Kamis, 05 Maret 2015

Jet Sukhoi Kawal Duo Bali Nine, Ini Kata Panglima TNI

Jet Sukhoi Kawal Duo Bali Nine, Ini Kata Panglima TNI
Panglima Moeldoko saat Apel kesiapan TNI. (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)
 
Panglima TNI Jenderal Moeldoko menggelar rapat terkait eksekusi para terpidana mati di Nusakambangan bersama Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno‎ dan Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti. Menurut Moeldoko, rapat itu setidaknya membahas dua pokok masalah.

"Pertama, penataan Nusakambangan, bagaimana pengamanan terhadap napi yang akan dieksekusi. Kedua, pembahasan mengenai penyelesaian di Poso," kata Moeldoko di kantor Menkumham, Jakarta, Kamis 5 Maret 2015.

Mengenai kapan waktu eksekusi terhadap para terpidana mati segera dilaksanakan, Moeldoko enggan menjelaskan. "Belum tahu," ujarnya.

Selain itu, jenderal bintang empat ini menambahkan, tidak ada persiapan khusus terkait eksekusi mati tersebut. "Semua biasa-biasa aja. Nggak ada yang spesial," ujarnya.

Terkait pengawalan duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dari Bali ke Nusakambangan oleh dua pesawat jet tempur Sukhoi yang dianggap berlebihan, Moeldoko membantahnya.

"Sukhoi latihan nggak boleh? Itu hanya latihan aja, bukan pengamanan," katanya.
 

Kisah Istri Komandan Kopassus Jual Minyak Buat Tambah Uang Belanja


Letnan Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo
Pergi membawa satu kopor, pulang juga membawa satu kopor.”
Itulah prinsip hidup Letnan Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo. Artinya jangan pernah memanfaatkan jabatan untuk mencari kekayaan. Bahkan Jenderal Hoegeng, sang polisi jujur juga mengakui bagaimana lurusnya Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ini.
Saat masih berpangkat Kolonel, Sarwo Edhie menjadi komandan RPKAD. Satuan elite yang kini dikenal sebagai Kopassus TNI AD. Walau menjadi komandan, jangan bayangkan kehidupan Edhie mewah.
Istri Sarwo, Sunarti Sri Hadiyah, sering kebingungan mengatur uang belanja. Apalagi dia memiliki enam orang anak yang doyan makan. Jatah makanan bulanan sudah tak mencukupi. Jika kebetulan ada daging dan telur, maka dipotong kecil-kecil supaya semua kebagian. Kadang nasi dicampur jagung jika beras sedang sulit.
Tahun 1960an, markas RPKAD di Cijantung tentu tak seperti sekarang. Lokasinya masih sepi dan jauh dari pusat kota. Cukup sulit buat ibu-ibu berbelanja ke pasar.
Nah, Sunarti kemudian mencium peluang bisnis untuk menambah uang belanja. Dia rela pergi berkilo-kilo meter ke pasar Kramat Jati untuk membeli minyak goreng. Tetangga di Komplek Cijantung yang ingin membeli kemudian bisa membeli darinya. Penjualan minyak ini lumayan laku.
Sunarti tak pernah memberi tahu suaminya. Dia berpikir asal halal, yang penting bisa membantu dapur supaya ngebul. Sarwo pun tak tahu istrinya berjualan minyak.
Suatu hari saat Sarwo sedang duduk santai di rumah. Dia terkejut ada ibu-ibu berteriak.
“Bu Sarwooo, beli minyak goreeeng.”
Sarwo baru tahu jika istrinya jadi ‘raja minyak’ di Komplek Cijantung.
Kisah ini diceritakan dalam buku Ani Yudhoyono Kepak Sayap Putri Prajurit yang ditulis Alberthiene Endah dan diterbitkan Red & White Publishing tahun 2010.
Kesederhanaan Sunarti juga terlihat saat mendampingi Sarwo yang naik pangkat dan menjadi Panglima Kodam di Medan. Jadi istri Pangdam berarti sering menghadiri acara-acara dengan pejabat seperti gubernur dan kapolda.
Tapi penampilan Sunarti sebagai istri prajurit tetap tak berubah. Dia tetap menggunakan selop lama yang dibawa dari Cijantung dan baju kebaya yang sedikit lusuh.
“Tidak ringan menjadi istri prajurit. Tapi itu adalah sebuah tanggung jawab yang mulia. Pengabdian seorang istri, bisa mendukung keberhasilan suami. Dan itu membutuhkan keikhlasan yang luar biasa. Jika tidak ikhlas semuanya akan terasa berat,” kata Sunarti.

Rabu, 04 Maret 2015

TNI AU Inginkan Pesawat Tempur Generasi 4,5

  Sukhoi SU-35
Sukhoi SU-35

TNI AU menyerahkan keputusan penggantian pesawat tempur F5 yang akan habis masa pakainya kepada Kementerian Pertahanan. Namun, TNI AU menyatakan, pertimbangan efek gentar menjadi penekanan utama dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan TNI AU.
“Kami inginkan pesawat tempur generasi 4,5 karena pertimbangan deterrence effect (efek gentar) dan luasnya wilayah Indonesia,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, Minggu (1/3).
Hadi mengatakan, beberapa waktu lalu, Duta Besar Spanyol untuk Indonesia Fransisco Jose Viqueira Niel bertemu dengan Kepala Staf TNI AU Marsekal Agus Supriatna. “(Dalam pertemuan itu) sempat disinggung soal Eurofighter Typhoon,” katanya.
Dalam pertemuan dengan wartawan pekan lalu, Fransisco mengatakan, konsorsium negara-negara Eropa pembuat pesawat jet tempur Eurofighter menawarkan pesawat itu kepada Indonesia. Menurut dia, teknologi yang dimiliki Typhoon cocok untuk Indonesia dan mesinnya tidak perlu diganti dalam jangka panjang. Namun, harga pesawat itu lebih mahal dibandingkan dengan pesaing terdekatnya, yaitu Sukhoi Su-35 buatan Rusia.
“Keunggulan Eurofighter adalah mesinnya seumur hidup, tak perlu mengganti mesin. ?Pesawat lain perlu mengganti dua atau tiga kali,” kata Fransisco.
Fransisco mengatakan, pihaknya bersedia bekerja sama dengan Indonesia dalam bentuk transfer teknologi, termasuk soal elektronik dan avionik pesawat. Paket transfer teknologi menjadi keharusan untuk pembelian pesawat tempur saat ini.
“Indonesia sedang membuat pesawat tempur IFX, kami bisa ikut kontribusi teknologi di dalamnya,” kata Fransisco yang mewakili Spanyol, Inggris, Italia, dan Jerman.

Kebiasaan
Terkait dengan transfer teknologi, Hadi mengakui selama ini Indonesia banyak bekerja sama dengan perusahaan Spanyol, CASA, seperti dalam pembuatan N 295. Namun, ia mengatakan, ada banyak pertimbangan dalam pengadaan pesawat tempur selain transfer teknologi, seperti efek gentar di kawasan.
TNI AU membutuhkan jenis pesawat tempur yang heavy fighter (pesawat tempur berat). TNI AU tak menunjuk langsung merek pesawat tempur yang diinginkan. Namun, faktor kebiasaan di mana banyak pilot TNI AU telah terbiasa dengan jenis pesawat tertentu perlu menjadi pertimbangan dalam pembelian pesawat itu. “Kita juga butuh pesawat yang mampu mengangkat beban seperti senjata dan bahan bakar dalam jarak jauh dengan generasi baru, yaitu generasi 4,5,” kata Hadi.
Catatan Kompas, ada sejumlah pesawat yang sempat disebut sebagai pengganti F 5E/F Tiger yang telah beroperasi sejak era 1980-an. Selain Eurofighter Typhoon, kandidat itu adalah Sukhoi Su-35, JAS-39 SAAB Gripen, dan F16 Block 52. Indonesia pertama kali membeli Sukhoi tahun 2003 saat Megawati Soekarnoputri menjadi presiden.

(Kompas)JKGR.

Sniper Tatang Koswara Wafat, TNI AD Berduka

Tatang Koswara saat Tampil di Trans7 (ist)
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Wuryanto, mengatakan TNI AD berduka atas meninggalnya Tatang Koswara, sniper atau penembak jitu terbaik yang wafat akibat serangan jantung. “Kami sangat kehilangan atas meninggalnya beliau,” kata Wuryanto seperti dilansir Tempo, Rabu, 4 Maret 2015.
Tatang terkena serangan jantung kemarin malam ketika diwawancara dalam acara Hitam Putih, Trans 7. Walhasil Tatang langsung dibawa ke Rumah Sakit Medistra yang tak jauh dari studio Trans 7.
Menurut Wuryanto, TNI AD langsung memantau kondisi Tatang ketika Presenter Hitam Putih, Deddy Corbuzier, mengatakan bahwa Tatang mengalami serangan jantung. Angkatan Darat lantas mengirim perwakilan untuk mendampingi Tatang selama di rumah sakit.
Tatang adalah pensiunan TNI AD dengan pangkat terakhir Pembantu Letnan Satu. Meski begitu Tatang masuk jajaran penembak jitu terbaik di dunia. Dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons karya Peter Brookesmith terbitan 2000, nama Tatang masuk dalam daftar 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia.
Tatang mulai masuk militer melalui jalur tamtama di Banten pada 1966. Pada 1977-1978 Tatang beroperasi di Timor Timur. Di bekas provinsi Indonesia itu, lebih dari 40 orang fretilin menjadi korban tembakan jitunya.
Meski punya ijazah Sekolah Teknik (setara SMP), Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah SR (Sekolah Rakyat) atau Sekolah Dasar. Selang beberapa tahun, Tatang mengikuti penyesuaian pangkat sesuai ijazah yang dimiliknya itu.
Sebagai bintara, Tatang ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infanteri (Pusenif). Di sana pula Tatang mengikuti berbagai pelatihan, mulai kualifikasi raider hingga sniper. Tatang menggunakan sandi S-3 alias siluman 3.(Tempo)

Kemendagri-Polri kerja sama pelatihan intelijen bagi Satpol PP

Kemendagri-Polri kerja sama pelatihan intelijen bagi Satpol PP
Ilustrasi (ANTARA FOTO/M Rusman)
Bandung (ANTARA News) - Kementerian Dalam Negeri bekerja sama dengan Kepolisian RI menyelenggarakan pelatihan intelijen bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja.

"Kami sudah melakukan kerja sama melalui MoU (nota kesepahaman) yang ditandatangani oleh saya dan Komjen Pol Budi Gunawan pada 2014 lalu untuk mendidik 1.200 orang Satpol PP tahun ini," kata Dirjen Pemerintahan Umum Kemendagri Agung Mulyana di Bandung, Rabu.

Ditjen Pemerintahan Umum Kemendagri dan Lembaga Pendidikan Polri, melalui kerja sama tersebut, telah menggelar pelatihan bagi 840 orang penyidik pegawai negeri sipil.

Agung menambahkan, pihaknya memerlukan anggota Satpol PP dalam jumlah banyak yang memahami wawasan intelijen.

"Jumlah itu (1.200 orang) sebenarnya sedikit karena kebutuhan kita besar untuk (pelatihan intelijen) ini," tambahnya.

Rencana Kemendagri, di setiap kabupaten-kota memiliki lima orang intelijen, sehingga jumlah yang diperlukan sedikitnya 2.500 orang intelijen Satpol PP di seluruh Tanah Air.

"Keberadaan intelijen Satpol PP ini penting untuk mengumpulkan informasi, kemudian menganalisis dan menghasilkan telaah strategis yang diserahkan kepada kepala daerah," jelas Agung.

Dia menegaskan, kemampuan intelijen Satpol PP yang dimaksud bukan untuk menunjukkan arogansi pamong praja kepada masyarakat sipil.

Namun, untuk mengoptimalkan pelayanan dalam memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat.

"Intelijen itu jangan dianggap bahwa Satpol PP akan petantang-petenteng bawa senjata kemudian menganggap dirinya intel. Bukan begitu, bukan seperti di film-film James Bond. Tetapi tugasnya untuk melakukan analisis dampak sebagai akibat dari kebijakan yang dikeluarkan Pemda," ujarnya.

Pelatihan tersebut tidak bersifat reguler melainkan digelar jika ada kebutuhan khusus seperti pelaksanaan pemilu, pilkada termasuk pilkades. 
 

M-203 40mm: Pelontar Granat Terpopuler, Andalan Berjuta Infanteri

GL_KA_CART_03_04_lg
Senjata yang satu ini terbilang awet, pasalnya sudah malang melintang sejak lama di banyak medan peperangan, dan hingga kini pun sosok pelontar granat buatan Colt Defense ini masih laris manis dipasang pada berbagai senapan serbu keluaran terbaru. Inilah M-203, pelontar granat single shot yang tak hanya jamak dipakai di area konflik, tapi M-203 juga kondang sebagai atribut dalam film-film action dan perang.
Rancangan pelontar granat ini dibesut oleh AAI Corporation pada periode 1967 – 1968. Menyadari kebutuhan prajurit AS akan pelontar granat yang terintgrasi pada senapan, maka jadilah debut perdana M-203 langsung disandingkan dengan senapan serbu legendaris M-16 A1. Begitu diluncurkan pada tahun 1969, di awal tahun 70-an M-203 langsung dijajal secara masif di medan Perang Vietnam.
Meski tak mampu mempertahankan kedigdayaan AS di Tanah Vietnam, seperti halnya keluarga senapan M-16, penggunaan M-203 justru kian laris di banyak negara. Ini terbukti dari beberapa perusahaan yang ikut memproduksinya, seperti Diemaco, Airtronic USA, US. Ordnance, Knight’s Armament Company, dan Lewis Machine & Tool Company. Di Indonesia, M-203 juga bukan barang baru, setiap unit tempur berbasis infanteri dari Kopassus, Kostrad (Raiders), Korps Marinir dan Paskhas telah lama menggunakan M-203 pada M-16 A1.
M-2203 dipasang pada M-16.
M-2203 dipasang pada M-16.
d0036Loading_M203
Seiring dengan kemandirian produksi dalam negeri, saat Pindad menelurkan beragam varian SS-1, debut M-203 tak lupa disertakan, wujudnya dengan memproduksi M-203 dengan label SPG-1A. Dan jadilah ada jenis SS-1 SPG-1A. Model SS-1 di jenis ini mencomot varian SS-1 V1, dengan handguard dilepas untuk mengakomodir mounting SPG-1A. Leaf sight dan quadrant sight juga terpasang sepaket dengan SPG-1A. Hebatnya, senjata carabine SS-1 R5 andalan satuan Raider juga sudah ditawarkan dengan pelontar granat SPG1-V4 Kini, saat Pindad tengah menggadang senapan serbu generasi SS-2, debut M-203 versi lokal ini juga tak lupa ditawarkan.

Varian yang telah dibuat oleh Pindad adalah : SPG – 1A V1: untuk senapan SS1-V1, SPG1-V4 : untuk senapan SS1-R5, SPG-1A : untuk senapan SS2-V1. Satu tipe khusus yaitu SPG-1 untuk penembakan secara sendiri (stand alone) tanpa senapan.
SamalangaMei20034
SS-2 dengan peluncur granat SPG-1A
SS-2 dengan peluncur granat SPG-1A
SPG-1 untuk penembakan secara sendiri (stand alone) tanpa senapan
SPG-1 untuk penembakan secara sendiri (stand alone) tanpa senapan

Selain fleksibel, M-203 yang punya bobot kosong 1,36 kg juga unggul karena jenis amunisinya. M-203 menggunakan amunisi GL-40 (M-406), ini artinya amunisinya serupa dengan pelontar granat otomatis AGL-40 yang jadi andalan pada rantis (kendaraan taktis) TNI. Selain mampu melepaskan efek granat dengan ledakan tinggi, juga tersedia munisi granat asap, flashbang, serta gas air mata.

Cara Kerja
Rumah mekanik dan laras M-203 terbuat dari alumunium. Pelontar granat ini dipasang dibawah laras, dengan pelatuknya di depan magasin. Mekanisme pengokangan otomatis lengkap terdiri dari barrel latch, picu dan batang pengaman ada pada receiver menjadikan M-203 sebagai senjata independen meskipun terpasang pada senapan. Laras dapat digeserkan ke depan saat pengisian munisi, dan saat digeser kembali ke belakang akan mengunci otomatis pada posisi tertutup, siap untuk ditembakkan.
Amunisi 40 mm.
Amunisi 40 mm.
M-16 A2 dengan M-203.
M-16 A2 dengan M-203.
Posisi penembakan M-203.
Posisi penembakan M-203.

Peluncur dapat diinstal atau dihapus dari host senapan dalam hitungan detik dan membuka ke depan dengan pompa seketika kait laras terlepas. Granat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam selongsong terbuka secara manual. Peluncur dapat menembakkan semua standar granat 40 mm NATO 40 mm. Kelengkapan pembidikan ada dua. Yang pertama di atas handguard dapat diatur antara 50 sampai 250 meter. Dan kedua adalah pisir samping di sebelah kiri untuk jarak 50 sampai dengan 400 meter. Pengamanan berbentuk plat berayun ditempatkan di depan picu.
Dari spesifikasinya, M-203 dengan panjang keseluruhan 380 mm dan panjang laras 305 mm, mampu menembakan 5 sampai 7 granat per menit dengan jarak efektif 150 m dan jarak tembakan maksimum mencapai 400 meter. Amunisi 40 mm miliknya dirancang atau melumpuhkan kendaraan tempur ringan.
m203-20
Dari sejarahnya, penggunaan senjata ini memudahkan prajurit dalam melontarkan granat lebih jauh, lebih akurat, dan lebih cepat ketimbang menggunakan tangan biasa. Saat ini sebagian besar pelontar granat terpasang pada senapan serbu seperti AK-74, Steyr AUG dan M-16 atau M4. Pelontar granat modern biasanya menggunakan granat berkaliber 30 sampai 40 mm, lebih mirip peluru artileri kecil ketimbang granat tangan konvensional. Beberapa pelontar seperti M19 dapat berdiri sendiri dengan menggunakan tripod.
M-203 seringkali ditampilkan di video game. Sebut saja mulai dari Call Of Duty, Metal Gear Solid sampai Dino Crisis 2. Kita juga bisa menemuinya di berbagai film, biasanya jika ada adegan dengan pelontar geranat M-203 lah seri yang digunakan. Film pertama yang menampilkannya adalah The Odd Angry Shot yang dirilis pada tahun 1979. Anda juga akan temui M-203 pada film peraih nominasi Oscar, American Sniper. (Deni Adi)

Spesifikasi
Berat : 1,36 kg
Panjang laras : 305 mm
Panjang keseluruhan : 380 mm
Amunisi : 40 x 46 mm SR
Kecepatan proyektil : 76 meter per detik
Jarak tembak efektif : 150 meter
Jarak tembak maksimum : 400 meter
Pembidik : Quadrant sight or ladder sight on rifle

Sabtu, 28 Februari 2015

Pindad mitra kembangkan munisi kaliber besar

Pindad mitra kembangkan munisi kaliber besar
Pemerintah Suntik Modal Ke Pindad Senjata produksi PT Pindad dipajang saat kunjungan Presiden Joko Widodo di Divisi Senjata PT Pindad, Bandung, Jabar, Senin (12/1). Presiden menyatakan akan menyuntikkan dana Rp700 miliar ke PT Pindad guna mendorong berkembangnya industri alutsista produksi dalam negeri guna memenuhi kebutuhan pertahanan nasional. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu) ()
Pemerintah konkret dalam mendukung penggunaan produksi dalam negeri khususnya produk alutsista, salah satunya komitmen untuk meningkatkan penyerapan produksi Pindad
PT Pindad menggandeng sejumlah mitra strategis dari luar negeri dalam pengembangan munisi kaliber besar (MKB) untuk memenuhi kebutuhan TNI.

"Dalam peningkatan kompetensi munisi kaliber besar, Pindad telah menggandeng mitra strategis dari luar negeri yang sudah memiliki reputasi tinggi dalam produksi munisi kaliber besar," kata Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim di Bandung, Sabtu.

Menurut dia, munisi kaliber besar yang dikembangkan adalah kaliber 20 mm, 40 mm, 76 mm, 90 mm, hingga 105 mm yang dibuat di Turen, Malang.

Untuk produk munisi kaliber besar terbaru yang telah diuji sertifikasi oleh Kementerian Pertahanan dan jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat yakni peluru meriam kaliber 105 mm.

Pengembangan juga mencakup panser kanon 90 milimeter Badak yang konon baru dua negara di dunia yang mengembangkan munisi ukuran itu.

Program pengembangan munisi besar itu, secara khusus Pindad mendapat kunjungan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) sekaligus Kepala Badan Pembangunan Nasional (Bappenas), Andrinof Chaniago dan Menteri Perindustrian Saleh Husin pada Jumat (27/2).

Pemerintah mendukung penuh terhadap pengembangan usaha, teknologi dan kemampuan rancang bangun Pindad untuk menuju ke arah kemandirian industri pertahanan seperti amanah Undang-Undang Nomor 16 tahun 2012.

"Pemerintah konkret dalam mendukung penggunaan produksi dalam negeri khususnya produk alutsista, salah satunya komitmen untuk meningkatkan penyerapan produksi Pindad," kata Silmy.

Selain mengembangkan munisi besar, Pindad memproduksi aneka kendaraan tempur seperti Anoa dan Komodo dengan berbagai varian serta produk senapan dan pistol.

Sementara itu Vice President Amunisi Pindad I Wayan Sutama menyebutkan kesiapan Pindad untuk pengembangan munisi kaliber besar. Produksi munisi dilakukan di pabrik Pindad di Turen, Jawa Timur.

"Pindad sangat siap untuk memproduksi kaliber besar, salah satunya 105mm, 90mm, 76mm M-Gunung dan mortir bom," kata Wayan Sutama.

Menurut dia, ke depan Pindad bisa memenuhi munisi kebutuhan TNI khususnya untuk panser dan tank milik TNI, serta beberapa munisi untuk TNI-AU dan TNI-AL.

"Untuk pengembangan kaliber 90mm yang cukup rumit, Pindad sudah bisa membuatnya. Kaliber itu cukup rumit karena di dalamnya ada siripnya, namun kita bisa memproduksinya," kata Wayan