Jumat, 31 Oktober 2014

Kisah pasukan khusus TNI hancurkan sarang provokator Ambon

Panglima TNI Jenderal Moeldoko inspeksi seluruh kesatuan. ©2014 merdeka.com
Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan geram mendapati fakta ada anggota TNI dan Polri yang menjual peluru pada gerakan pengacau keamanan di Papua. Panglima menyebut pengkhianatan itu sebagai duri dalam daging.
Sementara rekan-rekannya bertempur dan gugur ditembak kriminal bersenjata, orang-orang ini malah menjual peluru pada musuh.
“Saya akan pecat anggota itu. Saya tidak butuh dengan anggota seperti itu. Indikasi keterlibatan anggota saya memang telah lama terdengar dan mereka masuk ke dalam aparat,” tegas dia.
TNI dan Polri seharusnya berjuang untuk menjaga keutuhan NKRI. Ada cerita menarik bagaimana dulu para desertir TNI dan Polri malah menjadi provokator dan mengendalikan kerusuhan di Ambon.
Para perusuh di Ambon menjadikan Hotel Wijaya II sebagai markas komando mereka. Bangunan itu dipertahankan dengan aneka senjata dan sniper alias penembak jitu. Diduga mereka mendapat senapan dan amunisi dari gudang senjata Brimob yang dibobol saat kerusuhan. Saat itu tak kurang dari 900 senapan yang hilang. Belum ditambah pistol dan granat yang juga dijarah.
Aksi para perusuh makin brutal. Tanggal 22 Januari 2001, pasukan Batalyon Gabungan dikerahkan untuk menghancurkan kekuatan musuh yang bertahan di Hotel Wijaya II. Pasukan Gabungan itu seluruhnya pasukan elite TNI. Unsur utamanya dari Kopassus dibantu Paskhas dan Marinir.
Sekitar pukul 05.00 WIT, tim melakukan serangan mendadak. Suara ledakan dan rentetan tembakan terdengar di mana-mana. Para pasukan elite ini bergerak cepat melakukan raid dari satu ruangan ke ruangan. Mereka berusaha menangkap semua provokator hidup-hidup.
Pertempuran di sekitar Hotel Wijaya II berlangsung seperti layaknya perang kota di Sarajevo atau Stalingrad di Uni Soviet.
Pusat kegiatan para perusuh berada di lantai empat hotel yang dijadikan pusat komando pengendalian kerusuhan Ambon. Bertebaran berbagai peta dan rencana operasi para perusuh.
Pasukan Yongab TNI menyergap empat desertir TNI/Polri yang sering menembaki pasukan Yongab. Petugas juga menemukan 14 pucuk senapan organik TNI yang digunakan empat orang itu.
Empat desertir yang ditangkap itu adalah AKBP JS, lalu Iptu A, dan Ipda AA dari kepolisian, serta Mayor Inf NN. Selain empat orang itu, petugas juga menangkap 25 perusuh lain dari Hotel Wijaya.
Seorang perwira menuturkan di lokasi penggerebekan juga ditemukan narkoba, sabu dan wanita.
Setelah Hotel Wijaya II dikuasai, perlahan kekuatan perusuh di Ambon mulai menurun. Situasi pun mulai bisa dikendalikan aparat keamanan.
Sumber: Merdeka

KRI Fatahillah 361 Laksanakan Mid Life Modernization

f7abac252ae5ed68121b92ba7a669d87_M
Flagship kapal kombatan TNI AL dari era 80-an, KRI Fatahillah 361, belum lama ini masuk dock untuk melaksanakan program MLM (Mid Life Modernization) di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya Tanjung Perak, Surabaya. Seperti dikutip dari Dispen Koarmatim (23/10), 2014Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim, S.E meninjau KRI Fatahilah-361 yang tengah menjalani MLM. KRI Fatahilah 361 telah melaksanakan MLM selama 7 bulan, dari waktu dua tahun yang direncanakan.
Bagi yang belum familiar dengan MLM, ini adalah program modernisasi kapal perang ketika usia kapal perang yang dioperasikan sudah mencapai hampir batas usia ekonomis. Salah satu metode modernisasi kapal perang adalah melalui mid life modernisation. Dalam MLM, biasanya hampir semua instrumen kapal perang digantikan, baik CMS (Command Management System) maupun sistem pendorong. Sedangkan platform kapal selam menjalani proses penguatan lewat penggantian komponen. Di lingkungan armada TNI AL, beberapa tipe kapal perang lawas sudah menjalani program ini, seperti pada frigat Van Speijk Class yang dibuat pada dekade 60-an dan kapal selam KRI Cakra/KRI Nanggala.
Biasanya dalam program MLM di banyak Angkatan Laut dunia, kapal yang menjalani fase ini akan mendapatkan teknologi CMS yang setara dengan kapal perang yang lebih baru yang juga dioperasikan oleh Angkatan Laut tersebut. Pertimbangannya adalah hal itu lebih menguntungkan dari sisi logistik dalam hal pemeliharaan, juga lebih memudahkan dalam interoperability nantinya.
Van Speijk Class, sebenarnya inilah jenis kapal perang yang murni masuk segmen frigat bagi TNI AL
Van Speijk Class, sebenarnya inilah jenis kapal perang yang murni masuk segmen frigat bagi TNI AL

Problem MLM
Program mid life modernization (MLM) yang dilaksanakan oleh kekuatan laut Indonesia menghadapi berbagai tantangan, satu di antaranya tentang suku cadang kritis untuk berbagai komponen kapal perang. Tantangan tersebut muncul karena dalam program itu, tidak semua subsistem diganti dengan teknologi yang lebih baru. Akibatnya subsistem kapal perang keluaran program MLM merupakan campuran antara subsistem yang menggunakan teknologi yang lebih baru dengan subsistem yang masih mengandalkan pada teknologi awal yang disandang oleh kapal perang tersebut. Di situlah muncul isu suku cadang kritis bagi subsistem lama yang tidak mengalami penggantian selama program MLM dilaksanakan.
Munculnya isu tersebut karena subsistem itu tidak lagi didukung oleh pabrikannya, dalam bentuk produksi suku cadang. Suku cadang kritis seringkali secara nominal tergolong murah, namun dapat berakibat kerugian besar apabila tidak tersedia. Ketiadaan suku cadang itu atau setidaknya kelangkaan suku cadang tersebut dapat berpengaruh pada kinerja kapal perang secara keseluruhan. Sehingga pada akhirnya berujung pada kerugian dalam mengamankan kepentingan nasional yang terkait dengan domain maritim.
KRI Fatahillah 361
KRI Fatahillah 361
terma
Bertolak dari isu seperti ini, program MLM ke depan perlu disempurnakan pelaksanaannya. Maksudnya, semua subsistem yang secara teknologi terus berevolusi sebaiknya diganti sekaligus dalam program itu. Jadi bukan sekedar sistem pendorong yang diganti, tetapi juga sewaco dan lain sebagainya. Bila biaya penggantian semua subsistem itu dinilai harganya mendekati harga membeli kapal perang baru, tentu akan lebih bijaksana bila melakukan pengadaan kapal perang baru sekaligus.
Namun sangat disayangkan pendekatan demikian tidak dianut oleh kekuatan laut Indonesia. Sebagai contoh adalah modernisasi pada sistem radar intai di KRI Fatahillah 361. Pada awal Januari 2014, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI telah menandatangani kontrak dengan Ultra Electronis Command and Control Systems senilai US$ 51 juta. Radar pengintai yang dipasangkan di KRI Fatahillah yakni jenis Terma SCANTER 4100. Radar intai ini punya kemampuan untuk mengendus obyek di permukaan dan udara secara simultan. Tapi sayangnya SCANTER 4100 adalah radar 2D, bisa menentukan arah dan jarak sasaran, tetapi tak mampu menentukan ketinggian sasaran. Untuk radar yang bisa menentukan tiga parameter sekaligus yaitu arah, jarak dan ketinggian sasaran adalah radar 3D.
Sebelumnya kapal perang di keluarga Fatahillah Class, yakni KRI Nala 363 telah melakukan program MLM pada tahun 2013. Namun MLM di KRI Nala 363 hanya berfokus pada perbaikan permesinan dan platform, sementara sistem Kendali Senjatanya akan di non aktifkan. Pada tahun 2009 saat akan mengikuti Sail Bunaken, Ruang Mesin KRI Nala terbakar hebat yang mengakibatkan kapal ini lumpuh permesinannya hingga kini. (HANS)

Aries-LPI: Radar Intai Kapal Selam Changbogo Class TNI AL

ss-209_k-1
Bila melihat sosok kapal selam, hampir dipastikan bagian yang paling menarik perhatian adalah bentuk menara (conning tower). Alasannya karena menara adalah struktur kapal selam yang muncul paling dominan saat kapal berlayar di permukaan. Selain menyiratkan identitas jenis dan tipe kapal selam, menara kapal selam punya fungsi yang teramat penting, mulai dari tempat keluar masuk awak saat darurat, hingga berperan strategis sebagai anjungan (navigation bridge) untuk memantau langsung kondisi di permukaan. Lebih dari itu, di menara lah, segudang perangkat elektronik dan sensor kapal selam ditempatkan.
Indonesia sebagai mantan jawara Siluman Bawah Air di Asia Tenggara, dijadwalkan mulai akan kedatangan secara begerlombang kapal selam Changbogo Class dari Korea Selatan pada tahun 2015. Dengan basis rancangan dan desain kapal selam Type 209, adopsi beragam teknologi dan sistem senjata pada Changbogo Class menjadi sesuatu yang tak terlalu suilit bagi awak Korps Hiu Kencana. Kembali ke soal menara kapal selam, pada bagian ini cukup dijejali banyak perangkat. Untuk yang kasat mata, bisa ditebak terdapat navigation light, radio antenna, multipurpose antenna, attack periscope (persikop serang), lubang snorkel, dan radar antenna. Karena banyak mengumpulkan perangkat-perangkat penting, umumnya tepat di bawah menara terdapat ruang kendali operasi dan PIT (Pusat Informasi Tempur). Untuk menunjang mobilitas saat operasi, beragam antena pada menara dapat diturunkan dan disimpan di dalam kubah menara, sehingga suatu waktu menara terlihat bersih dari antena.
Nah, dari sekian banyak perangkat canggih yang nantinya melengkapi Changbogo Class TNI AL, yang sudah bisa kami identifikasi adalah keberadaan radar Aries-LPI (Low Probability of Intercept) buatan Indra, developer radar dari Spanyol. Radar Indra merupakan radar yang dilengkapi dengan teknologi signal detection system dan Low Probability of Intercept radar (LPI). Memiliki sistem resolusi tinggi dan mampu mendeteksi target kecil di permukaan. Sinyal tingkat transmisi yang rendah, pantulan radar ini membuatnya hampir tidak terdeteksi oleh radar musuh, sehingga dapat “melihat tanpa terlihat”.
chang_bogo_class_l1800px-Korean_submarine_Choi_Moosunconning-tower
Sunanan antena tampak dari atas, tiap jenis kapal selam berbeda.
Sunanan antena tampak dari atas, tiap jenis kapal selam berbeda.
changbogo class submarine
Dengan model sistem pertahanan elektronik, memungkinkan kapal selam untuk mendeteksi dan menganalisa setiap sinyal radar yang berada dalam jangkauan radar disekitar kapal selam tersebut, piranti ini dapat mengidentifikasi jenis kapal, kapal selam dan pesawat yang melintas pada ketinggian rendah.
Sistem elektronik ini memiliki teknologi RESM (Radar Electronic Support Measurement), sistem yang didasarkan pada teknologi broadband penerimaan digital. Jenis pengolahan menjamin sensitivitas tinggi untuk sistem, bahkan dalam lingkungan elektromagnetik yang padat, dan kemampuan analisis sangat cepat.Teknologi ini juga telah digunakan oleh Angkatan Laut Spanyol pada kapal selam S-80, dan kapal selam U212A Jerman. Keunggulan lain dari radar ini adalah desainnya yang modular, sehingga memudahkan bila akan dilakukan upgrade dan perbaikan.
Aries-LPI radar
Aries-LPI radar
Platform dan jalur informsasi radar Aries.
Platform dan jalur informsasi radar Aries.

Changbogo Class dibangun oleh galangan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, dan rencana sebagian komponen akan dibangun PT PAL di Surabaya. Nilai kontrak pengerjaan untuk ketiga Changbogo Class adalah US$1,07 miliar. Sementara, Indra mendapat kontrak untuk pengadaanPegaso radar signal dan Aries-LPI untuk Changbogo Class dari Daewoo senilai 10 juta Euro. Mungkin karena alasan kerahasiaan, pihak pabrikan tidak menginformasikan detail spesifikasi dan kemampuan jangkauan radar Aries-LPI. (Gilang Perdana)

Kapal Perang KRI Klewang Jilid 2

Kapal Trimaran KRI Klewang yang terbakar dibangun lagi
Kapal Trimaran KRI Klewang

Kapal perang X3K dibangun oleh pembuat kapal asal Swedia, North Sea Boats yang berbasis di Indonesia dan dirancang sebagian oleh pembangun kapal terkenal, LOMOcean Desain LTD. Tujuannya adalah untuk membangun kapal perang siluman, berkecepatan tinggi, kapal multi-peran rudal yang bisa mendominasi peraiaran pesisir Indonesia.
Dengan panjang 63 meter, X3K ini bukan kapal patroli kecil, dan dengan model lambung trimaran yang bisa memecah ombak serta mesin kembar MJP 550 jet air, kapal ini bisa bersaing dengan kapal yang lebih kecil dan bahkan mengikuti mereka ke daerah di mana kedalaman air hanya enam meter. Kapal ini didukung oleh empat mesin diesel MAN12 yang masing-masing mengeluarkan 1,800hp, yang dapat mendorong kapal mendekati kecepatan 40 knot selama melakukan sprint. Dalam mode jelajah (cruises) kapal melaju pada kecepatan 16 knot meski di gelombang tinggi dan memiliki jangkauan lebih dari 2.000 kilometer.
X3K bisa dikatakan memiliki desain yang sangat siluman, dengan dua set modul peluncur empat tabung rudal anti-kapal yang tersembunyi di balik panel datar di atas dan di belakang bridge kapal. Delapan rudal anti-kapal C-702 China dapat digunakan untuk target berukuran menengah dan kecil, atau terhadap sasaran-sasaran yang lebih besar, jika ditembakkan dengan mode salvo. Alternatif lainnya adalah memasang empat rudal jelajah canggih yang mematikan RBS-15 Mk3 buatan Saab yang dapat digunakan untuk menyerang, baik kapal-kapal besar dan target darat yang besar yang ditembak dari kejauhan.
Bagian belakang kapal dilengkapi ruangan peluncuran kapal boat yang dapat dengan mudah melepas atau memasukkan kapal berkecepatan tinggi (RHIB) dengan panjang 11 meter. Sebuah meriam Bofors Advance 40mm dipasang di atas bridge (ruang kontrol) kapal, untuk terlibat dalam pertempuran permukaan dan udara, termasuk menjadi sistem senjata (CIWS) utama, dari kapal. Kabarnya bahwa torpedo dan sistem rudal pertahanan anti-pesawat juga dapat diakomodasi, semua terselubung di balik kulit kapal siluman ini.
Senjata kapal dipandu radar kualitas tinggi Sea Giraffe 1X 3D yang mampu melakukan pendeteksian udara dan permukaan. Fire control director Ceros 200 buatan Saab juga dipasang di atas bridge, dan sistem ini mampu mengarahkan tembakan atau memberikan solusi penargetan terhadap pesawat musuh. Keunikan sensor dan konfigurasi senjata ini memberikan peningkatan line-of sight dari sensor kapal dan sudut tembak yang lebih baik untuk meriam kapal.
Semua sistem ini terikat ke dalam “open arsitektur” sistem manajemen tempur (CMS) 9LV Mk4 series buatan Saab, yang mana komandan kapal X3K dapat mengintervensi dengan sebuah pusat informasi tempur mini yang terletak di bagian belakang bridge yang modern (state-of-the-art). Secara total kapal sangat otomatis ini diawaki oleh sekitar 21 pelaut dan perwira, dan satu lagi kontingen 9 persona operasi khusus yang bisa diangkut dan dikirim bahkan bahkan untuk misi berdurasi panjang.
Seluruh paket X3K ini didesain untuk memiliki kekuatan powerfull namun elegan dan futuristik yang dibangun untuk mendominasi lingkungan tempur yang unik bersamaan dengan menyediakan signature control yang ‘seimbang’, daya pukul pertempura, dan biaya pemeliharaan/ bertahan hidup.
Misi untuk desain kapal radikal ini mencakup kontra-pembajakan, penyundupan narkoba, keamanan pantai, operasi khusus, serangan permukaan, anti-terorisme, pengawasan, kontrol wilayah laut dan penegakan aturan penangkapan ikan. Selain itu, kapal dapat digunakan untuk melaksanakan misi lain, seperti pembersihan ranjau, yang lambung komposit nya sangat disesuaikan dengan pekerjaan itu.
Model KRI Klewang yang baru
Model KRI Klewang yang baru

The Short Life of KRI Kelewang
Kapal pertama dari empat X3K Indonesia, direncanakan disebut KRI Kelewang, yang merupakan nama Indonesia untuk pedang tradisional yang panjang dan tajam, yang secara resmi diluncurkan pada bulan Agustus 2012.
X3K diresapi/ di-infus struktur busa serat karbon vinylester untuk kemudahan konstruksi, ketahanan korosi, ringan dan kekuatan tinggi, dan itu sangat berguna untuk meredam radar, termal, magnetik dan akustik kapal. Semuanya ini ditambahkan untuk mengurangi pendeteksian dan meningkatkan survivability, terutama di wilayah pesisir pantai yang berantakan dan berisik.
Satu hal konstruksi serat karbon X3K mungkin bukan ide yang bagus ketika kapal harus berurusan dengan api, setidaknya jika dibandingkan dengan desain kapal siluman baja tradisional. Setelah hanya tiga minggu percobaan laut yang sangat sukses, Kri Kelewang terbakar di pelabuhan, dan terbakar dengan cepat, benar benar menyerah pada api.
Tidak ada yang tewas dalam kebakaran, yang dikabarkan disebabkan oleh arus pendek dan diperparah oleh kenyataan bahwa peralatan pencegah kebakaran belum dipasang pada kapal yang masih bersifat percobaan. Beberapa mengklaim api cepat berkobar karena bahan komposit kapal, sementara yang lain mengatakan kapal aluminium juga akan terbakar secepat itu. Api mungkin bisa dihentikan dengan cepat jika ada alat pemadam yang memadai di dalam kapal.
Akibatnya program X3K ditunda tanpa batas waktu, tetapi sekarang kembali berjalan lancar, dengan perubahan material utama untuk struktur kapal yang dimasukkan ke produksi. Kali ini, perusahaan pertahanan raksasa Swedia Saab, menjalankan seluruh program dan mengatakan akan menggunakan teknologi sangat maju “senyawa nano-komposit” untuk struktur kapal, yang diklaim sangat tahan api.

Peningkatan Kualitas X3K KRI Klewang Class
Empat kapal masih tetap dipesan TNI AL, dan akan memiliki perangkat tambahan yang cukup besar dibandingkan dengan kapal pendahulunya. Ini termasuk sensor di tiang utama (mask) kapal, ruang senjata tersembunyi, dan persenjataan tambahan yang banyak diantaranya masih rahasia. Dek belakang kapal mungkin diperpanjang untuk menampung helikopter dan pesawat tak berawak, sebuah fitur yang mungkin penting ketika akan masuk ke pasar ekspor untuk untuk jenis kapal yang ramping.
Tergantung pada bagaimana hasil empat kapal pertama dibuat, Indonesia merencanakan memesan sampai 20 KRI Klewang, belum lagi prospek eksport untuk kapal trimaran siluman ini yang masih terbuka. Bahkan, kapal ini bisa melebihi kemampuan wilayah operasional kapal LCS AS yang tidak dirancang untuk beroperasi di laut dangkal, untuk deploy brown water operations.
Swedia, negara yang tampaknya menjadi master standar bangunan kapal tempur pesisir siluman, telah memiliki korvet Visby Class jenis mono-hulled yang juga program berjalan dari anak perusahaan Saab dan menggunakan banyak sistem yang sama seperti di X3K tersebut / KRI Klewang Class. Bahkan, meski bentuk kedua kapal sangat berbeda, namun akan memiliki kemampuan yang sama, meskipun Visby Class adalah desain yang lebih matang.
Korvet Visby Class
Korvet Visby Class

Sebuah versi Visby Class yang disempurnakan telah menjadi bagian daftar paling atas, untuk perubahan LCS (Litoral Combat Ship) secara parsial. Namun adaptasi dan pola pikir dari desain kapal pesisir di balik KRI klewang Class juga membuatnya menjadi pesaing yang sangat menarik. Hal ini juga tampaknya bahwa Klewang Class, setelah dikembangkan, mungkin lebih murah daripada Visby Class yang dibangun di negara asalnya, Swedia, bukan Indonesia.
Karena sudah ada rencana untuk meningkatkan kualitas keduanya, Visby Class dan Klewang Class, baik dengan dek penerbangan penuh dan fasilitas penerbangan di buritan, AS bisa membeli dua dari kapal yang telah ditingkatkan mutunya itu, dengan biaya pembuatan satu Littoral Combat Ship versi AS. Hal ini akan memungkinkan Angkatan Laut AS untuk mendapatkan kapal yang tepat di tengah banyaknya tawaran kapal LCS dari yang berukuran besar hingga kecil.

Program LCS AS dibatasi
Terjadinya over budget dan kemampuan Program LCS Amerika serikat yang di bawah standar, membuat Pentagon membatasi pembuatan kapal ini dari 52 menjadi 32 kapal, sebuah tindakan yang telah dipikirkan lama dan terlambat. Jika program selanjutnya dipotong menjadi total 12 kapal, enam untuk Freedom Class dan enam untuk Independence Class, maka dana dari 40 LCS yang tidak dibangun dapat digunakan untuk pembangunan seperti yang telah diuraikan di atas.
Jika dana dari 40 LCS itu diolah, dengan biaya rata-rata $ 500 juta per kapal, dan tambahan $ 200 juta untuk semua modul kapal, maka akan ada dana sekitar $ 24 miliar tersedia, dan itu artinya, ada penghematan $ 100 juta untuk produksi setiap kapal dari perkiraan konservatif kami.
Dengan $ 24 miliar, Angkatan Laut AS, bisa mendapatkan 20 armada survivable, frigat multi-peran yang juga dapat memberikan serangan pertahanan wilayah udara dan permukaan over-the-horizon, bersama dengan sebagian besar peran LCS saat ini.
USS  Independence LCS
USS Independence LCS

Anda dapat mengutak atik struktur kekuatan seperti yang anda suka dan tentunya disesuaikan dengan budget yang tersedia. Namun sebuah gambaran yang jelas adalah, dengan pembatalan pemesanan sebagian LCS AS dan membeli kapal LCS yang lebih murah, hal ini masih menyisakan 80 persen kemampuan kapal LCS dengan biaya hanya sekitar setengahnya. Dana sisanya dapat dibelikan kapal real frigate multi-role dan patrol boat, sesuai dengan misi yang ditetapkan.
Dengan tambahan pengadaan real frigate multi-role, US Navy mendapatkan sebuah kapal yang masih dapat beroperasi beberapa derajat di daerah pesisir, yang juga masih sangat mampu menyerang musuh di balik cakrawala (OTHT) dan melindungi dirinya sendiri dan kapal di bawah payung defensif-nya sendiri tanpa perlu perlindungan kapal perusak atau cruiser pendamping. Dengan kata lain, Angkatan Laut mendapatkan kemampuan perang dan fleksibilitas operasi yang lebih baik dengan harga yang sama. Kemampuan independence class untuk operasi pesisir pantai benar-benar kurang dalam hal apa pun kecuali dalam lingkungan ancaman terendah.
Sebagai keuntungan tambahan dari pemotongan program LCS sampai 12 kapal, Angkatan Laut bisa membeli puluhan kapal patroli Mark VI yang benar-benar bisa berurusan dengan ancaman brown water, juga bisa mencapai/ menyelesaikan puluhan misi lebih pendek yang berorientasi pada perairan pesisir lainnya seperti force protection, kontra-terorisme, operasi khusus, narkoba dan senjata ilegal, keamanan perbatasan dan lainnya. Menggunakan LCS besar untuk melakukan banyak misi seperti ini, benar-benar berlebihan, dan juga secara pertimbangan ekonomi. Mengirim kapal pearang berharga $ 600 juta, untuk melakukan pekerjaan kapal patroli berharga $ 15 juta yang dapat melakukannya lebih baik berbuat lebih baik, dan dan beresiko rendah, adalah tindakan yang tidak masuk akal dan membuang uang pembayar pajak.
Kini kapal Klewang class yang sudah diupdate atau saudara dari kapal Swedia Visby Class, tampaknya mampu mengambil peran baru, di tengah persaingan dengan jenis-jenis kapal perang lainnya. (defence-update).

Kamis, 30 Oktober 2014

Menhan Ryamizard Selain Sebagai Penanggung Jawab Pertahanan RI juga akan Menjadi Jembatan Politik

ryacudu
Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu saat masih aktif (Sumber foto : pemilihan.info)

Hari Minggu (26/10/2014) sore rakyat Indonesia menyimak pengumuman Presiden Jokowi yang menyampaikan siapa-siapa  menteri yang akan bekerja bersama dalam mengelola negara dalam lima tahun mendatang. Salah satu menteri yang dipilihnya adalah Jenderal (Pur) Ryamizard Ryacudu yang dipercaya sebagai Menteri Pertahanan.
Penunjukan Ryamizard sebagai Menhan merupakan sebuah langkah baru keluar dari kebiasaaan sejak reformasi dimana Menhan dijabat oleh sipil. Setelah reformasi, sejak 26 Oktober 1999, jabatan Menhan dipegang oleh Profesor Juwono Sudarsono, kemudian dilanjutkan oleh Mahfud MD, Matori Abdul Djalil, kembali Juwono Sudarsono dan sebelum digantikan oleh Ryamizard dijabat oleh Purnomo Yusgiantoro. Penulis pernah bertugas sebagai penasihat Menhan RI di era Bapak Matori Abdul Djalil (alm).
Bisa difahami, sejak reformasi adanya keinginan yang besar dan tekanan politis dari tokoh-tokoh LSM yang menginginkan Menhan dijabat oleh sipil, karena mengkhawatirkan munculnya kembali militeristik seperti masa lalu. Lantas, mengapa kini justru dengan Presiden yang dikenal kerakyatan, jujur, demokratis justru dipilih kembali Menhan yang purnawirawan militer? Penulis mencoba mengulasnya dengan pendekatan intelijen.
Pada saat saat mengumumkan nama menterinya di halaman belakang Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (26/10/2014), Presiden Jokowi mengatakan, “Ryamyzard Ryacudu adalah militer pemikir, demokratis dan loyal ke NKRI. Pernah jadi KSAD, dan saya minta jaga kebijakan pertahanan kita," katanya. Komentar awal presiden merupakan dasar kepercayaannya kepada sosok alumnus Akabri Darat tahun 1974 itu. Penulis pernah menyampaikan sebuah artikel, dan bahkan menyarankan Ryamizard dipilih oleh Jokowi sebagai salah satu cawapresnya. Penulis mengenal Jenderal yang "mukanya serem", kaku tetapi dikenal mampu menjaga pertemanan dengan baik.

Mengenal Ryamizard
Pada awal penulis mengenal Ryamizard terjadi sekitar awal Tahun 1991, saat penulis bertugas di Lanud Halim Perdanakusuma sebagai Kepala Seksi Intelijen Udara. dengan pangkat Letkol. Pada pagi hari sekitar jam 02.00 WIB, penulis melakukan patroli memeriksa Ring-1 Pangkalan dimana diparkir beberapa pesawat C-130 Hercules yang akan menerjunkan penyegaran Batalyon Linud 305/Tengkorak Hitam. Saat itu dilaporkan oleh petugas pengamanan pangkalan Halimbahwa  Danyon 305 (Letkol Inf Ryamizard Ryacudu) sudah memasuki Ring-1. Penulis langsung mendatangi dan bertemu dengannya.
Begitu bertemu, yang pertama dia tanyakan, "Bang, dimana saya bisa menumpang sholat?." Penulis terkejut dan menunjukkan tempatnya di skadron 31. Kemudian ia melaksanakan sholat tahajud. Penulis menanyakan rajin sekali, datang lebih awal dan langsung sholat, dijawabnya, sebagai komandan, salah satu tugas saya selain memimpin adalah juga mendoakan seluruh anggota pasukan, agar selamat pada acara penerjunan, mereka itu anak-anak saya yang juga harus saya lindungi. Disitulah penulis mengamati ini perwira selain perwira tempur juga agamanya kuat, perhatian dan mencintai anak buahnya.
Ryamizard lahir di Palembang, Sumatera Selatan, pada 21 April 1950, dan dibesarkan dalam keluarga militer. Ayahnya yang bernama Musanif Ryacudu (almarhum) pangkat terakhirnya Brigadir Jenderal TNI, dan dikenal dekat dengan Presiden RI 1945-1966 Soekarno.
Dalam perjalanan karirnya, Ryamizard yang lulus dari  Akabri 1974,  empat  tahun dibawah penulis terus berjalan dengan pesat. Karirnya yang menonjol adalah  sebagai Panglima Divif 2/Kostrad (15 Maret 1998), Kepala Staf Kostrad (15 Juni 1998), Pangdam V/Brawijaya (14 Januari 1999–4 November 1999), Pangdam Jaya/Jayakarta (4 November 1999–1 Agustus 2000), Pangkostrad (1 Agustus 2000–4 Juni 2002) dan Kepala Staf Angkatan Darat (4 Juni 2002–5 Februari 2005). Setelah itu Ryamizard pensiun dan aktif sebagai salah satu sesepuh di PPAD.
Perwira yang berpenampilan dan selalu bersikap tentara ini pernah bertugas juga sebagai Komandan Kontingen Garuda XII-B ke Kamboja (1992). Saat di Kamboja itu, ada kejadian yang mengejutkan, ada tembakan mortir yang pelurunya jatuh di dalam tendanya, tetapi Alhamdulillah tidak meledak katanya, entah apa yang terjadi kalau peluru mortir itu meledak. Ia menjadi semakin tekun beribadah dengan terjadinya peristiwa tersebut.
Ryamizard terus menarik perhatian penulis, karena sikapnya, kesetiaan, tidak goyah dengan buaian. Yang menonjol, dia adalah perwira yang memegang prinsip, jujur, setia hormat kepada atasan. Tidak pernah macam-macam, berbicara apa adanya dan selalu memegang prinsip NKRI adalah harga mati.

Analisis
Di dalam penunjukan Menteri yang akan membantunya dalam mengelola negara dalam lima tahun kedepan hingga 2019, Kementerian Pertahanan sesuai dengan ketentuan UU merupakan "back bone" di Indonesia. Menteri Pertahanan secara bersama-sama dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri bertindak sebagai pelaksana tugas kepresidenan jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan.
Nah, Presiden Jokowi jelas juga memperhitungkan ketiga tokoh yang menduduki jabatan tersebut, dipilihnya yang senior, berpengalaman dan akan mampu sementara mengelola negara apabila terjadi kondisi emergency.
Khusus tentang posisi Menteri Pertahanan, setelah 15 tahun pejabatnya dari kalangan sipil, kini Jokowi berani menentang arus dengan mengangkat Ryamizard yang purnawirawan TNI sebagai Menhan. Apa sebenarnya pertimbangannya?
Seperti yang disampaikan pada awal, Presiden Jokowi memilihnya karena atas dasar Ryamizard sebagai militer pemikir, demokratis, loyal ke NKRI dan dipercaya mampu menjaga kebijakan pertahanan negara. Lantas, apakah ada hal-hal lain yang menjadi pertimbangan presiden?
Penulis melihat dari dua sisi, pertama, Ryamizard dikenal sebagaI sosok yang lurus-lurus, tidak akan berkompromi apabila menyangkut dengan NKRI. Oleh karena itu salah satu titik berat pertahanan Indonesia adalah bagaimana kemampuan olah pikir dan pengambilan keputusan pemimpin di bidang pertahanan dalam menjaga kedaulatan bangsa.
Dari kondisi geostrategi dan geopolitik lingkungan strategic, nampak atau terindikasikan adanya sebuah pergeseran wilayah konflik masa depan antara kelompok negara-negara Barat dibawah pimpinan Amerika melawan  China (Tiongkok) beserta sekutunya.
Presiden Obama sejak awal ingin mengalihkan perhatian dan sumber daya nasionalnya untuk wilayah Pasifik, yang disebutnya “poros.” Dia melihat kesempatan terbesarnya, yaitu pertumbuhan ekonomi , inovasi , potensi investasi lintas batas dan perdagangan. Dipercayainya bahwa abad 21 akan menjadi abad Pasifik. Dalam perjalanan kepemimpinannya, seperti yang digambarkan oleh sumber intelijennya, tiba-tiba , wilayah keajaiban ekonomi telah terbukti menjadi zona konfrontasi yang cukup mengkhawatirkan.
Kawasan Pasifik menjadi wilayah sengketa antara China dengan sekutu AS. Konflik yang meningkat antara China dan Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan , China dan Filipina , India. Disamping konflik China dan Taiwan yang potensial menjadi titik bakar kawasan, akan bisa menyeret Amerika Serikat masuk dan terlibat langsung ke dalamnya. Kini China terlihat menunjukkan ambisinya yang akan menguasai kawasan Laut China Selatan, kepulauan Spratley dan Paracel merupakan prioritas incarannya. Difahami bahwa wilayah LCS masih menyimpan cadangan energi yang cukup besar.
Nah perebutan wilayah berupa ruang hidup itu akan menjadi pertaruhan mati hidup antara AS dengan China. Sebuah kecelakaan persenjataan modern akan menjadikan LCS menjadi wilayah konflik bersenjata yang menakutkan. Dalam konteks ini jelas Presiden Jokowi menilai bahwa konflik di LCS akan bisa mengimbas Indonesia sebagai negara yang bersinggungan garis batasnya. Konflik bisa saja terjadi dalam satu-dua tahun mendatang. Terlihat, AS mulai menempatkan pasukan Marinir di Australia, memperkuat Jepang dan Australia dengan pesawat tempur F-35.
 Oleh karena itu Presiden Jokowi memosisikan Ryamizard sebagai Jenderal pemikir dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk berupa  imbas yang akan muncul. Sebagai contoh, konflik yang terjadi di Irak dan Suriah, kini mengimbas tidak hanya negara-negara di Timur Tengah, seperti Turki, Iran, Arab Saudi, Lebanon, tetapi juga akan mengimbas jauh hingga kegaris belakang negara-negara Barat seperti AS, Inggris, Canada, Australia. Oleh karena itu Menhan di era Jokowi haruslah seorang  tokoh dengan latar belakang pengetahuan militer strategis, memahami intelijen strategis agar mampu mengarahkan kapal besar Republik Indonesia tidak menjadi sasaran tembak, rusak atau ditenggelamkan mereka yang berkonflik. Disinilah Ryamizard akan berperan banyak.
Bagaimana kaitan Ryamizard dengan politik? Sebagaimana kita tahu bahwa sejak awal pemilu di Indonesia terdapat dua kubu, yaitu  Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan Koalisi Merah Putih (KMP). Presiden Jokowi berada pada kubu KIH, dimana KMP dibawah pimpinan Prabowo. Dari komposisi jumlah kursi, kini KMP menguasai DPR dan juga MPR. Dalam DPR nampak dominasi KMP dengan kekuatan kursi, pimpinan DPR yang berasal dari KMP. Banyak yang memperkirakan bahwa eksekutif akan banyak mengalami hambatan dalam mengelola roda pemerintahan.
Upaya isap pipa perdamaian telah dilakukan antara Jokowi dengan Prabowo, dan Prabowo juga ikut hadir dalam pelantikan presiden. Apakah dengan demikian semuanya selesai? Nampaknya tidak juga.  Dalam politik tidak ada sesuatu yang pasti, harus diwaspadai pergeserannya dengan akutar. Dalam pemilihan ketua-ketua komisi di DPR misalnya,  KMP tetap merajai dan nampaknya kubu KIH berada dalam bayang-bayang ditekan.
Nah, disinilah Ryamizard dengan posisi kuatnya akan mendapat bagian kueh kerja, melakukan pembicaraan dan komunikasi dengan Prabowo yang Letnan Jenderal Purnawirawan. Dikalangan militer banyak yang tahu bahwa Mizar (Ryamizar) adalah seorang tokoh perwira tinggi yang disegani oleh Bowo (Prabowo). Karena itu komunikasi efektif (politik) akan mudah terjadi antara Mizar dengan Bowo.
Jadi dengan demikian dengan mengambil resiko ditentang oleh LSM-LSM, Presiden Jokowi dengan tenang mempercayai Ryamizard sebagai Menhan. Kalau terus ditentang, ya LSM harus siap-siap berhadapan dengan rakyat yang demikian militan mendukung Jokowi.
Nah, itulah menurut pengamatan penulis dari sisi intelijen strategis, mengapa Ryamizard menjadi Menhan. Tantangan dan ancaman dimasa depan akan semakin berbahaya dan besar, terlebih kini kelompok militan Islamic State sudah mampu mengabungkan antara tindakan terorisme dengan Perang Gerilya serta Perang Konvensional yang membuat negara-negara teluk serta Barat menjadi pusing sakit kepala. Tidak mudah memahami perkembangan bidang pertahanan, belum lagi apabila dikaitkan dengan persoalan lainnya seperti perebutan ruang hidup. Ini hanya difahami oleh mereka-mereka yang memang cukup lama bergelut dan terdidik di bidang pertahanan. Semoga bermanfaat.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net

Tawaran Kapal Rusia ke Indonesia

"Kapal

Rusia tertarik dengan konsep kemaritiman yang menjadi program andalan Presiden Joko Widodo. Dalam kunjungannya ke Jakarta, Kamis (29/10), Wakil Menteri Perkembangan Ekonomi Federasi Rusia Alexei Likhachev menawarkan kerjasama bidang maritim dengan Indonesia.
“Kami  menganggap program pemerintah baru RI di bidang kemaritiman sangat cocok dengan posisi Indonesia di tengah lautan. Rusia harus punya kebijakan khusus terhadap Indonesia di bidang kemaritiman,” ujar Alexei.
Oleh sebab itu Rusia hendak membuka beberapa kerjasama dengan pemerintah Indonesia, misalnya untuk memperkuat sistem transportasi laut dengan menawarkan kapal laut pabrikan Rusia.
“Kami menawarkan pasokan berbagai jenis kapal laut. Bukan saja pasokan, tetapi juha pendirian pusat layanan dan mungkin produksi beberapa komponen untuk kapal itu,” kata Alexei.
Untuk membicarakan proyek dan prospek kerjasama tersebut, Direktur Utama United Ship Building Corporation selaku perusahaan galangan kapal terbesar di Rusia akan datang pekan depan ke Jakarta untuk bertemu Presiden Jokowi dan Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo.
“Ketua kami bersedia menawarkan peralatan model untuk pengawasan kawasan perairan dan pengawasan kapal laut dengan menggunakan sistem blonas dan sistem radar jarak jauh,” ujarnya. (CNNIndonesia).

Sejarah Sukhoi Indonesia dan Misterinya

image

Sejarah awal :
Sejarah keberadaan jet tempur sukhoi Indonesia dimulai dengan gagalnya pembelian 12 Sukhoi KI (Su-30 KI) pada Tahun 1997 oleh mantan Presiden Soeharto, akibat krisis moneter yang melanda dunia. Indonesia ketika itu ingin meningkatkan kemampuan Angkatan Udaranya dan menaruh minat besar akan pesawat tempur baru, namun Presiden Indonesia Soeharto, merasa gerah dengan tudingan Amerika Serikat mengenai permasalahan HAM di Indonesia.
Akhirnya Indonesia melakukan langkah ‘membelot’ ke Rusia dengan memesan 12 Sukhoi KI (SU-30KI). Sukhoi KI ini merupakan satu-satunya Su-30 yang berkursi tunggal. Ketertarikan Indonesia terhadap pesawat Sukhoi ini dikarenakan Indonesia sudah melihat kehebatan pesawat ini ketika Sukhoi tampil di ajang Indonesia Air Show pada Juni 1996.
Ditindaklanjuti dengan kunjungan salah satu Menteri RI ke pusat pembuatan Sukhoi di Rusia, maka dari kunjungan tersebut dibuat keputusan untuk membeli 12 unit dari yang direncanakan.
Langkah membeli Sukhoi ini bisa dikatakan sebuah perlawanan Indonesia terhadap hegemoni AS yang terus menekan Indonesia melalui isu-isu HAM dan sejenisnya. Indonesia sangat berharap pembelian Sukhoi ini akan menaikkan martabat Indonesia di mata dunia. Namun, pembelian Sukhoi ini tidak bisa lepas dari tekanan Amerika dan sekutunya yang tidak ingin Indonesia berhasil memiliki pesawat tempur Sukhoi. Hal ini bisa dipahami, karena pembelian Sukhoi akan mendekatkan Indonesia ke Rusia seperti ketika jaman pemerintahan Presiden Soekarno yang membuat Indonesia begitu ditakuti oleh Belanda dan sekutunya.
Mungkin Anda masih ingat, kita punya pesawat tempur Mig-15. Mig-21 fresco, Bomber Tupolev, kapal selam Whiskey, Kapal Rudal Cepat Komar class, dan sang fenomenal KRI Irian. Entah ada kaitan langsung atau tidak, krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997-1998 memaksa Indonesia membatalkan pembelian Sukhoi dari Rusia ini.
Gagalnya pembelian ini membuat kekuatan Angakatan Udara Indonesia mengalami stagnasi dan semakin parah ketika tahun 1999 sampai dengan 2005, Amerika dan sekutunya memberlakukan embargo Militer terhadap Indonesia, terutama produk pesawat tempur f16, f-5 tiger, Hercules 130, boleh dibilang hidup enggan mati tak mau. Kelangkaan suku cadang saat itu berakibat fatal dengan banyaknya kecelakaan yang menimpa pesawat tempur TNI AU. Sebut saja jatuhnya F-16 elang biru yang menewaskan 2 pilotnya. tergelincirnya F-16 di runway Halim Perdana Kusuma yang menewaskan pilot handal almarhum Kapten penerbang DWI SASONGKO.
Hasil penyelidikan menunjukkan, dasar kecelakaan itu akibat tidak adanya suku cadang dan dipaksakannya pengunaan suku cadang kanibal yang tidak sesuai. Beberapa kecelakaan yang menimpa armada Pesawat hawk dan sky hawk 209 akibat tindakan serupa oleh Inggris dengan “ikut-ikutan” melakukan embargo terhadap pesawat tempur SkyHawk – Hawk 209, yang berujung grounded-nya armada tempur TNI AU. Akibatnya untuk sekedar terbang pun dilakukan dengan keterpaksaan terhadap sesama armada pesawat. Boleh dibilang saat itu kemampuan TNI AU hanya 20% dari seluruh armada tempurnya akibat terkena embargo.
image
F16 Elang biru terjatuh menewaskan dua pilot pada masa embargo suku cadang

Era Sukhoi
Pembelian Sukhoi Batch Pertama di Era Presiden Megawati Sukarno Putri pun dirintis, dengan bekal melanjutkan pemesanan tahun 1997 yang tertunda. Saat itu saking mendesaknya kebutuhan akan alusista handal, maka didapatlah kesepakatan pembelian batch sukhoi pertama tanpa persenjataan lengkap yang dikirim ke Indonesia.
Hal inilah yang kemudian mendorong kita untuk berpaling ke produk-produk buatan Timur (Rusia), sebagai salah satu cara untuk meminimalkan ketergantungan akan produk-produk Barat yang sarat dengan kepentingan politik negara penjual dan syarat syarat yang meremehkan kedaulatan negara.
Kontrak pembelian pesawat Sukhoi ini akhirnya ditanda tangani pada tahun 2003 pada masa pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri. Namun, kontrak pembelian Sukhoi ini mengalami banyak penolakan dari berbagai pihak di Indonesia sendiri, termasuk kalangan Legeslatif. Sampai pernah kita mendengar istilah Sukhoi Gate yang berencana mengusik kontrak pembelian Sukhoi ini.
Entah apa yang menjadi dasarnya, namun tidak menutup kemungkinan ada pihak-pihak asing yang menekan untuk menggagalkan kembali pembelian Sukhoi ini, agar Indonesia tidak mendekat ke Rusia dan terus berada di bawah kendali Amerika dan Sekutunya. Anjing menggonggong, Kafilah berlalu, TNI AU tetap berjalan. Indonesia berhasil membeli 4 pesawat Sukhoi dari Rusia. 4 pesawat ini terdiri dari 2 Su-27 SK (kursi tunggal) dan 2 SU-30MK (kursi ganda). Kedaatangannya di sanggup hangat oleh pejabat TNI AU.

Pembelian Sukhoi Batch Dua di Era Presiden SBY
Proses pembelian Sukhoi Batch Pertama yang mengandung banyak kontroversi awalnya, banyak disebabkan keraguan dari berbagai pihak akan kemampuan pesawat Sukhoi itu sendiri. Namun setelah Indonesia mengopreasikan Su-27/30, keraguan akan kemampuan Sukhoi ini menjadi sirna. Malah menjadi terbalik, semakin banyak pihak-pihak terkait yang mendorong agar Indonesia kembali membeli Sukhoi untuk melengkapi Sukhoi yang sudah ada.
Keinginan ini semakin menguat ketika Malaysia melakukan klaim sepihak terhadap wilayah Indonesia yaitu perairan Ambalat yang kaya minyak pada tahun 2005. Klaim ini dijawab Indonesia dengan melakukan Modernisasi Militer Indonesia termasuk Angkatan Udara agar Malaysia tidak lagi memandang Indonesia dengan sebelah mata. Sampai akirnya Indonesia menandatangani kontrak pembelian 6 Sukhoi yang terdiri dari 3 Su-30MK2 dan 3 unit Su-27SKM.
image

Pembelian Sukhoi Batch Tiga di Era dan Misteri di sekitarnya
Saat pembelian batch ke 3, Indonesia sudah memiliki 10 SU-27/30 sebagai penjaga kedaulatan Indonesia. Namun jumlah ini masih belum bisa menandingi 18 Su-30MKM milik Malaysia dan 24 unit F15SG milik Singapura. Oleh karena itu TNI AU meminta tambahan pembelian 6 pesawat sukhoi Su-30MK2 untuk melengkapi Sukhoi Indonesia menjadi satu skuadron penuh yaitu 16 Su-27/30.

Kontrak
Pembelian sudah datang dan lengkap 16 unit, beberapa waktu lalu, namun menimbulkan misteri. Ada yang bilang dari 6 unit psawat terakhir, terdapat 2 unit sukhoi S-30MK2 yang telah upgrade setara SU-35. Hal ini buktikan dengan adanya tambahan 8 mesin sukhoi yang dibeli untuk alasan mesin ‘cadangan’, lalu keunggulan TNI AU dalam pitch black dengan super hornet RAAF Australia. Selain itu, adanya misteri penomoran angka kembar pada Sukhoi dengan format angka 2, terdapat pada 2 pesawat dan angka 4 pada 2 pesawat lainya. (gambar terlampir).
image
Perhatikan pesawat dengan nomor 4 angka merah ada dua, pada dua pesawat sukhoi dan angka 2

Misteri
Pada pembelian Batch kedua ini banyak terdapat misteri dibaliknya. Salah satunya adalah ketika penerimaan pertama, tiga unit Su-30MK2 di Makassar. 2 Su-30MK2 yang baru tiba di Makasar, sedang dalam tahap uji terbang, dan ketika sedang terbang, pesawat tersebut di Lock oleh pesawat musuh yang tidak dikenal. Kejadian ini sangat menghebohkan dunia militer Indonesia. Pertanyaan muncul, siapa, kenapa, dan bagaimana hal itu terjadi ?.
Ada yang bilang pesawat itu dilock oleh S-300 punya TNI AU yang sedang latihan. Ada juga bilang TNI AU lagi menguji ‘sesuatu” dengan uji tandingnya sukhoi, tes radar khusus dengan jangkauan jarak yang jauh.
Tidak hanya itu, ketika pengiriman tahap kedua yaitu 3 unit Su-27SKM ada kejadian yang sangat mengejutkan yaitu tewasnya 3 orang ahli teknisi Sukhoi yang turut mendampingi kedatangan Sukhoi ini ke Indonesia. Tewasnya ketika teknisi ini menandakan ada sesuatu yang tidak beres dan tidak kemungkinan ada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Sukhoi Indonesia sehingga hal ini bisa terjadi. Misteri tetaplah misteri sampai akhir jaman.
image
Sukhoi SU-30MK2 double seat

Kontroversi
Pembelian Sukhoi tahap ketiga tidak terlepas dari Kontroversi. Banyak sekali pihak yang mempertanyakan pembelian ini. Bahkan ada tuduhan pembelian ini mengalami mark up harga dan terindikasi korupsi. Namun, Kementerian Pertahanan telah membantah keras tuduhan ini. Beberapa LSM di Indonesia bahkaan melaporkan Kemenhan ke KPK terkait pembelian Sukhoi ini.
Kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik tentunya mendukung transparansi pembelian Sukhoi ini, agar kemungkinan terjadinya mark up dan korupsi bisa dihindarkan. Memang benar bahwa dugaan mark up harus dituntaskan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah kenapa pembelian Sukhoi begitu heboh, sampai Kemenhan dilaporkan ke KPK. Sementara ada juga proses Hibah 24 F-16 yang juga menelan biaya yang sangat besar dan tidak ada pihak pihak yang memverifikasi harganya. Penolakan terhadap Sukhoi ini sepertinya jauh lebih besar dari penolakan hibah F-16. Rencana penambahan armada baru selalu dikaitkan dengan politik ekonomi dan militer global di sekitar kawasan. Masih ingat ketika Jepang dan Australia protes rencana pembelian kapal selam Kilo oleh TNI AL ?.
Semoga kedepannya rencana pembelian penganti F-5 Tiger akan terwujud dengan cepat sehingga MEF II menjadi kilas balik kejayaan TNI AU seperti tahun 1960-an.
by: Telik Sandi
Biro jabodetabek