Jumat, 03 Oktober 2014

Denel NTW-20: Senapan Anti Material Taifib Korps Marinir TNI AL

e0043290_09074221
Indonesia sebagai negara dengan kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara, sudah tentu beragam unit pasukan elitnya akrab dengan jenis senapan sniper atau senapan runduk, utamanya dari kaliber 7,62 mm. Nama-nama senjata sniper seperti Galil dari Israel, G-3 SG-1, AI Artic Warfare, Steyr SSG-69, hingga SPR-1 buatan Pindad, mungkin sudah akrab di telinga para pemerhati persenjataan nasional. Tapi senjata diatas disasar untuk membidik target berupa manusia. Lalu bagaimana dengan misi sniper yang lain, seperti menyasar target peralatan militer sekelas rantis, ranpur atau bahkan menembus ketebalan tembok? Mampukah tugas sniper yang gerak geriknya serba senyap menggasak sasaran yang tergolong high value tersebut?
Jawabannya tentu bisa, dan pola operasi tidak berubah, yang dijalankan tetap dalam kaidah sniper, senyap dan mematikan, tidak ada rudal panggul anti tank atau granat berpeluncur roket yang digunakan. Solusinya tak lain dengan menggunakan senjata anti material. Senapan jenis ini punya bentuk dan peran yang serupa dengan senapan runduk, perbedaannya lebih kepada besarnya kaliber yang berdampak pada daya hancur serta jangkauan proyektil yang pastinya lebih jauh. Menurut Wikipedia, yang masuk dalam kategori senjata anti material adalah senapa dengan kaliber mulai dari 12,7 mm, 14,5 mm, dan 20 mm.
Untuk senapan anti material pun bukan barang baru bagi TNI. Satuan elit Intai Amfibi (Taifib) Korps Marinir TNI AL adalah pengguna senjata jenis ini, tepatnya mengadopsi NTW-20 buatan Denel Mechem dari Afrika Selatan. Penampilan NTW-20 sebagai kelengkapan infanteri Marinir sudah tak asing lagi, ambil contoh saat unjuk kesiapan Yon Mekanis Kontingen pasukan PBB TNI yang akan diberangkatkan ke Lebanon pada tahun 2006 lalu, jelas tampak NTW-20 dan RPG-7 ikut digelar dihadapan media dan petinggi TNI kala itu.
mechem_ntw-20
Aksi Taifib Marinir dengan NTW-20.
Aksi Taifib Marinir dengan NTW-20.
Kesiapan penembak NTW-20 Marinir TNI AL.
Kesiapan penembak NTW-20 Marinir TNI AL.
JASGU 3 dalam parade HUT TNI, tampa ditumpangi senjata andalan Sniper NTW-20.
JASGU 3 dalam parade HUT TNI, tampa ditumpangi senjata andalan Sniper NTW-20.

Bila di Indonesia senjata ini dipopulerkan oleh Taifib Marinir TNI AL, maka senjata laras panjang multi kaliber ini juga kerap tampil di beberapa film layar lebar. Salah satunya dalam film District 9 (2009). Film yang mengambil latar di Afrika Selatan ini mengisahkan perjuangan sekelompok manusia untuk mengusir alien. Uniknya dalam film sci fiction ini juga ditampilkan rantis Casspir yang saat ini digunakan oleh Kopassus TNI AD.

NTW-20
Pengembangan awal NTW-20 jatuh di tangan perancang senjata jempolan dari Afsel, Tony Neophtou, yang terkenal dengan rancangan senapan tabur Neostead. Uniknya, pabrikan Aerotek yang menangani pengembangan senapan ini di tengah jalan diakuisisi oleh divisi Mechem dari grup pabrikan Denel, sehingga NTW-20 dirilis dengan identitas Denel Mechem di depannya. Di lingkup kesenjataan TNI, Denel juga memasok kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) kaliber 20 mm, yakni Vektor G12 yang dipasang pada korvet SIGMA class dan KCR (Kapal Cepat Rudal) 40 TNI AL. Sebelum KRI Clurit dipasangi kanon CIWS AK-630M, kapal tersebut menggunakan Vektor G12 sebagai senjata di haluan.
pic_02
NTW-20 dalam film District 9.
NTW-20 dalam film District 9.
600px-D920mm2
Komponen senjata dapat diurai.
Komponen senjata dapat diurai.
p1132766
Denel-NTW-20-image
Filosofi pengembangannya berfokus kepada penggelaran di padang Afrika yan luas dan terbuka, sehingga tentu saja diperlukan senapan yang mampu menjangkau sasaran lawan sebelum sempat bereaksi. Hebatnya, NTW-20 punya kemampuan menembakkan dua jenis proyektil berbeda, yaitu 20 mm dan 14,5 mm Russian. Khusus amunisi 20 mm, yang digunakan adalah peluru 20 x83,5 mm eks senapan anti pesawat Jerman MG-151 pada era Perang Dunia II.
Soal kemampuan, tak perlu ditanya. Ranpur lapis baja setipe BTR dan BMP potensial untuk dirobek lapisan bajanya. Piliah pelurunya cukup beragam, mulai dari jenis HE (High Explosive), fragmentasi, sampai peluru bakar (High Explosive Incendiary). Untuk memilih di antara dua peluru ini, semuanya cukup dilakukan melalui penggantian laras, bolt, dan magasin, yang kesemuanya hanya memerlukan waktu kurang dari satu menit di tangan operator terlatih. Sebagai senapan bolt action yang menembakkan peluru berkaliber besar, wajar jika bolt pada NTW-20 sampai harus memiliki enam lug untuk membantu menahan gaya tekanan yang sangat besar dari kamar peluru. Selain itu, sistem pasok peluru pada NTW termasuk unik, karena menganut model magasin horizontal (seperti pada sten gun) yang dimasukkan dari sisi kiri. Pilihan ini juga terasa masuk akal, karena bobot peluru besar yang di atas rata-rata akan membuat pegas sulit beroperasi dengan optimal, andaikata harus beroperasi melawan gravitasi seperti halnya pada magasin konvensional yang dipasang secara vertikal dari bawah senapan.
Sebelum lebih jauh, sekedar informasi, bolt action adalah (sistem operasi) kokang senjata api yang mana bagian bolt dioperasikan secara manual dengan cara menggesernya ke belakang (menggunakan tuas kecil /handle) agar bagian belakang (breech) laras terbuka, casing peluru kosong yang sudah dipakai terlempar keluar dan peluru baru masuk kedalam breech kemudian bolt ditutup kembali (digeser ke depan secara manual).
Penembak sedang mengokang NTW-20.
Penembak sedang mengokang NTW-20.
Untuk menjaga stabilitas dalam penembakkan, NTW-20 juga ditawarkan dalam model monopod.
Untuk menjaga stabilitas dalam penembakkan, NTW-20 juga ditawarkan dalam model monopod.
Untuk penggantian kaliber, laras NTW-20 dapat diganti dengan mudah.
Untuk penggantian kaliber, laras NTW-20 dapat diganti dengan mudah.


Sebagai senapan dengan kaliber jumbo, pertanyaan yang timbul selanjutnya, bagaimana NTW-20 mampu meredam daya tolak balik yang dihasilkan peluru 20 mm sehingga bisa ditahan oleh tubuh manusia? NTW-20 rupanya punya tiga jurus jitu untuk menanganinya. Pertama, sistem yang disebut hydraulic double acting damper berupa katup dan perluasan kamar peluru untuk menahan pemuaian tekanan yang dihasilkan oleh tembakan peluru 20 mm. Tabung hidrolis ini dari luar berbentuk tabung menonjol yang ada di bawah laras. Ketika terdorong oleh gaya tolak talik ke belakang, laras dipaksa menarik piston hidrolis yang diisi pelumas, sehingga gerakannya melambat dan hentakannya berkurang.
Jurus kedua, ada pegas penahan (buffer spring) ganda pada bagian bawah-belakang receiver yang menempel ke popor belakang. Pegas penahan ini adalah benteng lapis kedua yang menangani efek tolak balik setelah batang piston hydraulic damper sudah berada di titik puncak peregangannya. Kedua benteng ini membentuk sistem kontinyu yang tidak terputus, sehingga tekanan gaya tolak balik dapat disebar dalam rentang waktu yang lebih panjang agar penembak tidak merasakan tekanan terlalu besar. Terakhir, jurus ketiga berupa muzzle brake dua tingkat yang membantu menyalurkan kilatan api penembakkan dan sebagian gaya tolak balik ke arah depan.
Bagi para pengguna NTW-20, Denel Mechem menyediakan paket lengkap, mulai dari fixed carry handle dan kaki-kali yang sudah jadi standar, laras pengganti, sampai teleskop standar dengan kemampuan 8x. Teleskop sepertinya didesain dengan model scout profile, karena memiliki eye relief (jarak mata dan lensa) yang cukup jauh. Jika tidak puas, pembeli tentu saja berhak menggunakan teleskop dengan magnifikasi lebih besar, mengingat peluru 20 mm memiliki jarak jangkau lebih jauh dibanding 14,5 mm atau 12,7 mm.



Amunisi kaliber 20 mm NTW-20
Amunisi kaliber 20 mm NTW-20
PICT0256
680514_712817345448385_5487640063956343672_o
Keunggulan lain NTW-20 yakni bisa diurai menjadi bagian yang bisa diangkut menggunakan dua ransel besar yang masing-masing berbobot 15 kg. Sehingga minimal bisa dioperasikan tim sniper yang berjumlah dua orang, satu sebagai penembak dan satunya lagi berperan sebagai spotter (observer). Tidak salah bila Marinir TNI AL menjatuhkan pilihan pada NTW-20 sebagai senapan anti material pilihan. Didukung kaliber yang besar, senapan ini menjadi platform multifungsi untuk berbagai aplikasi kemiliteran. (diolah dari berbagai sumber)

Spesifikasi Denel Mechem NTW-20
Asal : Afrika Selatan
Tahun pembuatan : 1990
Kaliber : 14,5 x 114 mm/ 20 x 82 mm
Sistem operasi : bolt action
Panjang total :  2.015 mm/ 1.795 mm
Panjang laras : 1.220 mm/ 1.000 mm
Berat kosong : 33,8 kg/ 30,5 kg
Kecepatan proyektil : 1.000 meter/ 720 meter per detik
Jarak tembak efektif : 2.300 meter/ 1.500 meter
Akurasi : 1 meter
Kapasitas magasin : 5 peluru'

SEKILAS KILO KLAS SUBMARINE type 877K TNI AL

Kapal Selam Kilo Class Proyek 877 EKM
Kapal Selam Kilo Class Proyek 877 EKM

Ngomomg-ngomong soal “Hoax”, saya sengaja memebuat artikel “Hoax” ini mengenai kemampuan Kapal selam Kilo kita yang hasil pengadaaan tahun 2007 lalu. Terserah deh tanggapan para warjager di sini sesuai dengan “azas dan paham keyakinan masing-masing” bagaimana, so saya hanya memberikan sedikit pencerahan saja.
Data KS Kilo kita adalah sebagai berikut: panjang 72,6 meter lebar badan tekan 9,9 meter, sarat kapal 6,6 meter. Tetapi Kilo kita diperpanjang sekitar delapan meter untuk penempatan AIP, air independent propulsion. fuell cell system. Penambahan ruangan yang dipergunakan untuk tangki LOX (liquid oxygen) dan hybrid hidrogen.
Ilustrasi: Dimensi Kilo class + AIP
Ilustrasi artikel: Dimensi Kilo class + AIP

Berat pemindahan airnya (displacement) di atas air 2325 ton, di bawah air (menyelam) 3076 ton. Kapal kita ditenagai dengan dua buah mesin diesel type 4-2DL-42M bertenaga 3650 HP, dibawah air bergerak dengan menggunakan motor listrik pokok bertenaga 5900 HP, yang didukung pula dengan dua buah motor listrik auxiliary type MT-165 berkekuatan 204 HP, serta motor ekonomi yang berkekuatan 103 HP (setara dengan PG-103 ex Whiskey class). Besarnya tenaga diesel di kapal ini memberikan gambaran akan usaha memperkecil probabilitas discretion, dengan mempersingkat waktu pengisian batere.
Transfer of powernya menggunakan system electrical transfer power, seperti pada type U-209. Kecepatan KS kita ini berkisar sekitar 10 knot saat berlayar diatas air, 17 knot saat menyelam, dan 9 knot saat berlayar dengan RDP (rabotayet diesel potwodoy / DBA diesel bekerja di bawah air,). Jarak jelajahnya mencapai 6.000 mil dengan kecepatan 7 knot RDP, dan saat berlayar dengan rezim motor ekonomis dan dalam kondisi silent run, akan dapat mencapai jarak 400 mil dengan kecepatan 3 knot. Kemampuan kedalaman selam normalnya mencapai 240 meter.
“Disamping itu, Kilo kita sudah dikaji magnetic anomaly signaturenya, sehingga sudah di demagnitisasi sedemikian rupa sehingga kemungkinan KS kita ini terdeteksi oleh MAD (Magnetic Anomaly Detection) yang menjadi andalan pesawat terbang Lockheed P-3B “Orion”, pesawat anti kapal selam Australian Navy maupun penggantinya nanti Boeing P-8 Poseidon, akan turun menjadi seminimal mungkin.”
Awak kapalnya berjumlah kurang lebih “50-an orang dengan belasan orang diantaranya Perwira”. Sumber tenaga bawah airnya menggunakan batere dengan kekuatan 9700 kWH, yang merupakan pengembangan dari batere CY-45 ex Whiskey class. Salah satu diantara sekian banyak  keistimewaan positif  KS kilo kita ini adalah reserve buoyancynya yang mencapai nilai 23%, yang berarti, bahwa walau kapal ini mengalami kebocoran, akan tetapi, dengan reserve buoyancynya yang sebesar itu, kemungkinan penyelamatan kapal masih amat tinggi.
KS Kilo kita memiliki enam peluncur torpedo caliber 53,3 cm yang tertata pada bagian haluannya. Peluncur ini dapat menembakkan baik long torpedo anti kapal atas air standard Angkatan Laut Rusia, maupun torpedo pendek anti kapa lselam dari type USET 80. Sebagai konfigurasi alternative, setiap torpedo dapat digantikan dengan dua ranjau. Torpedo cadangan yang dibawanya berjumlah dua belas torpedo.
Pengendalian torpedonya pada kapal sudah menggunakan Murena MVU-119EM, yang jauh lebih modern dari TAS-L2 yang pernah kita pergunakan di “Whiskey class” dahulu. Dengan Kemampuan Murena, kecuali dapat dipergunakan untuk mengendalikan tembakan dua jenis torpedo tersebut, yaitu standard straight run long heavy weight torpedo, bagi sasaran kapal atas air, dan untuk menembakkan short torpedo, torpedo kendali anti kapal selam, juga telah memungkinkan kita melacak (searching) beberapa sasaran sekaligus, serta membidik dan menembak (tracking, firing) dua diantara sekian banyak sasaran yang telah dilacak, dengan suatu kepresisian yang sempurna.
Selain itu KS Kilo kita ini diperlengkapi juga dengan SSM (Surface to surface missile) Novator Alfa SS-N-27, yang dapat ditembakkan dari peluncur torpedonya untuk mengatasi gangguan helicopter anti kapal selam yang mencoba mengintai.
Kalau untuk mengatasi pesawat patroli maritim sejenis Orion P-3 milik Sonotan yang mencoba menginderanya dengan MAD, dipasang SAM (Surface to Air Missile) dari type SA-N-5/8  “Gremlin” atau “Strella 3”, yang menggunakan pengendalian dengan kepala pelacak infra merah. SAM dapat ditembakkan dari peluncur portable yang tertata dianjungan, yang letak nya diantara tabung RDP dan antena komunikasi.
Sonar yang dipergunakan pada KS Kilo kita merupakan suatu sonar pelacak dan penyerang (search and attack) aktif pasif berfrekwensi rendah dari type Sharkteeth/Sharkfin (MGK-400) yang mampu mengindera kapal musuh dari jarak yang amat jauh. Untuk  ESM nya, Kilo kita sudah menggunakan ESM dari type “Squidhead” atau “Brickpulp”. Tetapi pembaring radionya masih menggunakan “Quad loop”, masih sama dengan yang dipergunakan dikapal selam “Whiskey class.” Sementara untuk Radarnya menggunakan surface search radar “Snoop tray” MRP 25  dengan band I, yang bekerja pada frekwensi sekitar 8 s/d 10 GHz , sedangkan sarana  komunikasinya dilengkapi dengan TX/RX HF dan VHF.
Periskopnya menggunakan dua PZKG, yang dipergunakan baik sebagai attack maupun search periscope. Diameter tabung periskop PZKG ini 180 mm, dengan penggunaan Quasi Binocular Viewing untuk mengurangi stress pada mata penggunanya.

Pergelaran
Sejatinya setiap pergelaran KS itu tergantung dari displacementnya, membutuhkan suatu kedalaman tertentu. Makin besar tonnase kapal selam, maka akan semakin dalam kedalaman laut yang dibutuhkannya untuk menyelam dengan aman. Dengan bobotnya yang berkisar sekitar 3000 ton kalu di bawah air, maka Kilo kita dapat dipastikan akan membutuhkan laut dengan kedalaman minimal 200 meter untuk menyelam dengan aman, dalam arti, memiliki ruang gerak yang uenak untuk melaksanakan manuver penghindaran, apabila (kalau lagi apes) suatu waktu tertangkap oleh alat deteksi kapal ASW musuh.
Mengingat bahwa dalam kenyataannya, laut pedalaman Indonesia yang berada diantara pulau pulau di Indonesia kedalamannya rata rata hanya sekitar enam puluh meter, (kecuali Laut Banda)  maka udah jelas dong pergelaran Kilo kita ini dimana? Ya, kapal selam Kilo kita ini digelar (di-deployment) dilaut luar, antara lain di Samudra Hindia, baik disisi Barat maupun disisi Selatan Negara kita, dan di daerah tepian Samudra Pasifik, yaitu di sisi Timur Negara kita, dimana kedalamannya rata-rata diatas dua ratus meter. Tentunya, peran yang diberikan pada KS kita ini lalu akan lebih merupakan suatu patroli pengaman garis luar terhadap musuh yang datang dari arah yang jauh. Atau kalau boleh lebih dipertegas lagi tugasnya akan merupakan tugas pencegatan (intercept) terhadap kekuatan musuh yang akan menyerang kita, jauh di tengah laut, bahkan sebelum mereka sempat melihat daratan kita.
Peta wilayah perairan dan ZEE Indonesia
Peta wilayah perairan dan ZEE Indonesia
Variasi kedalaman laut Indonesia. image: Google Earth

Makanya kalau ngintip Kilo kita ini berada di Dermaga SATSEL Ujung Timur Surabaya sana, dijamin enggak bakalan nemu deh, meskipun situ-situ udah nongkrongin di dermaga sono 24 jam tiap hari selama setahun. Selain alasan di atas ada satu alasan lagi, yaitu :  di pangkalan ALRI Surabaya ada “satu sepitan” antara markas SATSEL dan graving dock ex KRI IRIAN, kedalamannya tidak memungkinkan untuk dilewati KS dengan tonnase gede macam Kilo dengan mudah, kecuali pada saat air laut pasang itu juga pasang yang paling tinggi.” jadi dimanakah pangkalannya Kilo kita ini? “Top Secret”.
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“Just IMHO and HOAX”
(By pocong syerem) Nb : “diolah dari beberapa sumber”

TNI Pesan Sukhoi SU35

su-35-amur
Indonesia memesan 16 Sukhoi Su35 dan 6 Kapal Selam Kilo (photo: Harian Kompas 03/10/2014)

Panglima TNI Jenderal Moeldoko sempat mengatakan kepada publik, bahwa kandidat pengganti F-5 Tiger yang paling kuat adalah Sukhoi SU 35. Pernyataan ini terlontar dari Jenderal Moeldoko di beberapa kesempatan saat ditanya wartawan.
TNI AU sebagai user, juga konon menginginkan SU35 sebagai pengganti F-5 Tiger.
Dan kini pembelian SU-35 oleh TNI akan semakin mendekati kenyataan. Dalam infografik Harian Kompas, Jumat 03/10/2014, dituliskan Indonesia dalam proses pengadaan 16 Jet Tempur SU-35. Wow….pilihan yang sangat brilian dan membuat Indonesia semakin disegani. Alutsista dengan kemampuan yang sangat mematikan.
su35-indonesia-4
Indonesia memesan 16 Sukhoi SU35 dan 6 kapal selam Kilo (photo: Harian Kompas 03/10/2014)

Dengan adanya SU-35 ini, bisa dikatakan Indonesia sedang menuju “Macan Asia”, jargon yang sempat diutaarakan oleh Presiden SBY.
Tidak hanya itu, Indonesia juga sedang memesan 6 kapal selam kilo. Tidak disebutkan jenisnya tapi patut diduga jenis yang modern dan memiliki persenjataan yang maut. Persenjataan kapal selam Indonesia yang bisa menembak rudal jarak jauh, sudah beberapa kali disampaikan oleh Menteri Pertahanan Poernomo Yusgiantoro.
Presiden SBY, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Menteri Pertahanan Poernomo Yusgiantoro dan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, anda orang-orang hebat.
Ya…Anda orang-orang hebat, karena menjadi faktor pembeda. Jayalah negeriku Indonesia. Nama anda akan selalu kami kenang.  (JKGR).

Kapal Selam Kilo Indonesia (Leaks)

Data Kapal Selam Kilo Indonesia (Photo; Koran Kompas 03/10/2014)
Data Kapal Selam Kilo Indonesia (Photo; Koran Kompas 03/10/2014)

Data tentang kekuatan bawah laut Indonesia, akhirnya mulai dibuka sedikit demi sedikit. Kapal Selam Kilo milik TNI AL yang sempat menjadi gosip dan menghangatkan jagad forum militer, mulai dibuka datanya oleh TNI.
Dalam harian Kompas Jumat, 3 Oktober 2014, halaman 35, disebutkan TNI AL telah memiliki dua kapal selam kilo. Untuk memastikan agar informasi ini sampai secara benar, keberadaan kapal selam kilo itu, dimasukkan dalam info grafik alutsista TNI AL. Dan sudah pasti kalau ada info grafik dari TNI yang akan dipublikasikan oleh media massa, terutama alutsista, tentu dicek kebenarannya oleh pihak TNI.
Data Kapal Selam Kilo Indonesia (Photo; Koran Kompas 03/10/2014)
Data Kapal Selam Kilo Indonesia (Photo; Koran Kompas 03/10/2014)

Kompas sebenarnya sudah pernah membocorkan keberadaan kapal selam Kilo Indonesia, namun dengan cara yang halus. Saat itu disebutkan, kapal selam Indonesia akan melakukan latihan perang dengan menembakkan rudal jarak jauh 300km. Kapal selam Cakra class type 209, jelas tidak memiliki kemampuan itu.
Informasi soal keberadaan kapal selam kilo Indonesia, juga sebenarnya sudah diketahui tetangga. Wakil Menteri Pertahanan Malaysia sempat meminta tambahan kapal selam, dengan alasan karena Indonesia sudah memiliki dua kapal Selam Kilo.
Tempo juga pernah menuliskan secara tersamar keberadaan kapal selam Kilo Indoneia, melalui Duta besar Rusia untuk Indonesia saat itu, Ivanov.
Mengapa keberadaan kapal selam kilo ini dibuka ?. Itu bukan pertanyaan yang tepat, kira kira kapal selam apa yang sedang dipesan Indonesia sehingga keberadaan kapal selam kilo dibuka. (JKGR).

Kejutan jelang HUT TNI

M113 TNI-AD Kurang dari seminggu selebrasi perayaan HUT TNI, berbagai alutsista telah disiapkan. Beberapa diantaranya sudah tiba di tanah beberapa minggu atau bulan sebelumnya. Tapi ini yang paling mengejutkan. Yaitu munculnya ranpur baru yang direncanakan akan memperkuat TNI-AD. Inilah ranpur M-113, yang telah tiba di Bandara Soekarno Hatta, kamis siang.
M113 TNI-AD Gosip mengenai akuisisi ranpur M-113 sejatinya telah ARC dengar sejak beberapa waktu lalu. Jumlah dan akan dimana penempatannya masih belum jelas. Namun konon kabarnya, ranpur buatan Amerika ini akan memperkuat Batalyon Infantri Mekanis. Meski demikian, yang pasti ranpur ini akan turut serta dalam defile perayaan HUT TNI ke 69, 7 oktober mendatang.

ARC. 

Model Klaster Industri Strategis Indonesia

 
Indonesia pernah berhasil mengembangkan klaster industri strategis melalui upaya transformasi industri nasional yang digagas Prof. B. J. Habibie. Menerapkan konsep “mulai dari akhir dan berakhir di awal” yang populer itu, negeri ini dalam rentang seperenpat abad (1970-1995) mampu mengembangkan antara lain industri dirgantara, industri maritim dan perkapalan, industri pertahanan, industri elektronika dan telekomunikasi, sebagai engine of growth sekaligus pijakan menuju tahap ekonomi berbasis inovasi.
“Kita tidak bisa membuat sebuah penemuan ulang suatu teknologi yang sudah lama ditemukan bangsa lain, sebab kita akan tertinggal,” demikian ucapan yang terkenal dari B. J. Habibie, mewakili konsep transformasi industrinya. Artinya, Indonesia perlu melakukan terobosan, alih-alih meniru dan menempuh “jalur lambat” tahapan evolusi industri negara-negara maju yang dimulai dari fase riset dasar hingga ke fase perakitan dan pemasaran produk. Melalui formula micro-accelerated evolution unit (MAEU), B. J. Habibie merumuskan bahwa tahapan transformasi industri Indonesia berlawanan arah dengan fase di negara-negara maju justru akan dimulai dari fase perakitan dan pemasaran produk dan berakhir di fase riset dasar.
4 tahap klaster
Konsep terobosan transformasi industri ini mengejawantah dalam empat tahapan penting, yang kadang-kadang dilakukan secara overlap

Tahap Pertama :
Pembentukan kemampuan teknologi produksi melalui penerapan Progresive Manufacturing Plan (PMP). Ini merupakan kebijakan terpadu untuk membentuk kemampuan manufactur suatu produk dengan teknologi yang diperoleh melalui lisensi, yang secara bertahap, teknologitersebut akan dikuasai sepenuhnya. Tahap ini meliputi pula upaya untuk meningkatkan kandungan lokal serta menguasai berbagai aspek organisasi dan manajemen QCD (quality, cost, delivery) produksi, jaringan vendor dan industri pendukung, pemasaran, penjualan dan layanan purna jual, dan berbagai aspek bisnis lain bertaraf internasional. Contoh produksi teknologi tahap pertama adalah CN-212, kapal Caraka Jaya, pabrik pupuk Iskandar Muda, pabrik Semen Gresik, Fast Patrol Boat (FPB) 57, kereta api argo bromo, dan Argo Gede serta sistem telekomunikasi Pasopati.
Tahap Kedua :
Pembentukan kemampuan mendifusikan dan mengintegrasikan teknologi ke dalam desain dan manufaktur suatu produk baru yang memiliki pasar prospektus. Selain memperdalam kemampuan yang mulai terbentuk pada tahap pertama, tahap kedua memfokuskan diri pada penguasaan berbagai aspek pengembangan produk dan hubungan umpan-baliknya yang rumit melalui perencanaan produksi, analisa pasar, manajemen siklus hidup produk/teknologi, Metrology, Standard, Testing and Quality (MTSQ), serta pengembangan jaringan pemasaran dan purnajual.
Pada tahap ini dibentuk pula berbagai aliansi dengan sumber-sumber teknologi sebagai bagian dari upaya untuk mengoptimalkan seluruh proses desain, produksi, dan pemasaran. Produk-produk domestik yang dihasilkan pada tahap ini ialah CN-235, mobil Toyota Kijang, kapal Palindo Jaya I, pabrik Pupuk Pusri 1-B, Garbarata dan jalan layang Sosrobahu.
Tahap Ketiga :
Pembentukan kemampuan inovasi untuk menginstegrasikan teknologi termutakhir, sekaligus mengembangkan desain dan manufaktur produk baru yang lebih maju ketimbang yang telah ada di pasar. Pada tahap ini dipersiapkan kemampuan bersaing secara langsung dan terbuka di pasar global, seiring dengan terbentuknya kepercayaan diri dalam pengembangan dan pemasaran produk baru pada tahap kedua.
Faktor-faktor keberhasilan krusial pada tahap ini meliputi kemampuan untuk :
  1. Mengikuti dan mengantisipasi kemajuan iptek
  2. Memobilisasi dan mengelola akumulasi keahlian baik yang terbentuk melalui berbagai kegiatan desain, produksi, dan pemasaran secara rutin maupun yang melalui kegiatan litbang di dalam perusahaan maupun tempat-tempat lain di dalam negeri
  3. Mengembangkan berbagai bentuk hubungan dengan jaringan global sumber-sumber iptek.
Unsur penting lainnya adalah pemahaman tentang mekanisme “Teknologi Push” dan “Market Pull” yang komplek di dalam proses inovasi serta kaitannya dengan sistem bisnis dan persaingan secara menyeluruh. Contoh produk alih teknologi tahap ketiga antara lain pesawat N-250 Gatotkoco dan mesin tekstil Texmaco. Setelah melalui tahap ketiga, perkembangan industri menjadi sangat bergantung pada perkembangan dunia riset, informasi, dan khasanah iptek yang terbentuk baik didalam maupun di luar negeri.
Tahap Keempat :
Sebagai konsekuensinya, di tahap ini perlu dikembangkan kemampuan penelitian dasar secara substansial. Ini ditujukan untuk menciptakan ilmuwan-ilmuwan yang mampu berkiprah pada ujung tombak kemajuan teknologi, dimana kehadiran mereka juga penting untuk mengaitkan diri ke jaringan riset global. Hubungan antara industri dan masyarakat ilmu pengetahuan dan penelitian yang telah mulai dirintis pada tahap ketiga juga akan diperluas.
Konsep transformasi industri B. J. habibie ini mengantarkan Indonesia yang pada 1990-an dijuluki salah satu “Macan Asia” memiliki sepuluh BUMN industri strategis yang dikembangkan dan dikoordinasikan oleh Badan Pengelola Industri Strategis, yakni PT. IPTN (sekarang PT. DI-penerbangan), PT. PAL (perkapalan), PT. LEN (elektronika), PT. INKA (perkeretaapian), PT. INTI (telekomunikasi), PT. Krakatau Steel (baja), PT. Pindad (persenjataan), PT. Barata Indonesia (peralatan berat), PT. Boma Bisma Indra (peralatan industri) dan PT. Dahana (bahan peledak).

Rabu, 01 Oktober 2014

Gripen E, Calon Pesawat Tempur Penganti F5



Gripen E  (airforce-technology.com)
Gripen E (airforce-technology.com)

Biaya operasional per jam
Indonesia bisa menerbangkan 4 Gripen E dengan biaya per jam yang sama untuk menerbangkan Su-27/30/35. Biaya operasional Gripen per jam hanya $4800 per jam, ini berarti juga hanya 59% dibanding biaya F-16.
MBDA Meteor
Gripen adalah pesawat pertama yang dipersenjatai missile jarak jauh ini. Meteor dengan teknologi Ramjet dianggap lebih baik / lebih modern dibanding AMRAAM C7 tipe terbaru yang bisa di ekspor Amerika (kalau kita bisa dapat izinnya). Meteor juga lebih unggul dibanding R77 tipe konvensional Russia (kecuali tipe R-77PD, tapi ini belum operasional).
Logistik/Fleksibilitas:
Gripen dirancang untuk bisa operasional di landasan “darurat” di masa perang. Dia bisa mendarat di jalan raya, asalkan ada cukup 800 meter jalan yang lurus. Gripen juga dirancang untuk bisa dipersenjatai/ diisi bahan bakar (dalam keadaan perang) hanya dengan 5 orang yang terlatih dan 1 truk pengangkut.
Di masa perang, Indonesia dengan puluhan ribu pulau, berpotensi bisa “menyembunyikan” Gripen E mereka di jutaan tempat. Sekarang ini, kalau Lanud Sultan Hassanudin, Pekan Baru, dan Iswayudhi berhasil di bom di hari pertama, TNI-AU kita mungkin sudah akan berantakan.
Supercruise
Gripen E ada salah satu tipe yg bisa melebihi kecepatan suara tanpa menggunakan afterburner. Su-27/30/35 dan F-16 mungkin bisa melaju lebih cepat, tapi tidak bisa lama-lama karena afterburner memboroskan bensin. Ini artinya, Gripen lebih mudah untuk melakukan “interception” (penyergapan). Mereka juga bisa menembakan Meteor dari jarak yang lebih jauh dibanding negara lain yang punya F-35, F-18E, atau F-15SG.
Radar
Gripen E sudah membawa Selex AESA radar, dan juga memiliki IRST (Infra-Red Search&Tracking) – ini memudahkan utk bisa mencari pesawat tipe F-35 (yang akan dibeli Singapore/Australia) di udara. Jika TNI-AU membeli Gripen E, ini untuk pertama kalinya kita bisa memiliki akses ke radar AESA yang akan menjadi standar untuk 50 tahun ke depan.
Networking
Gripen E is a Networked fighter. Sampai sekarang, hanya Su-27/30 di Indonesia yang mempunyai airborne Network (TSK-2), ini pun tidak compatible dengan transfer data dari radar-radar TNI-AU di darat. Dengan membeli Gripen-E, kita bisa mengintegrasi pesawat ini dengan semua radar di darat, dan juga kita bisa membuka kemungkinan pembelian pesawat AWACS.
Support
Dengan teknologi transfer 100%, kedaulatan Indonesia lebih terjamin dibanding sekarang, yang mengandalkan F-16 buatan Amerika (yang tukang blokade spare part). Mesin F414 memang masih buatan Amerika, tapi dari segi support akan mirip dengan tipe F404 yang sekarang dipakai dengan T-50i TNI-AU. Kita bisa berinvestasi utk mensupport dua mesin ini dengan lebih lancar terlepas dari support Amerika.
Gripen E  (airforce-technology.com)
Gripen E (airforce-technology.com)

Pengganti F-5E
Biaya operasional sama-sama murah, jarang jangkau jauh lebih baik, Gripen juga jauh lebih modern dan lebih cepat. Pembaca juga harus memperhatikan, sebentar lagi Hawk 209 / 109 yang dibeli TNI-AU di tahun 1990-an juga akan memasuki usia uzur. Ini membuka kemungkinan bahwa setelah membeli 16 pesawat (menggantikan F-5E), Indonesia bisa membeli 32 pesawat lagi utk menggantikan Hawk 209 di Skuadron 1 dan 12.
Terakhir, proyek KF-X dengan Korea, saya rasa masa depannya sangat diragukan. Sekarangg ini Korea sudah berkomitmen untuk membeli F-35 (harga selangit & memakan biaya anggaran AU Korea). Banyak orang di Korea juga menyatakan bahwa kemungkinan besar KF-X akan menelan biaya yang sama dibanding membeli F-15SE. Korea juga belum cukup punya kemampuan/pengalaman untuk mengembangkan pesawat dengan target ambisius seperti ini.
Gripen E adalah pilihan terbaik utk TNI-AU saat ini utk menjaga kedaulatan bangsa di saat krisis. Pesawat ini akan memiliki keunggulan secara tehnologi, network, support, kinematis, dan ongkos operasional dibanding potensial lawan2 regional seperti F-15SG dan F-16C/D Block 52 Singapore, F-18E Super Hornet Australia, dan Su-30MKM Malaysia.
(by Gripen for Indonesia / defense-studies.blogspot.com)


JKGR.