Kamis, 29 Januari 2015

Konspirasi Untuk Menjatuhkan Jokowi

jokowi koalisi 2
Mencermati perkembangan situasi politik beberapa waktu terakhir, tergelitik rasa keinginan menjawab pertanyaan pokok dalam konteks terkait intelijen pengamanan. Yaitu, apakah ada upaya berupa sebuah konspirasi untuk menjatuhkan Jokowi sebagai presiden? 
Dalam mencermati fungsi intelijen Lid, Pam dan Gal, maka pembacaan situasi harus di dasari dari pertanyaan, fakta atau indikasi upaya conditioning (penggalangan) berupa penciptaan kondisi terkait pertanyaan tersebut diatas. Ini sangat penting bagi timsus inner circle Jokowi, untuk dapat dilakukannya tindakan penyelidikan lebih lanjut serta langkah pengamanan atau counter yang harus dilakukan. Siapa inner circlenya? Dalam masalah politik dan hukum, Menko Polhukkam justru dimusuhi banyak pihak. 
Inti pertanyaan, dimana kekuatan Jokowi hingga menarik simpati konstituen pada saat pilpres? Titik ini yang akan diserang dengan paket wajar tetapi menghancurkan dan mematikan. Kekuatan pokok Jokowi diharapkan rakyat akan membawa perubahan berupa kebaikan dan kemajuan kehidupan berbangsa, karena kejujurannya. Kemudian semuanya dikemas, maka menanglah dia. Nah, kini untuk menghancurkannya, yang harus diwaspadai adalah serangan di titik kejujuran itu. Apabila diterjemahkan, komitmennya dalam pemberantasan korupsi harus tetap kuat, jangan sampai cacat. Terlepas dari dinamika politik yang menyebut adanya upaya kriminalisasi dan dinamika hukum yang menyebut politisasi, kekuatannya ada di rakyat, tetapi lawan yang mematikannya ada di Senayan.

Pemakzulan Gus Dur
(Sebagai BDI) BDI (Basic Descriptive Intelligence) adalah sebuah informasi dasar atau bisa disebut sebagai “the past”, yaitu kejadian masa lalu yang biasa dipergunakan oleh analis intelijen sebagai dasar analisa, dikaitkan dengan kejadian masa kini, agar analis dapat membuat sebuah ramalan intelijen (the future). Semua hanya disampaikan kepada user disamping disampaikannya juga saran tindakan atau counter yang harus diambil. Pemakzulan terhadap Gus Dur sebagai presiden adalah kejadian penting bagi Presiden Jokowi yang perlu dicermati, untuk menghindarkan dirinya dijatuhkan sebagai presiden. Mari kita bahas. 
Beberapa bulan lalu penulis diundang ke BIN (Badan Intelijen Negara), diminta untuk mengkritisi buku yang ditulis oleh Kepala BIN (Letjen Pur Marciano Norman), yang berjudul “Mengawal Transformasi Indonesia Menuju Demokrasi Yang Terkonsolidasi.” Penulis menilai buku tersebut (Intelijen Dari Masa Ke Masa) adalah karya tulis yang sangat baik untuk dibaca masyarakat karena diterbitkan oleh pimpinan Badan Intelijen Negara. Akurasinya sangat tinggi. Dari buku tersebut, penulis tertarik fakta terkait pelengseran Gus Dur yang ditulis oleh Marciano. Setelah Habibie jatuh (oleh DPR), KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kemudian yang terpilih menjadi presiden. Tokoh ini didukung oleh poros tengah yang mampu menumbangkan dominasi perolehan suara oleh PDIP yang saat itu sebenarnya berpeluang besar menang. Megawati akhirnya gagal menjadi presiden, dan kemudian menjadi Wapres bukan karena dicalonkan oleh PDIP, tetapi oleh Ketua Umum PKB (Alm.Matori Abdul Djalil), yang pasang badan dan kemudian bahkan dipecat oleh Gus Dur Ketua Dewan Syura PKB. 
Pada awalnya Gus Dur, yang memiliki latar belakang personifikasi yang beragam yaitu sosok agamawan, budayawan, intelektual, reformis, dan lain-lain, ketika menempati posisinya sebagai pemegang tertinggi kekuasaan eksekutif negara, mempunyai keinginan kuat untuk mereformasi sektor keamanan di Indonesia. Pada saat yang sama ia harus menghadapi sekian tantangan hingga tekanan dari sebagian pimpinan militer yang berusaha untuk menghambat reformasi politik total yang ingin diperjuangkannya. 
Salah satu langkah penting yang dilakukan oleh Presiden Gus Dur di lingkungan intelijen dan militer Indonesia adalah menempatkan pejabat militer reformis di kalangan militer. Akibatnya Gus Dur menjadi kurang populer bahkan dimusuhi oleh sebagian perwira militer. Upaya Gus Dur untuk merealisasikan niatnya dalam melakukan perubahan fundamental dalam organisasi TNI berhadapan dengan resistensi yang kuat oleh aliansi kelompok nasionalis di parlemen dan kalangan militer yang tidak senang dengan campur tangannya dalam upaya realisasi reformasi total. Dalam waktu bersamaan Gus Dur juga menghadapi eskalasi konflik di Aceh, Maluku, dan Poso, dimana timbul kerusuhan dan konflik. 
Dengan menggunakan teori nalar konflik dan nalar konspirasi, saat itu muncul dugaan yang berkembang di kalangan kritis bahwa kerusuhan dan konflik itu sebenarnya telah di-setting pihak tertentu yang ingin Indonesia tidak stabil. Dalam keadaan seperti ini nyaris tidak ada catatan impresif dalam masalah keamanan di masa pemerintahan Gus Dur. 
Gus Dur harus menghadapi kenyataan politik dimana ia harus lengser dari jabatannya karena tekanan-tekanan berat yang dilakukan oleh faksi-faksi di parlemen yang menghendaki pelengserannya. Sebagai penggantinya sebagai presiden, Megawati Soekarnoputri kemudian dilantik, yang sebelumnya adalah wakil presiden. Intinya Gus Dur yang demikian popular dimata rakyat, akhirnya lengser karena keputusannya menyentuh titik rawan terlalu dalam.

Indikasi dan Sarana Konspirasi Masa Kini 
Secara umum teori konspirasi atau persekongkolan (conspiracy theory) adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Banyak teori konspirasi yang mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah telah didominasi oleh para konspirator belakang layar yang memanipulasi kejadian-kejadian politik (Wiki). 
Konspirasi adalah bagian dari sebuah operasi penggalangan, merupakan ilmu intelijen yang memerlukan beberapa sarana. Penggalangan (conditioning) menggunakan beberapa sarana seperti sabotase, riot (kerusuhan), teror yang melaksanakan aksinya secara klandestin (tertutup). Dimana tujuan akhirnya untuk merubah dan menciptakan opini, agar target mau berfikir, berbuat dan memutuskan seperti apa yang dikehendakinya. 
Dari perkembangan politik yang berlaku, dimana dalam kasus kemelut penggantian Kapolri, proses hukum kini justru menjadi sentral kerawanan presiden, di titik inilah Jokowi harus hati-hati dan waspada terhadap upaya pelengseran. Apakah kasus pemilihan Komjen Pol Budi Gunawan oleh Jokowi merupakan awal dari pelemahan KPK? 
Pembacaannya rasanya bukan seperti itu. Dimainkannya isu Komjen Budi Gunawan sebagai calon Kapolri yang tidak bersih, munculnya laporan tidak bersihnya para pimpinan KPK serta penetapan sebagai tersangka hanyalah sebagai trigger. Ini entry point yang akan menyudutkan presiden kearah pengambilan keputusan berbahaya dengan istilah “maju kena, mundur kena.”Institusi Polri, KPK dan DPR hanya dipergunakan sebagai sekedar alat yang tanpa mereka sadari akan merusak kredibilitas Jokowi sebagai Presiden. 
Dinilai dari BDI, Polri dan KPK sudah dua kali terlibat konflik, mereka emosional, suka berebut pengaruh, mudah digosok. DPR yang heterogen banyak diterjemahkan merupakan kumpulan politisi yang lebih sering mementingkan kelompok atau pribadinya. Kini citra Jokowi sebagai pemimpin yang kurang bermutu (maaf), kurang pandai, kurang pantas, tergantung, dan banyak penjatuhan nilainya, itulah sasarannya. Beberapa keputusan sulit memang di setting merupakan keputusannya. 
Pembacaannya dari sisi “sense of intelligence” sederhana. Indikasi pertama, dari penjelasan Ketua Tim Independen, Buya Syafii Maarif, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (28/1) menyatakan pencalonan BG bukan atas inisiatif Jokowi. "Jujur, itu sebetulnya pengajuan BG bukan inisiatif presiden. Ini benar, saya mendapat informasi yang cukup bagus," tegasnya. Buya menolak menyebut inisiator pencalonan. "Saya tak mau menyebut nama. Itu sudah rahasia umum, Anda harus tahu itu, kata Buya. 
Indikasi kedua, yaitu proses fit and proper test BG di DPR. Fraksi PDIP mendukung proses uji kelayakan BG di Komisi III dan paripurna DPR RI. Anggota Komisi III DPR Fraksi PDIP Junimart Girsang (ahli hukum) menyatakan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (13/1/2015), "Fit and proper test tidak ada hubungannya dengan penetapan tersangka.” Junimart mengingatkan seluruh pihak untuk mengedepankan azaz praduga tidak bersalah. "Sampai nanti ada keputusan hakim," ‎katanya. Sementara KPK pada hari yang sama menetapkan BG sebagai tersangka kasus Tipikor. 
Indikasi ketiga, suksesnya uji kelayakan BG di DPR, Rabu (14/1/2015) tanpa banyak masalah. Dalam rapat pleno Komisi III, Ketua Komisi III, Aziz Syamsuddin menyatakan Komisi III secara aklamasi menyetujui pengangkatan Budi Gunawan sebagai Kapolri. Selanjutnya Komisi III menyetujui untuk memberhentikan Kapolri Jenderal Sutarman. Dalam rapat paripurna DPR yang dilaksanakan hari Kamis (15/1/2015), yang dihadiri 411 anggota DPR (PDIP 80 anggota, Golkar 65, Gerindra 57, Demokrat 41, PAN 35, PKB 35, PKS 27, PPP 25, NasDem 34, dan Hanura 12). Dari 10 fraksi di DPR, hanya Demokrat yang menolak Budi Gunawan menjadi Kapolri. 
Indikasi keempat, munculnya laporan terhadap komisioner KPK. Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Bareskrim Mabes Polri. BW sempat ditangkap untuk diperiksa kemudian dilepaskan. BW dijerat kasus pengarahan pemberian kesaksian palsu di sengketa pilkada Kotawaringin, Kalimantan Tengah. 
Selain BW, sisa tiga pimpinan KPK lainnya juga dilaporkan ke Mabes Polri. Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja dilaporkan karena kasus pengambilan secara ilegal saham sebuah perusahaan daerah. Kemudian menyusul Ketua KPK Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK Zulkarnain. Indikasi lain yang memperkuat, elit PDIP, Effendi Simbolon, menegaskan, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden Jokowi. "Jika ingin melakukan impeachment sekaranglah saatnya. Karena banyak celah yang bisa dilakukan (untuk memakzulkan Presiden)," katanya saat diskusi publik bertajuk Evaluasi 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK di Jakarta, Senin, 26 Januari 2015. 
Efendi menegaskan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (27/1/2015), "Kalau seperti ini keadaannya dan dia tidak membenahi, ini jadi peluang lawan politiknya, bisa didorong untuk dijatuhkan. Maksud saya, saya tidak rela kalau hanya Jokowi yang jatuh. Dua-duanya. Saya ingatkan, ini politik lho. Mana mungkin kelompok tertentu nunggu 5 tahun,” tegasnya. Kritik-kritik ini, sambung Effendi, bukan karena sakit hati. Bukan juga karena suruhan Megawati. Dia menganggap Jokowi belum berpengalaman sehingga belum memberikan kinerja maksimal. 
Dia juga mengkritik perekrutan menteri Jokowi yang dianggap tidak sesuai sistem. Wapres JK pernah tersentuh dalam menilai Jokowi, dalam wawancara yang ditayangkan di Youtube 25 Mei 2014. Saat ditanya soal capres muda dan kaitannya dengan Jokowi, JK menjelaskan, Presiden Republik Indonesia cuma satu. Bangsa ini 240 juta. Jangan presiden itu dipilih karena pikiran mau uji coba, dengan pikiran karena umur. Harus karena kemampuan. Ada kemampuan, dengan kemampuan itu, hampir semua kemampuan itu diperoleh dengan pengetahuan dan pengalaman. Jokowi adalah Gubernur DKI, Tapi jangan tiba-tiba karena dia terkenal di Jakarta tiba-tiba dicalonkan presiden. Bisa hancur negeri ini, bisa masalah negeri ini (republika.co.id). Saat itu JK meragukan dan mengkhawatirkan bila Jokowi menjadi presiden. Nah, dari beberapa indikasi yang diantaranya dapat dinilai sebagai fakta, jelas harus diuji oleh inner circle presiden, terlihat bahwa ada arah yang menyudutkan dan menurunkan kredibilitas serta citra Jokowi sebagai presiden. Jokowi bukan diuji dalam pengambilan keputusan, tetapi dia harus mengambil keputusan berbahaya karena menghadapi pressure beberapa pihak yang mana dukungan politik terhadap dirinya semakin menurun.

Analisis dan Kesimpulan 
Dari beberapa analisis indikasi serta fakta diatas, sangat terasa bahwa bau konspirasi tercium semakin menyengat untuk melengserkan Jokowi. Konflik Polri-KPK hanya dipergunakan sebagai awal penurunan kredibilitas dan citranya. 
Pengajuan Komjen Budi Gunawan yang informasinya bukan kebijakannya, pelemparan bola panas keputusan DPR ke tangannya, dukungan tidak realistis parpol pendukung, ungkapan impeachment dari kader tempat dia bernaung, keputusan penerbitan kepres pemberhentian komisioner KPK, semuanya hanya mengarahkan Jokowi ke jurang dalam dan gelap yang suatu saat akan sulit ditolong. Sebuah pertanyaan dan indikasi, apakah mulai terbentuk kolaborasi antara elit KMP dengan elit KIH (terbatas) tentang penilaian terhadap Jokowi? Jokowi yang terpaksa menunjuk tim Sembilan untuk membantu memecahkan masalah konflik Polri-DPR akan dinilai banyak pihak sebagai pemimpin yang lemah, tidak tegas dan kurang smart. Dalam teori konspirasi pengalangan, konspirator sadar bahwa dukungan rakyat terhadap Jokowi kuat, masih diatas 50 persen. 
Ini langkah awal yang harus dirusaknya. Oleh karena itu kini dia meyakinkan bahwa Jokowi ternyata sosok yang salah untuk di dukung. Kesalahan mencalonkan Kapolri yang tersentuh masalah tipikor merupakan titik rawan dan fatalnya. Si perencana kini menggunakan pakem intelijen penggalangan yang sangat terkenal “Let them think, let them decide.” Yang pengertiannya, biarlah rakyat berfikir dan biarkan rakyat memutuskan. Nah, kini mulai muncul demo skala kecil tetapi menggigit, survey negative, dan semua akan mengarah ke satu titik, rakyat dibuat berfikir, memang Jokowi pantas di impeach. 
Apabila mereka memakzulkan dia, rakyat akan tidak keberatan. Itulah jahatnya sebuah tindak konspirasi, pihak yang menjadi sasaran dan target utama biasanya tidak menyadarinya. Menyesal setelah terjadi. Solusi penyelamatan Jokowi, hanya satu. Jokowi mesti berani agak nekat, seperti perintahnya “tenggelamkan kapal pencuri ikan”, “tidak akan mengampuni hukuman mati bandar narkoba.” Daripada jatuh memalukan nanti seperti Gus Dur dilengserkan DPR, Jokowi bisa nekat sedikit, batalkan pelantikan Budi Gunawan, tata kembali institusi Polri, tunjuk Kapolri baru, selesaikan masalah komisioner KPK. Intinya Jokowi harus menunjukkan sikap pro pemberantasan korupsi. 
Blusukan adalah masa lalu, kini rakyat membutuhkan keputusan Jokowi yang berpihak kepada mereka dan menenteramkan situasi. Tidak usah ragu Pak Presiden, bapak adalah Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Panglima Tertinggi Angkatan Perang. Jabatan hebat yang kalau tegas akan di dukung rakyat. Kalau sudah berniat baik membangun negara dan mensejahterakan rakyat, lurus, anti korupsi, masih tetap mau di lengserkan DPR, ya dipastikan Senayan akan di geruduk rakyat. Coba saja kalau berani itu DPR. Sebagai penutup, “Kemana saja itu wapres dan pembantu-pembantu presiden? Kesannya Jokowi hanya solo karir!.” Atau memang konspirasi itu semakin kuat? 

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net


Satu Batalyon Brimob Tumpas Teroris Poso

Satu Batalyon Brimob Tumpas Teroris Poso
Sebanyak satu batalyon yang terdiri sekitar 600 anggota Brimob dari Kelapa Dua Mabes Polri dikerahkan untuk membantu menumpas kelompok teroris di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, yang kian meresahkan masyarakat.
Juru Bicara Polda Sulawesi Tengah AKBP Hari Suprapto di Palu, Rabu, mengatakan ratusan pasukan elit Polri itu tiba di Bandara Mutiara SIS Al Jufri Palu pada Rabu dini hari menggunakan tiga pesawat sewa.
Setelah menginap semalam di Kota Palu, ratusan personel Brimob dari Kelapa Dua Mabes Polri itu berangkat menuju Kabupaten Poso melalui jalur darat. Jarak Kota Palu menuju Kabupaten Poso sekitar 210 kilometer.
Hari mengatakan pasukan Brimob itu akan membantu proses penegakan hukum di Kabupaten Poso, terutama untuk menangkap kelompok sipil bersenjata yang dipimpin Santoso.
Saat ini pencarian kelompok teroris berbahaya tersebut difokuskan di sekitar wilayah Poso Pesisir karena beberapa hari sebelumnya pasukan TNI dan Polri terlibat baku tembak dengan kawanan teroris.
Dia mengaku belum mengetahui secara persis sampai kapan pasukan tambahan itu akan bertugas di Poso dalam mengatasi ancaman terorisme.
Dalam kurun dua bulan terakhir, empat warga sipil tewas dibunuh oleh kelompok teroris di Kabupaten Poso, sementara empat orang masih dinyatakan hilang.
Warga yang berada di sekitar lokasi pencarian teroris juga diminta untuk waspada, terutama saat berkebun atau berburu hewan di hutan.
Sebelumnya, Panglima Kodam VII/Wirabuana Mayjen TNI Bachtiar menyatakan TNI siap mengatasi terorisme di Kabupaten Poso, apabila ada permintaan terkait hal itu.
“Kita siap. Nggak ada tawar-menawar soal itu,” kata Bachtiar saat berkunjung di Palu baru-baru ini.
Dia mengatakan saat ini sedang berlangsung penguatan wilayah berupa pembinaan teritorial oleh TNI di Kabupaten Poso. Saat ini TNI juga berkoordinasi dengan Polri dan pemerintah daerah untuk pengamanan di Poso.

Antaranews.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko kunjungi AAL Surabaya

Panglima TNI Jenderal Moeldoko kunjungi AAL Surabaya
Panglima TNI Jenderal Moeldoko (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
 
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko mengunjungi Akademi Angkatan Laut, diterima langsung oleh Gubernur AAL Mayjen TNI (Mar) Guntur ICL di Ruang Makan Hadiwinarso, AAL, Bumimoro, Surabaya, Rabu.

Kunjungan yang merupakan lawatan Panglima TNI bersama KSAL Laksdya TNI Ade Supandi itu dilakukan setelah memberikan pembekalan kepada 541 pati-pamen di lingkungan TNI AL dalam Apel Komandan Satuan (AKS) di Grha Samudera Bumimoro (GSB) Surabaya.

Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI mendapatkan cenderamata berupa miniatur KRI Dewaruci yang merupakan kebanggaan Akademi Angkatan Laut sebagai simbol kapal latih taruna AAL.

Acara tersebut juga dihadiri para pejabat Mabes TNI, Mabes TNI AL, Ketua Umum IKKT Ny. Koes Moeldoko, Ketua Umum Jalasenastri Ny. Endah Ade Supandi dan Ketua Jalasenastri Cabang BS AAL Ny Nunik Guntur ICL.

Di sela AKS yang berlangsung selama tiga hari (26-28/1), Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko beserta rombongan dari Mabes TNI juga sempat mengunjungi "Sarang Pasukan Roda Rantai" Resimen Kavaleri-1 Marinir Trian Soepraptono Semarung, Ujung, Surabaya (27/1).

Pada kunjungan itu, Panglima TNI diterima langsung oleh Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A Faridz Washington, yang didampingi oleh Danpasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Kasirun Situmorang.

Mengawali kunjungan itu, Komandan Resimen Kavaleri-1 Marinir Kolonel Marinir Herkulanus HS menyampaikan paparan situasi dan kondisi Satuan Menkav-1 Mar yang merupakan salah satu satuan tempur Korps Marinir.

"Kami memiliki beberapa kendaraan tempur, meliputi Batalyon Tankfib-1 Mar yang berkedudukan di Karang Pilang dengan unit tempur BMP 3F, PT 76(M), PT 76, AMX 10 PAC dan Tank Recovery," katanya.

Selain itu, Batalyon Ranratfib-1 Mar yang bertempat di Trian Soepraptono Semarung Ujung Surabaya dengan material tempur BTR 50 P, BTR 50P (M), AMX 10P dan AMX 10P (M) Batalyon Kapa-1 Mar dengan Material Tempur KAPA 61 dan PTS.

Setelah itu, Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko didampingi para perwira staf Mabes TNI dan Komandan Korps Marinir melihat langsung kondisi material tempur di Garase Ranpur Menkav-1 Mar.

Tampak hadir pula, Kepala Staf Pasmar-1 Kolonel Marinir Purwadi, Asops Kormar Kolonel Marinir Hasanudin, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Mayjen TNI Eko Wiratmoko, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Darwanto, dan Kasgartap III Surabaya Brigjen TNI (Mar) R.Gatot Suprapto.


Rabu, 28 Januari 2015

T-43 Class: Generasi Perdana Kapal Penyapu Ranjau TNI AL

Ibarat pepatah, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, menjelang tengah malam 16 Mei 2000, sekitar pukul 22.45 WIB, jadi akhir tragis dari kiprah salah satu kapal perang milik TNI AL. KRI Pulang Raweto 702, kapal penyapu ranjau dari Satran (Satuan Kapal Ranjau) Komando Armada Timur (Koarmatim) bertabrakan dengan MV Iris di Alur Pelayaran Barat Surabaya.
Akibat insiden tersebut, KRI Ratewo yang berbobot standar 500 ton tertabrak MV Iris pada buritan (bagian belakang) lambung kanan, sehingga jebol dan kemasukan air. Akibatnya, KRI Ratewo 702 tenggelam satu jam kemudian. Dari total 62 awak kapal, dikabarkan ada satu ABK yang tewas dalam kejadian naas tersebut. Lepas dari insiden itu, ada perasaan ingin tahu seputaran KRI Ratewo 702, pasalnya dirunut dari sejarahnya, kapal penyapu ranjau ini merupakan peninggalan era operasi Trikora di tahun 60-an, saat Indonesia gencar ingin mengganyang Belanda di Bumi Papua.
Tentu menjadi sebuah pengabdian yang panjang dari runtutan waktu pengabdiaan. Dari klasifikasi, KRI Ratewo 702 masuk dalam T43 Class. Dibuat untuk kebutuhan AL Uni Soviet pada era Perang Dingin di tahun 50-an hingga 60-an. Pihak Soviet memberi label penggarapan kapal ini sebagai Project 254. Rancangan awal kapal ini diajukan pasca Perang Dunia II rampung, yakni di tahun 1946. Kemudian desain di setujui pada 1948. Sebagai layaknya kapal penyapu ranjau, T43 Class dibuat dengan lambung yang terbuat dari material yang mampu mereduksi efek magnet, elektrik, dan akustik.
ORP_Dzik_projektu_254M
Total T43 Class telah di produksi sebanyak 178 unit. Nampaknya kapal penyapu ranjau ini lumayan populer di kalangan Negara-Negara sekutu Soviet, terbukti T43 Class juga di bangun secara lisensi di Polandia dan Cina. TNI AL (d/h ALRI) menerima enam unit T43 Class pada tahun 1962. Hingga akhirnya lewat ‘seleksi alam’ tinggal dua unit yang dioperasikan TNI AL, yakni KRI Pulau Rani 701 dan KRI Pulau Ratewo 702. Karena KRI Pulau Ratewo sudah karam, maka tinggal KRI Pulai Rani 701 yang kini masih beroperasi. Mengingat usianya yang sudah tergolong ‘lanjut,’ agak disangsikan kemampuan efektivitas deteksi sapu ranjau yang dimiliki KRI Pulau Rani 701.
TNI AL punya pengalaman men-downgrade kapal penyapu ranjau, contohnya pada Kondor Class, kapal sapu ranjau buatan Jerman Timur. Meski usianya jauh lebih muda dari T43 Class, oleh karena ada beberapa peralatan deteksi ranjau yang sudah tak berfungsi, seperti pada KRI Pulau Rondo 725 yang berganti identitas jadi KRI Kelabang 826, dan KRI Pulau Raibu 728 yang berganti nama jadi KRI Kala Hitam 828. Dari kapal penyapu ranjau, kedua kapal kini menjadi kapal patroli reguler. TNI AL memberi identitas nomer lambung 7xx dan nama Pulau untuk melabeli armada penyapu ranjau. Hingga kini, jenis kapal penyapu ranjau yang paling canggih milik TNI AL adalah Tripartite Class (KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712).
Kembali ke T43 Class, kapal penyapu ranjau ini mengandalkan teknologi Sweeps MT-1 dan MTSh untuk deteksi ranjau. Sementara ada bekal 4 pucuk kanon 37 mm (2×2) dan dua pucuk SMB (senapan mesin berat) 12,7 mm. Selain tugasnya menyapu ranjau, kapal ini pun dapat ditugasi melaksanakan operasi anti kapal selam, ditandai dengan adanya 1 depth charge thrower yang mampu melepaskan 32 ranjau dan bom laut. (Gilang Perdana)

Spesifikasi T43 Class
  • Displacement: 500 tons standard, 569 tons full load
  • Length: 58 meter
  • Beam: 8,5 meter
  • Draught: 2,15 meter
  • Draft: 2,30 meter
  • Propulsion: diesel engines 2200 hp
  • Speed: 14 knots
  • Range: 7.037.6 km at 10 knots

Indomil.

Selasa, 27 Januari 2015

Menjaga Teras Maritim NKRI – Pengadaan Alutsista SAR II

Tugas Pokok TNI menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2004 pada prinsipnya ada tiga, yaitu : Menegakkan kedaulatan negara; Mempertahankan keutuhan wilayah, dan Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan. Tugas pokok tersebut dilaksanakan melalui Operasi Militer untuk Perang (OMP), dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Kapal MV “Crest Onyx”
Kapal MV “Crest Onyx”

Di dalam OMSP, yang dirinci 14 butir tugas diantaranya, untuk membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (Search And Rescue). Kegiatan SAR di Indonesia saat ini di bawah komando BASARNAS (Badan SAR Nasional). Dalam wawancara yang disiarkan langsung oleh TVONE terkait pemberitaan evakuasi main body pesawat Air Asia QZ8501 dikatakan oleh Jenderal Moeldoko bahwa kemungkinan bangkai body pesawat tidak dapat diambil mengingat sangat rapuh karena terbuat dari aluminium. Pengangkatan body pesawat yang menggunakan sling baja gagal karena tali putus dan dimungkinkan dapat terlaksana dengan baik bilamana terdapat kapal yang memiliki Crane.
Kapal “Grand Canyon”milik Norwegia
Kapal “Grand Canyon”milik Norwegia

Melihat peralatan SAR yang dimiliki baik oleh TNI maupun BASARNAS memang tampaknya perlu ditambah dengan peralatan yang lebih canggih. Untuk penyelamatan korban Air Asia QZ8501 yang terbenam dengan kedalam 30-40m saja begitu susah dan lamanya penyelamatan evakuasi dilaksanakan. Bagaimana jadinya bilamana terdapat kecelakaan baik pesawat ataupun kapal yang terjadi di laut dalam.
Pada 12 Agustus 2000, terjadi Sebuah bencana paling buruk dalam sejarah angkatan laut Federasi Rusia, drama kecelakaan tenggelamnya kapal selam raksasa bertenaga nuklir, KURSK di tengah Laut Barents yang sangat dingin. KURSK mengangkut 118 awak dengan bobot 14.000 ton ini secara tiba tiba meluncur bebas ke dasar laut dan tergeletak tak berdaya. Evakuasi korban dapat dilaksanakan setelah didatangkan bantuan kapal Seaway Eagle dari Norwegia dan LR 5 dari Inggris.
Upaya terakhir ini membuahkan hasil, 12 penyelam Norwegia yang diantar dengan Seaway Eagle berhasil mencapai KURSK dan membuka pintu Palka kapal selam. Sebagian penyelam Norwegia kemudian diijinkan menggeledah masuk badan KURSK dengan harapan dapat menemukan awak yang masih selamat, namun terlambat dan kesemuanya meninggal karena kehabisan oksigen.
Kapal Selam Mini LR 5 milik Inggris
Kapal Selam Mini LR 5 milik Inggris

Pemerintah Rusia tidak belajar dari tragedi kapal selam ”KURSK” yang terjadi pada tahun 2000. Pada tanggal 05 Agustus 2005 kembali terjadi musibah kecelakaan kapal selam mini “PRIZ” milik Rusia tidak dapat muncul ke permukaan karena terjerat jaring baja di kedalaman 200 meter. Selama tiga hari, kapal selam mini itu terjerat jaring di perairan Semenanjung Kamshatka. Untungnya seluruh 7 crew kapal selam ini dapat diselamatkan oleh Tim dari Inggris yang menurunkan ROV Scorpio 5, ROV (Remotely Operated Vehicle) ini memotong kabel yang melilit kapal selam mini itu.
ROV Scorpio 5
ROV Scorpio 5

Duka yang mendalam menyelimuti juga pernah menyelimuti Tentara Nasional Indonesia, dengan gugurnya Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim Kolonel Laut Jeffry Stanley Sanggel dan Mayor Laut Eko Indang Prabowo, saat mengikuti latihan militer di perairan Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu 07/07/2012, pukul 10.00 Wib.
Dalam kejadian tersebut sebenarnya di-skenario-kan karamnya KRI Cakra 401 bersama 6 awaknya, namun karena alat oksigen yang digunakan tidak berfungsi sehingga mengakibatkan kedua personil dimaksud meninggal. Nah, bilamana dalam kejadian sebenarnya kapal selam milik TNI mengalami kecelakaan seperti kasus kapal selam Rusia, bisa dipastikan seluruh Crew akan tewas karena ketiadaan alat SAR yang mumpuni baik yang dimiliki oleh TNI maupun BASARNAS.
Kapal Seaway Eagle milik Norwegia
Kapal Seaway Eagle milik Norwegia

Tragedi tenggelamnya kapal Ferry MV Sewol di perairan laut Korea Selatan pada Rabu 16 April 2014 merupakan kecelakaan laut terburuk selama 21 tahun terakhir. Kecelakaan ini sangat tragis karena sebagian besar penumpangnya pelajar yang sedang dalam perjalanan wisata namun malah menemui petaka. Dari 476 penumpang pada tanggal 22 Juli 2014 dilaporkan korban tewas sebanyak 294 jiwa dan 10 orang dikabarkan masih hilang. Korban yang selamat adalah korban yang sempat bergerak keluar dan diselamatkan oleh Tim SAR dan kapal yang mendekat ke Ferry Sewol. Dengan hanya dalam jangka waktu 1 ½ jam kapal Ferry MV Sewol terbalik karena kelebihan dan pengaturan cargo yang tidak tepat.
Animasi tenggelamnya MV SEWOL
Animasi tenggelamnya MV SEWOL

Kunci keberhasilan dalam upaya penyelamatan SAR tidak terlepas dari Faktor Kecepatan dan Kualitas dari ALUTSISTA SAR yang dikerahkan.
Helicopter Amfibi HH 3F Pelican
Helicopter Amfibi HH 3F Pelican

Dari paparan di atas maka ada baiknya Kualitas Peralatan SAR yang dimiliki dan dioperasionalkan oleh TNI ataupun BASARNAS ditambah dengan alat-alat yang canggih dan memiliki kemampuan mobilitas yang cepat. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan yang sedang memproyeksikan poros maritimnya. (oleh : Wahju Indrawan)

Strategic Sealift Vessel: Bertonase Besar, Ini Dia Kapal Perang Pertama Buatan PT PAL yang di Ekspor

Debut KRI Banjarmasin 592 dalam mendukung operasi pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia tahun 2011, dan aksi KRI Banda Aceh 593 yang menjadi kapal markas dalam misi evakuasi pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, nyatanya memang memukau. Dengan basis LPD (landing platform dock), kapal angkut bertonase besar buatan PT PAL ini mampu mengambil peran yang sangat strategis guna mendukung operasi militer dan operasi militer bukan perang.
Dengan deck yang lapang, bahkan cukup besar, LPD yang cetak birunya dari Korea Selatan ini dapat menampung sampai 3 helikopter, ada hangar, dan mampu men-deploy pasukan amfibi berserta aneka ranpur, ditambah wahana LCU (landing craft utility) dan LCVP (landing craft vehicle personnel) dalam misi pendaratan tempur. Melihat performa yang maksimal dari armada LPD TNI AL, rupanya menarik hati AL Filipina. Dan setelah melewati beberapa tahap dan kompetisi, akhirnya Kementerian Pertahanan Filipina resmi memesan 2 unit kapal sekelas LPD dari PT PAL, dengan nilai kontrak US$90 juta.
First cutting steel, atau pemotongan plat baja pertama untuk proses pembangunan kapal pesanan Filipina ini telah dilakukan 22 Januri 2015 di galangan PT PAL, Surabaya – Jawa Timur. Meski dari segi platform mengacu pada LPD Makassar Class, namun kedua kapal pesanan Filipina ini diberi label SSV (Strategic Sealift Vessel). SSV sejatinya adalah hasil pengembangan dari LPD-125 buatan Busan, Korea Selatan. Dari segi dukungan kemampuan dan karakter operasinya, SSV mirip dengan LPD. Hanya saja, SSV punya ukuran sedikit lebih kecil dari LPD, bobot nya pun juga lebih ringan. Berikut perbandingan spesifikasi antara LPD TNI AL dan SSV pesanan AL Filipina.
LPD-&-SSV_Defense-StudiesSSV_2_Defense Studies
Dengan ukuran yang lebih kecil dari LPD, SSV dalam kondisi perang dapat membawa 120 awak kapal dan 500 personil tempur. Empat tank, empat truk, satu mobile hospital, dua jeep, dan dua helikopter juga bisa dijejalkan kedalamnya. Dalam desainnya, pada bagian haluan kapal ini dapat dilengkapi meriam reaksi cepat Bofors 57mm MK2/3.
Namun menyoal persenjataan, senjata dan sistem sensor, akan di tenderkan terpisah oleh pemerintah Filipina. SSV dalam keadaan bencana alam bisa di¬fungsikan menjadi rumah sakit terapung hingga kapal angkut bantuan. Selain mampu membawa muatan dalam jumlah besar, kemampuan berlayar SSV/LPD hingga satu bulan penuh tanpa bekal ulang, dinilai ideal untuk kondisi Filipina yang sering terkena bencana alam. Lain dari itu, SSV dipercaya dapat mempercepat deploy pasukan Marinir Filipina dalam mendukung kehadirannya di wilayah sengketa di Laut Cina Selatan.
Kemampuan PT PAL memproduksi LPD/SSV tak lain buah dari ToT (transfer of technology) dari Korea Selatan. Berawal saat pemerintah Indonesia membeli LPD dari Daesun Shipbuilding dan Daewoo International Corporation, Korea Selatan. Secara resmi kontrak pembangunan LPD diteken pada bulan Maret 2005. Pihak Korea Selatan juga memberi kesempatan alih teknologi dalam pembuatan LPD. Caranya dengan membagi dua lokasi pembuatan kapal. Dua kapal pertama, yakni KRI Makassar 590 dan KRI Surabaya 591 dibuat di galangan kapal Busan, Korea Selatan. Baru kemudian, KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593 dibuat oleh PT PAL di Surabaya. Saat ini, 35% komponen pembuatan LPD telah mampu di produksi PT PAL, sisanya, terutama untuk mesin masih di impor. (Haryo Adjie)

ROV, Si Robot Penyelam Laut Dalam

287917_kapal-survei-kn-baruna-jaya-1-milik-bppt_663_382
Kapal riset Baruna Jaya I (BJ1) milik Badan Penerangan dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendapat sorotan saat ikut serta dalam evakuasi kecelakaan pesawat Airasia. Kapal canggih ini dilengkapi berbagai peralatan seperti multibeam echo sounder yang dapat mendeteksi benda di bawah laut. Selain itu, terdapat sonar, dan magnetometer untuk membedakan antara logam atau gundukan biasa.
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, Ridwan Djamaluddin mengakui; berkat peralatan mutakhir, sebenarnya pada hari pertama Baruna Jaya I telah menemukan objek dengan tinggi 3 meter di bawah laut tersebut, hanya karena tim menemukan jasad, maka hal itu menjadi prioritas mereka. Untuk memperlancar misi pencarian dan evakuasi, kapal menurunkan Remotely Operated Vehicle (ROV). Dengan ROV tersebut, Baruna Jaya akan mencari dan membantu evakuasi pesawat AirAsia QZ 8501.
ROV1
Apakah ROV itu? ROV adalah semacam kendaraan bawah air yang dikendalikan dari jarak jauh dengan remote control, biasanya digunakan untuk pekerjaan dalam laut. Antara lain untuk tujuan dokumentasi, eksplorasi dasar laut, penanggulangan, penyelidikan, pencarian dan pertolongan (SAR), pengeboran tambang, penggalian/penguburan bentangan kabel dan lain sebagainya. Alat ini juga dilengkapi dengan lampu dan kamera video, sehingga nantinya mampu untuk melihat dengan jelas dan merekam video di bawah air.
Sistem ROV terdiri atas vehicle (atau sering disebut ROV itu sendiri), yang terhubung oleh kabel umbilical ke ruangan kontrol dan operator di atas permukaan air (bisa di kapal, rig atau barge). ROV dilengkapi dengan peralatan atau sensor tertentu seperti kamera video, transponder, kompas, odometer, bathy (data kedalaman) dan lain-lain tergantung dari keperluan dan tujuan surveinya.
little_herc_rov_600
ROV memiliki satu set pengapung besar di atas sasis baja atau aluminium. Pengapung itu biasanya terbuat dari busa sintetis. Di bagian bawah konstruksi terpasang alat-alat sensor yang berat.Kabel tambat berfungsi mengirimkan energi listrik serta data video dan sinyal. Saat bertugas memasang kabel-kabel listrik tegangan tinggi, ROV biasanya ditambahkan tenaga hidrolik. setiap sisinya akan mengeluarkan sonar untuk mendeteksi keberadaan benda di bawah laut. Ketika sonar mendeteksi adanya benda padat, maka alat tersebut akan mengeluarkan bunyi. Jangkauan sonar ROV hingga radius 60 meter.
Berdasarkan ukuran, berat dan kekuatannya ROV dapat dibagi menjadi lima yaitu Micro-ROV, Mini-ROV, light Workclass, Heavy Workclass, dan Trenching/burial.
Saat perang, ROV seringkali diturunkan sebagai pemusnah ranjau yang mampu mendeteksi objek di dasar laut.Angkatan Laut Amerika Serikat adalah yang pertama mengutilisasi ROV dalam bidang militer. Mereka mengembangkan ROV khusus untuk mengangkat ranjau-ranjau di dasar laut dan menggunakannya pada peristiwa hilangnya bom atom di Spanyol pada kecelakaan pesawat di tahun 1966.
Sebelum tragedi AirAsia QZ 8501, ROV juga digunakan untuk mengangkat black box Adam Air di perairan Majene Sulbar dari kedalaman laut 2.000 meter. Selain kapal Baruna Jaya milik BPPT, kapal perang TNI AL juga ada yang dilengkapi ROV, seperti pada duo kapal pemburu ranjau, KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712. Bahkan, kabarnya dua kapal hidro oseanografi terbaru TNI AL buatan Perancis, OCEA OSV190 SC WB juga akan dibekali ROV. (Deni Adi)