Selasa, 23 September 2014

UJICOBA CHAFF AND FLARE DI LANUD ROESMIN NURJADIN

 
Pelaksanaan uji coba penggunaan Chaff and Flare pada dua unit pesawat tempur Hawk 100/200 Skadron Udara 12 Lanud Rsn dan dua unit pesawat tempur F-16 Skadron Udara 3, Lanud Iwy berjalan dengan sukses dan aman. Hal ini bisa terlihat pada saat empat pesawat tempur kebanggaan TNI Angkatan Udara tersebut sukses merilis Chaff and Flare yang terpasang dibagian belakang pesawat (Exhaust), Rabu (17/9). Ujicoba ini turut dipantau langsung oleh Danlanud Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb M. Khairil Lubis dan Paban II Sopsau, Kolonel Pnb Anang Nurhadi serta Kasubdis Alpernika Diskomlekau, Kolonel Lek Arief Joko Setiawan.
Pada ujicoba pertama terlihat  pesawat Hawk 200 yang dipiloti oleh Danskadron Udara 12, Letkol Pnb  Reka Budiarsa dan pesawat Hawk 100 yang dipiloti oleh Mayor Pnb Akbar dan Mayor Penerbang Amry Taufanny melintas diatas Apron Skadron Udara 12 pada ketinggian lebih kurang 700 Feet mengeluarkan panas berbentuk butiran api dan sejumlah serbuk putih dari bagian belakang pesawat (Exhaust). Hal yang sama juga terlihat saat dua pesawat F-16 yang dipiloti oleh Letkol Pnb Firman Dwi Cahyono dan Lettu Pnb Eri Nasrul Mahlidar saat merilis sejumlah Chaff and Flare.
Selain para penerbang Skadron Udara 12 dan Skadron Udara 3, ujicoba Chaff and Flare ini turut diikuti oleh dua penerbang dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio yakni, Danskadron Udara 1, Letkol Pnb Sidik Setiyono dan Mayor Pnb M. Amry Taufanny. (www.roesminnurjadin.com)
=================================================================================================

SATU FLIGHT F-16 BERTOLAK DARI LANUD RSN



Satu Flight pesawat F-16 dengan Call Sign “Falcon Flight” kembali ke hombase-nya Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi setelah melaksanakan ujicoba Chaff and Flare dan ujicoba P-5 POT ACMI yang dilaksanakan di Lanud Roesmin Nurjadin, pada kesempatan tersebut Danlanud Rsn Kolonel Pnb M. Khairil Lubis turut melepas keberangkatan F-16, Sabtu (20/9).
Ferry Flight dua pesawat F-16 dengan Tail Number TS 1608 yang dipiloti oleh Letkol Pnb Firman dan TS 1609 yang dipiloti Kapten Pnb Anwar ini menempuh route dari Lanud Rsn langsung menuju Lanud Iswahyudi Madiun.
Sementara untuk Crew dan peralatan pendukung selama berada di Lanud Rsn “Pool Out” menggunakan dua pesawat Hercules dengan Tail Number A-1316 dan A-1327. (www.roesminnurjadin.com)

Indonesia Jajaki Radar Intai Tiongkok


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantor kunjungan kerja ke Tiongkok selama 21-23 September 2014, mengunjungi CEIEC, perusahaan pertahanan yang menawarkan radar intai.(ANTARA /Fanny Octavianus).
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantor kunjungan kerja ke Tiongkok selama 21-23 September 2014, mengunjungi CEIEC, perusahaan pertahanan yang menawarkan radar intai.(ANTARA /Fanny Octavianus).

Indonesia akan melihat lagi tawaran radar intai SLR-66 OTH dari Tiongkok untuk mendukung pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
“Indonesia akan melihat kembali spesifikasi teknis yang dibutuhkan, dalam pengamanan di ALKI, lalu interoperability radar yang ditawarkan itu, dengan sistem patroli maritim yang telah dijalankan Indonesia,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada Antara di Beijing, di sela kunjungan ke Tiongkok, 21-23 September 2014.
Indonesia dan Tiongkok, menurut dia, juga akan melihat kembali mekanisme pembiayaan untuk pengadaan radar itu.
“Jadi, masing-masing pihak akan melihat lebih dalam semua hal, yang terkait dengan penawaran radar pengintai tersebut,” ujarnya.
Ia mengatakan Indonesia membutuhkan radar intai untuk mengamankan wilayah laut.
Selama ini pengamanan laut dilakukan dengan patroli maritim melalui udara dan menggunakan kapal-kapal patroli TNI Angkatan Laut.
Menteri Pertahanan Purnomo sebelumnya melakukan kunjungan ke CEIEC, perusahaan pertahanan berteknologi tinggi Tiongkok yang menawarkan radar intai.
Presiden CEIEC Qu Huimin mengatakan radar SLR-66 OTH memiliki kemampuan operasi mode aktif dengan daya pantau 280 kilometer dan mode pasif dengan kemampuan pantau 500 kilometer. (Maryati / Antara News).

Kini Giliran Caesar

Senin sekitar pukul 02:00 wib dinihari, kapal pengangkut kontainer Itha Bhum merapat di pelabuhan peti kemas Tanjung Perak Surabaya. Dengan cekatan, kru kapal menurunkan bawaannya yang sudah lama ditunggu-tunggu. Yaitu 4 unit meriam kaliber 155mm, Caesar buatan Nexter Prancis.

Tidak seperti pengiriman MBT Leopard, Meriam caesar ini dikirim dengan cara dibungkus rapi. Sekilas memang tidak terlihat seperti sebuah alutsista memang. Seusai diturunkan, Caesar kemudian langsung dibawa ke Mako Armada Timur TNI-AL. Sesuai rencana, meriam ini akan ikut berpartisipasi dalam HUT TNI, Oktober nanti.
Indonesia sendiri memesan 37 unit meriam SPH Caesar 155mm. Meriam ini nantinya akan dipecah menjadi 2 Batalyon. 37 Unit meriam itu harus ditebus dengan harga 141 Juta.  Harga ini sudah termasuk dengan 2.000 amunisinya. Caesar 155 merupakan meriam berdaya tembak 42 KM yang terangkut truk, sehingga bisa lebih cepat bergerak. Sistem komputerisasinya membuat meriam ini termasuk yang tercanggih dan paling akurat.

Sumber : www.arc.web.id

Senin, 22 September 2014

RPG-7: Simple & Deadly – Andalan Senjata Bantu Infanteri Korps Marinir TNI AL

denjaka_weapon2
Selain senapan serbu AK-47, granat berpeluncur roket RPG -7 layak dinobatkan sebagai senjata perorangan besutan Uni Soviet yang legendaris melintasi batas jaman dan telah digunakan banyak negara. Sejak dioperasikan AD Soviet pada tahun 1961, kini 73 negara telah mengoperasikan RPG-7, dan seperti halnya AK-47, RPG-7 juga banyak diproduksi oleh negara lain. Meski agak belakangan, Indonesia akhirnya ikut bergabung sebagai pengguna resmi RPG-7.
Di sekitaran tahun 2003 – 2004, Korps Marinir TNI AL menjadi operator RPG-7. Senjata ini masuk dalam kategori senjata bantuna infanteri (senbanif). Masuk dalam kategori senbanif adalah senapan mesin sedang FN MAG GPMG (General Purpose Machine Gun)/Pindad SM-1 kaliber 7,62 mm dan mortir 81 mm. Meski menyandang identitas RPG (Rocket Propelled Grenade)-7, tapi sejatinya nama asli senjata yang digunakan Marinir TNI AL adalah ATGL-L (Anti Tank Grenade Launcher-Light). Bila RPG-7 aslinya diproduksi di Rusia, maka ATGL-L adalah buatan pabrik amunisi Arsenal dari Bulgaria. Di lingkungan Korps Marinir TNI AL, ATGL-L disebut sebagai RPG-7, tentu dengan alasan efek psikologis lebih kuat.
Dalam gelar operasinya, Korps Marinir menempatkan RPG-7 ke dalam kompi infanteri senjata bantuan bersama denganFN MAG 7,62 mm dan mortir 81 mm, yang pada akhirnya unit infanteri Marinir punya daya gempur besar bagi peleton senapannya. Dari segi doktrin, aslinya di Rusia RPG-7 digunakan pada level regu, tapi Korps Marinir punya ketentuan tersendiri. Dengan alasan keterbatasan dana, jelas tidak mungkin menyiapkan ATGL-L untuk tiap regu infanteri. Oleh karena itu, Korps Marinir menggolongkan ATGL-L kedalam senbanif.
Marinir_2
1391695_392780080825450_526864584_n
KormarRPG

Beraksi di Aceh
RPG-7 tak hanya menjadi senjata pemukul bagi pasukan resmi bentukan pemerintah. Dengan fleksibilitas pengoperasiannya, mudah dalam perawatan dan suku cadang relatif mudah diperoleh, RPG-7 seolah menjelma sebagai bagian dari senjata standar yang dioperasikan oleh pasukan gerilya, pejuang kemerdekaan, milisi, hingga teroris, kesemuanya bersepakat menjadikan RPG-7 dan AK-47 sebagai lambang supremasi.
Bila di Indonesia, Marinir adalah operator resmi RPG-7, maka juga ada operator yang tak resmi, bahkan pihak yang satu ini lebih duluan mengoperasikan RPG-7 dalam melancarkan perang gerilya. Dalam melancarkan perang gerilya, GAM (Gerakan Aceh Merdeka) konon sudah lebih duluan menggunakan RPG-7. Konon, berdasarkan laporan dari medan konflik di Aceh, pada 31 Mei 2005, di masa-masa akhir operasi terbuka, pasukan Marinir yang tengah melaksanakan operasi di wilayah Trieng Gadeng dan Sigli berhasil memergoki kumpulan tentara GAM yang tengah melakukan rapat. Kontak tembak tak terhindarkan, sebagaian pasukan GAM menghindar dan bersembunyi ke dalam sebuah kapal panangkap ikan dari kayu. Tak mau kehilangan buruannya,salah satu prajurit menggunakan ATGL-L1 yang dibawanya dan meroket kapal kayu tersebut sampai hancur berkeping-keping.
DANSPASMAR-DI-PURBOYO-LATIHANTEMPUR
Pasukan GAM menenteng AK-47 dan RPG-7
Pasukan GAM menenteng AK-47 dan RPG-7
Pasukan Marinir TNI AL tampak membawa RPG-7 dalam operasi militer di Aceh.
Pasukan Marinir TNI AL tampak membawa RPG-7 dalam operasi militer di Aceh.

RPG-7
RPG-7 pertama kali digunakan AD Soviet pada tahun 1961 dan dikembangkan untuk sementara bagi kegunaan di unit-unit tempur. Pelontar roket ini diproduksi untuk menggantikan RPG-2 dan varian RPG-4. Model terbaru diproduksi Rusia adalah RPG-7V2 yang mampu menembakan munisi standar, HEAT (high explosive anti tank), high explosive/fragmentation, dan hulu ledak thermobaric. Jika ingin meningkatkan presisi, RPG-7 bisa ditambahkan optik UP-7 yang ditandem dengan optik standar PGO-7 dengan pembesaran 2,7x.
Manufaktur Arsenal dari Bulgaria menjadi negara yang terakhir masuk ke gelanggang bisnis pembuatan tiruan RPG-7. Walau proyek pembuatannya baru dimulai tahun 1996 di kota Kazanlak, namun Arsenal berusaha mengejar ketertinggalannya dengan menambahkan sejumlah fitur penyempurnaan pada ATGL-L, serta menawarkan solusi yang lengkap dalam hal hulu ledak dan optik bidiknya. Tidak hanya menggunakan hulu ledak RHET-7MA buatan Arsenal, ATGL-L series bisa dipasangkan dengan hulu ledak PG-7V/VR buatan Bazalt, atau dapat pula mengadopsi hulu ledak buatan negara lain yang kompatibel.
Tabung peluncur RPG-7 adalah sebuah anakronisme. Desainnya dibuat sedemikian rupa untuk dapat mengefektifkan pelontaran proyektil granat, namun dibuat dengan sangat simpel sehingga hanya diperlukan mesin-mesin sederhana, seperti mesin bubut untuk dapat membuat satu tabung peluncur RPG-7, tidak diperlukan keterlibatan mesin-mesin canggih. Yang dibutuhkan adalah baja berkualitas baik untuk dapat menahan panas dan tekanan propelan pelontar roket. Sumber bahan baja inipun tidak memerlukan baja keras, penggunaan baja sekelas buatan PT Krakatau Steel sebenarnya sudah sangat layak.
RPG-7 (ATGL-L) Marinir TNI AL dilengkapi dengan pembidik optik.
RPG-7 (ATGL-L) Marinir TNI AL dilengkapi dengan pembidik optik.
Pembidik optik RPG-7 yang dapat dilepas pasang.
Pembidik optik (optical sight) RPG-7 yang dapat dilepas pasang.
Struktur RPG-7
Struktur RPG-7

Tabung menjadi komponen utama pada struktur RPG-7. Pada dasarnya, tabung peluncur RPG-7 merupakan rumah besar bagi beberapa komponen, karena tabunglah yang menjadi pondasi struktur senjata ini. Beberapa komponen yang terkait tabung peluncur adalah proyektil granat yang dimasukkan dalam tabung, sight housing yang menjadi rumah dari pembidik konvesional (iron sight), perangkat pelatuk (trigger) yang terdapat di grip utama, grip bantu, dan dudukan untuk teleskop/optik bidik berupa rel di sisi kiri tabung. Tampilan utama tabung peluncur terlihat dengan adanya cool tube, berupa kayu pembungkus tabung peluncur yang melindungi pengguna dari panas akibat peluncuran granat.
RPG-7 terbilang senjata yang bandel dalam beragam situasi dan kondisi, ini tergambar dari mekanisme pelatuk (trigger) yang sepenuhnya bergantung pada komponen mekanik, tidak ada sensor, chip maupun sirkuit elektrik. Ini berarti tidak ada risiko korslet pada peluncur. Tabung RPG-7 dapat dibawa menyelam, dikubur dalam tanah, dan masih tetap dapat digunakan selama komponennya dibersihkan.
Material untuk tabung menggunakan baja, namun finishing coat-nya menggunakan baked enamel, menghasilkan warna matte black yang tidak mengilat saat diterpa cahaya matahari. Ini cukup membantu kamuflase penembak saat bergerak ke sasaran. Penggunaan finishing ekstra ini juga membantu ketahanan tabung peluncur terhadap karat, satu faktor dominan yang selalu dipertimbangkan mengingat medan operasi Korps Marinir akrab dengan air laut. Daya tahan tabung adalah 250 kali penembakan, dengan opsi refurbish untuk memperpanjang usianya sebanyak 250 kali lagi begitu penggunaan pertama telah mencapai masa puncaknya.



Bicara tentang perangkat bidik, ada dua yang disiapkan, pertama pembidik konvesional (iron sight). Pembidik sasaran ini terletak di ujung laras, terbuat dari besi dan sesuai untuk pengoperasian jarak dekat. Tersedia setelan untuk jarak sampai 1.000 meter, akan tetapi angka tersebut terlalu optimis tanpa menggunakan pembidik optik. Umumnya dengan pembidik iron sight, dilakukan setelan jarak hingga 300 meter. Sementara pembidik yang kedua menggunakan optic sight PGO-7, perangkat bidik ini dapat dilepas pasang, keunggulannya mendukung penglihatan dengan teknologi infra red.

Penggunaan RPG-7
Pada dasarnya,prajurit yang diserahi tugas menangani RPG-7 tidak jauh beda dengan prajurit infanteri lainnya dalam satu regu. Namun menngingat ia membawa tabung peluncur RPG-7 yang berdimensi cukup besar, maka secara otomatis prajurit tersebut tidak bisa membawa senapan serbu. Paling banter, ia dimodali pistol untuk membela diri. Karena tugasnya yang rawan, maka prajurit operator RPG-7 harus di dampingi atau di lindungi seorang prajurit lainnya, yang merangkap sebagai assistant gunner. Asisten penembak ini harus mendampingi penembak RPG-7 dalam keadaan apa pun, menjadi satu tim yang tak terpisahkan, dan harus punya kompetensi yang sama dalam kemampuan menembakkan RPG-7.
RPG-7_detached
RPG-7_anti-tank_rocket_grenade_launcher_Russia_Russian_army_defence_Industry_line_drawing_blueprint_001
Beberapa varian ATGL-L
Beberapa varian ATGL-L
Varian dan spek ATGL-L
Varian dan spek ATGL-L

Tugas assistant gunner RPG-7 tidaklah mudah. Selain bertugas melindungi penembak, asisten penembak juga kebagian harus membawa munisi cadangan. Amunisi cadangan ini pun masih dipisahkan kembali menjadi proyektil dan propelan pendorong. Propelan pendorong, karena bahannnya terbuat dari serat kertas karton, amat sensitif terhadap kelembapan. Oleh karea itu, propelan pendorongnya masih dkemas kembali kedalam kontainer plastik transparan. Proyekil dan tabung propelan tersebut dikemas menjadi satu dalam tas kanvas khusus berukuran besar. Tas sandang proyektil cadangan ini standarnya memuat tiga proyektil dan tiga tabung, walaupun dalam beberapa kasus bisa dibawa hingga enam proyektil dalam satu tas.
Pada saat tim penembak melihat sasaran, maka penembak akan mencari posisi tembak yang baik. Syarat dasarnya adalah perlindungan yang baik (good concealment) sehingga lawan tidak bisa mendeteksi tim penembak secara visual. Hal ini sangat krusial, karena RPG-7 punya karakter suara (sound signature) serta asap putih kebiruan hasil penembakan yang sangat khas. Tanpa adanya perlindungan seperti sesemakan, pepohonan atau lubang perlindungan, akan sangat mudah untuk mendeteksi kehadiran tim penembak RPG-7.
Model tas ransel pembawa proyektil RPG-7.
Model tas ransel pembawa proyektil RPG-7.
Posisi ideal penembakkan RPG-7.
Posisi ideal penembakkan RPG-7.

Syarat kedua yang tak kalah penting, adalah ground clearance. RPG-7 membutuhkan jarak minimal 20 cm dari permukaan tanah pada saat ditembakkan. Rentang jarak ini dibutuhkan karena sirip penstabil yang terbentang pada saat proyektil meluncur. Bila terlalu dekat ke tanah, ada potensi sirip penstabil akan menyentuh permukaan tanah, hal ini bisa berujung pada berbeloknya arah luncuran proyektil. Lebih buruk lagi proyektil bisa terpelanting, meledak, dan mencederai atau bahkan bisa menewaskan tim penembak. Idealnya, tim penembak RPG-7 melepaskan tembakan dari balik gundukan tanah (berm). Siluet penembak RPG-7 paling banter hanya terlihat leher ke atas, sementara roket memiliki ground clearance yang memadai untuk dapat terbang dengan aman.
Saat proyektil meluncur, pada tahap pertama booster menyala dan meluncurkan granat dengan kecepatan 117 meter per detik. Selanjutnya roket menyala dan meningkatkan kecepatan hingga 294 meter per detik. Dan di akhir granat meledak pada jarak 920 meter (self detonates). Proyektil roket menggunakan two stage propulsion, pemicu booster meluncurkan roket dan motor penahan memicu dalam jarak 10 meter untuk melindungi penembak dari ledakan ke belakang. Pola ini memungkinkan bagi RPG-7 untuk ditembakkan dari dalam ruangan. Dengan armor booster roket B-41, proyektil dapat menembus lapis baja kendaraan tempur apa pun, dan efektif terhadap bunker dan dinding.
RPG-7 menjadi senjata primadona bagi para pejuang Palestina.
RPG-7 menjadi senjata primadona bagi para pejuang Palestina.
Pengoperasian RPG-7 terbilang mudah dipelajari, tapi RPG-7 tidak akrab digunakan penembak kidal.
Pengoperasian RPG-7 terbilang mudah dipelajari, tapi RPG-7 tidak akrab digunakan penembak kidal.
Heli MH-60 BlackHawk dari kesatuan elit SOAR AD AS menjadi korban keganasan RPG-7 dalam konflik di Somalia.
Heli MH-60 BlackHawk dari kesatuan elit SOAR AD AS menjadi korban keganasan RPG-7 dalam konflik di Somalia.
RPG-7 juga menjadi senjata andalan bagi para perompak Somalia.
RPG-7 juga menjadi senjata andalan bagi para perompak Somalia.

Dalam gelaran infanteri Marinir TNI AL, diprediksi bahwa kehadiran RPG-7 pelan-pelan akan menggusur penggunaan mortir komando/mortir 60 mm LR, mengingat jarak efektinya relatif sama (1.000 meter vs 1.600 meter). Sementara bobot hulu ledak RPG-7 lebih ringan dan lebih mobile. Apalagi sebagai dukungan tembakan langsung (direct fire support), efek dan jatuhnya tembakan lebih mudah dikoreksi dibandingkan jenis mortir.RPG-7 atau ATGL-L juga dibekali tangent sight (ATGL-L4) memungkinkan untuk dilakukan penembakan secara melambung (indirect fire role) sehingga jaraknya meningkat dan mampu mengisi peran yang sama dengan mortir komando 60 mm. Lain dari itu, granat berpeluncur roket ini juga punya kemampuan anti tank. (Disarikan dari War Machine Series – Commando edisi Rocket Propelled Grenade)

Spesifikasi RPG-7
Berat : 7 kg
Panjang : 950 mm
Kaliber : 40 mm
Kecepatan luncur proyektil : 117 meter per detik
Jarak tembak efektif : 200 – 300 meter
Jarak tembak maksimum : 920 meter (self detonates)
Sights : PGO-7 (2.7x) and UP-7V Telescopic sight) Red dot reflex sight on Picatinny rails

PT PAL Upgrade Changbogo Class

changbogo-14
Surabaya – Kementerian Pertahanan menunjuk PT PAL Indonesia memproduksi satu unit kapal selam guna memperkuat keamanan Indonesia, terutama dalam menjaga alur dan kedaulatan negeri ini.
“Upaya ini sesuai penunjukan PT PAL Indonesia sebagai lead integrator pembangunan alutsista kapal perang,” kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, ditemui pada serah terima kapal cepat berpeluru kendali KRI Halasan-630, di dermaga PT PAL Indonesia, di Surabaya, Rabu.
Untuk merealisasi kapal selam itu, ungkap dia, PT PAL Indonesia akan mendapatkan kucuran penyertaan modal negara sebesar Rp1,5 triliun untuk membangun tiga unit kapal selam, alias Rp500 miliar perunit.
“Sebanyak dua unit kapal selam akan dibangun di Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Korea Selatan. Lalu, satu unit dibangun di PT PAL Indonesia,” katanya.
Pembangunan itu, jelas dia, sudah mendapat dukungan dari Komisi VI dan Komisi I DPR. 
Besaran dana itu untuk pembangunan infrastruktur pada 2015 dan 2016. Selain itu, alokasi biaya itu juga menyangkut pengiriman tenaga ahli ke DSME Korea Selatan untuk belajar.
“Penyebabnya Kementerian Pertahanan juga menjalin kontrak kerjasama dengan DSME Korea Selatan tentang pembangunan kapal selam,” katanya.
Pada masa mendatang, tambah dia, ketika PT PAL Indonesia bisa membangun kapal selam ketiga maka pembuatan kapal selam keempat, kelima dan seterusnya bisa direalisasi di dalam negeri.
“Kami yakin, Indonesia bisa mewujudkan hal itu,” katanya.
Sementara itu, Direktur Desain dan Teknologi PT PAL Indonesia, Saiful Anwar, menyatakan, kini pembangunan infrastruktur yang sangat mendesak adalah bengkel kapal perang. Bahkan, beberapa kebutuhan lain seperti pembangunan gedung, dermaga, dan belanja peralatan.
“Apalagi dari sisi desain infrastruktur sudah siap, dan beberapa peralatan sudah dibeli. Namun, pembayarannya baru uang muka dan sisanya menunggu,” katanya.
Meski begitu, sebut dia, pembangunan kapal selam diprediksi mundur dari jadwal semula. Semula pemerintah berencana mulai membangun kapal selam tahun ini tetapi estimasi perwujudannya diperkirakan baru terlaksana tahun 2015.
“Khusus proyek pembangunan kapal selam di Indonesia atau kapal selam ketiga U 209 ini diperkirakan mulai 2017,” katanya. TNI AL sudah sangat akrab dengan U 209 yang aslinya buatan Jerman; KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 merupakan U 209 1200.
Ia melanjutkan, hal itu seiring dengan tuntasnya pembangunan kapal selam pertama dan kedua di Korea. Walau demikian, kapal ketiga yang dibangun di Indonesia modelnya akan sama dengan dua kapal lainnya.
“Dari fisik kapal tidak berbeda. Tapi, yang tidak sama adalah secara elektronik maupun persenjataannya karena akan ada pemutakhiran,” katanya. (Antara).

Proyeksi Pesawat AEW TNI AU

 C 295 AEW
C 295 AEW

Ketertarikan TNI AU untuk memiliki pesawat peringatan dini, Airborne Early Warning (AEW), sempat mengemuka pada tahun 2012. Bahkan saking ngebetnya, Airbus Military, produsen pesawat C 295 mengecat varian C295AEW dengan kamuflase pesawat TNI AU.
KSAU Marsekal Imam Sufaat saat itu, memang pernah menyampaikan ketertarikan TNI AU untuk memiliki pesawat platform AEW. Namun Menurut KSAL, Indonesia membutuhkan platform yang lebih besar untuk memperluas daya tahan misi pesawat tersebut.
Airbus Military pun “move on”, mencoba memenuhi persyaratan TNI AU dengan membuat C 295 model winglet.
Modifikasi C 295 itu, tampaknya tidak hanya untuk meningkatkan jarak jangkau dan ketahanan terbang, dan memperirit konsumsi bahan bakar. Modifikasi dilakukan kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan TNI AU akan pesawat AEW.
Apakah pesawat ini yang akan diambil ?. Tidak tahu. Yang jelas TNI AU telah memasukkan satu pesawat AEW pada pembelian alutsista 2015 – 2019, seperti tabel berikut:
5
Airbus Military memiliki kerjasama yang kuat dengan PT DI. Sejumlah pesawat rotary TNI kini menggunakan produk kerjasama Airbus Helicopters dan PT DI, seperti: Cougar, Fennec dan Panther.
Dengan pesanan helikopter serentak dari TNI AU, AL dan AD ke PT DI, sesungguhnya pemerintah sedang melakukan penguatan terhadap PT DI, lewat Airbus Helicopters. Hal ini sekaligus untuk mempermudah perawatan dari alutsista tersebut.
Kini, dengan adanya tawaran dari Airbus Military terhadap C295 AEW, pemerintah bisa memainkan perannya lagi. Airbus Military bisa diminta membantu PT DI, untuk terus memodernisasi fasilitas manufaktur yang memungkinkan perakitan pesawat C 295 AEW di PT DI. Hal ini seiring dengan Indonesia yang juga memesan 9 pesawat C 295. Patut diduga, salah satu pesawat C 295 nanti akan muncul varian C 295 AEW.
Pesawat AEW sendiri adalah pesawat yang dilengkapi dengan radar yang mampu menampilkan pencitraan, dan medeteksi benda jarak jauh, juga memiliki kemampuan mengintai musuh atau wilayah musuh dari udara. (JKGR).

Minggu, 21 September 2014

Kisah Prajurit Marinir di Pulau Terdepan

Anggota Pasmar-1 Surabaya, Satuan Tugas Marinir Pengamanan Pulau Terluar menjaga Kepulauan Fani. (Pasmar-1 Surabaya/ Jawa Pos)
Anggota Pasmar-1 Surabaya, Satuan Tugas Marinir Pengamanan Pulau Terluar menjaga Kepulauan Fani. (Pasmar-1 Surabaya/ Jawa Pos)

Konflik perbatasan dengan Malaysia di Tanjung Datu, Sambas, Kalimantan Barat, mengusik Praka Mar Roby Eka Sanjaya. Langkah Malaysia membangun mercusuar di perairan Indonesia, membuat staf intelijen Pasmar 1 Surabaya itu prihatin. Menurutnya, luas wilayah laut Indonesia memang belum sebanding dengan jumlah personel TNI.
Kondisi tersebut mengingatkan Roby ketika bergabung dalam Satuan Tugas Marinir Pengamanan Pulau Terluar, tiga tahun lalu. Kala itu dia bersama 29 prajurit baret ungu lainnya diterjunkan menjaga Kepulauan Fani.
Pulau Fani adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Samudra Pasifik dan berbatasan dengan negara Palau. Pulau Fani ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Sorong, Papua Barat.
Kepulauan itu terdiri atas tiga pulau. Yang terluas adalah Pulau Fani. Lalu ada Pulau Igi dan Pulau Miarin. Secara administratif, pulau itu masuk Kabupaten Raja Ampat.
Saat air laut surut, tiga pulau itu terlihat dihubungkan sebuah jembatan panjang dari kayu. Begitu laut pasang, jembatan tersebut bisa tidak terlihat dan jarak antar-pulau menjadi lebih jauh.
Kepulauan Fani terdiri dari 3 pulau di Papua Barat
Kepulauan Fani terdiri dari 3 pulau di Papua Barat

“Sekitar enam bulan bertugas di pulau terluar menjadi tantangan tersendiri”, tutur Roby. Sebanyak 30 anggota satgas didominasi Yonif 5 Marinir yang bermarkas di Ujung – Pabean Cantikan dikirim ke sana. Yonif ini berada di bawah Brigade Infanteri 1 Marinir Gedangan, Pasmar 1 Surabaya.
Satgas di Pulau Fani dikomandani Kapten Mar Wachit. Lalu, ada dua prajurit dari Pasmar 1, Roby dan Praka Mar Fani Andri Santoso. Personel Batalyon Komunikasi dan Elektronika 1 Marinir adalah Serma Mar Abuwono dan Kopda Mar Bejo Susanto.
Dari Batalyon Kesehatan 1 Marinir ada Koptu Mar Gandi dan KLS Agus Kelik. Dua batalyon itu di bawah Resimen Bantuan Tempur 1 Karangpilang, Pasmar 1 Surabaya.
“Sebulan sebelum berangkat, anggota satgas wajib mengikuti pratugas,” ujar Kapten Mar Wachit. Sebab, mereka harus ”perang” di medan yang berbeda. Terbiasa berdinas di kota dapat membuat anggota kaget kalau tidak ada persiapan. Pratugas itu dilaksanakan di Pusat Latihan Pasukan Pendarat Komando Latih Marinir (Kolatmar) Gunungsari dan Pusat Latihan Pendaratan Khusus Kolatmar Grati, Pasuruan.
Sebagian besar pulau terluar punya garis pantai dan karang yang agak jauh dari daratan. Selain itu, belum semua punya fasilitas dermaga, baik yang paten maupun yang apung. Cuaca di kawasan bibir Samudra Pasifik tersebut juga dikenal kurang bersahabat dan cenderung ekstrem. Perlu kecakapan pendaratan dari kapal pengantar atau perahu yang berukuran tidak terlalu besar. Banyaknya barang bawaan, baik satuan maupun pribadi, mengharuskan setiap pendaratan punya teknik keseimbangan.
Kecakapan pendaratan juga diperlukan saat menurunkan perbekalan logistik. Setengah tahun bertugas, mereka dipasok beras belasan kuintal dari pos komando taktis Sorong. Waktunya tiga bulan sekali, bahkan bisa molor. Itu bergantung pada cuaca dan keberanian nelayan mengirim sembako. Ketinggian gelombang air laut banyak membuat kapal perintis berpikir ulang. “Biasanya, hanya nelayan pemburu hiu bernyali tinggi yang nekat membantu,” timpal Praka Mar Roby.
Saat pendaratan, material maupun beras tidak boleh sampai terjatuh ke air. Selama pratugas di Gunungsari maupun Grati, mereka dituntut menguasai teknik pendaratan. Salah satunya melintasi titian keseimbangan papan kayu memanjang yang digantung dengan tambang di kiri dan kanannya. Pratugas semakin berat saat diuji bertahan hidup. Dalam simulasi, mereka dipaksa survive tanpa bekal. Prajurit dituntut memaksimalkan potensi alam Gunungsari dan Grati.
satgas-pulau-fani
Keterbatasan air tawar mengharuskan mereka menandon air tatlaka hujan. Jika hujan tidak turun, solusi lain adalah menampung air laut dalam galian atau dengan wadah penyaringan.
Kondisi alam memang ekstrem. Saat air pasang, jarak pos hanya sekitar 4 meter dari laut. Saat badai dan angin puting beliung tiba, para anggota tawakal sembari mengamankan diri dari berbagai kemungkinan. Hawa dingin ketika tengah malam-dini hari serta panas saat siang terik menjadi hal biasa yang dihadapi.
Meski dibekali beras untuk keperluan tiga bulan sekali, beras bisa lebih cepat habis. Penyebabnya bukan konsumsi yang melebihi takaran. Tetapi, serangan hewan pengerat berupa tikus pulau membuat jatah beras prajurit berkurang. Pantangan adat yang melarang membunuh tikus membuat anggota berusaha mematuhi kearifan lokal tersebut.
Pulau-Fani“Pernah suatu waktu karena sudah jengkel, kami berondongi tikus itu dengan tembakan. Tidak lama setelah siang itu, terasa ada gempa dan badai lumayan besar,” kenang prajurit yang 3 Oktober nanti genap 28 tahun tersebut. Kebetulan pada saat bersamaan, beberapa rekannya memanjat pohon kelapa. Akibat gempa sesaat itu, personel yang hendak mengambil buah kelapa terjatuh. Untungnya, mereka tidak cedera parah. Sebuah pohon besar dengan diameter sepanjang keliling enam orang yang melingkari pohon tersebut juga tumbang.
Pantangan lain yang berlaku di pulau terluar itu adalah membakar seafood jenis kepiting seperti rajungan maupun lobster. Ikan jenis lain diperbolehkan. Belum ada alasan rasional yang menjelaskan larangan tersebut.
Kepulauan Fani yang dikenal sebagai habitat ikan karang dan berbagai biota laut membuat prajurit sejatinya tidak sampai kehabisan pengisi atau pengganjal perut dari rasa lapar. Hanya, masalah selera makan acap menghinggapi mereka.
Penyakit yang dapat muncul kemudian biasanya rasa jenuh dan bosan. Beruntung, mereka memiliki berbagai objek untuk melawan perasaan yang kadang menggelayut di pikiran itu. Untuk membunuh kejenuhan dan rasa bosan, olahraga menjadi salah satu aktivitas yang dapat mengusir dan menyalurkan waktu. “Di pos jaga tersedia beberapa perkakas sederhana untuk membuat badan lebih fit,” kenang suami Nurul Chasanah yang berputra Alfatif Dirga Sanjaya itu.
Kapten Wachit menambahkan, ada kebanggaan sebagai prajurit penjaga pulau terluar. Sebab, mereka termasuk berada di garda terdepan dalam mengamankan tanah air. Enam bulan jauh dari peradaban menjadi momentum lebih untuk mengenali jati diri dan Tuhan. Semangat yang membara menjadi komitmen tidak akan ada lagi kisah tragis seperti dialami Sipadan dan Ligitan yang jatuh ke pelukan negeri jiran Malaysia. “NKRI adalah harga mati,” tegasnya. (jpnn.com)
KRI Sultan Hasanuddin-366
KRI Sultan Hasanuddin-366

Kunjungan KRI Sultan Hasanuddin-366
Pulau Fani yang merupakan pulau terluar wilayah NKRI di tepi Samudra Pasifik  dihuni oleh sekitar ± 150 orang dewasa dan anak-anak yang merupakan penduduk musiman pada waktu tertentu saja selebihnya pulau ini dihuni oleh anggota Satgas Pam pulau terluar dari anggota Posal P. Fani. Sulitnya transportasi menyebabkan kelangkaan bahan pokok sehingga penduduk enggan mendiami pulau ini secara permanen.
Dalam rangkaian Operasi Cakra Hiu-14 pada hari Rabu tanggal 25 Juni 2014 Pejabat Guspurlatim Asops Kolonel Laut (P) Retiono Kunto dan Asintel Kolonel Laut (P) Joni Sudianto didampingi Perwira KRI SHN-366 Kapten Lengkong mengunjungi pulau Fani menggunakan RHIB KRI Sultan Hasanuddin (SHN)-366 kunjungan disambut oleh Sertu Muhtadi anggota tertua yang mewakili Danton Pamtas Lettu Mar Dedi Elyadi Putra yang saat itu berada di Sorong dalam rangka persiapan pergantian personel. Pada kesempatan tersebut kapal markas Ops Cakra Hiu-14 KRI SHN-366 memberikan sumbangan kepada personel yang bertugas di pulau Fani berupa Beras 1 karung, supermi, makanan ringan dan BBM.
pulau-fani-papua-indonesia
Dalam kesempatan tersebut Asops Guspurlatim menyampaikan bahwa dalam operasi seperti ini kita perlu mengunjungi Pulau terluar sebagai bentuk komitmen TNI AL dalam menjaga keutuhan NKRI dan sekaligus dapat memberikan semangat kepada petugas perbatasan. Dalam keterangannya Sertu Muhtadi menyampaikan bahwa jumlah personel yang ada sebanyak 13 orang gabungan (Marinir dan TNI AD) disampaikan juga bahwa situasi di pulau ini aman dan penduduk yang ada adalah penduduk musiman jika sedang banyak ikan warga dari Papua datang ke pulau ini untuk mencari ikan. Untuk komunikasi setiap hari hanya satu kali yaitu pada pukul 07.00 WIT menggunakan radio sedangkan untuk penerangan menggunakan Solar Sel karena  PLN belum ada.
Mengingat pentingnya menjaga wilayah perbatasan maka kepada instansi terkait diharapkan segera mengusahakan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan sehingga petugas perbatasan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan keberadaan Pulau Fani tidak dimanfaatkan pihak asing. (tnial.mil.id).