Sebagai kendaraan tempur bersenjata kanon kaliber besar, Badak muncul di
tengah persaingan keras kendaraan tempur sejenis, dan juga problem
klasik menciutnya perekonomian yang berujung berkurangnya anggaran
pertahanan
Panser kanon di banyak Negara memang masih cukup diminati sebagai FSV
(Fire Support Vehicle) alias kendaraan bantuan tembakan untuk infantri.
Bedanya, panser kanon modern di Negara maju sudah meninggalkan kanon
90mm Low Pressure yang masih diandalkan oleh Badak. Berikut ARC
ketengahkan satu panser kanon andalan Belgia, SIBMAS yang merupakan buah
cinta anggota ARC yang baru saja masuk, Weka Ning Mahardhika yang sudah
bertobat dari Formil Kaskus.
Keluarga kendaraan beroda (6X6) SIBMAS yang kebetulan memiliki
penampilan fisik yang serupa dengan kendaraan tempur infantri (6X6)
Ratel dari Afrika Selatan, merupakan hasil rancangan dari BN
constructions Ferroviaires et Mettaliques di tahun 1975. Bentuknya
khas, dengan kompartemen pengemudi menyerupai kokpit sehingga bidang
pandangnya amat luas dan tak terhalang. Kabin penumpang mampu menahan
impak hantaman peluru 7,62x51mm NATO, sama seperti Badak.
Prototipe pertama diselesaikan pada tahun 1976 dan kendaraan demo
diselesaikan pada pertengahan 1979, yang mendapatkan perbaikan pada
sistem penglihatan bagi pengemudi dan mesin yang lebih bertenaga MAN
D-2566 berdaya 320hp. Dalam produksinya, SIBMAS banyak menggunakan
komponen standar MAN yang antara lain mencakup mesin, transmisi dan
suspensi.
Pada tahun 1981, Malaysia memesan 196 SIBMAS yang dikirimkan antara
tahun 1983 – 1985 dalam dua versi: 162 Amoured Fire Support Vehicle 90
(AFSV – 90) dengan kubah CM 90 dari CMI Defence, dimana kubah tersebut
dioperasikan oleh 2 orang kru dan dilengkapi dengan meriam Cockerill 90
mm Mk III Low Pressure (sama dengan yang terpasang pada panser kanon
Badak) serta sistem kendali penembakan OIP LRS-2; dan 24 ARV yang
dilengkapi alat kerek dengan kapasitas tarik 20.000 Kg dan alat derek
dengan kapasitas angkat 10.500 Kg. Alat kerek (crane) dapat digunakan
untuk melakukan penggantian powerpack SIBMAS hanya dalam waktu 30 menit,
tanpa perlu ditarik pulang ke depot.
Pada pertengahan 1980, pabrik kubah dan meriam CMI mengambil alih BN
constructions Ferroviaires et Mettaliques. Saat ini perusahaan tersebut
tidak lagi memasarkan keluarga (6X6) SIBMAS dan memfokuskan pada
pengembangan, produksi dan penjualan kubah kendaraan tempur lapis baja.
Fitur
Posisi pengemudi SIBMAS ada di bagian paling depan kendaraan dengan
sebuah pintu palka yang membuka ke arah kanan pengemudi, tepat di
atasnya. Pada sisi depan dan sisi samping kiri dan kanan pengemudi
terdapat kaca anti peluru yang memberikan daya pandang yang baik setiap
saat. Apabila diperlukan, terdapat pelat baja yang dikaitkan di bagian
bawah untuk menutup kaca anti peluru tersebut.
Kompartemen penumpang terletak di belakang kubah dan mesin dengan enam
prajurit duduk saling membelakangi di bagian tengah dan tiga lainnya di
lorong di antara kompartemen penumpang dan pintu belakang. Sebuah palka
kecil dan tiga buah palka besar ditempatkan di atas kompartemen
penumpang, terdapat lubang penembakan dan bidang lihat di bagian ini
yang memungkinkan prajurit menggunakan senjata mereka dari dalam
kendaraan secara aman.
SIBMAS juga memiliki kemampuan amfibi, dimana penggerak utamanya ketika
berada di dalam air adalah dengan menggunakan ban dengan kecepatan gerak
maksimum 4 kpj. Untuk versi yang digunakan oleh Kor Armor Diraja
Angkatan Darat Malaysia, menggunakan propeler yang memungkinkan SIBMAS
bergerak hingga kecepatan 11 kpj di dalam air.
SIBMAS LCTS 90
Menyambut perkembangan yang ada di dunia kemiliteran, CMI mengadakan
pembaruan pada SIBMAS untuk membuatnya kompetitif di pasaran. Kubah
CSE90LP dicopot, digantikan dengan kubah baru 90mm LCTS L48. Berbeda
dengan meriam 90mm Mk III, kubah baru ini menggunakan meriam 90mm Medium
Pressure yang merupakan turunan dari meriam Cockerill Mk8. Selain
melontarkan proyektil biasa, meriam 90mm LCTS juga didesain mampu
meluncurkan GLATGM (Gun Launched ATGM) Falarick yang dibuat berdasarkan
kerja bareng dengan Ukraina.
CMI meyakini bahwa meriam 90mm LCTS mereka, dengan didukung teknik
metalurgi modern dan pemilihan baja yang sangat baik kualitasnya di
pabrik mereka, akan mampu menyamai performance meriam 105mm generasi
awal. Meriam ini dilengkapi dengan muzzle brake dengan satu lubang untuk
mendukung penembakan munisi APFSDS. Meriam 90mm ini dilapisi dengan
thermal sleeve untuk mengurangi pemuaian sehingga laras tidak mudah
bengkok setelah penembakan secara kontinyu. Sama seperti meriam Mk3,
meriam Mk8 dapat digunakan untuk tembakan lintas lengkung yang mencapai
jarak maksimal 8km apabila ditembakkan dari elevasi 20o.
Berbeda dengan kubah CSE90LP yang masih harus diisikan secara manual,
kubah LCTS 90 sudah menggunakan sistem autoloader, ini tentu meringankan
pekerjaan komandan dan juru tembak yang bisa fokus mengejar sasaran.
Seluruh peluru disimpan di bustle yang terpisahkan oleh firewall dari
kompartemen awak. Amunisi diisikan pada bustle dari luar tank, dengan
membuka pintu baja pada sisi belakang bustle. Satu sistem sabuk rantai
akan membawa amunisi dari bustle ke arah kamar peluru.
Biarpun kanon 90mm Medium Pressure dapat dipercaya untuk menggasak
tank-tank generasi 1960an, tak dipungkiri bahwa penggunanya tidak bisa
memilih lawan di medan pertempuran, alias mungkin saja bertemu MBT
mutakhir. Untuk menghadapi ancaman semacam ini, CMI dan pabrikan GKSTB
Ukraina bekerjasama menciptakan rudal berpemandu laser Falarick (tongkat
sakti dalam mitologi Irlandia). Teknologi yang digunakan sama seperti
pada ATGM yang diluncurkan dari laras meriam macam 9M119M, yaitu sinar
laser yang disorotkan dari kendaraan penembak ke arah sasaran, dan rudal
tinggal mengikuti.
Rudal Falarick sendiri dibuat untuk dapat ditembakkan dari laras 90mm
ataupun 105mm. Memiliki panjang 1 meter dan bobot 20kg, Falarick saat
terbang distabilkan oleh sirip-sirip dan rudder alumunium yang terpasang
di belakang (total 8 buah). Pada saat masuk di laras, sirip ini akan
terlipat dan akan terbuka begitu keluar dari laras. Pada saat diujicoba,
Falarick yang ditembakkan dari dari jarak 3,9km dapat mengenai sasaran
standar NATO dengan menempuh waktu selama 14 detik. Dengan hululedak
HEAT ganda, Falarick dikatakan mampu menembus pelat baja RHA setebal
500mm, ini setara dengan ketebalan glacis T-72M1. Kelemahannya, sama
seperti GLATGM era Soviet, kendaraan benar-benar harus dibuat dalam
keadaan diam. Sedikit pergerakan akan mengakibatkan rudal berbelok atau
malah kehilangan panduan laser.
Untuk kubah, LCTS90 menerapkan format yang sama seperti CSE90LP,
komandan duduk di kiri dan penembak di kanan. Penembak memiliki kamera
bidik dengan kamera termal terstabilisasi. Bedanya, di atas blok kamera
bidik dipasang kotak pemandu laser untuk sistem rudal Falarick.
Sementara untuk komandan disiapkan sistem kamera panoramik yang
independen, sehingga komandan dapat bertindak sebagai pemburu. Sistem
kendali penembakannya sudah mengadopsi komputer balistik dan sensor
seperti tekanan udara, kecepatan angin, kelembapan, suhu udara, dan
tentu saja laser rangefinder, kurang lebih sama seperti yang
dipergunakan pada MBT modern. (Weka & Aryo)