Kamis, 19 Februari 2015

Sukhoi di Ambalat Kejar Pesawat Tanpa Awak

  Pesawat TNI AU Sukhoi yang diawaki Komandan Skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar Letkol Pnb David Tamboto terbang rendah di Bandara Juwata Tarakan usai mengejar pesawat tanpa awak yang akan masuk perbatasan Ambalat. (Tribunnes Katim/Junisah).
Sukhoi TNI AUyang diawaki Komandan Skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar Letkol Pnb David Tamboto terbang rendah di Bandara Juwata Tarakan usai mengejar pesawat tanpa awak yang akan masuk perbatasan Ambalat. (Tribunnes Katim/Junisah).

Setelah sembilan hari melakukan patroli udara di wilayah Provinsi Kalimantan Utara, pilot Sukhoi 27 dan 30 dari Skudron 11 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Selasa (17/2/2015) pukul 10.00 Wita menangkap adanya sinyal wahana asing seperti UV atau pesawat tanpa awak akan masuk wilayah Indonesia, tepatnya di wilayah perbatasan Ambalat.
Siang itu, dua pesawat buatan Rusia yang diawaki pilot Komandan Skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Letkol Penerbang David Tamboto dan dua pilot Sukhoi take off dari Bandara Juwata Tarakan melakukan operasi patroli udara “Sandi Perisai Sakti 2015″.
Beberapa menit berpatroli di udara dengan melakukan beberapa manuver, pilot David mendapatkan informasi dari Satuan Radar (Satrada) Tarakan, bahwa dari layar Satradar tertangkap adanya sinyal wahana asing yang masuk di perbatasan Ambalat.
Mendapatkan informasi, dua pesawat Sukhoi langsung meluncur selama 5 menit ke wilayah perbatasan Ambalat. Sampai di lokasi yang dituju, pilot Sukhoi tidak menemukan wahana asing yang berasal dari negara tetangga sekitar.
“Sampai di sana, kami tidak menemukan wahana asing tersebut. Ternyata wahana asing seperti UV atau pesawat tanpa awak ini langsung menghilang,” ucap David ketika tiba di Bandara Juwata Tarakan usai melakukan patroli di udara Kaltara.
David mengaku, sejak (9/2/2015) kemarin mendapatkan tugas melakukan patroli di wilayah Kaltara, pihaknya beberapa kali mendapatkan sinyal ada wahana asing yang berasal dari negara tetangga sekitar yang ingin mendekati atau memasuki wilayah perbatasan Ambalat.
“Namun setiap kami melakukan patroli di udara, wahana asing dari negara-negara tetangga hanya mendekat ke wilayah perbatasan, belum masuk wilayah Indonesia,” ujarnya, namun enggan memberitahukan wahana asing berupa UV tersebut dari negara mana.
David mengaku tidak mengetahui secara pasti sampai kapan patroli di wilayah Kaltara. Pihaknya hanya menunggu perintah dari atasan saja. “Kami tidak tahu sampai kapan patroli ini terus dilakukan. Dari awal kami di sini sesuai perintah atasan melakukan patroli di wilayah Kaltara. Jadi kami hanya tunggu perintah atasan,” tuturnya.
Beda halnya yang dikatakan Danlanud Tarakan Letkol Penerbang Tiopan Hutapea. Menurut Tiopan, sejak dari Januari lalu banyak pelanggaran wilayah udara di Kaltara yang dilakukan oleh negara-negara tetangga.
“Sudah ada beberapa kali terjadi pelanggaran udara yang dilakukan negara-negara tetangga sekitar. Mereka ini masuk di wilayah Kaltara, tepatnya di perbatasan Ambalat tanpa izin. Ini dapat dilihat dari monitor Satradar Tarakan, apalagi kami memiliki file dan bukti rekamannya,” ungkapnya.
Saat ditanya berapa jumlah pastinya pelanggaran udara termasuk negara yang melakukan pelanggaran udara tersebut, Tiopan enggan memberitahukan. “Adalah beberapa kali dari beberapa negara tetangga sekitar,” katanya sambil tersenyum.
Tiopan mengaku, selama Sukhoi berpatroli di wilayah Kaltara, jumlah pelanggaran udara, khususnya di perbatasan Ambalat menurun drastis atau terjun bebas sampai angka O atau zero.
“Sesuai prosedur tentunya kami melakukan tahap pertama untuk memperingatkan pesawat asing meninggalkan daerah perbatasan Indonesia. Kalau sudah kami peringatkan mereka tidak mau pergi kami melakukan tahap dua memaksa pesawat itu turun. Kalau tahap 1 dan 2 pesawat asing ini tidak mau juga kami mau tidak mau langsung tembak,” tegasnya.(kaltim.tribunnews.com).

Accuracy International Arctic Warfare: Senapan Runduk TNI Yang Tahan Suhu Ekstrim

IMG_4013
Peran penting sniper, atau penembak runduk, dalam pertempuran sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam medan perang sniper dapat menghabisi sasaran penting seperti perwira dengan pangkat tinggi dari jauh, menjadi pengawas juga pengamat medan pertempuran, melindungi pergerakan infanteri, bahkan sampai menghancurkan peralatan vital.
Mengingat pentingnya unit penembak runduk dalam angkatan bersenjata sebuah negara, semua unit elit di lingkungan TNI dan Polri dipersenjatai dengan senapan sniper terkini. Karena tebaran satuan elit yang beragam, Indonesia pun kaya dengan ragam jenis senjata tembak jitu ini. Sebut saja ada SPR-1 Pindad, SIG SHR 970, Hecate II, SIG Sauer SSG 3000, Brno CZ 550, Armalite AR-10, Steyr SSG-69, SIG SG 550, hingga senapan anti material SPR-2 Pindad dan NTW-20. Selain nama-nama diatas, ada satu lagi nama senapan sniper yang cukup kondang di dunia dan jadi andalan Kopassus dan Yonif Raider TNI AD. Namanya tergolong panjang, yakni Accuracy International Arctic Warfare (AW), senapan bolt action buatan perusahaan Inggris, Accuracy International.
Karena buatan Inggris, maka pengguna pertama dan utamanya adalah Inggris, khususnya pada Royal Army sejak tahun 1982, saat itu masih dinamakan Precision Marksman. Pada tahun 1991, Swedia meminta pihak Accuracy International untuk melakukan perubahan desain agar sesuai dengan kebutuhan militer mereka. Desian ini akhirnya diberi nama Arctic Warfare yang akhirnya lebih populer ketimbang nama aslinya.
Kopassus dengan Accuracy International Arctic Warfare.
Kopassus dengan Accuracy International Arctic Warfare.
Long-Range-Rural-shoot
Saat latihan bersama AD Australia.
8ab
Kopassus dengan Accuracy International Arctic Warfare laras berperedam.

Dengan peredam, digunakan satuan Raider TNI AD.

Senjata Dengan Nama Unik
Penamaan Arctic Warfare bukanlah tanpa sebab, senapan ini mampu beroperasi dengan sempurna walau di iklim -40 derajat celsius. Fitur anti pembekuan ini tentu membuatnya cocok untuk daerah skandinavia yang dingin. Accuracy International juga memperbesar ukuran popor, bolt dan magasin pada AW.
Senapan ini menggunakan bidikan optik buatan Jerman, Schmidt & Bender PM II/MILITARY MK I sebagai standar penjualannya. Namun beberapa negara seperti Jerman dan Rusia menggantinya dengan buatan Carl Zeiss. Senapan juga memiliki opsi bidikan night optics untuk operasi malam. Sebagai tambahan, biasanya dilengkapi dengan bipod pada bagian bawah laras dan monopod pada bagian bawah popornya.
800px-Accuracy_International_Arctic_Warfare_-_Psg_90ai-aw762e20-4IMG_2048arctic-warfare-magnum-awm-a
Berat senapan mencapai 6,5 kg dengan panjang laras 660 mm dan panjang keseluruhan 1.180 mm. Bodi AW terbuat dari aluminium sampai ke popor senjata yang biasanya menggunakan kayu atau polimer. Sistem chassis ini dipatenkan sebagai Accuracy International Chassis System (AICS) dan dapat digunakan untuk semua senapan produksi mereka. Sistem ini membuat AW lebih kokoh namun tidak menambah bobot tambahan pada senapan.
Amunisi yang digunakan biasanya menggunakan tipe NATO 7,62×51 mm atau varian .234 Winchester. Begitu ditembakkan, peluru bisa melesat sampai jarak tembak efektif 800 meter. Magasin tipe box dipasang pada bagian bawah receiver senapan AW mampu menampung 10 peluru. Magasin, menggunakan tipe kolom ganda berbahan baja.



Tampil sebagai senjata andalan sniper di film Behind Enemy Lines.
Tampil sebagai senjata andalan sniper di film Behind Enemy Lines.
Perlengkapan full set sniper Accuracy International Arctic Warfare.
Perlengkapan full set sniper Accuracy International Arctic Warfare.
Dilibatkan dalam banyak misi tempur di Irak dan Afghanistan.
Dilibatkan SAS dalam banyak misi tempur di Irak dan Afghanistan.

Saat ini belasan negara di Dunia masih menggunakan Arctic Warfare. Meski dirancang untuk iklim dingin, tapi faktanya senapan ini dapat dioperasikan dengan optimal di lingkungan bersuhu panas. Dalam perang di Afghanistan dan Irak pun, unsur pasukan elit Inggris dan AS masih percaya akan kemampuan senapan satu ini. Bahkan saking populernya, Arctic Warfare dimasukan dalam video game first person shooter Counter Strike. Senapan ini juga tampil cukup masif dalam film Behind Enemy Lines (2001). (Deni Adi)

Spesifikasi
Berat : 6,5 kg
Panjang laras : 660 mm
Panjang : 1.180 mm
Amunisi : 7,62 x 51mm NATO (.308 Winchester)
Pola operasi : Bolt-action
Kecepatan proyektil : 850 meter per detik
Jarak tembak efektif : 800 meter
Magasin : 10 peluru

Rabu, 18 Februari 2015

Pangdam XVII/Cenderawasih Tutup Diklatsarmil Bela Negara LMR-RI

Pangdam XVII/Cenderawasih Tutup Diklatsarmil Bela Negara  LMR-RI
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G. Siahaan, S.E., memimpin Upacara Penutupan Pendidikan Latihan Dasar Militer (Diklatsarmil) Bela Negara Lembaga Missi Reclasseering Rebuplik Indonesia (LMR-RI) pada Rabu 18 Pebruari 2015, bertempat di Pantai Holtekamp Koya Timur. Latihan yang diikuti 146 peserta dari anggota LMR-RI selama 4 (empat) minggu ini bertujuan untuk membekali dan menyiapkan generasi muda agar memiliki kesiapan mental maupun fisik, kemampuan akademik serta mempunyai wawasan kebangsaan dan rasa nasionalisme yang tinggi sebagai bekal untuk melaksanakan tugas dan fungsi LMR-RI dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pangdam XVII/Cenderawasih dalam amanatnya menyampaikan agar apa yang didapat dari hasil latihan dapat dihayati dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga generasi muda LMR-RI dapat memahami dan menyikapi segala bentuk ancaman dan tantangan yang menghadang dihadapan kita yang dapat mengganggu kepentingan bangsa dan negara. Jadikan pengalaman yang telah diperoleh selama latihan dasar militer ini sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Janganlah cepat puas terhadap ilmu yang telah didapat selama mengikuti pendidikan dan latihan, karena ini hanya sebagian dari ilmu dasar yang ada, untuk selanjutnya dikembangkan oleh masing-masing perorangan. Miliki militansi yang tinggi, sifat pantang menyerah dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan tantangan, tegakkan disiplin, tata tertip dan hukum yang berlaku serta tingkatkan kualitas diri masing-masing dengan selalu belajar dan berlatih.
Pada kesempatan tersebut Ketua LMR-RI Bapak Imam Safei juga menyampaikan anggota LMR-RI yang telah selesai mengikuti pendidikan dan latihan harus dapat menghayati dan mengimplementasikan integritas kepribadian yang baik dan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan dasar kemiliteran yang telah dilatihkan, sehingga mereka memiliki kesetiaan untuk berbakti kepada negara, ketaatan dan kepatuhan kepada atasan, keteguhan, ketabahan dan keberanian dalam melaksanakan tugas berdasarkan hukum serta perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu mereka juga dituntut memiliki loyalitas dengan mendahulukan tugas diatas kepentingan pribadi, memiliki pengetahuan hukum dan peraturan perundang-undangan serta terwujudnya kondisi jasmani yang samapta sehingga dapat menampilkan wibawa lahiriah sebagai personel LMR-RI. Dari perwakilan keluarga peserta pelatihan LMR-RI yang hadir dalam upacara penutupan tersebut menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pelatih khususnya Kodam XVII/Cenderawasih yang telah membekali pengetahuan dan keterampilan, serta mendapatkan ilmu yang sebelumnya tidak pernah didapat sehingga sekarang mereka lebih matang dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
Turut hadir pada kegiatan tersebut Ketua MRP, Danlanud Jayapura, Ketua DPRD Kabupaten Keerom, Kepala Basarnas Provinsi Papua, Danrindam XVII/Cenderawasih, para Asisten Kasdam XVII/Cenderawasih, para Kabalak Kodam XVII/Cenderawasih, Kasat Brimob, Kapolres Kota  Jayapura, Dandim 1701/Jayapura.

TNI. 

Panglima TNI Berangkatkan 800 Prajurit TNI Ke Darfur

Panglima TNI Berangkatkan 800 Prajurit TNI Ke Darfur
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko didampingi Kepala Staf Angkatan memberangkatkan 800 Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Komposit (Satgas Yon Komposit) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXV-A/Unamid (United Nations Mission In Darfur) sebagai pasukan pemelihara perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di wilayah Darfur, bertempat di Plaza Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Rabu (18/2/2015).
Sebanyak 800 Prajurit TNI tersebut, terdiri dari : 650 dari TNI AD, 100 dari TNI AL dan 50 dari TNI AU, dipimpin oleh Letkol Inf M. Herry Subagyo sebagai Komandan Satgas, yang sehari-hari menjabat sebagai Danyonif 721/Makkasau, Kodam VII/Wirabuana, Sulawesi. Batalyon Komposit Konga XXXV-A/Unamid merupakan misi Satgas TNI pertama yang memang dipersiapkan untuk menjadi Pasukan Perdamaian PBB di Darfur, dan akan melaksanakan tugas selama satu tahun. Sementara itu, kendaraan taktis yang dilibatkan dalam mendukung Satgas tersebut yaitu: 24 Panser ANOA, 30 Truk dan 34 Jeep.
Satgas Yon Komposit TNI Konga XXXV-A/Unamid akan melaksanakan mandat pemeliharaan perdamaian berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1769 tahun 2007. Dalam pelaksanaan tugasnya, Satgas Yon Komposit akan ditempatkan pada dua UN Camp, yaitu Markas Batalyon beserta Kompi Bantuan dan 3 Kompi Senapan yang berada di Supercamp Secwest UNAMID di El Geneina dan 1 Kompi Senapan Berdiri Sendiri berada di Masteri Camp dengan jarak lebih kurang 70 km dari Supercamp El Geneina.
Dalam amanatnya Panglima TNI menyatakan bahwa tugas apapun yang akan diemban, kata kunci sukses dalam melaksanakan tugas tersebut adalah pemahaman terhadap mandat dan penguasaan terhadap misi yang akan diemban dengan pemahaman segala ketentuan atau prosedur dalam mengeksekusi misi tersebut. Untuk itu, pahami mandat dan misi Unamid, yang menjadi kebijakan dewan keamanan PBB.
Resolusi PBB 1769 tahun 2007 diputuskan bahwa Unamid memiliki mandat dan kewenangan untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam pengerahan pasukan sesuai kemampuannya, untuk melindungi personel, fasilitas, instalasi dan peralatan, dan untuk menjamin keamanan, serta kebebasan bergerak personel sendiri dan lembaga-lembaga kemanusiaan. Pada sisi lain, Unamid memiliki kewenangan mencegah gangguan dan ancaman bersenjata, disamping delapan tugas lain terkait dengan pengerahan kekuatan, termasuk pengamanan perbatasan Sudan dengan Chad dan Republik Afrika Tengah.
"Hal ini penting untuk dikuasai oleh personel Satgas, guna memberikan pemahaman terhadap standing operation procedure dan rule of engagement, yang berlaku pada misi Unamid", ujar Panglima TNI.
"Jaga soliditas dan kembangkan Early Warning System di lingkungan satuan, serta laksanakan analisis terhadap kecenderungan perkembangan situasi", tegas Panglima TNI.
Mengakhiri amanatnya Panglima TNI meminta kepada seluruh anggota Satgas untuk menyiapkan, kemampuan diri dengan sebaik-baiknya dan membekali keluarga dengan pemahaman yang baik, sehingga para prajurit dapat melaksanakan tugas tanpa harus memikirkan persoalan-persoalan yang terjadi di rumah. Para prajurit harus berangkat dengan kesiapan fisik dan mental yang paripurna, dan dengan kebanggaan yang besar, guna mengemban misi bagi kebesaran TNI, bangsa dan negara. 

TNI. 

Kerjasama Kapal Selam Indonesia Kroasia

 
U-209 1400 Turki
U-209 1400 Turki

Indonesia dan Kroasia telah mengusulkan program kerjasama industri pertahanan untuk mendukung perdagangan alat pertahanan dan transfer teknologinya, kata Menteri Pertahanan Indonesia (MoD) pada 16 Februari 2015.
Kementrian Pertahanan mengatakan para pejabat pertahanan dari kedua pihak menyoroti potensi kerjasama dalam teknologi dan knowhow terkait dengan pembangunan kapal selam dan pengembangan sistem satelit.
Teknologi yang berkaitan dengan kapal selam akan diberikan oleh Galangan Kapal Brodosplit, Kroasia, yang di masa lalu membangun dan menggunakan kapal selam Una (MD-100) class, untuk Angkatan Laut Yugoslavia, sementara beberapa perusahaan di Kroasia – termasuk PCE Split milik negara, akan terlibat dalam memasok teknologi satelit.
Teknologi di kedua bidang ini diperlukan Indonesia sebagai negara yang sedang mempersiapkan diri untuk mengambil alih produksi kapal selam Type 209 yang dibeli pada 2011 dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Korea Selatan, dan melanjutkan sejumlah program peoduksi dalam negeri untuk mengembangkan komunikasi dan sistem pengawasan. (IHS Janes).

Kisah Pasukan Elit TNI Ancam Ledakkan Tentara Australia Pakai Granat

Pemerintah Australia mengancam memboikot pariwisata Indonesia gara-gara dua warganya akan dihukum mati. Hubungan Indonesia dan Australia memang naik turun.
Ada cerita menarik saat Timor Timur hendak lepas dari Indonesia. Saat itu PBB mengirim The International Force for East Timor (INTERFET). Dari 11.000 anggota pasukan, Australia memimpin dan mengirim 5.500 personel. Pasukan ini tidak menimbulkan simpati karena sikap yang arogan.
Pasukan yang dipimpin Mayjen Peter Cosgrove datang dengan Kapal perang NRP Vasco Da Gama, HMS Glasgow, USS Belleau dan USS Mobile Bay. Pasukan Australia juga menyiapkan beberapa pesawat tempur dan pesawat pembom di provinsi ke-27 RI itu. Pasukan Interfet sering bergesekan dengan TNI karena sikap mereka yang arogan.
Pasukan Paskhas TNI AU yang saat itu dipimpin Kapten Eka Bagus Laksana menjadi pasukan terakhir TNI yang tersisa di Timtim setelah PBB dan negara-negara barat mendukung kemerdekaan Timtim. Saat itu keadaan Timtim belum sepenuhnya lepas dari Indonesia, untuk itu pasukan Paskhas hadir untuk mengamankan beberapa aset negara dan Aset TNI AU.
Kisah ditulis dalam buku biografi Marsma (purn) Nanok Soeratno, Kisah Sejati Prajurit Paskhas yang diterbitkan Majalah Angkasa tahun 2013.
Kedatangan Pasukan Interfet menimbulkan problematika tersendiri bagi Detasemen Paskhas. Pasukan Interfet mengeluarkan aturan akan menembak siapapun yang membawa senjata dengan identitas tidak jelas.
Kejadian ini hampir saja menimpa salah satu Personel Paskhas yang hendak buang air. Dia hanya mengenakan kaos dan membawa senjata. Saat akan kembali ke Markas dia dikejar oleh personel Interfet dengan senjata lengkap. Untung kejadian ini tidak sampai menimbulkan letusan senjata.
Peristiwa lainnya yang terjadi saat kedatangan Mayjen Cosgrove. Bandara Komoro di-jammed oleh Interfet hingga membuat komunikasi terputus sama sekali. Pasukan Interfet bermaksud menguasai sendiri bandara, namun caranya tidak etis dengan memacetkan jalur komunikasi.
Yang paling membuat pasukan Paskhas geram adalah saat insiden kedatangan Pangkoopsau II Marsda Ian Santoso untuk bertemu Jendral Interfet di ruang tunggu VIP bandara. Saat Itu Panglima yang turun dari pesawat Hercules mendapat ancaman dari pasukan Interfet. Pasukan Ini mengarahkan senjata ke depan Marsda Ian.
Sontak aksi kurang ajar ini membuat personel Paskhas berang. Kapten Eka dan 15 anak buahnya berteriak sambil menahan emosi.
“Hei ini Jenderal saya, Panglima saya, keamanan di sini tanggung jawab saya,” teriak Kapten Eka.
Kondisi sangat tegang. Pasukan Paskhas dan Interfet saling todong-todongan senjata. Saat itu siapa pun bisa lepas kendali lalu melepaskan tembakan. Apalagi setiap Personel yang mengawal Marsda Ian mengantongi dua sampai lima granat.
“Panggil panglima kamu ke sini,” bentak Kapten Eka kepada pasukan Interfet.
Walau siap tempur, Kapten Eka mewanti-wanti setiap personel bahwa jangan sampai ada tembakan sebelum ada komando darinya. “Letusan pertama pada saya,” tegasnya.
Rencana Pengamanan Pangkoopsau ini terbilang menegangkan, Paskhas kalah jumlah personel, dan mereka sepakat menjadikan granat sebagai senjata mematikan jika terjadi kontak senjata. Pasukan Paskhas siap bertempur habis-habisan.
Saat-saat menegangkan di Timtim begitu membekas bagi Marsda Ian dan kapten Eka. Kenangan yang tidak bisa dilupakan, mereka harus berhadapan dengan pasukan Interfet walau kalah jumlah. (Merdeka) Intelijen.

Lockheed C-140 JetStar: Dari Soekarno Sampai Goldfinger

100_1739
Pesawat kepresidenan mempunyai peran lebih dari sekedar alat transportasi. Ia juga merupakan simbol gengsi suatu negara. Jika kendaraan yang digunakan merupakan kendaraan yang bagus tentu yang menggunakannya akan lebih dihormati, begitu pula dengan pemimpin sebuah negara. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat membutuhkan moda transportasi udara agar presiden dapat mencapai seluruh pelosok Nusantara dengan mudah.
Pesawat kepresidenan RI menggunakan tanda panggil Indonesia One dan memiliki kode registrasi RI-001. TNI-AU bertugas mengoperasikan pesawat lewat Skadron Udara 17, sedangkan untuk maintenance dilakukan oleh Garuda Maintenance Facility (GMF). Pesawat merupakan inventarisasi negara yang dimiliki oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Indonesia sampai saat ini sempat memiliki 16 pesawat kenegaraan, terhitung dari Presiden pertama Ir. Soekarno. Pesawat pertama adalah DC-3 Dakota yang dibeli menggunakan emas sumbangan masyarakat Aceh. Saat bertemu dengan Presiden AS John F. Kennedy tahun 1961 Soekarno menyewa Boeing 707 PanAm lengkap dengan pilot dan pramugari.
p8220054Lockheed_VC-140B_Jetstar_USAFLockheed_C-140A_59-5962_LEB_15.06.63_edited-3
Sekembalinya dari Amerika Serikat, JFK menghadiahi Indonesia dengan 3 buah pesawat Lockheed C-140 Jetstar yang dinamakan Saptamarga, Irian, dan Pancasila. Salah satu pesawat sempat dijadikan sebagai pesawat evakuasi presiden yang stand by di Lanud Halim Perdanakusumah. Saat ini salah satu pesawat menghuni Museum Dirgantara di Yogyakarta.
JetStar diproduksi Lockheed dari awal 1960-an hingga 1970-an. Pada masanya, pesawat ini merupakan yang terbesar di kelas jet bisnis low-wing. Ia memiliki 10 bangku penumpang ditambah 2 bagi awak kapal. Dua prototipe pertama JetStar, N329J, dilengkapi dengan dua mesin Bristol Siddeley Orpheus dan melakukan penerbangan perdana pada 4 September 1957.

JetStar adalah pesawat yang relatif berat untuk kelasnya, dengan bobot 18,840 kg. Kecepatan maksimum mencapai Mach 0,8, atau 883 km / jam pada ketinggian9.145 meter. Biasanya, interior pesawat memiliki pengaturan tempat duduk untuk 8 sampai 10 orang dengan satu toilet berukuran penuh. JetStar adalah salah satu dari beberapa pesawat dari kelasnya yang memungkinkan seseorang untuk berjalan tegak di kabin.
Jetstar juga pernah ditampilkan dalam film James Bond yang berjudul Goldfinger. Pesawat ini merupakan salah satu pesawat pribadi tokoh antagonis Auric Goldfinger. Dalam film, JetStar digunakan untuk menahan juga mengangkut James Bond (Sean Connery) dari Swiss ke Kentucky Amerika Serikat.
James Bond (Sean Connery) sekilas tampak di dalam kabin JetStar.
James Bond (Sean Connery) sekilas tampak di dalam kabin JetStar.
Ilustrasi bagian dalam JetStar dalam film Goldfinger.
Ilustrasi bagian dalam JetStar dalam film Goldfinger.
JetStar jadi etalase dalam museum James Bond.
JetStar jadi etalase dalam museum James Bond.

Beberapa pengamat film telah menjelaskan bahwa hal ini tidak mungkin. Dengan bahan bakar ekstra juga payload 1.588 kg, Jetstar memiliki jarak tempuh sekitar 5000km. Jarak antara Swiss dan Kentucky sekitar 7000 km. Jetstar tidak akan pernah sampai ke Kentucky, tanpa melakukan transit untuk pengisian tambahan. Dalam film ini, pesawat diisi dengan beberapa perangkat mata-mata, yang semuanya berhasil diakali oleh Bond. (Deni Adi)
  • Spesifikasi Lockheed C-140 Jetstar
  • Crew: two pilots & typically one flight attendant
  • Capacity: 8-10 passengers
  • Length: 18.41 meter
  • Wingspan: 16,59 meter
  • Height: 6,22 meter
  • Empty weight : 11.226 kg
  • Loaded weight: 18,840 kg
  • Max. takeoff weight: 20,185 kg
  • Powerplant: 4 × Garrett TFE731-3 turbofan, 3,700 lbf each
  • Maximum speed: 883 km/h at 9.145 meter
  • Cruise speed: 811 km/h
  • Range: 4,820 km
  • Service ceiling: 13.105 meter
  • Rate of climb: 21,1 m/s
Indomil.