Kamis, 30 Oktober 2014

Perkembangan Roket Indonesia

Roket R-Han 122 dengan Rear Control Surface
Roket R-Han 1212 dengan Rear Control Surface
rhan-jkgr-2
Rear Control Surface R-Han 1212
rhan-jkgr3
rhan-jkgr-4
Kendaraan Pengangkut Multi Roket R-Han 1212

Pemerintah melalui Konsorsium Roket Nasional terus mengembangkan roket Rhan-1212. Selain di kendaraan darat, roket ini ke depannya juga akan dipasang di kapal-kapal perang Indonesia.
Konfigurasi roket ini terus dikembangkan dan disempurnakan, termasuk propulsion dan rear control service. Konsorsium Roket Nasional juga terus mengembangkan IR Seeker, Antenna, Illuminator Electronic, processor, baterai dan warhead roket, yang kedepannya diharapkan menjadi peluru kendali. Semuanya untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap roket/ rudal dari luar negeri. Selain itu, biaya produksi roket/rudal di dalam negeri, lebih murah. 

(JKGR).

Latihan Hanudnas Tutuka ke XXXVIII di Batam

http://tni-au.mil.id/sites/default/files/Sukhoi-Hnd.jpg

Empat pesawat TNI AU jenis Sukhoi dan satu heli Super Puma tiba di Bandara Hang Nadim pukul 10.12 WIB, Senin (27/10) lalu. Kedatangan pesawat tempur yang dipimpin oleh Komandan Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin, Makassar Letkol Pnb David Y Tamboto ini dalam rangka mengikuti latihan Pertahanan Udara Nasional (Hanudnas) Tutuka ke XXXVIII di Batam.
Latihan dilaksanakan selama tiga hari sejak tanggal 28-30 Oktober dan dibuka oleh Komandan Kodiklat (Dankodiklat) TNI Mayjen TNI (Mar) I Wayan Mendra (28/10) di Makohanudnas, Jakarta.
Komandan Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin, Makassar Letkol Pnb David Y Tamboto menjelaskan patroli udara dilakukan untuk menjaga keamanan dan kedaulatan wilayah NKRI. Sedangkan scramble adalah latihan untuk menyergap wahana asing yang terdeteksi radar masuk dalam wilayah Indonesia.
“Wahana asing yang tidak memiliki izin masuk dalam wilayah, akan disergap. Dan dipaksa mendarat di bandara terdekat,” ungkapnya.
Lebih lanjut Davit menjelaskan, fokus latihan sengaja di wilayah selatan Batam, yakni mulai dari Pulau Bintan di Kepulauan Riau hingga Dumai di Provinsi Riau. “Kalau difokuskan di sebelah utara, akan bertemu dengan wilayah udara Singapura. Kalau ke sana ruang lingkupnya kecil,” ujarnya.
Dalam pelaksaan Hanudnas Tutuka XXXVIII itu TNI tidak hanya melibatkan 4 Sukhoi. Ada juga beberapa pesawat dan kapal perang. Untuk Latihan Hanudnas di wilayah Pekanbaru, TNI AU melibatkan pesawat jenis F-16. Sedangkan di Dumai ada beberapa KRI yang melakukan manuver dan latihan. (jpnn)
Latihan Tutuka 2014 dilakanakan di wilayah Barat, Indonesia yaitu dibawah Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan dengan melibatkan seluruh unsur Hanud yang ada dibawah jajaran seperti pesawat tempur Sukhoi Skadron 11 Lanud Hasanuddin yang selama latihan ber-home base di Bandara Hang Nadim Batam dan pesawat F-16 Fighting Falcon Skadron Udara 3 Lanud Iswajudi, Madiun ber-home base di Lanud Rusmin Nurjadin, Pekan Baru.
Seperti dijelaskan Pengawas dan Pengendalian Kolonel Pnb Budi Ramelan bahwa latihan Tutuka 2014 bertujuan untuk menguji dan mengukur tingkat kesiapan operasional Komando Pertahanan Udara dalam rangka melaksanakan sisten pengamatan, penangkalan dan penindakan yang handal serta meminimalisir dampak serangan Udara terhadap berbagai kontijensi yang perlu diantisipasi dan direspon diwilayah udara nasional. (tni-au.mil.id)
============================================================================================

6 Pesawat Tempur F-16 Tiba Di Lanud Roesmin Nurjadin


https://scontent-b-vie.xx.fbcdn.net/hphotos-xpf1/t31.0-8/p480x480/10604609_602556179852729_5576359235427915768_o.jpg

Enam pesawat tempur F-16 Fighting Falcon Skadron Udara 3, Lanud Iswahjudi tiba di Lanud Roesmin Nurjadin, kemarin. Kedatangan Elang Besi pengawal dirgantara Indonesia ini, dalam rangka melaksanakan Latihan Pertahanan Udara Nasional Tutuka XXXVIII tahun 2014.
Keenam pesawat yang terbagi menjadi dua Flight “Falcon Flight dan Dragon Flight” ini dipimpin langsung oleh Danskadron Udara 3, Letkol Pnb Firman Dwi Cahyono.
Latihan Pertahanan Udara Nasional Tutuka XXXVIII ini merupakan latihan puncak Kohanudnas antar satuan di bawah Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III (Kosekhanudnas III), Medan dengan melibatkan seluruh unsur Hanud yang ada dibawah wilayah Kosekhanudnas III. Direncanakan latihan ini akan berlangsung hingga tanggal satu November mendatang.
Setibanya di Lanud Roesmin Nurjadin ke enam pesawat F-16 ini langsung menuju ke Shelter Skadron Udara 16 yang akan dijadikan Posko Unsur TS F-16 selama latihan berlangsung. Selain pesawat tempur F-16, sejumlah personel penerbang dan para teknisi beserta peralatan yang dibutuhkan dalam mendukung latihan Pertahanan Udara Nasional Tutuka XXXVIII juga tiba di Lanud Rsn menggunakan dua pesawat Herkules TNI AU. (tni-au.mil.id)

Rabu, 29 Oktober 2014

Misterius, Suatu Negara di Asia Lakukan Upgrade F-5 Tiger dari Perusahaan Israel

F-5 E Tiger II AU Singapura
F-5 E Tiger II AU Singapura

Meski berita pembelian jet tempur keluaran terbaru cukup semarak di banyak negara, tapi program upgrade jet tempur lawas tak berarti ditinggalkan. Terbukti dari pengumuman Elbit Systems, vendor elektronik pertahanan dari Israel yang menyebutkan per 22 Oktober 2014 telah memperoleh kontrak senilai US$85 juta untuk meng-upgrade armada jet tempur Northrop F-5 Tiger. Yang menarik, Elbit Systems juga menyebut kontrak upgrade tersebut berasal dari salah satu negara di Asia.
Namanya juga Israel yang operasi dan perdagangan militernya serba tertutup, tidak menginformasikan negara Asia mana yang memesan jasa upgrade F-5 tersebut. Sebagai informasi, hingga kini F-5 Tiger dalam berbagai varian masih aktif digunakan oleh AU Indonesia, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand. Sebelumnya Elbit Systems juga sudah punya rekam jejak di Asia, yakni dalam meng-upgrade sistem senjata dan avionik pada F-5 E/F Tiger AU Singapura dan Thailand.
Beberapa negara di Asia pemilik F-5 Tiger diketahui tidak akan mengambil opsi upgrade dari Elbit Systems. Seperti Indonesia yang tidak punya hubungan diplomatik, perdagangan, dan kerjasama militer dengan Israel. Kemudian dengan Malaysia juga diragukan, mengingat Negeri Jiran ini punya hubungan kurang harmonis dengan zionis Israel. Indonesia sendiri pernah melakukan upgrade lewat proyek “MACAN” dari Belgia. Dan, pemerintah Indonesia tak lama lagi berniat menghentikan masa bakti F-5 E/F Tiger yang telah beroperasi tiga dasawarsa lebih.
Elbit Systems mendapatkan proyek upgrade untuk rentang waktu pengerjaan tiga tahun. Fokus upgrade dilaksanakan pada penyediaan peralatan elektro optik dan komunikasi. Di luar Asia, Elbit Systems pernah menangani modernisasi F-5 Tiger AU Brazil, Norwegia, Swiss, dan Amerika Serikat. Solusi yang ditawarkan Elbit Systems mencakup instalasi glass cockpit dan pemasangan HOTAS (hands-on-throttle-and-stick), dan adopsi perangkat penglihatan malam. (HANS)

Mandau Class: Generasi KCR TNI AL Warisan Orde Baru

19
Setelah perubahan haluan politik di akhir tahun 60-an, praktis kekuatan alutsista Indonesia mengalami kemunduran drastis. Di lini Satuan Kapal Cepat (Satkat), pada masa orde Soekarno, TNI AL begitu disegani dengan adanya KCR (Kapal Cepat Rudal) Komar Class buatan Uni Soviet, selain dibekali kanon laras kembar kaliber 25 mm, Komar Class saat itu menjadi momok yang menakutkan dengan rudal anti kapal SS-N2, atau akrab disebut Styx.
Total TNI AL pernah dilengkapi 12 unit Komar Class, tapi karena embargo suku cadang dari Uni Soviet, pelan-pelan armada Komar Class di grounded. Berdasarkan catatan sejarah, sejumlah kapal Komar Class masih operasional hingga tahun 1978, meski diyakini fungsi rudalnya sudah tidak aktif. Bahkan, Jane’s Fighting Ship (1983-1984) menyebutkan Komar Class baru resmi pensiun dari kedinasan TNI AL pada tahun 1985. Era Orde Baru (Orba) dibawah Soeharto membawa sentuhan baru dalam industrialisasi, seperti dibukanya keran investasi bagi asing, salah satunya di sektor migas. Dan, dampak dari melonjaknya ekspor migas pada dasawarsa 70-an membawa imbas pada perolehan devisa. Dengan bekal devisa yang menguat, di periode 1975 – 1980, Indonesia pun banyak melakukan pembelian alutsista untuk mengejar ketertinggalan dari Negara Tetangga.
Kapal Cepat Komar saat melepaskan Styx
Kapal Cepat Komar saat melepaskan Styx
KRI Rencong 622.
KRI Rencong 622.

Di matra laut, TNI AL kebagian beberapa kontrak pengadaan alutsista baru, seperti frigat Fatahillah Class dari Belanda dan kapal selam Type 209 dari Jerman. Lain dari itu, poros pengadaan alutsista di TNI AL juga berasal dari Korea Selatan. Yang cukup dikenal luas adalah enam unit LST Teluk Semangka Class buatan galangan Tacoma Marine Industries Ltd (KTMI), Korea Selatan pada tahun 1980. Dari keenam LST tersebut, KRI Teluk Semangka 512 kini sudah masuk masa purna tugas. Masih dari galangan yang sama, di periode 1979-1980 TNI AL juga mendapat suguhan alutsista berupa KCR PSK (Patrol Ship Killer) atau dikenal identitas PSSM (Patrol Ship Multi Mission). Sub varian yang diserahkan ke Indonesia adalah PSSM Mark 5. Dalam penyebutan lainnya, KCR asal Negeri Ginseng ini juga dikenal dengan sebutan Dagger Class.
Catatan sejarah menunjukkan pada akhir 1970-an Indonesia membeli empat kapal jenis ini dengan opsi tambahan pembelian sebanyak empat kapal lagi. Namun entah mengapa, sampai sekarang TNI AL hanya menerima pesanan pertama saja. Keempat kapal yang diterima TNI AL yakni KRI Mandau 621, KRI Rencong 622, KRI Badik 623, dan KRI Keris 624. KRI Mandau 621 dan KRI Rencong 622 diserahkan ke TNI AL pada 20 Juli 1979, sedangkan KRI Badik 623 dan KRI Keris diserahkan ke TNI AL pada 1 Februari 1980. Nama-nama kapal tersebut diambil dari jenis senjata tradisional Nusantara, dan hingga kini pun setiap KCR di lingkup Satkat diberi nama dengan identitas senjata tradisional Tanah Air. Mengikuti standar penamaan internasional, keempat KCR PSSM Mk5 ini kemudian disebut sebagai Mandau Class, bersandar pada identitas nama kapal pertama di kelas ini.
KRI Mandau 621
KRI Mandau 621
KRI Badik 623
KRI Rencong 622

Dengan komposisi material lambung kapal yang terbuat dari bahan alumunium, KCR Mandau Class sanggup ngebut hingga kecepatan maksimum 41 knots. Pasca pensiunnya Komar Class, secara resmi inilah kapal cepat berpeluru kendali pertama yang digunakan oleh TNI AL. Sesuai dengan klasifikasinya, kapal ini dilengkapi rudal anti kapal Aerospatiale Exocet MM38 buatan Perancis. Ada empat rudal yang bisa dibawa dan ditempatkan di dek belakang. Konfigurasi penempatan dibuat saling bersilang. Dua rudal paling belakang diarahkan ke sisi kiri. Sementara sisanya ke arah kanan. Dengan pemandu radar aktif, Exocet MM38 mampu menghantam sasaran pada jarak 42 km.
Lantaran dipunggawa sebagai kapal berpeluru kendali maka wajar saja bila sejumlah perangkat elektronik juga dijejalkan pada kapal. Untuk menangkis gangguan elektronik lawan sekaligus sebagai pengunci target (radar intercept), PSSM dilengkapi piranti ESM Thomson-CSF seri DR2000S. Selain itu masih ada lagi sistem kendali senjata Selenia NA-18, pengendali tembakan Signaal WM28, dan radar permukaan Racal Decca 1226. Untuk menjaga perangkat elektronik dari kerusakan dan efek over heat, pada kompartemen PIT (Pusat Informasi Tempur) suhu dibuat sedemikian sejuk.
a294ef
KRI Badik 623
KCR Mandau Class kerap digunakan untuk aktivitas satuan elit Kopaska.
KCR Mandau Class kerap digunakan untuk aktivitas satuan elit Kopaska.


Selain senjata utama berupa rudal Exocet MM38, PSSM Mark 5 juga dibekali senjata lain untuk dukungan tempur. Pada bagian haluan bertengger meriam laras tunggal Bofors 57 mm MK1. Pada sisi kanan dan kiri kubah meriam terdapat rel pelontar chaff/flare sebagai elemen bela diri kapal dari kemungkinan serangan rudal lawan. Secara teknis meriam ini punya daya tembak hingga 200 proyektil per menit serta jarak jangkau hingga 17.000 meter. Masih meriam buatan Bofors, di bagian buritan juga terdapat meriam Bofors 40 mm/70 dengan daya tembak 300 proyektil per menit serta jangkauan 12.000 meter. Meriam ini disematkan tepat di belakang rangkaian peluncur Exocet.
Terakhir masih ada sepasang kanon Rheinmetall kaliber 20 mm yang dioperasikan secara manual. Kanon ini dapat melontarkan 1000 proyektil per menit dengan jangkauan 2.000 meter. Kanon ini juga ideal untuk pertahanan kapal pada serangan permukaan jarak pendek.
Bofors 57mm MK1.
Bofors 57mm MK1.
Tampilan konfigurasi rudal MM38 Exocet.
Tampilan konfigurasi rudal MM38 Exocet.

MM38 Exocet Yang Kadaluwarsa
Pada masanya, Exocet MM38 begitu disegani sebagai rudal permukaan ke permukaan (anti kapal). Tapi dalam konteks masa kini, MM38 Exocet jelas sudah out of date. TNI AL pun pernah mengalami kegalalan uji tembak pada jenis rudal ini, bukannya berhasil meluncur, namun rudal ini justru meluncur ke laut. Bila toh masih ada MM38 Exocet yang terpasang, jelas tidak lagi memberi efek deteren. Dalam program upgrade dan re powering, TNI AL disebut-sebut sudah mencanangkan untuk mengganti MM38 Exocet dengan rudal C-802 buatan Cina.
Adopsi C-802 pada KCR Mandau Class menjadikan kapal perang ini punya kemampuan yang sejajar dengan daya pukul frigat Van Speijk yang beberapa diantaranya dibekali C-802, kapal perang TNI AL lainnya yang menggunakan rudal C-802 adalah FPB (Fast Patrol Boat)-57 Nav IV dan Nav V. Sementara jenis KCR 60 dan KCR 40 dipasang dengan tipe rudal C-705. Namun, sayangnya hingga tulisan ini dibuat belum terlihat satu pun dari keempat Mandau Class yang dipasangi peluncur rudal C-802.
KRIMandau621
Tampilan mock up C-802
Tampilan mock up C-802

Kombinasi Mesin Turbin dan Diesel
Keunggulan dari KCR Mandau Class adalah penggunaan dua jenis mesin. Yakni dua mesin diesel MTU 12V331 TC81 dan sebuah mesin gas turbin GE (General Electric)-Fiat LM2500. Mesin diesel digunakan saat kapal melaju dengan kecepatan rendah, aktivasi mesin diesel turut mengehamt konsumsi bahan bakar. Sementara mesin turbin diaktifkan saat kapal ingin mencapai kecepatan maksimal, tentu dengan konsekuensi konsumsi bahan bakar lebih boros.
Mesin gas turbin memang lebih boros. Saat kapal dengan dua propeller ini melaju pada kecepatan 20 knots maka bahan bakar yang dibutuhkan adalah tiga ton per jam. Bila kecepatan ditingkatkan ke angka 30 knots maka kebutuhan bahan bakar melonjak jadi empat ton per jam. Saat mencapai kecepatan maksimal tercatat kapal butuh pasokan lima ton bahan bakar per jam. Sementara dengan menggunakan mesin diesel, pada kecepatan normal 12 knots, kapal cukup membutuhkan bahan bakar sebanyak sembilan ton untuk kebutuhan berlayar selama sehari penuh. (Gilang Perdana)

Spesifikasi KCR Mandau Class
  • Panjang : 53,58 meter
  • Beam : 8 meter
  • Draught : 1,63 meter
  • Kecepatan maksimum : 41 knots
  • Kecepatan jelajah : 12 knots
  • Jarak jelajah : 4.630 Km pada kecepatan 17 knots
  • Mesin : 1 – GE-Fiat LM-2500 gas turbine dan 2 – MTU 12V331 TC81 diesel engine
  • Bobot kosong : 255 ton
  • Bobot tempur : 290 ton
  • Awak kapal : 43 termasuk tujuh perwira
Indomil.

Menkopolhukam Benahi Keamanan Laut

Uji coba (sea trial) dua kapal patroli Bakorkaml di sekitar perairan Barelang, Batam, Kepulauan Riau (photo: Bakorkamla)
Kapal patroli Bakorkamla di  Perairan Barelang, Batam, Kepulauan Riau (photo: Bakorkamla)

Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijanto diangkat menjadi Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan oleh Presiden Joko Widodo. Tedjo pun menyatakan akan segera membentuk Badan Keamanan Laut (Bakamla).
“Polhukam jadi ujung tombak di darat, tetapi di laut, terkait Bakorkamla. Sudah dipercayakan di Polhukam. Kita akan buat PP akan menjadi Bakamla. Saya akan bentuk Bakamla,” kata Tedjo dalam sambutannya di acara Sertijab di Kemenkopolhukam, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakpus, Selasa (28/10/2014).
Tedjo pun mengucapkan terima kasih kepada Djoko Suyanto yang telah bekerja sebagai Menkopolhukam dengan baik. Djoko hadir bersama istrinya dalam acara sertijab ini.
“Mohon dukungannya, apa yang telah dilakukan pak Djoko akan kita teruskan dan arahan-arahan Presiden juga akan kita lakukan. Tapi kita sersan aja, serius tapi santai. Pak Djoko di penerbang instruktur saya. Banyak pengalaman saya dengan beliau yang lucu-lucu,” tambah mantan KSAL itu.
Bakamla ini sendiri merupakan revitalisasi dari Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) yang terbentuk pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Sekjen Bakorkamla Dicky R Munaf, tanggung jawab Bakamla nanti langsung kepada Presiden Jokowi.
“Tanggung jawab Bakamla langsung ke Presiden tapi koordinasi dengan kementerian terkait, memutuskan koordinasi dalam Kemenkopolhukam. Jadi Bakamla tak hanya sekedar maritim. Bakamla revitalisasi Bakorkamla, bukan membuat lembaga baru,” kata Dicky di lokasi yang sama.
Menurut Dicky, stake holder Bakamla adalah yang terkait di bidang kemanan. Seperti TNI, Polisi, Bea Cukai, dan BIN. Meski begitu, Bakamla ini masih menunggu PP dan Kepres yang nantinya akan dikoordinasikan oleh Tedjo Edhy sebagai Menkopolhukam.
“Langkah pertama, PP membentuk Bakamla, Pak Menko akan koordinir. Setelah itu Kepres terkait personilnya. Tak perlu penambahan personil. TNI, Polri yang kita berdayakan. PNS analis untuk mendukung deteksi peringatan dini. 600 personil per setahun, saat operasi 8000 orang,” Dicky menjelaskan.
“Bakamla wajib mengarahkan setiap proses hukum, ketepatan dan tegas agar tidak ada penegakan hukum yang berlarut-larut. Seperti Presiden sampaikan, ketegasan hukum penting. Info intelijen penting, seperti potensi pelanggaran, kita bisa melakukan pencegahan di darat saja,” tutupnya. (Detik.com).

Super Tucano Jelajah Medan

Para Ground Crew pesawat Super Tucano sedang mengecek kesiapan keempat pesawat yang akan melakukan jelajah medan dalam rangka operasi pemantauan udara (Ops Patud) terbang ke wilayah Timur Indonesia. (28/10).

Pagi ini (Selasa, 28/10) sekitar pukul 08.55 Wib empat pesawat tempur Super Tucano dari Skadron Udara 21 Wing 2 Lanud Abd Saleh melakukan jelajah medan menuju wilayah timur Indonesia tepatnya Kupang dalam rangka melaksanakan Operasi Pemantauan Udara (Ops Patud).
Keberangkatan pesawat tempur Super Tucano tersebut disaksikan oleh Komandan Wing 2 Lanud Abd, Kolonel Pnb Wayan Superman, Komandan Skadron Udara 21 beserta para pejabat Wing 2 Lanud Abd Saleh lainnya di Shelter Skadron Udara 21. “Selama di Kupang ke-empat pesawat tempur Super Tucano tersebut akan melaksanakan operasi Pemantauan Udara”, kata Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb Toto Ginanto, ST. Rencananya Ops Patud akan dilaksanakan selama empat hari kedepan mulai tanggal 28 hingga 31 Oktober 2014.
Sebagaimana pesawat tempur lainnya yang dimiliki TNI AU yang melakukan jelajah medan, Pesawat Super Tucano juga melakukan Terbang Jelajah Medan dengan tujuan untuk melatih para penerbang tempur dalam bernavigasi menuju Pangkalan Udara yang telah ditentukan. Sedang Operasi Pemantauan Udara untuk melaksanakan patroli udara di wilayah Timur Indonesia dengan tujuan mengamankan Yurisdiksi wilayah udara nasional dari pelanggaran penerbangan pesawat asing.
Dalam latihan dan operasi ini Ops Patud ini melibatkan 9 orang Penerbang Skadron udara 21 dan 40 orang ground crew serta empat pesawat tempur Super Tucano dengan nomor register TT. 3102, 3103, 3105 dan TT.3107 yang akan mendukung pelaksanaan terbang jelajah medan.
Sekali dayung satu dua pulau terlampaui, demikian peribahasa yang tepat untuk istilah dalam latihan operasi udara ini. Dikatakan demikian karena latihan ini disamping untuk melatih kemampuan navigasi para penerbang tucano juga sekaligus untuk melakukan pengamanan wilayah ALKI II yang sering terjadi pelanggaran wilayah penerbangan yang dilakukan oleh pesawat-pesawat asing.
Komandan Lanud Abd Saleh, Marsma TNI Sungkono, SE, M.Si., menekankan kepada seluruh Crew dan para penerbang agar memperhatikan Lambangja dalam setiap pergerakan. Karena meski misi tercapai secara maksimal tidaklah dikatakan berhasil bila terjadi eccident maupun incident sekecil apapun. “Mission accomplish by zero accident, motto itu harus benar-benar diperhatikan agar misi terlaksana secara maksimal dan keselamatan seluruh Crew maupun penerbang juga tetap terjaga” demikian Marsma Sungkono berpesan.
Empat pesawat tempur Super Tucano akan melakukan jelajah medan terbang ke Wilayah Timur Indonesia dalam rangka Operasi Pemantauan Udara (Ops Patud) pada hari Selasa pagi (28/10).
Sumber : tni-au.mil.id

TNI AU Dan TUDB Lakukan Latihan Bersama di Lanud Tarakan

TNI AU Dan TUDB Lakukan  Latihan Bersama  di Lanud Tarakan
Tim Mabes TNI AU dan Komandan Lanud Tarakan menyambut Tentera Udara Diraja Brunei (TUDB) di Bandara Internasional Juwata Tarakan, Senin (27/10/2014).

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) dan Tentera Udara Diraja Brunei (TUDB) mengadakan Latihan Bersama (Latma) Bruneisia VI/2014 di Pangkalan TNI AU (Lanud Tarakan).
Latma yang berlangsung Selasa (28/10/2014) hingga Jumat (31/10/2014), melibatkan helikopter CN-295 dari TNI AU serta CN-235 dan Black Hawk dari Brunei.
Latma Bruneisia yang dipusatkan di apron terminal baru Bandara Internasional Juwata Tarakan diikuti sekitar 200 personel terdiri dari Mabes TNI AU, Skadron Udara 2 Halim Perdana Kusuma,  Lanud Tarakan, dan Tentera Udara Diraja Brunei.  Semua personel dan armada dari Tentera Udara Diraja Brunei sudah tiba di Lanud Tarakan, Senin (27/10/2014).
“Latma Bruneisia dilakukan tiap tahun terkadang di Manado, Pontianak, atau di Brunei. Tahun ini dilakukan di Lanud Tarakan.  Targetnya, apabila terjadi Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan lain sebagainya,  maka kita saling membantu. Indonesia bisa membantu Brunei, begitupun sebaliknya mereka membantu Indonesia.  Jadi, ini meningkatkan soliditas  dan kerjasama dalam melaksanakan operasi udara,” ujar Letkol Pnb Tiopan Hutapea, Komandan Lanud Tarakan kepada Tribunkaltim.co.id (TRIBUNNEWS Network), Senin (27/10/2014) malam.
Latma ini, jelasnya, untuk mensupport atau mensuplai logistik kepada masyarakat sipil di wilayah atau drop zone yang sulit dijangkau oleh sarana transportasi apapun kecuali melalui udara, disebabkan kondisi bencana alam ataupun hutan belantara.
“Intinya kami mendukung suplai logistik. Ya, bisa spareparts maupun bahan makanan dan lainnya. Namun barang yang diterjunkan tidak rusak karena menggunakan teknologi khusus yang dapat disaksikan saat latma nanti,” tandas Letkol Tio.
Menurutnya, simulasi rencana dilakukan di empat spot. Pembukaan Selasa besok dirangkai dengan Familiarization Flight, kemudian Rabu diawali morning briefing sebelum dilanjutkan dengan penerbangan dan penerjunan oleh CN Indonesia dan CN Brunei. Begitu pula pada Kamis. Jadi nantinya ada  empat kali penerjunan. (www.tribunnews.com)