Ada
beberapa paramater yang menjadikan suatu kapal selam layak disebut
canggih, sebut saja dari teknologi sensor, sonar, dan sistem senjata
yang dibawanya. Tapi lain dari itu, kehandalan kapal selam juga
ditentukan dari kemampuan endurance (daya tahan) selama waktu
operasi penyelaman. Semakin lama kapal selam mampu bertahan di bawah
permukaan laut, maka kapal selam tersebut punya poin emas dalam
melaksanakan operasi tempur bawah air.
Bila kapal selam bertenaga nuklir punya keunggulan menyelam dalam
waktu yang cukup lama hingga berbulan-bulan di bawah permukaan, maka
kapal selam diesel listrik punya kemampuan selam yang tidak terlalu
lama, hitungannya maksimum 3 sampai 4 minggu kapal selam harus muncul ke
permukaan, baik langsung atau menggunakan snorkel. Nah, untuk mencapai endurance
waktu selam yang maksimal, kapal selam diesel listrik mengandalkan
sokongan tenaga dari AIP (Air Independent Propulsion). Sementara saat
kapal selam berlayar di permukaan, tenaga dorongnya dipasok oleh mesin
diesel. Inilah teknologi yang digunakan juga pada kapal selam Type 209 TNI AL, KRI Cakra 401, KRI Nanggala 402, dan tiga unit kapal selam Changbogo Class yang akan tiba tahun depan.
Bila Kapal selam nuklir yang menggunakan panas dari peluruhan bahan
radioaktif di reaktornya yang akan digunakan untuk menghasilkan steam
yang digunakan pada steam turbine dan dikopel ke propelernya sebagai
penggerak atau dihubungkan ke generator listrik untuk membangkitkan
listrik. Maka kapal selam diesel listrik mendapatkan tenaga dari hasil
pembakaran bahan bakarnya, dan sebagaimana kita tahu untuk menghasilkan
pembakaran atau api diperlukan udara dalam hal ini oksigen,teknologi ini
menggunakan hydrolisis yang akan menghasilkan gas HHO yang membutuhkan
energi listrik untuk melepaskan ikatan hidrogen dan oksigen di air, di
tambah lagi air luat memiliki kadar garam yang tinggi yang tentu
memerlukan peralatan distilasi lagi yang tentu membutuhkan tenaga lagi.
Oleh karenanya kapal selam diesel listrik bertindak seperti ikan paus
yang sesekali muncul kepermukaan untuk menghidupkan mesin diselnya yang
akan mencharge baterai yang tentu saja memerlukan waktu yang tidak
sedikit.
AIP dalam penjabarannya terdiri dari AIP Closed Cycle Diesel Systems,
AIP Closed Cycle Steam Turbine, MESMA (Module d’Energie Sous-Marine
Autonome), AIP Fuel Cell Systems, AIP Based Stirling engine, dan AIP
hyrdogen peroxide system. Prinsip kerja AIP seperti mekanisme penggerak
di pesawat antariksa. AIP selain membawa bahan bakar, juga membawa udara
(oksigen) yang dibutuhkan untuk pembakaran.
Untuk kapal selam TNI AL saat ini, KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402,
mengusung jenis AIP fuel cell systems, yaitu sistem propulsi yang
merupakan penggabungan sistem konvensional yang terdiri dari generator
diesel dengan baterai asam timbal dengan dengan sel bahan bakar yang
dilengkapi dengan oksigen dan penyimpanan hidrogen. Sistem ini terdiri
dari sembilan PEM (membran polimer elektrolit) sel bahan bakar dan
masing-masing memberikan tenaga antara 30kW sampai dengan 50kW.
Dari roadmapnya, fuel cell merupakan penemuan mutakhir dari teknologi
AIP kapal selam. Mesin ini mampu menghasilkan energi listrik untuk
baterai kapal selam yang didapat dari proses kimiawi paduan oksigen dan
hidrogen. Berbeda dengan sistem AIP sebelumnya, cara kerja perangkat ini
tidak menimbulkan suara dan tidak menghasilkan gas buang. Kehadiran
sistem ini membuka peluang untuk memodemisasi kapal selam konvensional
yang berkemampuan selam setara dengan kapal selam nuklir.
Untuk mesin diesel-nya, kapal selam Type 209 TNI AL ditenagai dengan
dua buah mesin type MTU 16V-396 bertenaga 2350 HP, dibawah air bergerak
dengan menggunakan dua motor listrik pokok Piller Ntb56.40-10 0.97 MW,
dengan sistem AIP dua buah HDW Siemens PEM fuel cell module BZM120 (120
kW x 2), serta motor ekonomi satu buah Siemens Permasyn (2.85 MW).
Besarnya tenaga diesel dikapal ini memberikan gambaran akan usaha
memperkecil probabilitas discretion, dengan kemampuan menyelam sekitar
tiga minggu sebelum kapal selam mengisi baterai kembali. Dengan
kemampuan mesin diesel dan AIP fuel cell, kapal selam selam Type 209 TNI
AL punya jarak jelajah hingga 12.000 mil (19.300 km). (Bayu Pamungkas)