuk
garansi, USG, dan pemantauan kehamilan. Maksudnya jika sperma gagal
membuahi, proses bisa diulang dengan sperma kuda lain,” jelasnya. Kunci
merawat dan sukses menekuni hobi kuda adalah interaksi.Kuda itu harus
diajak bicara dan dibisiki layaknya manusia, karena nalurinya sangat
kuat, katanya.Kuda bisa membedakan mana orang baru dan mana orang yang
setiap hari merawatnya.
“Karena itu, setiap ada siswa yang baru
belajar berkuda, langkah awal yang harus dilakukan adalah memberi makan,
membersihkan kotoran dan kandang kuda setiap hari,” ujar pembina Unit
Kegiatan Mahasiswa Berkuda UGM serta pembimbing Koasistensi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Hewan IPB, UNAIR serta UNUD itu. Mahasiswa yang
tertarik untuk menekuni berkuda akan diajak Mayor Joko ke Markas
Kavaleri Kuda di Parongpong, Jawa Barat.
Atlet berkuda yang sukses biasanya juga
merawat sendiri kudanya.“Kendali kuda itu ada pada sentuhan tangan dan
kaki kita. Kasar atau halus hentakannya, ia merasakan. Beda dengan balap
mobil atau motor yang menggunakan system mekanis,” ungkap dia. Di
lingkungan TNI-AD, kini Joko memelopori penyetempelan tubuh kuda dengan
nitrogen beku bersuhu minus 20 derajat Celsius.“Jadi, kuda sudah tidak
merasakan sakit seperti adegan di film-film koboi itu. Hanya terasa
dingin (nyes) sekitar satu menit,” kata suami drh. RR. Retno Endrawati
serta ayah dari Prabaning Sekar Kinasih dan Sukmaningdyah Puspa Kirani
tersebut.
Mengakhiri perbincangannya dengan Tim
Redaksi Majalah Palagan, Mayor Ckm. drh. Joko Suranto mengatakan bahwa
mengurusi ratusan kuda tak membuatnya berlama-lama jauh dari keluarga.
Setidaknya sebulan dua kali dia menyempatkan diri menengok keluarganya
di Purbalingga, Jawa Tengah.“Istri saya kebetulan juga dokter hewan,
jadi kita saling memaklumi bahwa kasih sayang antar -manusia juga harus
rela dibagi dengan kuda.
Maju terus drh Joko Suranto. Semoga
kuda-kuda yang mendapat sentuhanmu semakin bernilai dan mampu mengemas
prestasi di kancah internasional…!