Sabtu, 20 September 2014

Anggaran Kapal Selam Indonesia, Cair


Kapal Selam Changbogo
Kapal Selam Changbogo

Rapat kerja Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan Komisi VI DPR hakhirnya menyetujui pemberian dana segar, berupa penyertaan modal negara (PMN) Rp 1,5 triliun kepada PT PAL Indonesia (Persero).
Rapat yang berlangsung singkat 20 menit, dimulai pukul 20.00 WIB. Dana Rp 1,5 triliun ini diberikan dalam bentuk tunai, untuk proyek pembuatan kapal selam pertama.
Adapun suntikan modal untuk PAL, akan masuk dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015. Kapal selam akan dibuat PAL di fasilitas miliknya yang berlokasi di Surabaya.
“Komisi VI dapat menyetujui usulan PMN dalam RAPBN 2015 sesuai surat Menteri BUMN kepada PAL senilai Rp 1,5 triliun dalam bentuk tunai, untuk pembangunan fasilitas kapal selam, dan penyediaan sumber daya manusia untuk bangun kapal selam,” kata Ketua Komisi VI DPR, Airlangga Hertarto dalam rapat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (16/9/2014).
Dahlan-DPR Rapat 20 Menit, BUMN Ini Dapat Rp 1,5 T Untuk Bikin Kapal Selam (photo: detik.com)
Dahlan-DPR Rapat 20 Menit, BUMN Ini Dapat Rp 1,5 T Untuk Bikin Kapal Selam (photo: detik.com)
PAL membutuhkan total dana Rp 2,5 triliun untuk pengembangan kapal selam ini. Namun untuk tahun depan, dana yang disetujui baru mencapai Rp 1,5 triliun.
Uang ini, rencananya digunakan untuk membangun fasilitas pengembangan kapal selam, pembelian peralatan produksi, dan lain-lain yang menunjang pembangunan kapal selam tersebut. (detik.com).

Brasil Kirim Super Tucano

image
image
image
image
image
image
image
image
Redacción – Super Tucano Indonesia di landasan Los rodeo, Brasil. Empat turboprop A-29B Super Tucano terbang menuju Indonesia 11 September. Sebagian gambar kurang terang karena diambil dari balik kaca bandara. (aereo.jor.br & elblogoferoz.com)

KCR-60, Frigate Sigma dan Kapal Selam

 Kapal rucal cepat KRI Halasan 630. (photo: Wakhid suarasurabaya.net
Kapal rucal cepat KRI Halasan 630. (photo: Wakhid suarasurabaya.net

Produsen kapal nasional, PT PAL Indonesia, menyerahkan kapal cepat rudal 60 meter (KCR 60) kepada TNI AL guna mendukung kecukupan arsenal militer pada masa mendatang.
Kapal perang yang bernama KRI Halasan-630 ini, merupakan kapal ketiga batch pertama di kelas kapal cepat berpeluru kendali 60 meter.
Penyerahan kapal perang buatan Indonesia di Surabaya, ini, dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, dan Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio.
“Upaya itu menyusul predikat kami sebagai lead integrator. Sesuai amanah UU 16/2012 yang menugaskan kami sebagai BUMN yang mampu memproduksi keperluan sistem kesenjataan TNI,” kata Direktur Utama PT PAL Indonesia, M Firmansyah Arifin, di Surabaya, Rabu.
“KCR 60 meter ini pengembangan dari kapal patroli cepat (FPB-57) yang telah kami bangun sebelumnya,” ujarnya.
Sebelumnya, jelas dia, pihaknya telah menyerahkan KCR-60 meter pertama, dengan nama KRI Sampari-628 pada 28 Mei lalu, diikuti KRI Tombak-629 pada 27 Agustus 2014.
“Penyelesaian proyek KCR 60 bacth pertama sekaligus bersamaan pemotongan pertama pelat baja Proyek Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR 10514) Kedua,” katanya.
Ia menyebutkan, proyek kerja sama dengan galangan kapal Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda, juga untuk memenuhi keperluan TNI AL sebagai pengguna.
“Apalagi, kini perkembangan keperluan kapal dan teknologinya selalu meningkat setiap tahun,” katanya.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kanan), bersama Wakil KSAL Laksdya TNI Didit Herdiawan (kedua kiri), Dirut PT PAL Indonesia (Persero) M Firmansyah Arifin (kedua kanan) dan perwakilan galangan kapal Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda (kiri), menunjukkan potongan plat baja berbentuk kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) 10514 di Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia (Persero) Surabaya, Rabu (17/9). Pemotongan plat baja pertama (fist steel cutting) proyek kapal PKR yang bekerjasama dengan galangan kapal DSNS Belanda tersebut, untuk menyeimbangkan teknologi terkini pada industri perkapalan, demi memenuhi Armada TNI AL. (ANTARA FOTO/Eric Ireng)
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kanan), bersama Wakil KSAL Laksdya TNI Didit Herdiawan (kedua kiri), Dirut PT PAL Indonesia (Persero) M Firmansyah Arifin (kedua kanan) dan perwakilan galangan kapal Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda (kiri), menunjukkan potongan plat baja berbentuk kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) 10514 di Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia (Persero) Surabaya, Rabu (17/9). Pemotongan plat baja pertama (fist steel cutting) proyek kapal PKR yang bekerjasama dengan galangan kapal DSNS Belanda tersebut, untuk menyeimbangkan teknologi terkini pada industri perkapalan, demi memenuhi Armada TNI AL. (ANTARA FOTO/Eric Ireng)
(ANTARA FOTO/Eric Ireng)
(ANTARA FOTO/Eric Ireng)
 
Seusai penyerahan KRI Halasan-630 itu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro juga memberikan arahan terhadap 200 insan PT PAL INDONESIA yang akan berangkat ke Korea Selatan untuk menggarap transfer teknologi Proyek Kapal Selam.
 

TNI AU bangun radar pemantau perbatasan di Nunukan

Dokumentasi pesawat tempur Sukhoi Su-30MKI Flanker Skuadron Udara 11 TNI AU menggiring pendaratan pesawat asing Boeing B-737 pada Latihan Sriti Gesit di Pangkalan Udara Utama TNI AU Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulsel, Rabu (2/4). Latihan itu untuk meningkatkan kemampuan TNI AU dalam memantau pergerakan pesawat asing yang melanggar wilayah udara Indonesia tanpa izin. (ANTARA FOTO/Sahrul Tikupadang)
Dokumentasi pesawat tempur Sukhoi Su-30MKI Flanker Skuadron Udara 11 TNI AU menggiring pendaratan pesawat asing Boeing B-737 pada Latihan Sriti Gesit di Pangkalan Udara Utama TNI AU Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulsel, Rabu (2/4). Latihan itu untuk meningkatkan kemampuan TNI AU dalam memantau pergerakan pesawat asing yang melanggar wilayah udara Indonesia tanpa izin. (ANTARA FOTO/Sahrul Tikupadang)

Sebentar lagi “mata dan telinga” militer Indonesia akan bertambah tajam sejalan pembangunan instalasi radar bergerak di Pulau Nunukan, Kalimantan Utara.
Arah hadap instalasi radar itu sengaja ditujukan ke perbatasan Indonesia dengan negara bagian Sabah, Malaysia Timur itu, untuk mencegah pelanggaran kedaulatan ruang udara nasional.
Asisten Operasi Kepala Staf TNI AU, Marsekal Madya TNI Sudipo Handoyo, kepada wartawan, setiba di Bandara Nunukan, Senin, menyatakan, “Radar itu diupayakan beroperasi pada November 2014.”
Untuk menempatkan instalasi strategis itu, diperlukan lahan 10 Hektare walau radarnya adalah radar bergerak (mobile radar), yang juga berarti dia bisa bersifat mobil yang dapat dipasang dimana saja.
Selain instalasi radar –umumnya setingkat detasemen (Satuan Radar TNI AU) yang dipimpin seorang mayor senior atau letnan kolonel– instalasi itu juga dilengkapi dua satuan setingkat kompi Korps Pasukan Khas TNI AU dan Artileri Pertahanan Udara.
Selama ini TNI memiliki Komando Pertahanan Udara Nasional yang dipimpin seorang marsekal muda TNI dan penggunanya adalah presiden Indonesia melalui panglima TNI.
Dalam organisasinya, komando yang berkewajiban dan berkewenangan mengintersepsi dan memaksa plus melumpuhkan pelanggar kedaulatan wilayah udara nasional itu dibagi ke dalam empat Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional yang dipimpin seorang marsekal pertama TNI. (www.antaranews.com)

===============================================================================================

Nunukan rawan pelanggaran batas udara


Nunukan rawan pelanggaran batas udara
Dokumentasi sejumlah prajurit TNI AU melakukan pemeriksaan terhadap pesawat tempur F-16 di Lanud Soewondo Medan, Sumut, Jumat (11/4). TNI AU terus menyiagakan kesiapan armada udara untuk menegakkan hukum dan menjaga keamanan kedaulatan negara dalam mengantisipasi bagi pihak asing menyusup ke wilayah Indonesia tanpa izin. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Nunukan, Kalimantan Utara – Markas Besar TNI AU mengakui wilayah batas udara Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, rawan pelanggaran batas udara.
Asisten Operasi Kepala Staf TNI AU, Marsekal Muda TNI Sudipo Handoyo , kepada wartawan di Nunukan, Senin, mengungkapkan, “Selama ini TNI AU seringkali mendapat laporan pelanggaran batas wilayah udara oleh pesawat-pesawat Malaysia.”
Untuk mencegah dan menindak pelanggaran wilayah udara nasional di Nunukan itu, TNI AU langsung menindaklanjuti dengan membangun instalasi radar bergerak (mobile radar) di sana.
Bukan cuma radar dan piranti pendukung, karena satu satuan setingkat kompi dari Korps Pasukan Khas TNI AU dan Artileri Pertahanan Udara juga ditempatkan. Satuan-satuan itu masih diperkuat satuan peluru kendali permukaan-udara. Ia menegaskan, apabila suatu saat radar TNI AU itu mendeteksi pelanggaran batas udara oleh pesawat terbang Malaysia, maka pasti ditindak tegas.
Hasil pantauan instalasi radar yang akan dibangun pada lahan seluas 10 Hektare di Kelurahan Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan, itu dapat dicetak untuk membuktikan pelanggaran.
“Bisa dicetak, apabila menyangkal melanggar,” kata dia. (www.antaranews.com)

Senin, 15 September 2014

Pindad dan CMI Garap Turet Tank Nasional


Perbandingan turret Cockerill 90 mm
Perbandingan turret Cockerill 90 mm
Bandung – PT Pindad (Persero) mengambil langkah strategis jangka panjang untuk pengembangan sistem persenjataan kendaraan tempur dan tanknya. Senin (15/9/2014) Pindad resmi menggandeng perusahaan asal Belgia, Cockerill Maintenance & Ingenierie SA Defense (CMI), untuk pengembangan sistem meriam atau turret. Untuk tahap awal, produsen amunisi senapan dan kendaraan tempur asal Bandung itu akan memproduksi turret kaliber 90 mm dan 105 mm untuk dipasang di kendaraan tempur produksi Pindad.
Penandatangan nota kesepahaman antara kedua perusahaan diresmian di hanggar produksi panser Anoa milik Pindad, di Kiara Condong, Bandung. Direktur Utama Pindad Sudirman Said mengungkapkan, kesepakatan ini membawa dampak positif bagi pengembangan Pindad  sebagai perakit sistem persenjataan. Selain itu, kerjasama sekaligus bertujuan meningkatkan kemampuan teknologi perusahaan dan membawa Pindad masuk dalam global supply chain industri pertahanan bersama CMI.
Pindad dan CMI akan membentuk komite untuk menyusun proses alih teknologi dan pelatihan teknis untuk mendukung tujuan memproduksi turret kaliber besar. “Pindad juga memperoleh kesempatan untuk mengirimkan beberapa putra-putri terbaik kita untuk belajar masalah sistem persenjataan di CMI,” kata Sudirman.
Cockerill CT-CV 105HP Turret
Cockerill CT-CV 105HP Turret

Kesempatan ini sangat sesuai dengan tujuan manajemen untuk membangun kapasitas perusahaan  agar bisa maksimal dalam menjalankan amanah UU Nomor 16/2012 tentang Industri Pertahanan.
Sementara itu, Executive Vice President CMI James Caudle menyatakan, CMI sebenarnya sudah lama hadir dan dikenal oleh Tentara Nasional Indonesia sebagai pengguna sistem persenjataan, meski hanya berupa nama. “Brand ‘Cockerill’ sudah akrab dikenal dan telah lama melengkapi sistem persenjataan TNI Angkatan Darat,” katanya. “Ini akan menguntungkan bukan saja kami tetapi juga Pindad dan Indonesia”.
CMI percaya kerjasama ini akan meningkatkan potensi besar industri pertahanan lokal dan mendukung sistem pertahanan nasional Indonesia lewat pembangunan kapasitas sumber daya manusia dan transfer of technology. “Kami senang bisa meneken kerjasama dengan Pindad sebagai langkah awal jangka panjang dalam bidang perakitan dan teknologi sistem persenjataan,” ujar Caudle.
Setelah meneken nota kesepahaman, Pindad dan CMI akan duduk bersama merampungkan detail kerjasama yang memuat secara rinci kesepakatan dan komitmen yang telah dijalin dalam bentuk skema kerjasama yang memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak. Kerjasama dengan CMI ini adalah kali kedua Pindad meneken kerjasama dengan industri pertahanan dunia. Bulan lalu, Pindad meneken kerjasama dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM) untuk pengembangan amunisi kaliber besar.
Pindad memang sedang tencar mendorong tenaga ahlinya membangun sendiri kekuatan alat utama sistem persenjataan di dalam negeri. Untuk kendaraan tempur misalnya, sudah lahir kendaraan lapis baja Anoa dan kendaraan taktis Komodo.
Pindad juga sudah mengantongi kepercayaan TNI Angkatan Darat untuk melakukan retrofit tank AMX 13. Di tangan para insinyur Pindad, tank tua ini telah mengalami perubahan total mesin, sistem transmisi, elektronik hingga sistem senjata lewat pemasangan meriam kaliber 105 mm. (Amal Ihsan Hadian) / (Kompas.com). JKGR.

Mayor Inf Warto, Perwira Dengan Segudang Prestasi



Mayor Inf Warto, Perwira Dengan Segudang Prestasi

“ Selama berkarir dalam dunia militer, Mayor Inf Warto telah banyak mengukir prestasi yang cukup membanggakan serta mengangkat nama baik TNI Angkatan Darat dalam berbagai event. Perwira Menengah ini merupakan sosok dibalik Sukses Petembak TNI di Kancah Internasional.”
Pada tanggal 16 Desember 1962 di sebuah desa pinggiran kota Solo Jawa Tengah, tepatnya daerah Karanganyar, lahir seorang bayi mungil berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama Warto. Dia merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara dari pasangan ayah bernama Warjo (Alm) dan ibu bernama Surip (Almh), yang berprofesi sebagai buruh tani dengan kondisi yang serba kekurangan.
Masa kecil Warto dihabiskan untuk membantu orang tua demi untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Saat ia menempuh pendidikan mulai dari SD hingga SLTA berbagai kendala harus dilaluinya. Biaya sekolah yang utamanya harus dipenuhi tetapi faktanya kerap kali tersendat. Bahkan pernah ia mengalami putus sekolah karena ketiadaan biaya. Akhirnya semua itu meski tertatih-tatih dapat diatasinya sendiri dengan cara menggadaikan diri sebagai buruh tani pada sebuah lahan cocok tanam milik tetangganya.
Pada tahun 1982 setamat SLTA, Warto mendaftarkan diri di Rindam V/Jayakarta sebagai calon Tamtama TNI AD. Setelah lulus Secata Warto yang menyandang pangkat Prajurit Dua dipercaya untuk mengemban tugas di jajaran Kostrad, tepatnya di Batalyon Infanteri 328/Kostrad Cilodong. Selama bertugas di Yonif Linud 328/ Kostrad, barbagai kegiatan dijalaninya dengan penuh rasa tanggungjawab. Aktivitas yang rutin dilakukan diantaranya adalah tugas operasi karya mengikuti pemusatan latihan, mulai dari latihan atletik, oramil, beladiri, menembak, dan terjun bebas. Di bidang atletik, Warto tergabung dalam pelari jarak menengah dan estafet. Di bidang oramil, seluruh materi oramil dikuasainya. Di bidang beladiri karate, ia merupakan penyandang Dan-II (Black Belt) dan pernah meraih medali perunggu pada even turnamen antar angkatan di bidang kumite kelas bebas. Di bidang menembak, sejak tahun 1985 hingga sekarang ia bersama tim TNI AD berhasil menorehkan tinta emas prestasi. Di bidang terjun payung, ia tergabung dalam tim Persatuan Terjun Payung TNI AD (PTPAD).
Riwayat berkarier di militer, Warto menyandang predikat Tamtama selama 5 tahun. Karena keberhasilannya saat mengemban tugas operasi di Timor-Timur pada tahun 1988. Warto memperoleh kepercayaan untuk mengikuti pendidikan Secaba tanpa tes. Setelah selama 5 tahun pangkat Bintara disandangnya, kemudian karena prestasinya ia memperoleh kepercayaan dari pimpinan TNI AD untuk mengikuti pendidikan Secapa. Dari 1.350 siswa Secapa, ia berhasil menduduki peringkat 5 besar.
Selama berkarier di militer, beberapa kursus yang pernah diikuti yakni ; Hirbak, Bakduk, Freefall, Batih Muda. Padas sus Batih Muda ia berhasil menjadi lulusan terbaik. Pada tahun 1991 ia dipercaya untuk memperdalam materi terjun bebas di Pert Australia. Sejak tahun 2005 Warto dipercaya pimpinan untuk menyiapkan tim petembak TNI maupun TNI AD.
Kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada Warto ternyata tidak salah. Hal itu terbukti pada pelaksanaan lomba tembak BISAM di Brunei Darussalam, sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang TNI berhasil menyandang predikat sebagai juara umum. Selain itu untuk lomba tembak AASAM di Australia yang diselenggarakan sejak tahun 2008 hingga sekarang, kontingen TNI AD masih bertahan sebagai peraih predikat juara umum.
Berbekal kemauan yang keras untuk maju Warto tidak saja menjadikan dirinya berprestasi, akan tetapi potensi yang ada padanya sanggup ditularkan kepada para prajurit lainnya sehingga mampu berbicara di kancah nasional bahkan internasional. Negara-negara maju yang kita kenal sebagai kekuatan adidaya seperti Amerika, Inggris, Perancis, Australia, Jepang Singapura dan negara kawasan Asia Pacifik lainnya, ternyata tidak sanggup menundukkan kemampuan yang dimiliki oleh putra terbaik bangsa. Kepada redaksi Palagan Warto mengungkap kunci keberhasilannya sebagai pelatih, yakni ; harus mau berkeringat, menguasai materi, menguasai kondisi psikologi para petembak, berani mengambil keputusan, berani menegakkan disiplin petembak, berani membina fisik dan mental petembak, menguasai senjata, menguasai karakteristik munisi, program latihan harus tepat, dan harus memiliki semangat yang tinggi.
Dalam kurun waktu 32 tahun Warto berdinas, waktunya banyak dihabiskan di lapangan. Selama 26 tahun dihabiskan di Batalyon Infanteri 328/Kostrad, selebihnya ia pernah bertugas di Pussenif/Pusdikif, Kodam Jaya, Kodam XVII/Cenerawasih, Dispenad dan saat ini bertugas di sebagai Kepala Staf Kodim 0508/Depok.
Mengenai kehidupan keluarga, Warto beruntung memiliki pendamping setia asal kota Bogor bernama Ipa Suarsih kelahiran 1966 yang juga berprestasi dalam rumah tangga. Terbukti dari tiga orang putra didikannya, anak pertama bernama Guntur Bayu Bima Pratama (23) telah berhasil menjadi Dokter. Putra ke dua, Guruh Amba Sadewo (19) kini menjadi catar Akmil, dan si bungsu bernama M. Gandhi Dewantoro kini baru menapak di bangku SLA. Namun si bungsu, adalah penyandang Dan-I dan memiliki prestasi sebagai penyandang juara nasional karate.
Mayor Infanteri Warto di usianya yang sudah diatas setengah abad, meski jarang berada ditengah keluarga, namun dengan dukungan penuh dari keluarga, tetap gigih menorehkan prestasi bagi kejayaan TNI maupun TNI AD. Dengan situasi demikian sang istrilah yang sepenuhnya membina ketiga putranya. Mereka berdua selalu menjalankan amanah dengan penuh ikhlas dan berserah diri kepada Allah SWT.
Maju terus Mayor Inf Warto. Kepakkan terus sayapmu hingga mencapai langit tertinggi !!!!!!
Sumber : www.tniad.mil.id

Minggu, 14 September 2014

Perkuatan TNI AU melalui Hibah 24 F-16 Program Excess Defence Article dan Program KFX/IFX Akan Meningkatkan Daya Kepruk

tiga pswt f-16 hibah
Tiga Pesawat F-16 C/D TNI AU asal Hibah AS (foto: indomiliter.com)

Mungkin masih banyak yang bertanya-tanya mengapa pemerintah AS berbaik hati mau memberikan (hibah) 24 buah pesawat tempur canggih F-16 C/D Block-25 kepada Indonesia untuk memperkuat armada tempur TNI AU. Ada pendapat yang meremehkkan bahwa F-16 itu adalah pesawat bekas pakai US Coast Guard yang di modifikasi. Tetapi sedikit sekali yang mengetahui bagaimana pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Pertahanan berhasil melakukan lobi untuk mendapatkan 24 pesawat tempur canggih dengan kondisi yang murah dan menguntungkan.
Pemerintah Indonesia telah memilih untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara melalui upgrade dan regenerasi dari program EDA (Excess Defence Article)  yang  berada dibawah Departemen Pertahanan AS (Department of Defense). Yang bertanggung jawab dan mengatur program EDA adalah The Defense Security Cooperation Agency (DSCA). Pesawat-pesawat F-16 yang dihibahkan kepada pemerintah RI adalah alutsista yang tidak lagi dipakai oleh US Coast Guard dan dinyatakan kelebihan dari Angkatan Bersenjata Amerika.
US Coast Guard memiliki misi penegakan hukum maritim (dengan yurisdiksi di  perairan domestik dan internasional) dan juga mempunyai misi sebagai  badan pengawas federal. Badan ini beroperasi di bawah US Department of Homeland Security selama masa damai, dan dapat dialihkan penugasannya dibawah  Departemen Angkatan Laut oleh Presiden AS setiap saat, atau oleh Kongres AS dalam masa perang.
Menurut ketentuannya, kelebihan alutsista ini dapat dikurangi atau  ditawarkan dengan tanpa biaya kepada pihak penerima (negara) asing yang berhak dengan dasar “as is, where is”  untuk mendukung tujuan-tujuan keamanan nasional  dan kebijakan luar negeri. Menurut UU Bantuan Luar Negeri AS, dinyatakan bahwa transfer EDA tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi  teknologi nasional AS serta basis industrinya, disamping  tidak akan  mengurangi peluang industri AS untuk menjual peralatan baru kepada pihak yang diusulkan menerima program EDA.
Pada saat proses awal dalam program EDA, pemerintah Indonesia telah memilih untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udaranya melalui upgrade dan regenerasi dari kelebihan pesawat AB Amerika Serikat, yaitu pesawat tempur F-16 Block 25. Pemerintah AS pada bulan Agustus 2011 menyetujui memberikan  pesawat dalam proses hibah.  Saat persetujuan itu, Indonesia sudah memiliki  10 pesawat tempur  F-16 A / B Block 15.  Akuisisi dan regenerasi hibah 24 buah  F-16 C / D melalui proses EDA memungkinkan pemerintah Indonesia untuk secara signifikan meningkatkan kapasitas pertahanan udara tanpa mengorbankan anggaran pertahanan dan prioritas nasional lainnya.
Pada awalnya  Indonesia meminta secara  total 30 pesawat F-16, dengan dengan perincian 24 F-16 Block 25  untuk regenerasi, empat F-16 Block 25 dan dua F-16 Block 15 untuk digunakan sebagai suku cadang. Termasuk juga dalam rangkaian hibah adalah  28 buah engine Pratt dan Whitney. Indonesia telah mengalokasikan dana untuk regenerasi 24 pesawat F-16 dan perbaikan dari 28 engine.
Setelah penandatanganan proses  hibah pada bulan Januari 2012, pemerintah Indonesia membayar  sekitar US$ 670 juta, untuk proses administrasi penghapusan 24 pesawat tempur F-16  dari tempat penyimpanan, biaya  perbaikan, upgrade dan refurbish (regeneration) keseluruhan pesawat.  The Ogden Air Logistics Complex, atau ALC, akan merombak sayap, landing gear, dan komponen lain pada setiap pesawat disebut Falcon Star atau Falcon Structural Augmentation Roadmap . Program ini terkait dengan penguatan struktur pesawat sehingga masa usia pakai pesawat bisa digunakan secara maksimal hingga mencapai 10.800 EFH.
Dilakukan Avionic Upgrade,  yang mencakup penggantian semua sistem avionik F-16 Block 25 menjadi setara Block 52. Penggantian yang paling menonjol dan mampu meningkatkan kemampuan dalam hal air superiority secara signifikan adalah digunakannya Radar APG-68 yang memiliki cakupan hingga 184 nm (296 km) dan software persenjataan yang mampu menembakkan rudal AMRAAM (Advanced Medium Range Air To Air Missile). Hal lain yang cukup penting adalah penggunaan Modular Mission Computer (MMC) sebagai sistem komputer yang mampu mengintegrasikan semua jenis senjata mutakhir pada F-16.
Selain itu, sesuai perjanjian,  minimal tiga puluh penerbang tempur TNI AU  akan mengikuti latihan terbang di Amerika Serikat, disamping  para instruktur pilot  mobile dari Amerika Serikat akan melatih penerbang dan mekanik  dari TNI AU.
Menurut siaran pers  dari Gedung Putih pada November 2011,  kesepakatan itu merupakan transfer atau hibah  terbesar dari kelebihan alutsista pertahanan AS dalam sejarah kerjasama  bilateral antara  AS-Indonesia, dan akan memungkinkan pemerintah Indonesia untuk secara signifikan meningkatkan kapasitas pertahanan udara tanpa mengorbankan anggaran pertahanan serta prioritas nasional lainnya.
Sebagai realisasi proses  hibah, pada tanggal Jumat (25/7/2014) pada  pukul 11.25 WIB, tiga pesawat bagian hibah dari 24 pesawat F-16 C/D 52ID  dari pemerintah AS telah tiba di fighter home base, Lanud Iswahyudi   Madiun. Ketiga pesawat diterbangkan dari  Anderson AFB (Air Force Base) Guam ke IWY  dalam waktu 5 jam 16 menit dengan melaksanakan empat kali air refueling  oleh pesawat Tanker KC-10 yang berasal dari pangkalan AU Amerika, Yokota AFB Jepang. Flight F-16 (Viper Flight)  ini terbang pada ketinggian 26.000 kaki dan terus di kawal pesawat tanker hingga memasuki wilayah udara Indonesia. Setelah diterimanya tiga unit pertama, F-16C/D berikutnya akan diterbangkan ke Indonesia secara bertahap hingga selesai pada akhir 2015.
Sesuai rencana maka mulai awal bulan Agustus 2014 enam orang instruktur penerbang F-16 A/B-15OCU TNI AU (versi lama yang sudah dimiliki TNI AU) akan mulai melanjutkan latihan terbang konversi “differential flying training” F-16 C/D-52ID di Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi Madiun dibawah supervisi tiga instruktur penerbang dari US Air Force Mobile Training Team. Apabila ke 24 pesawat tempur F-16 hibah tersebut sudah lengkap, Ke-24  F-16 C/D 52ID TNI Angkatan Udara ini selanjutnya akan menjadi kekuatan satu skadron 16 di Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru (16 pesawat) dan sisanya melengkapi F-16 yang sudah ada di Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun.
Dengan demikian maka wilayah perbatasan Barat akan terdapat penggelaran F-16 serta Hawk 100/200, wilayah Tengah dipertahankan oleh gabungan F-16, F-5E serta wilayah Timur oleh pesawat pempur Sukhoi 27/30. Dari beberapa latihan gelar kekuatan, maka kombinasi pertahanan udara akan cepat terisi dengan penggeseran skadron tempur seperti yang selama ini dilakukan. Beberapa pangkalan udara TNI telah mampu menerima kedatangan pesawat tempur.
Dengan kondisi riil dan penuh kepastian maka pada tahun 2015, TNI AU akan sudah memiliki beberapa skadron tempur unggulan lengkap dengan persenjataannya yang canggih. Seluruh wilayah akan dapat dipertahankan dengan dukungan coverage radar Kohanudnas.
Disamping kekuatan yang sudah ada, berita baik lainnya bagi TNI AU dan Kohanudnas adalah dilanjutkannya proyek kerjasama pembuatan pesawat tempur  KFX/IFX. TNI AU  akan memiliki pesawat tempur yang setidaknya cukup untuk persediaan 20 tahun ke depan. Itu berarti TNI AU telah memiliki cukup Sukhoi untuk saat ini dan Indonesia juga menanamkan investasi dalam program KFX/IFX bersama Korea Selatan, yang nantinya akan menghasilkan jet fighter yang ditujukan untuk menggantikan pesawat seperti F-5 dan F-16.
Indonesia  akan membeli jet tempur fighter KFX/IFX sebanyak 3 skadron, masing-masing 16 pesawat. Itu akan memenuhi program jangka panjang, demikian ditegaskan oleh Sekjen Kemenhan saat itu (Marsdya Eris Heryanto).  Program KFX/IFX dihentikan sementara oleh pemimpin baru Korea Park Geun-Hye pada akhir 2012 setelah meninjau kondisi finasial di negaranya. Proyek prestisius ini digarap sejak awal 2011, tak lama setelah Presiden Lee Myung-bak dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengukuhkan kerjasama bilateral di bidang pertahanan di Jakarta. Dari Fase Technology Development yang telah dituntaskan, tim ilmuwan telah menyelesaikan sejumlah desain yang kemudian mengerucut menjadi dua.
Kedua desain itu adalah model jet tempur siluman peraih keunggulan udara bermesin ganda dengan horizontal-tails di belakang, dan satunya lagi dengan canards di depan. Konfirmasi tentang kelanjutan program pembuatan front-liner jet fighter Korea-Indonesia diterima Kementerian Pertahanan RI pada 3 Januari 2014. Pemberitahuan ini selanjutnya diumumkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan, Rabu, 8 Januari 2014, di sela-sela Rapim Kemenhan di Jakarta. Penjelasan disampaikan terkait paparan rencana pengadaan alut sista dalam Renstra II, 2015-2019.
Pemerintah Indonesia berharap proyek pembuatan jet tempur generasi 4,5 itu bisa terlaksana karena bakal jadi rujukan program alih teknologi untuk melepas ketergantungan dari negara lain. Program ini ditargetkan menelurkan jet tempur dengan performa yang sepadan atau lebih unggul dari jet tempur lawan yang di antaranya adalah Sukhoi Su-35, ini adalah keinginan dari Pemerintah Korea Selatan yang mengukurnya dari alutsista Korea Utara.
Apabila proyek KFX/IFX tetap berjalan dengan normal sesuai rencana, maka pada tahun 2020 Indonesia akan mempunyai kekuatan udara yang sangat kuat, dimana paling tidak tujuh skadron udaranya akan diisi oleh jenis pesawat tempur canggih, dengan tulang punggung F-16, Sukhoi 27/30 dan Boramae (KFX/IFX). Dengan demikian maka daya kepruk TNI AU akan meningkat paling tidak tiga kali lipat.
Pada saat itu  maka Indonesia akan menjadi negara penyeimbang dalam hal kekuatan udara apabila kawasan di Laut China Selatan bergolak. Paling tidak pesawat-pesawat tempur TNI AU bisa unjuk gigi dalam mempertahankan kedaulatan negara di udara. Dalam hal ini jelas Amerika sudah berhitung tentang kemungkinan memanasnya wilayah Laut China Selatan di masa mendatang, dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara memang harus siap dalam menghadapi setiap kemungkinan terburuk. Oleh karena itu maka program EDA kepada Indonesia disetujui.
Apakah China akan melakukan ekspansinya dalam penguasaan kawasan? Kita semua tidak ada yang tahu, yang terlihat kini, China mulai mencari wilayah yang memiliki potensi sumber energi dan wilayah itu ada di kawasan kepulauan Spratley dan Paracel. Beberapa langkah militer telah dilakukan oleh China, termasuk penetapan ADIZ dan pengerahan kekuatan serta kapal induknya. Bahkan, bukan  tidak mungkin kawasan Natuna juga akan menjadi incaran selanjutnya. Oleh karena itu, memang pemerintah Indonesia harus menyadari bahwa kita membutuhkan peralatan tempur yang mampu mempertahankan wilayah tanah air.
Bila kita tidak berfikir secara geopolitik dan geostrategi serta dengan dasar intelijen strategis, maka suatu saat kita akan terkejut, menghadapi betapa dalam sebuah persaingan hidup di dunia ini, intervensi akan dilakukan oleh siapapun yang merasa  dirinya kuat. Mungkin begitu.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, pengamat intelijen www.ramalanintelijen.net