Kamis, 12 Maret 2015

Bentuk Badan Siber, Pemerintah Minta Saran TNI dan Polri

Ilustrasi (ist)
Deputi Polhukam Sekretaris Kabinet (Seskab) Bistok Simbolon berkata akan meminta saran dari masyarakat dan lembaga pemerintah lain, termasuk TNI dan Polri, untuk membentuk Badan Siber Nasional.
Saran diperlukan pemerintah untuk menetapkan format dan desain kelembagaan dari badan yang akan memagari semua urusan siber negara.
“Nantinya kami akan berkomunikasi dengan unit pemerintah lainnya yang ikut menangkal instrumen-instrumen dari cyber itu, seperti dari kalangan TNI dan Polri,” jelas Bistok seperti dikutip dari situs resmi Seskab, Selasa (10/3).
Fungsi-fungsi dari Badan Siber Nasional saat ini masih dalam proses perancangan bersama dengan Sekretaris Kabinet. Dalam diskusi rencana pembentukan Badan Siber Nasional hari ini, Seskab menghadirkan tiga pakar teknologi, yaitu Budi Rahardjo (Dosen ITB), Dr. Danriwanto Budhijanto (Staf Khusus Menkominfo), dan Dr. Edmon Makarim (Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia).
“Kita harus memikirkan bagaimana pemerintah memberi respon yang pas dan positif terhadap penggunaan teknologi. Sehingga kami bisa diberikan pemahaman teknologi bagaimana pemanfaatan yang aman, sejauhmana kemampuan kita untuk menahan cyber-cyber itu,” lanjut Bistok.
Sejauh ini, unit keamanan siber di kementerian dan perusahaan negara masih berjalan masing-masing. Perbankan merupakan salah satu industri yang sering diserang dan perlu memperkuat keamanan sibernya.
Badan Siber Nasional rencananya hanya dimanfaatkan untuk mempertahankan keamanan negara dari serangan siber, bukan untuk memberi serangan.(CNN Indonesia)

Almirante Clemente Class: Destroyer Escort TNI AL dengan Cita Rasa Italia

409px-DN-SN-82-09531
Lain halnya dengan sentuhan kuliner, cita rasa Italia memang tak begitu dominan di segmen alutsista TNI, padahal jika ditelaah industri pertahanan di Italia terbilang maju. Di lingkup alutsista TNI, identitas Italia diwakili cukup lama oleh meriam reaksi cepat OTO Melara 76 mm yang terdapat di frigat Van Speijk Class, Diponegoro Class (SIGMA Class) dan korvet Bung Tomo Class. Masih di lini kesenjataan TNI AL, flash back ke masa silam, tatkala TNI AL (d/h ALRI) di dapuk sebagai kekuatan maritim terbesar di Asia Tenggara, ada dua jenis kapal perang asal Italia yang menjadi etalase alutsista TNI AL.
Dua jenis kapal perang besutan Italia tersebut adalah dua unit korvet Albatross Class dan dua unit destroyer escort Almirante Clemente Class. Albatross Class dan Almirante Clemente Class di datangkan pada dekade 50-an. Selepas TNI AL menerima kapal perusak pertama, yakni KRI Gadjah Mada pada tahun 1952, maka Indonesia terus memperkuat armada tempur, di periode 1957 – 1959 TNI AL membeli empat kapal perang baru dari Italia. Dua Almirante Clemente Class diwujudkan sebagai KRI (d/h RI) Soerapati 356 dan KRI Iman Bondjol 355. Sedangkan dua Albatross Class tampil sebagai KRI Patimura 801 dan KRI Hasanuddin 802.
Sebagai kapal perang yang di datangkan menjelang tahun 60-an, sudah barang tentu Albatross Class dan Almirante Clemente Class ikut dilibatkan dalam kampanye show of force mengganyang Belanda dalam operasi Trikora. Sayang, eksistensi Albatross Class dan Almirante Clemente Class tidak berumur panjang, pada tahun 70-an kedua kapal sudah masuk masa purna tugas, bersamaan dengan beragam frigat dan perusak dari Uni Soviet.
Almirante_Clemente_Class_DeVenezoelan_Almirante_Clemen004bis_zps5ad6c794
Meski masa bakti Almirante Clemente Class tidak lama di Indonesia, namun kapal perang ini nyatanya masih dioperasikan hingga tahun 2011 oleh AL Venezuela, tentunya dengan sejumlah modifikasi. Dirunut dari asalnya, Almirante Clemente Class dirancang oleh Luigi Ansaldo Ficantieri. Sementara galangan yang membangunnya adalah Cantieri Navale Ansaldo, Italia. Beberapa literature ada yang menyebut Almirante Clemente Class sebagai frigat, namun bila dilihat dari bekal senjata dan bobot tonase, maka kapal perang ini memang lebih cocok sebagai DLV (Destroyer Light Vessel) atau light destroyers. Di lingkup TNI AL, istilahnya lebih dikenal sebagai destroyer escort. Salah satu destroyer escort TNI AL yang cukup terkenal adalah Samadikun Class yang eksis pada operasi Seroja.
Awalnya, Luigi Ansaldo Ficantieri secara khusus merancang kapal perang ini untuk kebutuhan AL Venezuela pada tahun 50-an. Pesanan Almirante Clemente Class diteken 6 unit untuk Venezuela, tapi pada kenyataa hanya 2 unit yang diterima Venezuela. Sisanya masing-masing dua unit dibeli oleh Portugal, Algeria, dan Indonesia.
Dilhat dari spesifikasinya, bobot kapal kosong 1.300 ton dan bobot penuh hingga 1.500 ton. Bila ditengok dari segi bobot, tak salah jika ada yang menyebut kapal ini sebagai korvet, apalagi panjang kapal ‘hanya’ 99,1 meter. Dapur pacunya disokong 2 Foster wheeler boilers 650 psi, Parsons steam turbin dengan dua propeller yang menghasilkan tenaga 24.000 hp. Penggunaan mesin turbin inilah yang disinyalir memberatkan dari segi operasional, karena cukup boros, meski untuk kecepatan memang jempolan. Dan, kecepatan maksimum-nya memang cukup tinggi di kelasnya, yakni 32 knots. Sementara jarak jelajahnya hingga 6.500 km pada kecepatan 10 knots.
Venezuelan_frigate_Genereal8723818174201298972
Bicara soal senjata, kapal ini mengandalkan meriam kaliber sedang. Diantaranya, dua pucuk meriam Vickers MK XVI Twin 102 mm/45, dua pucuk meriam Bofors Twin 40 mm/56 MKI, dan empat pucuk kanon Oerlikon 20 mm. Ketiga jenis senjata tersebut dipasang untuk misi peperangan permukaan dan anti serangan udara. Guna menangkal kapal selam, Almirante Clemente Class dibekali 21′ Mk 9 Triple torpedo tube, 2 x Mk 11 mortir Hedgehog, 2 x Mk 9 deep charge mortar, dan 2 x Mk 6 Deep charge mortar. Mendukung peran AKS (anti kapal selam), kapal perang ini juga dilengkapi passive/active sonar AN/SQS-4. Pada jamannya, destroyer escort ini terbilang canggih, ini terlihat dari asupan beraneka radar, seperti AN/SPG-34, AN/SPS-10, dan AN/SPS-6. Tidak itu saja, destroyer tanpa rudal ini pun turut dilengkapi instrument perang elektronik, yakni ESM Level 1.
Venezuela sebagai pemakai akhir Almirante Clemente Class, memperlakukan destroyer tua ini dengan cukup apik hingga masa akhir di tahun 2011. Terakhir digunakan sebagai armada penjaga pantai, Almirante Clemente (F-11) dan General Moran (F-12) Class AL Venezuela (Bolivarian Navy) telah dipasang meriam OTO Melara 76 mm, sebagai pengganti meriam Vickers MK XVI Twin 102 mm. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi Almirante Clemente Class
– Displacement : Standard: 1,300 tons, Full load: 1,500 tons
– Length : 99,1 meter
– Beam : 10,8 meter
– Draught : 3,7 meter
– Propulsion : 2 Foster Wheeler boilers 650 psi, Parsons steam turbines, 2 shafts, 24.000 horsepower (18 MW)
– Speed: 32 knots (59 km/h)
– Range: 3.500 nmi (6.500 km) at 10 knots (19 km/h)
– Crew : 162

Rabu, 11 Maret 2015

Hiu Macan Tangkap 3 Kapal Asing di Perairan Kepri

Kapal Thailand dan Vietnam itu datang mencuri ikan.
Hiu Macan Tangkap 3 Kapal Asing di Perairan Kepri
Anggota TNI AL dari KRI Todak saat melakukan pengawasan saat meneggelamkan tiga Kapal Ikan berbendera Vietnam di Perairan Tarempe, Kepri, 5 Desember 2014. (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)

Kapal pengawas Hiu Macan 005 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan kembali menangkap tiga kapal asing pencuri ikan di perairan Pulau Mindai, Kepulauan Riau. Dua di antaranya berbendera Thailand dan satu Vietnam. Mereka memasuki perairan Indonesia dengan illegal, untuk mencuri ikan.
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Asep Burhanudin, mengatakan KM Sudita Prima dan KM Seroja, keduanya berbendera Thailand, dipergoki sedang mencuri ikan di perairan Pulau Midai pada Minggu.

Sedangkan KM Serasi yang berbendera Vietnam, ditangkap saat akan meninggalkan perairan Indonesia.

Selain mencuri ikan dengan trawl, alat yang dilarang, kapal ini juga telah meneror nelayan Indonesia. "Dia menabrak kapal nelayan Indonesia, satu ABK Indonesia hampir saja jadi korban. Beruntung anggota kami melintas," katanya, Rabu 11 Maret 2015.

Asep mengimbau nelayan Indonesia agar tidak melaut sendiri. "Kapal-kapal asing sudah mulai meneror, karena kebanyakan kapal asing itu residivis. Jadi jangan melaut sendiri. Beriringan," lanjut Asep.
 

PESAWAT PANGERAN DIPONEGORO I DAN II (Pesawat Shoki-Ki-48 dan Ki-49 Donryu)

Pesawat Pangeran Diponegoro I (PD I)
       Pesawat Ki-48 atau Army tipe 99 merupakan jenis pesawat pembom ringan buatan Pabrik Nakajima tahun 1940.   Pesawat ini merupakan peninggalan Jepang, yang berada di Pangkalan Udara Bugis Malang (sekarang Lanud Abdulrachman Saleh),    Setelah berhasil diperbaiki,   Indonesia menamainya Pesawat Diponegoro I.  Sekutu menamakan pesawat tersebut dengan  sebutan Lily. Pesawat Ki-48 digerakan dua motor radial pendingin angin masing-masing memiliki kekuatan 1460 dayakuda dengan kecepatan maksimum  510 km/h.
       Pada awal perang Pasifik pesawat ini disangka pesawat pemburu Messerschmitt Me-109 Lisensi Jerman.  Ternyata hanya motornya saja yang berlisensi Jerman yaitu Daimler Benz  DB-601 A.  Sedangkan Air frame-nya asli ciptaan Kawasaki,   yang disain oleh Takeo Doi dan Shin Owada.
 Test flight pertama pesawat Diponegoro I dilakukan pada tanggal 2 Februari 1946 oleh penerbang Atmo.  Pada Test flight ini  masih ter­­dapat keku­rangan, yaitu pipa oli dan hidroliknya bocor.  Usaha perbaikan terus dilakukan oleh Matkarim, Naim dan Mudjiman.   Test flight berikutnya  pesawat berhasil terbang  dengan baik.
      Beberapa penerbangan penting yang dilaksanakan Pesawat Pangeran Diponegoro I,    pada tanggal 27 Februari 1946 melaksanakan misi penerbangan membawa Panglima Besar Sudirman beserta rombongan pejabat pemerintah Jawa Timur melakukan  inspeksi ke Jawa Timur dan ke Pangkalan Udara Bugis, Malang.  Rombongan pejabat pemerintah Jawa Timur antara lain Gubernur Suryo, Dul Arnowo (Ketua KNI), Mr.  Sunarko, Ketua BPRI Bung Tomo, Komandan Divisi Jenderal Mayor Imam Sudjai, para wartawan dan lain-lainnya.    Pejabat AURI yang menyertai rombongan tersebut adalah Pak Karbol (Prof. Dr.  Abdulrachman Saleh) dan Halim Perdanakusuma.  Pada kesempatan yang sama Panglima Besar Sudirman sempat melaksanakan perjalanan dengan pesawat PD I ke daerah Banyuwangi-Bali, pesawat diawaki penerbang Atmo dan juru teknik Moch. Oesar.
            Tanggal 5 Maret 1946 Pesawat PD I membawa Mayor Jenderal Soedibjo dalam rangka melaksanakan misi penyelesaian Allied Prisoners of War and Interneers (APWI) yaitu penyelesaian masalah keselamatan tawanan perang dan interniran dengan pihak Sekutu.  Pada tanggal 4 Oktober 1946 pesawat PD I itu diterbangkan oleh Pak Karbol (Prof. Dr. Abdulrachman Saleh) ke Maguwo dengan membawa serta juru teknik Moch. Oesar, Matkarim, dan Mustari.   Abdulrachman Saleh yang dikenal dengan panggilan Pak Karbol adalah salah seorang yang mampu menerbangkan pesawat itu tanpa latihan dan tanpa pendamping.  
       Seperti pesawat lainnya, pesawat Pangeran Diponegoro I dihancurkan oleh Belanda pada saat Agresi Belanda ke II pada akhir tahun 1948.

Data-Data Pesawat Ki-48:

Jenis    : Cahaya Bomber / Dive Bomber
Kru      : Empat
Model  : Nakajima HA-115 Radial
Tenaga kuda   : 1150 H
Wing Span      : 57 Ft 3 Inch (17,45 M)
Durasi  : 41 Ft 10 inch (11,64M)
Tinggi  : 12 Ft 5,5 Inch (3,80m)
Berat   : £ 14.881 (6750 kg)
Max Speed     : 314 mph (505 kph)
Layanan Ceiling          : 33.135 ft (10.100m)
Range : 1.491 mil (2.400 km)

Pangeran Diponegoro II (Benteng Asia)

       Pesawat Pangeran Diponegoro II merupakan jenis pesawat pembom berat Jepang  Ki-49 Donryu buatan tahun 1942, yang berhasil diperbaiki teknisi Indonesia dan diubah menjadi pesawat angkut. Ki-49 memiliki mesin ganda buatan Kawasaki mampu terbang jelajah 350 km/jam. Ki-49 mampu membawa bom  1.000 kg dengan jarak terbang  1.864 km.   Pesawat ini dalam sejarah Jepang tercatat sebagai pesawat pertama yang dilengkapi dengan senjata penembak di bagian ekor.  Mampu terbang cepat 400 km/jam pada ketinggian 4000 m dan terbang tinggi mencapai 11.200 m.   Pesawat Ki-49 merupakan pesawat buatan tahun 1942 yang digunakan Jepang selama perang Dunia II dan digelar di Filipina, Malaysia, Burma, dan Hindia Belanda.  Sekutu menyebut pesawat Ki-49 ini  dengan  nama  "Helen". 
      Saat ditinggalkan Jepang Pesawat Ki-49  yang berada  di Pangkalan Udara Bugis, Malang dalam keadaan rusak tanpa mesin dan onderdil banyak yang hilang.   Pada pertengahan Maret 1946,  pesawat mulai  diperbaiki,   tanggal 17 April 1946 saat dilakukan test flight pertama oleh penerbang Atmo, masih terdapat kekurangan pada sistem pompa hidroliknya, sehingga saat  akan landing harus dibantu dengan pompa tangan agar dapat berfungsi secara maksimal.  Setelah proses perbaikan pesawat selesai, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Komandan Pangkalan Udara Bugis, Malang yang saat itu dijabat oleh komodor Udara Abdulrachman Saleh mengadakan syukuran dan pemberian nama baru bagi pesawat, yaitu Pangeran Diponegoro II (PD II) atau Benteng Asia.   Acara syukuran dihadiri Komandan Divisi VII Jenderal Mayor Imam Sudjai,  Ketua BPRI Bung Tomo, Residen Malang Syam, dan para wartawan.  
            Agustinus Adisutjipto saat berada di Malang dalam rangka  perundingan serah terima  Pangkalan Udara Bugis Malang bersama semua fasilitasnya dari Panglima Divisi VII Malang kepada Markas Tertinggi TRI AO di Yogyakarta, Berhasil menerbangkan pesawat PD II dengan baik walaupun sebelumnya belum pernah menerbangkan pesawat jenis PD II.   Sementara itu perundingan antara Adisutjipto dengan Panglima Divisi VII tidak menghasilkan kesepakatan.  Hingga akhirnya Adisutjipto  berunding dengan Komandan Pangkalan Bugis untuk menerbangkan pesawat Pangeran Diponegoro II secara diam-diam.    Pada tanggal 5 Agustus 1946 tanpa sepengetahuan Panglima Divisi VII Malang pesawat Pangeran Diponegoro II yang dipiloti Agustinus Adisutjipto, melakukan penerbangan menuju Yogyakarta dengan rute pangkalan udara Bugis, Malang, Semarang dan Solo.   Untuk menjaga kerahasiaan penerbangan, semua montir yang ikut terbang, antara lain Moch. Oesar, Mustakim, Matkarim, dan Matsari tidak diberitahu tujuan penerbangan, sehingga mereka hanya mengenakan kaos dan celana pendek saja.   Saat berada di atas kota Semarang pesawat ditembaki musuh dari bawah, tetapi tidak kena.    ketika sampai di kota Solo mesin pesawat sebelah kiri mulai mengalami kerusakan, tetapi masih bisa diusahakan terbang.
Pada pukul 11.00 WIB pesawat Pangeran Diponegoro II berhasil mendarat dengan selamat di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta.   Setelah pesawat berhenti, Agustinus Adisutjipto dan para montir yang ada dalam pesawat keluar yang segera mereka disambut oleh teman-temannya yang berada di Yogyakarta.  Semuanya menunjukan rasa gembira, haru, dan bangga, termasuk pimpinan Markas Tertinggi (MT) TRI Angkatan Oedara Pusat Yogyakarta Komodor Soerjadi Soerjadarma.
        Peristiwa tersebut menimbulkan reaksi dari pihak Divis VII, mereka mengirimkan radiogram ke Yogyakarta guna memanggil Kepala Bagian Teknik Pangkalan Udara Bugis, H.A.S. Hanandjudin (yang tidak turut dalam penerbangan Pangeran Diponegoro II ke Yogyakarta),  untuk dimintai pertanggungjawaban.  Agustinus Adisutjipto segera menemui H.A.S. Hanandjudin untuk memberitahukan tentang pangggilan tersebut.  Dengan jiwa besar H.A.S. Hanandjudin memenuhi panggilan tersebut, diantar ke Malang menggunakan pesawat Curen yang dikemudikan oleh kadet Tugijo. Setelah sampai H.A.S. Hanandjudin di Malang langsung ditangkap  dan diserahkan ke Markas Polisi Tentara.  Setelah diperiksa dan ditahan selama tujuh hari, kemudian dibebaskan dan kembali bekerja seperti biasa. 
        Pada saat melaksanakan test flight di atas pangkalan Udara Maguwo  Pesawat Pangeran Diponegoro II mengalami kecelakaan sehingga tidak dapat diterbangkan kembali.  Akan tetapi untuk mengelabui tentara Belanda yang melakukan Agresi militer pertama, rongsokan pesawat Pangeran Diponegoro II dipajang dilandasan, hingga   menjadi sasaran tembak pesawat tempur Belanda dan semuanya hancur.
 

Kisah Inspiratif Mayor (Ckm) drh Joko Suranto, Satu-satunya Dokter Kuda di TNI

Kisah Inspiratif Mayor (Ckm) drh Joko Suranto, Satu-satunya Dokter Kuda di TNI
Selain pasukan manusia, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat memiliki 230 kuda perang terlatih. Adalah drh Joko Suranto satu-satunya dokter khusus yang merawat ratusan hewan tersebut.
Kalau saja tidak memakai seragam tentara, tidak akan ada yang menyangka bahwa pria ini adalah anggota TNI. Bicaranya sopan, pelan, dan ramah.“Saya ini memang tidak pernah kepikiran jadi anggota TNI. Dulu masuk UGM (Universitas Gadjah Mada), cita-citanya jadi dokter hewan, merawat ternak-ternak di desa,” ujar Mayor (CKM) Joko Suranto kepada redaksi Majalah Palagan.
Mencari jadwal kosong Joko bukan perkara gampang. Maklum, kliennya tersebar di seantero Indonesia. Di luar jam dinas, Joko akan berkeliling untuk merawat kuda-kuda yang butuh sentuhan medisnya. Joko adalah satu-satunya dokter hewan spesialis kuda di lingkungan militer.“Setahu saya tenaga khusus yang sudah bersertifikat spesialis kuda hanya empat orang di Indonesia, yang tiga sipil,” katanya.
Jabatan resmi yang saat ini disandangnya adalah Kasi Doksisdur Trakorp Ditkesad, tetapi diperbantukan di Denkavkud Pussenkav Kodiklat TNI AD. Oleh karena itu meski melekat nama CKM (Corp Kesehatan Militer), Joko mengenakan baret hitam khas kesatuan Kavaleri.“Saya lulus UGM tahun 1998, menyelesaikan tugas akhir saat dibangku kuliah bukan mengarah ke soal kuda. Jadi ini semacam terjerumus, tapi nikmat,” tuturnya.
Setelah mendapat gelar dokter hewan, pria kelahiran Boyolali, Jateng, 15 Maret 1970 itu mengikuti pendidikan perwira sumber sarjana. Pada tahun 2000 dia langsung berdinas di korps kavaleri dan langsung menerima amanah mengurus kuda.
Hampir 13 tahun merawat aneka kuda, Joko memperoleh banyak pengalaman. Pada tahun 2001, 2007, dan 2011 dia menjadi dokter resmi Kontingen Berkuda Indonesia di ajang pesta olahraga Asia Tenggara atau SEA Games. Dia juga menjadi juri kesehatan kuda di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004 dan 2008. “Saya juga ikut bertanding dan Alhamdulillah pernah menang dalam nomor kelas jumping antar militer seAsia Tenggara di Bandung pada tahun 2008,” menurutnya.
Setelah memenangi kompetisi, dia mendapat perintah untuk mengambil sertifikat dokter hewan spesialis kuda di Melbourne dan Sydney, Australia selama satu tahun. Sertifikat dari Federation Equestre Internationale tersebut berlaku internasional, artinya bapak dua anak itu bisa memeriksa kuda di negara mana pun.
Selain merawat 235 ekor kuda militer di markas Detasemen Kavaleri Berkuda, Joko merupakan dokter untuk kuda prestasi yang dimiliki oleh para pecinta kuda dan beberapa atlet nasional di tanah air. Joko juga dokter resmi kuda-kuda inventaris negara yang ada di Istana Cipanas, Jawa Barat. “Setiap istana ada binatang yang khas. Misalnya di Istana Bogor ada rusa. Nah, kalau di Cipanas, ada kuda,” katanya.
Setidaknya dua kali sebulan Joko berkunjung dalam rangka mengontrol perawatan kuda. Untuk makanan tidak ada yang istimewa, yang penting jangan berlebihan, karena bagi kuda berlebihan itu sangat bahaya. Untuk perawatan harian misalnya, bulu-bulu dan surai kuda harus dikerok. “Mirip ketika kita mengelus-elus mobil dengan maksud agar mengkilap,” katanya. Selain itu, kotoran di kuku harus dibersihkan dan dicungkil. Seminggu sekali kuda harus dimandikan, lalu ekor dan surainya dicukur agar tampil menarik. “Kalau pemasangan tapal, idealnya sebulan sekali,” katanya. Menurut Joko, untuk menunggangi kuda diperlukan stamina yang prima. Risikonya sangat besar jika tidak berlatih atau tubuh tidak fit. Sering juga Joko merawat seorang pekatik (perawat kuda dalam istilah Jawa) yang jatuh karena lengah saat menunggang.
Dalam filosofi Jawa, kuda termasuk satu di antara lima syarat seorang pria disebut jalma jangkep (manusia seutuhnya). Syarat lengkapnya adalah punya wisma (rumah), wanita (istri), curiga (keris), kukila (burung), dan turangga (kuda). “Karena itu, rata-rata penghobi kuda tidak hitung-hitungan duit,” ungkapnya.
Gengsi dan prestise lebih mendominasi, bahkan sering mengalahkan akal sehat.“Harganya juga bervariasi, kisarannya antara Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar. Untuk kuda lokal, harga Rp 100 juta sudah bagus. “Tapi, ya itu tadi, nggak bisa dinilai. Misalnya suka dengan satu kuda, ditawarkan dengan nilai berapapun akan diambil. Sama halnya seperti burung perkutut. Beda dengan sapi, nilainya bisa ditaksir dengan pertimbangan kalau disembelih ada berapa kilo dagingnya,” paparnya.
Dari sisi kepercayaan tradisional, ada juga katuranggan kuda, dilihat dari gagahnya, dari unyer-unyer, dari panjang surai, dan sebagainya. Bahkan ada mitos yang mengatakan bahwa ada bentuk fisik kuda yang mempunyai ciri dan tanda tertentu yang dapat membawa keberkahan. Saat ini di kalangan penghobi kuda sedang tren cross breeding atau kawin silang antar ras. Kelebihan kuda ras asing adalah postur yang gagah besar.Tapi, daya tahannya terhadap iklim di Indonesia sangat lemah. Sebaliknya, kuda asli Indonesia berpostur kecil, tapi tahan banting di segala cuaca. “Kawin silang itu berusaha mendapatkan keturunan yang gagah, namun tahan terhadap iklim Indonesia,” katanya.
Ras hasil persilangan tersebut bisa diperoleh dengan kawin alami atau kawin suntik (inseminasi buatan).“Proses mengawinkan secara alami sudah jarang karena tekniknya yang memakan biaya dan berisiko. Kuda jantan bisa tersepak kuda betina yang sedang birahi saat dikawinkan,” ungkap dia. Drh. Joko menjelaskan, jika perempuan punya masa subur, kuda betina juga punya siklus reproduksi, siklusnya tiap 21 hari. Dari waktu tersebut, hanya empat hari kuda betina bersedia dikawin oleh pejantan.Jika salah memperkirakan hari, yang terjadi bukan bermesraan, melainkan kuda itu justru berkelahi hebat.“Kalau ceweknya belum mood, resikonya ya orang-orang di sekitarnya kena amuk juga,” ucapnya.
Belasan tahun menjadi dokter spesialis kuda, Joko sebenarnya sudah hafal kapan masa birahi kuda betina datang.Tandanya disingkat A3, B2, dan C1.“Abang, abuh, anget, bengak-bengok,banyu mili dan cingkrak-cingkrik,” jelasnya. Kelamin betina akan memerah, membengkak, menghangat dan keluar cairan. Perilakunya juga sering meringkik dan genit (cingkrak-cingkrik).Oleh karena itu yang lebih aman dalam hal reproduksi adalah teknik inseminasi buatan (IB).Secara teknis, sperma kuda jantan disuntikkan ke rahim kuda betina.“IB lebih praktis karena betinanya nggak perlu diangkut, cukup orangnya yang datang. Bayangkan kalau pejantannya di Bogor, betinanya dari Bali, repot menggesernya dan makan ongkos,” katanya.
Untuk mengumpulkan sperma, kuda jantan dirangsang dengan boneka khusus dari spons yang dibuat mirip dengan punggung kuda betina. Boneka itu diolesi cairan dari kelamin kuda betina yang sedang birahi. Zat feromon tersebut akan membuat pejantan berfantasi seakan ia benar-benar sedang bermesraan dengan si betina. Boneka itu juga dilengkapi dengan liang vagina buatan untuk menampung sperma pejantan dengan temperatur khusus. Dalam waktu 30 s.d 45 menit, kuda jantan sudah bisa ejakulasi. “Memang bisa lebih lama, untuk mengatasinya tim memberikan minyak khusus agar lebih cepat keluarnya,” papar dia.
Sekali ejakulasi, sperma kuda jantan bisa cukup untuk membuahi delapan kuda betina. Kalau fresh, sperma bisa tahan tiga hari. Kalau dibekukan dengan suhu minus 20 derajat Celsius, sperma itu bisa bertahan sampai bertahun-tahun. “Biaya proses inseminasi buatan berkisar antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Itu sudah termasuk garansi, USG, dan pemantauan kehamilan. Maksudnya jika sperma gagal membuahi, proses bisa diulang dengan sperma kuda lain,” jelasnya. Kunci merawat dan sukses menekuni hobi kuda adalah interaksi.Kuda itu harus diajak bicara dan dibisiki layaknya manusia, karena nalurinya sangat kuat, katanya.Kuda bisa membedakan mana orang baru dan mana orang yang setiap hari merawatnya.
“Karena itu, setiap ada siswa yang baru belajar berkuda, langkah awal yang harus dilakukan adalah memberi makan, membersihkan kotoran dan kandang kuda setiap hari,” ujar pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Berkuda UGM serta pembimbing Koasistensi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB, UNAIR serta UNUD itu. Mahasiswa yang tertarik untuk menekuni berkuda akan diajak Mayor Joko ke Markas Kavaleri Kuda di Parongpong, Jawa Barat.
Atlet berkuda yang sukses biasanya juga merawat sendiri kudanya.“Kendali kuda itu ada pada sentuhan tangan dan kaki kita. Kasar atau halus hentakannya, ia merasakan. Beda dengan balap mobil atau motor yang menggunakan system mekanis,” ungkap dia. Di lingkungan TNI-AD, kini Joko memelopori penyetempelan tubuh kuda dengan nitrogen beku bersuhu minus 20 derajat Celsius.“Jadi, kuda sudah tidak merasakan sakit seperti adegan di film-film koboi itu. Hanya terasa dingin (nyes) sekitar satu menit,” kata suami drh. RR. Retno Endrawati serta ayah dari Prabaning Sekar Kinasih dan Sukmaningdyah Puspa Kirani tersebut.
Mengakhiri perbincangannya dengan Tim Redaksi Majalah Palagan, Mayor Ckm. drh. Joko Suranto mengatakan bahwa mengurusi ratusan kuda tak membuatnya berlama-lama jauh dari keluarga. Setidaknya sebulan dua kali dia menyempatkan diri menengok keluarganya di Purbalingga, Jawa Tengah.“Istri saya kebetulan juga dokter hewan, jadi kita saling memaklumi bahwa kasih sayang antar -manusia juga harus rela dibagi dengan kuda.
Maju terus drh Joko Suranto. Semoga kuda-kuda yang mendapat sentuhanmu semakin bernilai dan mampu mengemas prestasi di kancah internasional…!
 

60 Prajurit TNI Ikuti Induction Training di Darfur

60 Prajurit TNI Ikuti <i>Induction Training</i> di Darfur
PUSPEN TNI (11/3),-  Sebanyak 60 prajurit TNI, baik Perwira maupun Bintara yang tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Komposit TNI Kontingen Garuda XXXV-A/Unamid (United Nations Mission In Darfur), mengikuti kegiatan Induction Training yang diselenggarakan oleh Sektor Barat dari tanggal 8 sampai dengan 10 Maret 2015, di Camp Indonesian Batalyon Unamid, El Geneina, Darfur Barat.
Sebagai pasukan perdamaian (Peacekeepers), kegiatan ini wajib diikuti oleh para personel baru yang akan melaksanakan tugas operasi di Darfur, dengan tujuan guna menambah pengetahuan para personel tentang berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan misi sebagai pasukan perdamaian di wilayah Darfur Barat.
 Kegiatan Induction Training yang dilaksanakan selama tiga hari dan dihadiri oleh Komandan Satgas Batalyon Komposit TNI Konga XXXV-A/Unamid Letkol Inf M. Herry Subagyo, Wakil Komandan Satgas Mayor Inf Yuswanto,  para Perwira Staf, serta para Komandan Kompi di jajaran Satgas, mendatangkan para instruktur dari Sektor Barat Unamid yang sebagian besar merupakan para perwira dari negara-negara yang tergabung dalam United Nations Mission In Darfur.
 Pada umumnya, pembekalan yang diberikan oleh para instruktur terkait Pelaksanaan Operasi, Kultur dan Budaya, Area Operasi di Darfur-Sudan, Kesehatan, Patroli Keamanan, hingga materi tentang perlindungan terhadap anak yang menjadi korban konflik bersenjata.
 Dikatakan oleh Letkol Tesfamariam Tesfahunegn dari Ethiopia selaku pimpinan G7 Unamid sebagai penyelenggara kegiatan ini, bahwa Kontingen Indonesia memiliki antusiasme yang tinggi terhadap penyelenggaraan "Induction Training". "Saya sangat terkesan dengan antusiasme dan kedisiplinan Pasukan Garuda di Unamid ini", tandasnya disela-sela kegiatan tersebut.
 "Saya percaya Batalion Indonesia akan mampu menjalankan misi ini dengan baik, pada penugasannya selama 12 bulan kedepan", kata pimpinan G7 Unamid Letkol Tesfamariam Tesfahunegn, saat menutup kegiatan tersebut.

TNI. 

Tanpa Disadari Indonesia Sedang Dijajah Asing Lewat Data

ilustrasi (ist)
Secara disadari atau tidak, informasi penting milik negara bisa diketahui oleh asing melalui berbagai saluran. Yang paling sederhana, pemanfaatan jejaring sosial asing oleh pengguna di Indonesia, secara tidak langsung maka data seperti usia, jenis kelamin dan transaksi elektronik akan dapat diketahui oleh asing.
“Pihak luar itu mafia data, semua di trace dari segi umur, pengeluaran, pemasukan,” kata Joseph David, Founder/CEO PT. Catur Software Indonesia (CSI) kepada Okezone yang ditemui beberapa waktu lalu.
Ia mengambil contoh negara China, yang menerapkan kedaulatan terkait teknologi informasi. Sehingga, pihak asing tidak boleh masuk sembarangan.
Seperti diketahui, pemerintah China memblokir jalur akses internet melalui Virtual Network Provider (VPN). Usaha tersebut dilakukan untuk semakin mempersempit celah masyarakat mengakses layanan internet di luar China seperti Google, YouTube, Facebook dan lainnya.
“Contoh China, pemerintah China, enggak membolehkan. Kenapa? Dia (pihak asing) bisa nge-trace penduduknya. Oh ternyata jualan ini ya, oh kekuatan ekonominya segini, di Shanghai segini, itu ketahuan dan negara kita lagi dijajah banget. Poinnya di situ. Kalau bisa, bargaining sistem kita lebih kuat,” jelasnya.
Ia lebih lanjut mengungkapkan, ada satu model gaya sistem keuangan yang secara tidak langsung bisa mengetahui informasi penting mengenai kekuatan bank yang ada di Indonesia. Hal ini juga bisa dikatakan money laundry, bisa juga payment gateway, pembayaran antara negara sudah lewat situ.
Jadi, PT ini sudah negosiasi dengan Indonesia dengan bank-banknya, terus di Singapura, Thailand, Hong Kong, dan Shanghai itu sistem pembayarannya bila ingin transfer ke Hong Kong bisa lewat itu saja, nanti di tarik dari sana, tidak melalui Bank Indonesia (BI).
“Dan itu dia (pihak asing) sudah tahu, bank-bank yang ada di Indonesia. Jadi kekuatan aplikasi itu melebihi kepala negara,” tuturnya. (Okezone)