Minggu, 23 November 2014

KRI Tarakan 905: Kapal Tanker Produksi Lokal dengan Kemampuan RAS System

Cover-BCM
Setelah serial LPD (Landing Platform Dock) yang dibuat PT PAL dan LST (Landing Ship Tank) KRI Teluk Bintuni 520 buatan PT Daya Radar Utama, TNI AL diperkuat kembali dengan kapal perang bertonase besar buatan Dalam Negeri. Yang dimaksud adalah KRI Tarakan 905, jenis kapal tanker/BCM (Bantu Cair Minyak) buatan PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (DKB). Kapal dengan bobot kosong 2.400 ton ini seolah menjadi angin segar bagi lini armada kapal tanker TNI AL yang sudah lama mendambakan penambahan kapal untuk tugas dukungan operasi tempur jarak jauh.
Sebagai kapal tanker, KRI Tarakan 905 masuk ke dalam Satuan Tugas Kapal Bantu (Satban) Komando Armada Timur (Koarmatim). Kehadiran KRI Tarakan 905, menambah list keluarga kapal tanker TNI AL yang kini terdiri dari KRI Balikpapan 901, KRI Sambu 902, KRI Arun 903, KRI Sungai Gerong 906, dan KRI Sorong 911. Dari segi tonase, jawara kapal tanker TNI AL masih disabet oleh KRI Arun 903 yang punya bobot 11.520 ton.
KRI Tarakan 905 punya kapasitas angkut 5.500 M3 BBM. Guna mendukung misi operasi, kapal dengan panjang 122 meter ini dilengkapi dengan geladak untuk di darati helikopter ukuran sedang, namun sayangnya tidak ada fasilitas hangar. Seperti halnya KRI Arun 903 dan KRI Sorong 911, KRI Tarakan 905 juga punya kemampuan RAS (Replenishment At Sea) system, yakni mampu mengadakan proses isi ulang bahan bakar ke kapal lain sembari terus berlayar. KRI Tarakan 905 yang punya peran strategis dan taktis, misi yang diemban tak sebatas penyaluran bahan bakar dan pembekalan logistik cair di laut (fleet underway replenishment at sea), melainkan ideal sebagai kapal komando, mendukung misi SAR, dan beragam operasi militer bukan perang.
Peresmian KRI Tarakan 905 oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pada 26 September 2014.
Peresmian KRI Tarakan 905 oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pada 26 September 2014.
image22915771_707494612663560_3476184555975481885_n10354178_527780324023978_7884419344062209089_nKRI Tarakan 905
KRI Tarakan 905 diawaki oleh 108 personel, dengan komanda berpangkat Letnan Kolonel. Meski perannya untuk tugas bantuan, tapi identitas KRI Tarakan 905 tetap sebagai kapal perang, untuk itu ada bekal persenjataan untuk pertahanan terbatas, diantaranya 2 pucuk kanon kaliber 20 mm dan 2 pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Dalam misi tempur, sudah barang tentu kapal tanker membutuhkan pengawalan dari KCR (Kapal Cepat Rudal) maupun korvet atau frigat.
Menurut rencana, selepas kehadiran KRI Tarakan 905, masih akan tiba KRI Dumai yang sedang dibuat oleh galangan yang sama. Penamaan Tarakan mengambil latar sejarah bahwa kota tersebut dikenal sebagai salah satu daerah penghasil minyak bumi di Indonesia mempunyai andil yang besar untuk memenuhi kebutuhan BBM di tanah air. (Gilang Perdana)

Spesifikasi KRI Tarakan 905
  • Panjang keseluruhan : 122,40 meter
  • Panjang garis tegak : 113,90 meter
  • Lebar : 16,50 meter
  • Tinggi : 9 meter
  • Berat baja : 2.400 ton
  • Kecepatan max : 18 knot
  • Jarak jelajah : 7.680 Nautical Mile (14.224 Km)
  • Kapasitas muatan cair : 5.500 matrik
  • Tenaga penggerak : 2 buah daya 6.114 PS dengan sistem propulsi twin screw dan fixed pitch propeller
Indomil.

Menyambut Tank BMD-4 Marinir

BMD-4M, TANK YANG BISA BERENANG DAN TERBANG

image001
Tahun depan akan ada penambahan tank, yakni 54 tank BMD-4M seperti yang disampaikan KASAL Marsetio pada HUT Marinir ke-69 di lapangan tembak Bumi Marinir, Karangpilang Surabaya, 17/11/2014.
Sebenarnya apa istimewanya tank yang diklaim unik dan tank bersenjata paling lengkap di kelasnya ini ?. Keunikan yang pertama tank ini bisa berenang di laut sebagai tank amphibi sehingga cocok dipergunakan oleh pasukan marinir. Yang kedua tank ini bisa diterjunkan dari pesawat sehingga bisa dikirimkan ke medan tempur manapun dengan cepat dan tank ini bisa pula digunakan oleh pasukan lintas udara.
BMD-4M dapat melewati medan air tanpa persiapan khusus. Saat mengapung di atas air, kendaraan ini dapat melaju dengan kecepatan hingga 10 km/jam dan dipacu di jalanan rata dengan kecepatan 70 km/jam dapat mencapai jarak 500 km dengan bahan bakar penuh.
Saat diluncurkan dari pesawat dan mendarat, tank ini dapat langsung operasional dengan persiapan cukup beberapa menit. Dengan lapisan “aluminium diperkeras” yang baru tank ini dapat melindungi awaknya dari senapan ringan dan pecahan peluru artileri.
Tank ini dilengkapi pula dengan suspensi hidropneumatik yang membuat kendaraan ini dapat mengubah ketinggiannya. Dengan suspensi yang fleksibel tank ini dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pesawat dan dapat dengan mudah pula berkamuflase dalam operasi tempur.
Kepala Perancang BMD-4M Sergey Salnikov menyebutkan kemampuan baru kendaraan ini antara lain penguncian sasaran dan pelacakan, serta cadangan amunisi yang lebih besar. Radius tembakan meningkat hingga tujuh kilometer dengan adanya senapan artileri baru, yang mampu menyerang kendaraan militer ataupun bangunan berbenteng.
Amunisi diisi ulang secara otomatis sehingga mengurangi beban fisik dan fisiologis awak, sementara sistem kendali otomatisnya dapat beroperasi dalam modus pencitraan panas. Senapan artileri 100 mm kendaraan ini dapat menembakkan rudal anti-tank Arkan (PTUR/Protivotankovye Upravlyaemye Snaryady) hampir tanpa suara. Semua karakteristik ini membuat BMD-4M menjadi sistem artileri dan roket gerak otomatis yang multifungsi.
image002
Berikut data teknis Tank BMD-4M
Operasional 2005
Kru 3
Personel 5
                       Dimensi dan berat
Berat 13.6 t
Panjang 6.36 m
Panjang Hull 6.1 m
Lebar 3.11 m
Berat 2.45 m
                           Persenjataan
Kanon 100-mm gun, 30-mm
ATGW Bastion, AT-5 Spandrel
Senapan Mesin 1 x 7.62-mm, 1 x 5.45-mm
Peluncur Granat 1 x 40-mm
                             Mobilitas
Mesin 2V-06-2 diesel
Engine power 450 hp
Kecepatan Maksimal 70 km/h
Kecepatan Di Air 10 km/h
Jarak Tempuh 500 km
BMD-4M ketika diterjunkan dari pesawat
BMD-4M ketika diterjunkan dari pesawat
image006
image007
image008
image010
Hanya butuh beberapa menit utk mempersiapkan tank sebelum siap tempur


JKGR.

Panser Kanon Negara Jiran

Sibmas AFSV-90 Malaysia
Sibmas AFSV-90 Malaysia

Jika Indonesia baru saja meluncurkan panser badak 6×6, maka tetangga Jiran kita Malaysia sudah lebih dulu memilikinya. Sibmas 6×6. Pada tahun 1983 Angkatan Darat Malaysia memesan 150 Sibmas 6×6 AIFV dari Belgia dan 450 Condor 4×4 APC dari Jerman.
Panser Sibmas dilengkapi canon Cockerill 90mm Mk III serta senjata mesin coaxial 7.62 mm dan senjata anti-pesawat 7.62 mm machine gun yang ditujukan Malaysia sebagai fire support. Kendaraan ini memiliki top speed 100 km dan daya jelajah 1000 km.
Bedanya dengan Indonesia, Sibmas 6×6 ini buatan Belgia, sementara Panser Badak buatan dalam negeri, PT Pindad.
Sibmas AFSV-90 Malaysia
Sibmas AFSV-90 Malaysia

Namun demikian, kini Malaysia telah melompat mengadopsi panser 8×8 yakni AV-8 yang akan digunakan untuk APC maupun IFV. AV-8 8×8 merupakan kandidat pengganti Sibmas 6×6 dan Condor 4×4. AV-8 atau PARS merupakan kerjasama Malaysia dengan FNSS Turki yang sebelumnya mensupport Malaysia dan Tank ACV-300.
AV-8 Malaysia
AV-8 Malaysia

Dengan format 8×8 maka panser ini bisa mengadopsi berbagai varian, karena memiliki platform yang lebih stabil.  AV-8 bersifat modular dan memiliki perlindungan armor tingkat 4 yang mampu menangkis amunisi 14.5 mm, 7.62mm dan 14.5mm. Kemampuan menangkis amunisi 14.5 mm setara dengan kemampuan Stryker AS.
AV-8 menggunakan sistem integrator Thales yang membuatnya bisa berkomunikasi dan bertukar data dengan MBT PT-91 Malaysia. Kendaraan 8×8 ini menggunakan mesin diesel Deutz turbocharged buatan Jerman yang menghasilkan tenaga 524 hp dengan mesin yang terletak di tengah hull, di belakang kompartemen sopir dan bersifat fully amphibious, bisa diangkut oleh pesawat kargo C-17 atau pun A400M.
contoh mast mounted sensors
contoh mast mounted sensors

Malaysia memesan 178 AV8 dengan konfigurasi: turret 30 mm, turret 25mm, RCWS 12,7. Varian lainnya adalah kendaraan surveillance yang dilengkapi battlefield radar dan mast mounted sensors (24), command vehicles (13), armored ambulances (9), armored recovery vehicles (9), maintenance vehicles (9), 120-mm mortar carriers (8), engineering and NBC reconnaissance vehicles (4) dan signals vehicles (3). 

Sabtu, 22 November 2014

Bentrok Anggota TNI-Polri Bukan Hanya Didamaikan Tapi Dicari Akar Masalahnya



mapolres-oku-dibakar-jenderal-timur-penyidikan-bentrok-tni-polri-di-terus
 Ilustrasi Bentrok TNI vs Polri, Mapolres OKU Dibakar (Foto: lensaindonesia.com)

Kembali terjadi bentrok antara anggota TNI dengan Polri, mewarnai awal dari era kepemimpinan Presiden Jokowi. Kali ini bentrok yang terjadi di Batam sejak Rabu (19/11) hingga Kamis (20/11) dini hari, antara anggota Yonif 134/Tuah Sakti dengan anggota Brimob dan mengakibatkan satu anggota TNI, Praka Jack Marpaung tewas tertembak dan seorang warga masayarakat mengalami luka tembak.
Bentrok dari dua kesatuan aparat pertahanan dan keamanan itu jelas membuat presiden khawatir dan prihatin, karena mereka menggunakan senjata api dengan peluru tajam. Disebutkan oleh Sekretaris Kabinet Andi Wijayanto di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (20/11), bahwa presiden terus memantau hingga pukul 01.30 dini hari. Presiden Jokowi memerintahkan pimpinan Polri dan TNI untuk turun mendamaikan dan memberi sanksi bagi para pelaku.
Apapun alasannya dan arah tembakan, terbukti dalam bentrok ini telah jatuh korban tewas dari anggota batalyon tempur TNI AD saat mereka mendatangi markas Brimob, ini yang memprihatinkan. Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Laksamana TNI (Pur) Tedjo Edhy Purdijatno, penyerbuan Markas Brimob Batam merupakan dendam lama. Bentrokan dipicu karena saling pandang antar-anggota di Pom bensin. "Kejadian di Batam ini adalah ada sengketa dari penanganan yang lalu, kasus bulan September," kata Tedjo di Kompleks Istana, Kamis (20/11)
Kapolri dan Kasad segera menuju ke TKP Batam dalam rangka mengecek kejadian, mengklarifikasi, menenteramkan dan mendamaikan hati yang panas. Penulis tidak membahas latar belakang terjadinya bentrok, karena perlu menunggu rilis dari tim investigasi yang dibentuk. Berita yang berkembang di media sangat perlu disaring, karena penyebab kasus tidak cukup dari informasi yang berkembang, tetapi informasi yang sudah berupa intelijen dari hasil pemerikssaan saksi dan interogasi mereka yang terlibat.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa masih saja terjadi bentrok antara anggota TNI dengan Polri? Penulis mencoba mengaitkan dengan pengalaman saat masih bertugas sebagai Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi TNI-AU (Kadispamsanau) selama tiga tahun pada tahun 90-an. Salah satu tugas yang diemban adalah melakukan pengamanan personil, dimana satuan yang penulis pimpin melakukan penyelidikan, interogasi, penelitian serta memberikan saran tindakan kepada pimpinan TNI AU terhadap setiap kasus pelanggaran disiplin tentara, dan juga bentrok yang terjadi sebelum menyerahkannya kepada POM-AU.
Dalam kasus bentrok seperti yang terjadi di Batam, itu bukan kejadian pertama, sebelumnya ada anggota TNI yang terkena tembakan tidak hanya di Batam, juga di Papua misalnya. Penggunaan senjata api untuk saling menyerang kedua belah pihak baik TNI maupun Polri jelas merupakan pelanggaran yang sangat berat, ini jelas difahami para anggota tersebut, lantas mengapa mereka masih 'menenteng' senjata kalau ribut? Jelas ini terkait dengan emosi, serta rasa esprit de corps yang mereka benarkan dan mereka manipulasikan.

Emosi dan Esprit de Corps
Apabila diteliti, dalam beberapa kasus bentrok, yang terlibat adalah para anggota dengan pangkat rendah (tingkat Prajurit dan Brigadir). Mereka umumnya masih muda-muda dan setelah lulus SMA, masuk pendidikan selama beberapa bulan, dilatih dan digembleng bersama, diajari cara menggunakan senjata, dilatih bertempur (bagi TNI) dan penanganan masalah pelanggaran hukum (bagi Polri). Dari pengamatan penulis saat bertugas, nampak dari beberapa pendidikan (obyek penelitian di Kodik TNI AU), bahwa bagi mereka yang nanti dalam penugasannya dipercaya selalu memegang senjata api harus diberikan stressing yang lebih dibandingkan mereka yang penugasannya dari segi tehnis lainnya. Bagi anggota yang dijuruskan menjadi anggota Polisi Militer, pasukan, intelijen perlu diberikan kurikulum khusus. Pertanyaannya mengapa? Para prajurit tersebut berasal dari lulusan SMA, terlepas dimanapun mereka berada. Bagi mereka yang berasal dari kota-kota besar khususnya, mereka dalam beberapa tahun di SMA, bahkan SMP sering terlibat dalam 'tawuran.'
Mereka-mereka itu yang harus diawasi dengan ketat, agar virus tawuran dalam benaknya yang selama ini bebas merdeka, tidak ada yang ditakuti, kemudian bisa menjadi lebih "jago" karena dipegangi senjata. Dari pengalaman interogasi, penulis menjumpai bahwa virus kebandelan anak-anak ini sangat sulit dihilangkan. Oleh karena itu penulis saat itu benar-benar tidak ada kompromi dalam mengawasi dan mengarahkan mereka setelah masuk ke satuan kerja. Kordinasi dengan komandan satuan terus dilakukan, sekali terjadi pelanggaran disiplin berat, maka komandan (secara berjenjang) termasuk yang akan diberikan sangsi.
Penulis selalu mengingatkan para komandan satuan, sekali mereka kurang perhatian dan kurang disiplin mengawasi anak buahnya, maka satuan tersebut akan menjadi gerombolan bersenjata resmi (berpakaian dinas dengan mental gerombolan). Kejadian insubordinasi telah terjadi saat konflik di Batam, menurut para pejabat, gudang senjata mereka bongkar dan senjata dibawa serta dipergunakan untuk berkonflik.
Hal lain yang juga penulis perhatikan adalah masalah Esprit de Corps di kalangan anggota. Pengertian esprit de corps bisa diartikan sebagai, "Rasa persatuan dan kepentingan serta tanggung jawab bersama yang dikembangkan di antara sekelompok orang yang terkait erat dalam tugas." Ada juga mengartikan sebagai persahabatan, ikatan, dan solidaritas. Ditinjau sebagai kata benda, bisa diartikan sebagai kesadaran dan kebanggaan yang merupakan milik kelompok tertentu, memiliki rasa dengan tujuan bersama dan persekutuan. Menurut Collins English Dictionary, Esprit de Corps adalah perasaan persahabatan di antara anggota kelompok atau organisasi. Sebagai contoh terbentuknya esprit de corps misalnya, "Dengan berkemah bersama selama satu minggu saja, sekelompok orang akan sudah terikat oleh esprit de corps yang kuat."
Nah, bagi para anggota pasukan militer yang digembleng bersama di sebuah lembaga pendidikan dasar, pada umumnya dilatih untuk selalu bekerja sama karena mereka dipersiapkan untuk menghadapi musuh yang pilihannya adalah antara hidup dan mati. Pendidikan dasar pada umumnya keras dan tegas dengan norma-norma serta budaya khusus, dimaksudkan untuk merubah mentalitas seorang sipil menjadi militer dengan disiplin yang tegas dan jelas. Sebagai contoh dalam sumpah prajurit ke tiga disebutkan "Bahwa saya akan tunduk kepada atasan tanpa membantah perintah atau putusan."
Anggota militer (TNI) dibentuk dengan dasar Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI. Karena itu anggota militer sebenarnya dikunci sikap, perilaku dan mentalitasnya dengan aturan-aturan yang sudah baku. Mereka bisa terkena Peraturan Disiplin Tentara, Hukum Disiplin Militer. Oleh karena itu dengan dasar yang sudah kuat serta aturan baku, diharapkan Indonesia mempunyai anggota militer yang kerkualitas serta menjadi contoh dan tauladan yang baik. Demikian juga dengan para anggota Polri dikalangan yang berpangkat Brigadir misalnya, mereka dipersiapkan sebagai abdi hukum yang taat dalam melakukan tugasnya sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nah, pertanyaannya, mengapa dengan aturan yang jelas, penggemblengan yang keras, setelah para anggota itu bertugas, mereka ada yang masih terlibat dalam bentrokan. Bentrok sebenarnya tidak jauh-jauh dengan pengertian tawuran, bedanya kalau dahulu hanya menggunakan batu, gir sepeda serta rantai, kini mereka bisa secara tidak resmi membawa senjata api. Rasa percaya diri jelas semakin tinggi. Dengan ditambah esprit de corps serta emosi muda dan pengalaman tawuran, maka lengkaplah seseorang anggota militer ataupun Polri di kelompok tamtama itu menjadi alat pembuat kericuhan.
Apakah hanya itu penyebabnya? Jelas tidak. Seperti keterangan yang diberikan Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya, saat konflik pertama anggota Yon 134 dengan anggota Polri berawal di lokasi penimbunan BBM ilegal. Dikatakan beberapa anggota TNI itu tidak tahu bahwa itu tempat penampungan BBM ilegal. Mereka tahunya hanya diminta sebagai tenaga pengamanan. Karena itu saat digerebeg pada bulan September 2014, terjadi keributan diantara mereka dan mengakibatkan 4 anggota TNI AD tertembak. Demikian juga misalnya dengan kasus anggota Brimob dengan TNI AD di Wamena, keributan berawal dari penyetopan anggota TNI yang membawa kayu dan semuanya berakhir setelah seorang perwira pertama (Komandan Pos) mengalami luka tembak di paha.
Nah, banyak kisah tentang keributan anggota TNI dengan Polri yang berawal dari rasa cemburu, upaya hukum dari Polri yang akhirnya menyentuh anggota TNI. Dibelakangnya adalah masalah pendapatan ekstra belaka. Disini yang berbicara masalah kesejahteraan, jaman dan harga-harga semakin sulit dan tinggi. Gajih para anggota TNI kelompok Tamtama yang hanya sekitar Rp.1.330.000/bulan dapat dikatakan tidak mencukupi. Disinilah kemudian muncul kecemburuan sosial terhadap anggota Polri yang mereka lihat lebih banyak memiliki peluang.
Anggota militer setiap hari hanya berlatih dan hidup di dalam kestarian atau markas, berbeda dengan anggota Polri yang banyak bertugas di lapangan, bersentuhan dengan masyarakat. Jelas kejenuhan anggota TNI dengan penghasilan yang dinilai kurang, bisa menimbulkan pemikiran upaya mencari tambahan. Pada tahun 2001 saat penulis mendampingi Menhan meninjau salah satu kesatuan di daerah Cilodong, pimpinan TNI AD menyatakan bahwa jangan kaget kalau diluar jam kerja ada anggota yang menjadi tukang ojek.
Jadi masalah bentrokan sebaiknya dapat dilihat lebih komprehensif, karena berbagai macam sebab seperti yang penulis sampaikan diatas. Jadi bagaimana kesimpulannya? Pimpinan satuan sebaiknya memahami dan meluruskan pengertian esprit de corps dikalangan anggotanya. Selain itu masing-masing komandan sebaiknya mengetahui siapa anggotanya itu, siapa yang mempunyai sejarah kelam dan tukang bikin ribut. Penulis percaya ada jeger-jeger yang dahulu jagoan sewaktu SMA dan setelah menjadi anggota TNI/Polri tetap saja sifat dan karakter jegernya muncul. Dia pada umumnya mereka mampu memprovokasi anggota lainnya.
Tetapi yang terpenting dari semuanya itu, baik pimpinan TNI maupun Polri penulis pandang perlu kembali meninjau kurikulum pendidikan dasar prajurit. Indikasi pemahaman kerasnya kehidupan militer dan polisi tetapi tetap dengan budi pekerti yang baik sebaiknya mulai diterapkan di pendidikan dasar saat mentalitas sipil si calon mulai dirubah menjadi sikap mental TNI dan Polri. Mereka harus mampu membedakan mana yang musuh dan mana yang bukan, serta diberi pelajaran bagaimana mengambil sebuah keputusan. Pelatihan keputusan yang dibuat dengan pemikiran, dan bukan dengan emosi serta manipulasi esprit de corps.
Penulis kira inilah sebagian wawasan sederhana yang perlu disampaikan, memang kehidupan prajurit itu keras dan pemberontakan bisa muncul sewaktu-waktu, oleh karena itu si Komandan satuan jelas harus lebih lihai dan dewasa sebagai pemimpin yang diandalkan. Perlu segera dilakukan penilaian kasus, tidak cukup hanya didamaikan, saling bertemu gendong dan berpelukan. Akar masalah harus dilakukan, intinya berada pada masing-masing institusi. Sebagai penutup, jelas pemerintah sebaiknya memikirkan peningkatan kesejahteraan prajurit. Semoga bermanfaat. 

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net


LCH Balikpapan Class: Identitas Indonesia di Kapal Perang Australia

1529663_-_main
Berita ini memang tak ada kaitan dengan alutsista TNI, tapi kami memandangnya sebagai sesuatu yang menarik. Lepas dari tensi diplomatik antara Indonesia dan Australia yang kerap pasang surut, nyatanya pemerintah Australia sejak lama memberi penghormatan tersendiri pada identitas ke Indonesiaan untuk penamaan armada kapal perangnya, khususnya pada jenis kapal LCH (Landing Craft Heavy).
LCH punya peran sebagai kapal angkut dengan daya muat cukup besar, mulai dari cargo, pasukan, ranpur sekelas tank ringan hingga MBT, dapat dihantarkan oleh LCH menuju bibir pantai pendaratan. Bila di lingkungan TNI AL, jenis kapal ini akan dimasukkan ke Satuan Kapal Amfibi (Satfib). Melihat dari fungsinya, LCH tak ubahnya LCU (Landing Craft Utility) yang diluncurkan dari LPD (Landing Platform Dock), hanya saja ukuran LCH jauh lebih besar, juga punya kemampuan jelajah yang lebih jauh.
Sedari awal, Australia memang memberi nama yang unik untuk armada LCH-nya. Armada LCH milik RAN (Royal Australian Navy) disebut Balikpapan Class LCH. Mengapa disebut Balikpapan Class? Tak lain karena HMAS Balikpapan L126 adalah kapal pertama di kelas ini, lainnya ada HMAS Labuan 128, HMAS Tarakan L129, HMAS Wewak L130, HMAS Betano L133 dan HMAS Brunei L127. Khusus untuk HMAS Balikpapan, HMAS Tarakan, dan HMAS Labuan, belum jelas benar apa latar belakang penamaan kapal perang Australia yang mengusung nama kota di Indonesia ini. Boleh jadi Australia punya kenangan tersendiri pada kota tersebut saat terlibat kancah Perang Dunia II.
HMAS Balikpapan
HMAS Balikpapan.
Proses offloading di HMAS Balikpapan
Proses offloading di HMAS Balikpapan.

Kesemua LCH Balikpapan Class ini dibuat oleh galangan Walkers Limited di Maryborough, Queensland, Australia. Penyerahan armada kapal ini dimulai pada rentang tahun 1971 – 1974. Dan, karena usianya yang sudah tua dan adanya perubahan strategi gelar kekuatan perang Australia, RAN pun kini telah memensiunkan seluruh LCH ini. Seperti dikutip dari Janes.com (20/11), tiga LCH Balikpapan Class resmi dipensiunkan dari kedinasan pada 20 November 2014 lewat upacara pelepasan di Cairns. Ketiga kapal tersebut adalah HMAS Brunei, HMAS Labuan, dan HMAS Tarakan. Tiga kapal lainnya, HMAS Wewak , HMAS Balikpapan dan HMAS Betano sudah lebih dahulu pensiun pada tahun 2012. Karena punya tugas untuk misi pendaratan amfibi, hampir semua kapal Balikpapan Class ikut terlibat dalam misi INTERFET di Timor Timur pada tahun 1999.
Setelah dipensiunkan, sebagai kapal ada yang di scrap, tapi sebagian lainnya seperti HMAS Labuan dan HMAS Balipapapan dihibahkan pemerintah Australia untuk militer Panua Nugini. Nah, soal hibah menghibah ini jadi mengingatkan tatkala TNI AL pernah menerima hibah armada kapal patroli Attack Class dari Australia pada tahun 70-an.
HMAS Tarakan saat mengikuti International Fleet Review tahun 2013.
HMAS Tarakan saat mengikuti International Fleet Review tahun 2013 di Sydney.

Sekilas Balikpapan Class LCH
Kapal besutan Negeri Kangguru ini punya bobot standar 364 ton dan bobot full 517 ton dengan dimensi 44,5 x 10,1 meter. Sebagai kapal angkut berat, Balikpapan Class mampu membawa muatan hingga 180 ton. Daya muatnya bisa membawa 3 unit MBT Leopard atau 13 unit tank APC M113. Bisa juga sekali berlayar membawa 23 truk ukuran 4 ton. Semisal ditugasi membawa pasukan, sekali angkut bisa dibawa 400 personel.
Setelah melalui proses repowering, kapal ini menggunakan mesin 2 × Caterpillar 3406E diesel engines sejak 2005. Balipapan Class mampu melaju pada kecepatan jelajah 10 knots. Sementara jarak jelajahnya bisa sampai 5.600 km. Navigasinya mengandalkan Racal Decca Bridgemaster I-band navigational radar. Bicara soal senjata, kapal dengan 16 awak ini hanya dibekali dua pucuk SMB (senapan mesin berat) M2HB kaliber 12,7 mm. (HANS)

LCT20 Turret: Adopsi Kubah Kanon 20mm di Ranpur Anoa 2 6×6

IMG_20141106_155409
Keluarga seri panser Anoa Pindad kembali mendapat suguhan warga baru, yakni ranpur Anoa 2 6×6 yang kali dibekali kubah kanon 20 mm. Meski adopsi kanon 20 mm bukan sesuatu yang baru, namun mencangkokkan kubah kanon 20 mm pada Anoa jelas menjadi terobosan tersendiri. Wujud ranpur berkubah kanon 20 mm ini telah ditampilkan di hadapan publik dalam ajang Indo Defence 2014.
Dari hasil pengamatan visual di lokasi, pada kubah Anoa 2 6×6 tertulis “PK20 Turret, manufactured by Denel.” Denel adalah manufaktur persenjataan asal Afrika Selatan, dubut Denel juga bukan hal baru di lingkungan TNI. Beberapa senjata besutan Denel yang digunakan TNI seperti senjata anti material NTW-20 dan kanon PSU Vektor G12 yang digunakan di korvet SIGMA Class dan KRI Clurit TNI AL.
IMG_20141106_155500IMG_20141106_155438a08bb78a7c9241a31682853326610cbf??????????????????????????????????????????????????????????????
Sekilas kubah kanon 20 mm di Anoa 2 tampak berdesain lawas, sedikit mengingatkan pada kubah pada tank ringan AMX-13. Tapi setelah ditelusuri, spesifikasi hardware pada kanon ini ternyata sudah cukup maju. Uniknya, meski diberi label PK20 Turret, sejatinya label asli kubah ini adalah LCT20 Turret, Denel merancang kubah ini untuk dipadukan sebagai senjata utama di IFV (Infantry Fighting Vehicle). Sistem operasi pada kubah diawaki oleh dua orang yang didukung kapabiltas perangkat penglihatan siang/malam (advanced electro optical sighting) dan pengukur jarak ke sasaran. Selain senjata utama kanon 20 mm, pada sisi laras kanon utama disematkan senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm yang beroperasi secara coaxial. Bekal senjata kaliber 7,62 mm tak hanya dalam wujud coaxial, tapi juga disematkan di bagian atas hatch sebelah kiri, lengkap dengan perisai anti tembakan.
Pengukuran dan analisan sasaran sudah tersedia dalam solusi digital, seperti Gunner Colour Display Panel, juru tembak dapat mengganti moda tembakan secara otomatis untuk penggunaan kanon utama dan senjata coaxial, berikut update informasi jumlah sisa amunisi. LCT20 Turret dapat dimuati 300 amunisi untuk kanon 20 mm, sementara 200 amunisi untuk coaxial gun. Beberapa perangkat canggih untuk gunner yang dibenamkan di kubah LCT20 seperti laser range finder, thermal imaging sight, dan zoomable day camera.
IMG_20141106_155400??????????????????????????????????????????????????????????????
Dari spesifikasinya, bobot kubah secara keseluruhan mencapai 1.550 kg. Sudut elevasi laras antara -8 hingga 38 derajat, serta sudut putar kubah 360 derajat. Untuk perlidungan, di bagian luar kubah terdapat 8 buah pelontar granat asap, masing-masing empat di sisi kanan dan kiri. Kami belum tahu persis, berapa pasukan yang bisa dibawa Anoa berkanon 20 mm. Semisal tak ideal untuk membawa pasukan, mengingat kompartemen yang jadi sempit, maka klasifikasi ranpur ini lebih tebat disebut sebagai AFSV (Armoured Fire Support Vehicle). (Gilang Perdana)

Ground Based Air Defence systems SAAB – Pindad

RBS70 NG
RBS70 NG

Divisi Pertahanan dan Keamanan SAAB, Swedia, menandatangani kerja sama dengan PT PINDAD untuk memasarkan Sistem Pertahanan Udara Berbasis Darat (GBAD), menyusul kesepakatan memperpanjang usia pakai sistem peluru kendali darat-ke-udara RBS70 TNI.
Kesepakatan itu mengikat dalam jangka waktu panjang, dengan tujuan memenangi bisnis pertahanan udara nasional di Indonesia. Disepakati pengembangannya dilakukan secara bertahap.
Kepala Komunikasi SAAB Asia Pasifik, Susanne Dalskog, dari Swedia, Jumat, menyatakan, kesepakatan itu juga mencakup transfer teknologi dari SAAB untuk meningkatkan kinerja sistem RBS70 yang telah berada di Indonesia sejak dasawarsa ’80-an.
Pada tahap awal, fokus diarahkan pada peningkatan usia operasional peluru kendali RBS70 Mark II, yang melibatkan mitra Indonesia, yaitu PT PINDAD. Oleh SAAB, ditawarkan juga sistem RBS70 NG.
“Kesepakatan ini memungkinkan kedua pihak memiliki kesempatan terbaik untuk berkolaborasi hingga di tingkat praktik. Bersama-sama, kami akan menjawab tantangan memenangi persyaratan pengadaan sistem peluru kendali utama GBAD. PT PINDAD adalah mitra paling tepat bagi SAAB,” kata VP dan Kepala SAAB Indonesia, Peter Carlqvist.
saab gbad
SAAB Ground Based Air Defence (GBAD) systems

Sistem GBAD yang dimiliki SAAB, yang telah beroperasi sekitar 30 tahun, telah dikembangkan menuju rancangan sistem lebih canggih, tingkat kegagalan rendah, dan fungsi dukungan perawatan.
Semuanya dinyatakan menjamin konsumen mendapat nilai paling maksimal dari dana yang telah dikeluarkan, dihadapkan dengan performansi, kelenturan taktis, biaya operasional, ketersediaan, dan biaya pakai lain.