PT Pindad punya salah satu produk andalan
yaitu kendaraan tempur berupa panser yang diberi nama Badak. Tidak hanya
itu, Pindad juga memproduksi amunisi berkaliber besar. Demikian
dikemukakan Direktur Utama Pindad Silmy Karim di kantornya, Bandung,
Jumat (27/2/2015).
“Jadi selain produk panser Badak, kita perlihatkan juga kalau kita
punya amunisi kaliber besar. Bahwa di situ, Indonesia mampu memproduksi
amunisi kaliber besar ukuran 105 yang sudah disertifikasi,” kata Silmy.
Saat ini Pindad juga akan lebih mendorong proses sertifikasi kaliber
ukuran 76, 90, 20, dan 40. “Kita dorong tahun ini bisa jadi bagian dari
pengadaan alutsista (alat utama sistem pertahanan) dalam negeri,”
ucapnya.
Selain itu, Pindad juga akan lebih giat produksi untuk semua jenis alutsista baik untuk di darat atau di laut.
“Pasarnya lokal, tapi mitra strategis kita akan mengekspor di
regional maupun Timur Tengah. Kami juga perlu dukungan dari pengguna dan
Menteri Pertahanan agar mensosialisasikan sehingga timbul kepercayaan
diri pengguna untuk menggunakan produk dalam negeri,” jelasnya.
Tahun ini Pindad memperoleh ‘suntikan’ Penyertaan Modal Negara (PMN)
senilai Rp 700 miliar. Dari jumlah tersebut, Rp 300 miliar digunakan
untuk peningkatan kapasitas produksi, Rp 300 miliar untuk modernisasi,
dan Rp 100 miliar untuk kerja sama dengan mitra strategis dari luar
negeri.
Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam kunjungannya ke Pindad
mengimbau kepada instansi-instansi pemerintahan dan BUMN agar
memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri.
“Saya selaku Menteri Perindustrian mengimbau instansi yang ada di
Tanah Air, termasuk BUMN, untuk memprioritaskan penggunaan produk dalam
negeri terutama yang sudah dihasilkan oleh bangsa kita. Seperti panser
Badak,” ujar Saleh.
Panser tersebut, lanjut Saleh, bisa saja dimanfaatkan oleh instansi
terkait di dalam negeri. “Nanti kita berkoordinasi dengan Kementerian
Pertahanan, termasuk TNI dan Polri. Kalau perlu kita bawa ke sidang
kabinet,” katanya.(detik.com).