Kamis, 15 Januari 2015

Gigih Temukan AirAsia, Penyelam TNI Dipuji Pasukan Elite AS

  Para penyelam saat melakukan persiapan di kapal KN SAR 101 Purwerejo di Pelabuhan Kumai, Kalteng, Kamis (1/1/2015). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Para penyelam saat melakukan persiapan di kapal KN SAR 101 Purwerejo di Pelabuhan Kumai, Kalteng, Kamis (1/1/2015). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pencarian pesawat AirAsia QZ8501 di Laut Jawa tak hanya dilakukan pemerintah RI, tapi juga melibatkan bantuan sejumlah negara sahabat. Kecelakaan ini pun tak luput dari sorotan masyarakat dunia.
Di satu sisi, pencarian ini membawa misi kemanusiaan. Namun di sisi lain, martabat bangsa dipertaruhkan ketika bersaing melakukan pencarian pesawat berpenumpang 155 orang dan 7 awak ini.
“Kemarin saya khawatir, Amerika, Rusia, Malaysia turun. Ini kan mempertaruhkan nama bangsa. Tapi untungnya kita nemuin duluan korban dan black box-nya,” ujar Komandan Penyelam TNI AL Mayor Profs saat berbincang di KRI Banda Aceh, Rabu (14/1/2015).
Dia mengungkapkan, perjuangan dan kegigihan penyelam TNI mendapat apresiasi dari prajurit negara lain, termasuk pasukan elite Amerika Serikat (AS) Navy SEAL. Penemuan korban dan black box AirAsia merupakan prestasi yang membanggakan. Meski di tengah kondisi cuaca ekstrem, tim SAR gabungan, khususnya penyelam TNI, dapat menemukannya lebih cepat berkat kegigihan dan kerja keras mereka.
Ini diakui internasional, ini luar biasa. Kalau ada temen saya dari Navy SEAL (pasukan elite Amerika Serikat), penyelam Indonesia katanya gila. Penyelam Rusia saja bilang mampu penyelaman 0-3 knot, tapi begitu arus 2 knot (mereka) sudah menyerah,” sambung Profs.
Sesuai instruksi Panglima TNI Jenderal Moeldoko, pencarian badan pesawat AirAsia tetap berlanjut. Tim penyelam pun siap melakukan misi pencarian ini sampai tuntas.
“Tadi masih siap saya tanyakan mereka. Mereka siap pada prinsipnya. Tentara satu kalahnya, perintah. Ini kan tugas mulia, pertaruhanya bangsa, ketemu AS, Malaysia,” pungkas Profs.

Kunci Keberhasilan
Profs pun mengungkapkan bahwa kunci keberhasilan tim penyelam gabungan yang terdiri dari pasukan khusus Denjaka, Kopaska, Intaifib dan Dislambair ini adalah kerja sama dan ketulusan.
“Kerja sama tim dan ikhlas. Dari kerja sama itu bisa menguraikan bagaimana pelaksanaan, Alhamdulillah berjalan lancar. Dan lokasi puing pesawat itu tidak berjauhan,” ujar Profs.
Selain 2 hal itu, ada juga kunci keberhasilan para tim penyelam. Mereka selalu optimistis setiap melakukan suatu misi atau operasi. “Saya sendiri kalau di lapangan kondisi cape luar biasa, itu saja yang buat saya optimis. Kalau penyelam biasa harusnya sudah istirahat,” kata Profs.
Tak hanya itu, pinger detector atau alat pendeteksi black box juga sangat membantu para penyelam menemukan kotak hitam AirAsia QZ8501. “Misalnya kolam renang koin gelap, bisa ditemukan dalam waktu berapa menit, ini lautan.”
“Ini luar biasa sekali. Ini semua bangsa Indonesia ini yang buat, saya bangga. Kapal milik Indonesia, Geo Survei, KN Jadayat, Baruna Jaya. Mereka selalu koordinasi, butuh penyelam,” tandas . 


Kopassus kalahkan pasukan komando Korea Selatan di medan bersalju

 
 Latihan pasukan komando Korea Selatan mengundang decak kagum dunia. Pasukan ini berlatih di dalam sungai es yang membeku. Pasukan Batalyon 707 tersebut juga melakukan latihan serangan di tengah cuaca buruk dan hawa dingin yang sangat menusuk.
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD rupanya rutin melakukan latihan dengan pasukan khusus Korea Selatan. Biasanya mereka berlatih bersama di Training Site 47-Kwangju. Sebuah area latihan untuk latihan antiteror dengan fasilitas sangat lengkap. Di sini ada sebuah pesawat Boeing 747, kereta api, bus, gedung perkantoran dan bank. Semuanya untuk latihan pembebasan sandera dan pertempuran jarak dekat.
Pasukan Komando Korea Selatan. ©REUTERS/Kim Hong-Ji

TNI merasa perlu mengirimkan prajurit Kopassus berlatih di Korea Selatan. Meski jagoan perang hutan dan berasal dari daerah tropis, pasukan elite ini juga harus mampu bertempur di daerah bersalju dan wilayah ekstrem lainnya.
Pada awalnya pasukan Kopassus yang datang sempat kedinginan saat tiba di Korea Selatan. Namun dalam beberapa hari, mereka segera bisa menyesuaikan diri karena gemblengan dan fisik yang kuat.
Cuaca dingin tak lagi jadi halangan. Bahkan ketika ada latihan fisik berupa lomba lari menuju bukit dengan pasukan Korea, prajurit Kopassus bisa menang dan mencapai puncak lebih dulu. Hal ini membuktikan kemampuan Kopassus yang tinggi.
Kisah ini dimuat dalam buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara dan diterbitkan R&W.
“Salah satu latihan yang unik dan berbahaya bagi Kopassus adalah terjun di permukaan salju yang mengeras. Jika tidak ada salju, tanahnya merupakan tanah lunak sehingga ketika mengeras tertutup salju timbul crack (rekahan) di permukaannya dengan pinggiran setajam pisau. Mendarat di permukaan seperti ini adalah hal baru untuk Kopassus. Sehingga untuk menghindari salah mendarat mereka harus berhati-hati sambil memilih permukaan salju,” kata Letkol IGP Danny Karya yang pernah mengikuti latihan di bawah nol derajat celcius ini.
Selama latihan dengan Korea Selatan, ada juga aturan yang cukup unik. Yaitu keharusan mencari selongsong peluru setelah latihan menembak. Hal ini disebabkan Korea Selatan khawatir adanya penyelundupan amunisi ke Korea Utara.
Nah, mencari selongsong di salju mungkin mudah karena meninggalkan lubang. Tetapi berbeda jika berlatih di gedung-gedung atau perkantoran. Masalahnya, sebelum semua selongsong ditemukan, semua prajurit tak boleh pulang. Kadang usaha pencarian ini baru selesai lewat tengah malam.
“Untuk Korea Selatan yang kondisi politiknya mengharuskan mereka untuk waspada, memang merupakan tempat berlatih yang baik untuk menajamkan kemampuan prajurit Kopassus.”

IMSS, Radar Pengawas Garis Pantai Selat Malaka

small coastal surv
Rasanya bakalan sulit bila armada patroli TNI AL, Bea Cukai, dan Polisi Air jika harus senantiasa mengawasi kawasan perairan pantai secara terus-menerus. Selain biaya operasional yang besar untuk meronda laut, pengawasan pantai kerap menimbulkan gesekan kepentingan. Nah, agar pengawasan wilayah pantai lebih efekif, efisien dan bisa dilakukan 24 jam, maka solusinya adalah dengan mengadopsi teknologi radar pantai.
Pada tahun 2011, Trident Division, anak perusahaan Techno-Sciences, Inc. Bekerjasama dengan SPAWAR (Space and Naval Warfare Systems Command ) dan TNI sukses melakukan demonstrasi perangkat IMSS. Integrated Maritime Surveillance System atau biasa disingkat IMSS dirancang untuk meningkatkan kemampuan TNI, khususnya TNI AL dengan meningkatkan jalur Komando, Kendali, Komunikasi, Intelijen, Surveillance dan Reconnaissance melalui penggunaan ground platform yang mengandakan basis sensor jarak jauh optik dan nirkabel.
Tak lama berselang, pemerintah Cina menawarkan pemasangan sistem pengawas maritim senilai 1 miliar yuan (sekitar Rp 1,5 triliun) di kawasan Indonesia dan melengkapi sistem serupa buatan AS yang lebih dulu dipasang di Indonesia.
IMSS terdiri atas 18 stasiun pengawas pantai (CSS), 11 radar berbasis kapal, dua pusat komando regional, dan dua pusat komando armada di Jakarta dan Surabaya. IMSS merupakan suatu sistem pengawasan maritim yang terintegrasi antara Coastal Surveillance Station (CSS) atau stasiun pengawas di darat dengan sentra pengawasan lainnya.
Sistem monitor IMSS
Sistem monitor IMSS
3548_10151192756657070_1885407393_n
CSS terintergrasi dengan Kapal Perang Indonesia (KRI), Regional Command Center (RCC) atau pusat pengendalian regional, dan Fleet Command Center (FCC) atau pusat pengendalian armada.
IMSS dilengkapi VHF Radio yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan kapal-kapal yang melintas di sekitar stasiun pengawas di darat. Plus HF Radio yang berfungsi sebagai backup data komunikasi ke RCC apabila VSAT tidak bisa digunakan dan juga sebagai alat komunikasi dengan RCC ataupun dengan kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS.
IMSS juga dilengkapi Day Camera (kamera siang hari) dan FLIR (Forward Looking Infra Red) camera yang berfungsi untuk memotret identitas kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS.Sarana pendukung lain adalah Nobletec yang berfungsi sebagai monitor posisi kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS dan sebagai alat komunikasi dengan RCC dan FCC melalui text message application.
1368096170imss-integrated-maritime-surveillance-system
Saat ini penempatan IMSS dimulai dari Sabang hingga Batam, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur dan dinilai sangat efektif untuk mengamankan kawasan perairan Selat Malaka. Penempatan radar sistem pengawasan maritim/laut, khususnya di Batam sendiri efektif membantu pengawasan laut mengingat jumlah personil yang ada di Lanal Batam kurang memadai. Target IMSS adalah mendukung pengawasan pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang merupakan kawasan strategis dan padat lalu lintas kapal. Mulai kapal yang keluar masuk melalui Selat Malaka (ALKI I), Selat Makassar (ALKI II), hingga perairan Papua (diproyeksikan sebagai ALKI III).
Radar IMSS punya jarak jangkau efektif sekitar 40 nautical mile atau 74 Km (kilometer). Rangkaian radar IMSS meng-cover 1.205 kilometer dari garis pantai Selat Malaka dan sekitar 1.285 kilometer dari garis pantai sepanjang laut Sulawesi.

ISRA (Indonesian Sea Radar)
isra
ISRA adalah radar pengawas pantai besutan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang diluncurkan pada tahun 2009. Ini merupakan radar yang dapat digunakan untuk membantu pengaturan transportasi laut dan udara, pengamatan cuaca, pemetaan wilayah, serta navigasi. ISRA punya panjang 2 meter dan lebar 1 meter, berat sekitar 200 kg, serta jangkauan deteksi hingga 64 km. ISRA beroperasi menggunakan teknologi Frequency-Modulated Continuous (FM-CW) yang konsumsi daya listrik lebih rendah dan ukuran radar lebih kecil dibanding radar yang digunakan di Indonesia. Enam puluh persen komponen radar masih di impor sehingga menjadi hambatan dalam proses pembuatan karena harus menunggu masuknya komponen. (Deni Adi)

PT Len Pasok Combat Management System untuk Frigat Van Speijk Class TNI AL

KRI Yos Sudarso 353
KRI Yos Sudarso 353

Menyongsong tahun 2015 TNI AL punya beragam agenda terkait alutsista, diantara informasi yang telah di publish adalah rencana modernisasi MLM (Mid Life Modernization) pada beberapa kapal perang. MLM sendiri bukan hal baru di lingkup operasional kapal perang, secara berkala TNI AL melakukan MLM pada kapal perang yang sudah berusia tua, namun dianggap masih potensial dan mampu memberi efek deteren.
Seperti diungkapkan Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, TNI AL telah mencanangkan MLM yang akan dilakukan pada periode 2015 – 2019. MLM menekankan pada pemeliharaan atau peningkatan alat utama sistem senjata. Seringkali hampir semua instrumen digantikan, seperti CMS (combat management system) maupun propelling system (sistem penggerak) kapal. Biasanya CMS di dahulukan saat upgrade guna mendapatkan update teknologi yang setara dengan kapal perang yang lebih baru.
len1
Pusat Informasi Tempur di frigat Van Speijk.
Pusat Informasi Tempur di frigat Van Speijk.

Diantara pemasok CMS untuk kapal perang TNI AL, ada industri dalam negeri yang diwakili PT. Len Industri. CMS besutan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ini diklaim dapat melakukan pengolahan data yang berasal dari berbagai sensor dan radar menjadi informasi terkait navigasi, mengolah potensi ancaman, serta reaksi yang dapat dilakukan untuk melumpuhkan ancaman tersebut serta memberikan visualisasi menyeluruh terhadap situasi taktis pada jalannya pertempuran. Monitor dan kendali CMS tersaji di dalam PIT (Pusat Informasi Tempur).
CMS Len menggunakan teknologi middleware yang memenuhi standar OMG-DDS, standar internasional dalam mendefinisikan mekanisme komunikasi real-time. Algoritma radar tracking yang digunakan merupakan algoritma termutakhir sehingga proses tracking radar menjadi lebih handal dan teknologi software-based radar scan conversion untuk integrasi terpadu, mulai dari radar legacy hingga radar modern.
CMS Len juga memiliki lemampuan untuk menyajikan visualisasi terhadap situasi taktis peperangan yang antara lain meliputi tampilan track (sesuai dengan simbol-simbol yang digunakan di TNI-AL), peta laut elektronik serta video radar. CMS juga dapat melakukan kalkulasi dan menyajikan saran untuk koordinasi dengan unit tempur udara, seperti mengarahkan unit udara pembawa torpedo untuk melakukan penyerangan terhadap kapal selam, memandu pesawat atau helikopter ke target. Dan tentu saja menyediakan fungsi-fungsi yang membantu kegiatan peperangan laut.
PJenderal Moeldoko lebih jauh lagi memaparkan , MLM ini untuk memperkuat Angkatan Laut yang kredibel dan mempunyai kemampuan penangkalan dalam rangka kerja sama menjaga stabilitas keamanan kawasan Asia Tenggara, yang kian rumit dalam tahun-tahun ke depan. Saat ini, PT Len menjadi satu-satunya perusahaan di dalam negeri yang telah berhasil membuat CMS dan telah memasangnya di tiga frigat kelas Van Speijk TNI AL, yakni di KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan-354 dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma-354. Beberapa sistem senjata di Van Speijk yang ditangani pengoperasiannya lewat CMS seperti meriam reaksi cepat OTO Melara 76 mm, rudal anti kapal C-802/Yakhont, dan torpedo MK46 anti kapal selam. (Deni Adi/Gilang)

Sejarah 'Rekening Kurus' Mantan Kapolri Hoegeng


Budi Gunawan calon Kapolri yang ditunjuk oleh Jokowi tersandung kasus rekening mencurigakan di KPK. Calon tunggal Kapolri Presiden Jokowi ini pun jadi sorotan. Memilukan jika calon orang nomor satu di Korps Bhayangkara dibayangi rekening gendut.

Bicara rekening gendut, bandingkanlah dengan Jenderal Hoegeng. Mantan Kapolri dan jenderal terjujur yang pernah dimiliki Indonesia.

Kira-kira berapa rekening yang dimiliki Hoegeng?

Tak diketahui pasti jumlahnya. Namun dijamin rekeningnya kurus. Bahkan membuat para polisi terharu.

Menurut sejarah Tahun 1971 Hoegeng dicopot Soeharto gara-gara mengusik bisnis penyelundupan yang diduga dekat dengan keluarga Cendana.Setelah serah terima jabatan, dia mengembalikan seluruh inventaris milik kepolisian. Hoegeng nyaris tak punya harta apa-apa.

Pengganti Hoegeng, Jenderal Polisi M Hasan sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan Hoegeng. Dia yang sangat akrab dengan Hoegeng ini sampai mendamprat Hoegeng. Kisah ini ditulis dalam biografi Hoegeng, Polisi: Idaman dan Kenyataan karya Ramadhan KH dan Abrar Yusra terbitan Pustaka Sinar Harapan.

"Kamu kok gila-gilaan, kok, semua barang kamu kembalikan?" kata Hasan.

"Habis kan memang bukan milik saya!" balas Hoegeng.

"Kamu masih punya mobil?" tanya Hasan lagi.

"Ya enggak dong!" kata Hoegeng.

"Pergi ke mana-mana naik apa nanti?" Hasan geleng-geleng lagi.

"Naik mercedes," Hoegeng ketawa. "Naik bis kotanya Ali Sadikin (gubernur DKI saat itu)."
Hasan terdiam. Dia menatap Hoegeng terharu. Mungkin sedih membayangkan nanti jenderal polisi ini harus kemana-mana naik bus. Betapa menyedihkan.

Dengan suara berat Hasan menawarkan meminjamkan Hoegeng mobil. Dia tahu Hoegeng pasti menolak kalau diberi cuma-cuma.
Itulah sosok Jenderal Hoegeng. Teladannya jadi legenda. Diceritakan dari satu generasi ke generasi polisi lain. Tapi rupanya sedikit yang meneladani.
Ada juga sosok para jenderal lain berekening kurus. Mereka hidup terhormat, polisi hebat, dan meninggalkan nama harum sepanjang masa.

Selepas dipensiunkan dari jabatannya sebagai Kapolri, dia tetap diberi uang pensiun dengan nominal amat kecil selama puluhan tahun.
"Sampai 2001 pensiunan bapak cuma sepuluh ribuan. Setelah 2001 ada penyesuaian jadi satu jutaan," kata anak Hoegeng, Aditya Hoegeng selepas peluncuran buku ayahnya berjudul 'Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan' di toko buku Gramedia PIM, Jakarta, Minggu (17/11).

Tentu dengan uang sejumlah ini, Hoegeng mati-matian menghidupi istri dan tiga anaknya. Setelah dipensiunkan di umurnya ke 49, Jenderal ini banting setir menjadi pelukis.

"Dari pensiun hidup dari melukis kadang lukisannya dijual," tambah anak lelaki satu-satunya ini.

Tahun demi tahun keluarga Hoegeng melalui harinya dengan sulit. Namun ekonomi pas-pasan tak membuat Hoegeng dan keluarga menyerah pada keadaan dan menggadaikan ideologinya.

"Kami enggak pernah merasa seperti anak pejabat. Di balik bapak ada istri yang hebat," kenang Aditya.
Pencekalan terjadi setelah Pak Hoegeng, Ibu Merry, dan Hawaian Seniors sepuluh tahun tampil menghibur di TVRI. Waktu yang cukup lama. Tetapi, percaya atau tidak, selama itu pula belum pernah sekalipun Ibu Mery menginjakkan kakinya di pasir Waikiki Beach yang terkenal itu. Padahal, sebagai Kapolri, Pak Hoegeng sudah pernah tiga kali bertugas ke Amerika dan sempat mampir di Hawai.

Ibu Merry tidak pernah ikut karena Pak Hoegeng memiliki prinsip yang sangat teguh: selama melakukan perjalanan dinas, istri dan anak-anak tidak boleh ikut “numpang” fasilitas kantor “Dia tidak pernah mengijinkan saya dan anak-anak memanfaatkan kesempatan menggunakan fasilitas dinas,” ungkap Ibu Mery. “Sementara untuk beli tiket dengan uang sendiri kami tidak mampu.” Ironis memang. Sulit dipercaya ada orang sejujur Pak Hoegeng di negeri ini. Tak heran jika kemudian muncul idiom: Di Indonesia hanya ada tiga polisi yang jujur. Polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng. Begitu jujurnya sampai ketika meninggal tak banyak harta benda yang dia tinggalkan untuk keluarganya. Bahkan setelah 32 tahun mengabdi di kepolisian, uang pensiun yang diterima Pak Hoegeng cuma Rp 10 ribu. 
 

Rabu, 14 Januari 2015

Pangarmabar : CVR Berhasil Dievakuasi, Operasi SAR Masih Berlanjut

Pangarmabar : CVR Berhasil Dievakuasi, Operasi SAR Masih Berlanjut
Walaupun saat ini Tim SAR telah berhasil menemukan dan mengevakuasi ekor pesawat, Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR), operasi pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia QZ-8501 masih berlanjut. Hal ini bukan berarti proses pencarian dan evakuasi selesai, tapi masih akan dicari Main Body dimana masih banyak korban. Demikian disampaikan Panglima Armada TNI AL Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksda TNI Widodo selaku Komandan Satgas SAR TNI di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Selasa (13/1/2015).
Pangarmabar mengatakan bahwa, CVR tersebut ditemukan saat tim penyelam pertama yang berjumlah 3 orang turun ke laut di kedalaman 32 meter pada pukul 05.33 WITA. Tim penyelam kemudian melakukan observasi di dasar laut dan sekitar pukul 06.59 WITA, tim penyelam kedua berjumlah 3 orang menggantikan turun ke dasar laut. CVR itu ditemukan tim penyelam gabungan TNI AL pada pukul 07.13 WITA. Penyelam yang mendapatkan CVR antara lain Lettu Laut Pelaun Aan Zaenal, Sertu Widodo Hadi dan Serda Rajab Suwarno.
Sekitar pukul 07.13 WITA, mereka naik ke permukaan dengan membawa CVR ke Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh.  CVR tersebut selanjutnya diperiksa oleh Tim KNKT untuk memeriksa secara langsung apakah benar CVR milik pesawat AirAsia. Setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti, Tim KNKT selanjutnya sudah dapat memastikan bahwa CVR tersebut benar milik AirAsia QZ-8051.
"Bagian kotak hitam atau black Box berisi data rekaman suara di Cockpit AirAsia tersebut telah ditemukan di kedalaman Laut Jawa, dekat Selat Karimata pada koordinat 03 derajat 27 menit 33 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 71 detik BT", kata Pangarmabar.
Pangarmabar Laksda TNI Widodo didampingi Pangkoops I TNI AU Marsda ‎TNI Dwi Putranto secara resmi menyerahkan CVR ke Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi di atas geladak KRI Banda Aceh.  Selanjutnya CVR AirAsia tersebut dibawa ke Jakarta pada petang hari itu juga oleh Pangarmabar bersama Pangkoops I TNI AU dan Ketua KNKT.
"CVR dibawa dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU dan nantinya benda tersebut selanjutnya dibawa ke kantor KNKT untuk diteliti lebih jauh dengan pengawalan ketat TNI", ujar Pangarmabar.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa saat ini sudah dua bagian Black Box AirAsia yang berhasil ditemukan. Keduanya adalah rekaman data penerbangan atau FDR yang tengah dalam proses pengunduhan data, serta bagian lain berisi rekaman suara cockpit atau CVR. "Operasi SAR yang dilakukan TNI merupakan instruksi khusus dari Panglima TNI dengan sasaran mengevakuasi korban dan pencarian Black Box. Hal ini diperkuat dengan pembentukan Satuan Tugas SAR dan berkoordinasi dengan Basarnas dan KNKT", tutup Pangarmabar.

TNI. 

Panglima TNI : 1.052 Personel TNI Dilibatkan Dalam Operasi Gaktib dan Yustisi TNI 2015

Panglima TNI : 1.052 Personel TNI Dilibatkan Dalam Operasi Gaktib dan Yustisi TNI 2015
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup) pada gelar operasi Penegakan Ketertiban (Gaktib) dan Yustisi TNI tahun 2015 dalam suatu upacara militer bertempat di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Selasa (13/1/2015).
Gelar Operasi Gaktib dan Yustisi TNI 2015, mengambil tema "Melalui Operasi Gaktib dan Yustisi TA 2015 Kita Wujudkan Prajurit Yang Memiliki Jiwa Patriot Sejati, Profesional dan Dicintai Rakyat", melibatkan 1.052  personel, terdiri dari Mabes TNI 61 personel, TNI AD 271 personel, TNI AL 266 personel, TNI AU 266 personel dan POLRI 188 personel.
Operasi Gaktib dan Yustisi dilaksanakan sebagai upaya untuk menekan dan mencegah terjadinya pelanggaran serta perbuatan melanggar hukum, tujuannya adalah terselenggaranya operasi ini dengan tegas dan berwibawa serta dilaksanakan secara mandiri maupun gabungan di wilayah hukum masing-masing Angkatan dengan melibatkan seluruh Prajurit Polisi Militer TNI AD, AL dan AU serta para Ankum dibantu Provost Polri.
Sedangkan sasarannya adalah meningkatkan disiplin dan tatatertib serta kepatuhan hukum prajurit TNI baik perorangan maupun kesatuan; Terciptanya prajurit TNI yang memiliki jiwa patriot sejati, profesional dan dicintai rakyat; Mewujudkan kehidupan prajurit TNI yang bebas dari narkoba dan barang terlarang lainnya dan mencegah terjadinya kesalahpahaman antara prajurit TNI dan Polri serta masyarakat.
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI di era saat ini telah menunjukkan kemajuan yang signifikan, seiring dengan kompleksitas tantangan tugas TNI, yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan tidak semakin ringan. Namun pada sisi lain, secara jujur harus diakui bahwa ditengah kesibukan kita melaksanakan tugas, masih terdapat penyimpangan-penyimpangan perilaku dan sikap-sikap primitif prajurit, yang melanggar kaidah-kaidah norma, moral, sosial dan keagamaan.
"Penyimpangan perilaku dan sikap primitif tersebut merupakan pelanggaran  disiplin, yang dapat menjadi parasit bagi upaya membangun TNI yang profesional, solid, militan dan dicintai rakyat, karena upaya membangun TNI pada hakikatnya harus berorientasi kepada nilai sikap dan kode etik, sebagaimana yang terdapat di dalam Sapta Marga dan Sumpah Prajurit", kata Panglima TNI.
Lebih lanjut Jenderal TNI Dr. Moeldoko mengatakan, dalam kaitan tersebut, upaya penegakan disiplin dan kode etik keprajuritan menempati posisi penting dan sangat dibutuhkan guna mampu secara maksimal memberikan dampak positif bagi konsistensi sikap dan perilaku prajurit TNI. Untuk itu, diharapkan kepada seluruh petugas Opsgaktib dan Yustisi  untuk memiliki kesamaan persepsi dalam proses penegakan dan penyelesaian pelanggaran hukum, disiplin dan tata tertib prajurit TNI.
"Pada sisi lain, sangat tidak mungkin penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib dapat berjalan dengan baik, apabila petugasnya sendiri tidak disiplin dan tidak profesional, karena ketidakdisiplinan dan tidak profesionalnya petugas akan sangat berdampak negatif pada upaya penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib yang diselenggarakan", kata Panglima TNI.

TNI.