Dalam debat pilpres tahun lalu, Presiden Joko Widodo pernah
mengangkat soal penggunaan drone (wahana udara tanpa awak) untuk
mengamankan kawasan laut Indonesia. Nah, kini wacana tersebut nampaknya
sudah mulai diungkapkan kembali.
Deputi Operasi dan Latihan Badan Keamanan Laut (Bakamla) berencana
membeli drone paling cepat tahun depan. Saat ini Bakamla terbentur
masalah pendanaan, bahkan saat ini, diakui mereka memakai anggaran lama
Bakorkamla sebelum berubah nama. Namun hal ini tidak menyurutkan tawaran
dari produsen drone mancanegara.
Salah satu yang menarik menarik perhatian Bakamla adalah drone berbentuk helikopter.
Drone tersebut mampu terbang melayang layaknya helikopter biasa dan
memakai mesin berbahan bakar listrik sehingga tak mengeluarkan suara
bising. Drone ini diperlengkapi kamera untuk memantau kegiatan ilegal
kapal-kapal dari atas.
Dalam sejarahnya, Amerika Serikat menjadi negara pertama yang
menggunakan drone helikopter untuk memantau wilayah laut mereka. Drone
yang digunakan adalah tipe Fire Scout helicopter dan didayagunakan di
Guam guna memantau pergerakan laut pasifik.
MQ-8C Fire Scout adalah helikopter tanpa awak dengan empat bilah main
rotor dan sebuah mesin tunggal. Ini bukan drone helikopter berbentuk
mainan. Dengan panjang body sekitar 10,5 meter, tinggi 3,1 meter dan
lebar 2,65 meter (belum termasuk dimensi baling-baling), ukurannya
menyamai heli normal.
Di laut, helikopter tak berawak ini dapat lepas landas dan mendarat
di setiap kapal perang yang memiliki landasan pesawat. Ketika mendukung
pasukan darat, Fire Scout tidak perlu zona pendaratan khusus dan mampu
mendarat dimanapun.
Dengan kemampuan seperti itu, mungkinkah Fire Scout jadi drone
pilihan Bakamla? Karena Laksamana Pertama Wuspo Lukito, Deputi Operasi
dan Latihan Bakamla, dengan jelas memberi statement ‘ingin drone-drone
itu bisa terbang dan mendarat dari atas kapal Bakamla.’
Bakamla juga tertarik membeli drone berbentuk pesawat yang memiliki daya jangkau lebih luas. (Deni Adi)