Minggu, 14 September 2014

Penerbangan Pertama R80

 BJ Habibie bersama miniatur R80
BJ Habibie bersama miniatur R80

Presiden RI ke-3 yang juga mantan Menteri Riset dan Teknologi, BJ Habibie merencanakan pesawat Regio Prop 80 (R80) rancanangannya menjalani penerbangan pertama (first flight) di Bandara Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Pesawat berkapasitas 80 penumpang tersebut ditargetkan rampung pada 2017 atau 2018. Jadwal ini bersamaan dengan operasional awal bandara yang kini tahap pembangunan.
“Kita 2017 atau 2018 akan first flight dan akan mendapatkan sertifikasi udara. Saya mendengar pemberitaan Jabar sedang mempersiapkan lapangan terbang di Majalengka (Kertajati). InsyaAllah akan mendarat di Majalengka” ujar Habibie usai menemui Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Gedung Pakuan, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Rabu, 10 September 2014.
Atas rencana Presiden periode 1998-1999 itu, Gubernur Jabar menyambut baik. Menurutnya, jika rencana Habibie direalisasikan, maka hal ini menjadi sejarah baru bagi Jabar.
Gubernur yang akrab disapa Aher itu menambahkan dunia dirgantara salah satu cermin kemajuan bangsa. Karenanya, kata Aher, pengembangan R80 harus sukses. “Kita mendukung program R80, dan ini klop dengan Bandara Kertajati yang mulai beroperasi 2017. Ada bandara baru dan penerbangan (R80) diuji coba di Kertajati,” papar Aher.
Pesawat R-80 dengan kapasitas 80 penumpang (Photo : Bisnis)
Pesawat R-80 dengan kapasitas 80 penumpang (Photo : Bisnis)

Pengembangan N250
R80 adalah pengembangan pesawat N250 buatan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) –kini PT Dirgantara Indonesia. Sama berpenumpang 80 orang, namun R80 mengusung mesin turbo dengan baling-baling (turbo propeller).
Mesin jenis tersebut lebih efisien sehingga biaya operasionalnya lebih murah dibandingkan jet. Namun kecepatan yang dihasilkan sedikit lebih lambat dibandingkan mesin jet.
Penerbangan pesawat bermesin jet dari Jakarta-Surabaya, misalnya, membutuhkan 1,5 jam. Pesawat turbo baling-baling sekitar dua jam, namun operasionalnya setengah lebih hemat. R80 akan lebih efisien saat harga bahan bakar terus meroket.
R80 sudah dipesan maskapai NAM Air, anak perusahaan Sriwijaya Air. NAM Air memesan 100 unit R80. (binesia.com).

Penerbang TNI AU di ANG Tucson

 
dispen-Batch-II
Pelatihan penerbang F-16 TNI AU di Wing Tempur 162, Pangkalan Air National Guard, Tucson Arizona (photo: Dispenau)

TNI AU kembali mengirim para penerbang tempurnya ke Amerika Serikat terkait program pengadaan pesawat tempur F-16 C/D 52ID “Peace Bima Sena II”.
Sejak 26 Agustus 2014 hingga 13 September 2014, enam penerbang F-16 dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi mengikuti latihan konversi “Differential Training Batch II”, untuk mendapatkan kualifikasi penerbang F-16 C/D 52ID.
Latihan diselenggarakan di Wing Tempur 162 yang berada dibawah Pangkalan Air National Guard di Tucson AFB Arizona.
Keenam penerbang TNI AU yang berlatih di Arizona adalah Mayor.Pnb.Nur “Racer” Alimi (36), Mayor. Pnb.Agus “Wolverine” Dwi Aryanto (33), Kapt.Pnb.Gigih “Badger” Pratama (28), Kapt.Pnb.Yunianto “Wolfhound” Wibowo (29), Lettu.Pnb.Ferry “Fierce” Rahman (29) dan Lettu.Pnb.Yususf “Adder” Atmaraga (27).
Dalam latihan ini para penerbang kita hanya menjalani Ground Training karena sudah memiliki jam terbang cukup banyak di pesawat F-16 Block 15 OCU TNI AU, selanjutnya untuk latihan terbang dengan pesawat F-16 C/D 52ID akan dilaksanakan di Lanud Iswahyudi Madiun.
Tucson AFB merupakan markas dari Fighter Wing 162 yang membawahi tiga skadron tempur yang terdiri dari Fighter Squadron 148, 152 dan 195 yang selain menjadi skadron National Guard juga bertugas menyelenggarakan kursus transisi serta konversi bagi para calon penerbang F-16 C/D di jajaran Air National Guard dan AU Internasional.
Seperti enam penerbang F-16 TNI AU terdahulu maka para penerbang kali ini juga tidak mengikuti pelajaran “basic system” pesawat karena dasar sistem pesawat Block 25 yang menjadi “bahan dasar” F-16 52ID hampir sama dengan pesawat block 15 kita. Para penerbang lebih memperdalam penguasaan system avionic dan taktik penggunaan system persenjataan yang sebagian cukup berbeda antara system avionic 52ID dengan pesawat block 15 OCU. Para penerbang juga melaksanakan latihan simulator untuk mempelajari “switchology” pesawat, emergency procedures serta beberapa taktik dan tehnik dasar penggunaan peralatan avionic dan senjata udara modern yang bisa diangkut F-16 C/D 52ID.
Pesawat Tempur F-16 block 25 TNI AU
Pesawat Tempur F-16 block 25 TNI AU

Kelebihan F-16 C/D 52ID
Perbedaan yang sangat mendasar dengan pesawat F-16 A/B adalah pesawat F-16 C/D 52ID dilengkapi sistem MMC 7000A (Modular Mission Computer) Tape 5 sekelas Block 52+ sebagai jantung dan otak avionic pesawat, disamping Multi Function Display berwarna, Data link 16, Radar, Stores Management System terbaru, system Embedded GPS & INS yang canggih dan memungkinkan pesawat melepas bom JDAM dengan kendali GPS, Radio Have Quick II untuk kerahasiaan komunikasi dan data, Missile Warning System, Jammer System dan Electronic Warfare System modern untuk misi SEAD (Suppression Of Enemy Air Defence) terhadap radar dan rudal pertahanan udara lawan. Pesawat F-16 C/D Block 52ID ini memungkinkan kita untuk sanggup bertempur siang dan malam disegala kondisi cuaca dan segala macam sasaran, dengan hampir semua senjata udara ke udara dan udara ke darat canggih barat saat ini.
Pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU dalam program “Peace Bima Sena II” adalah pesawat F-16 Block 25 USAF yang telah menjalani program “The Common Configuration Implementation Program” (CCIP) seperti yang dijalani semua pesawat F-16 CD Blok 40/42/50/52 milik USAF agar sesuai standar terbaru Blok-50/52+ USAF. Semua pesawat F-16 52ID TNI AU juga menjalani penguatan struktur rangka pesawat dengan program Falcon STAR (Structural Augmentation Roadmap) sehingga umur rangka pesawat bertambah menjadi lebih dari 10.000 jam, sehingga pesawat bisa dipakai selama minimal 10 tahun lagi. Setelah itu pesawat bisa menjalani Service Life Extension Program (SLEP) yang akan menambah umur rangka pesawat sekitar 2000 jam atau 10 tahun masa pakai. Pada saat usia pakai F-16 C/D 52 ID berakhir maka pengalaman, taktik dan tehnik yang didapat bisa dimanfaatkan untuk mengoperasikan armada pesawat tempur modern generasi 4.5 atau generasi ke 5 masa depan kita.
Sebelumnya tiga pesawat F-16 C/D 52ID sudah melakukan penerbangan dari Anderson AFB Guam ke Lanud Iswahjudi Madiun dan mendarat dengan selamat pada hari Kamis tanggal 24 Juli 2014 silam. Selanjutnya meskipun jajaran F-16 “dual seat” seluruh dunia sedang mengalami permasalahan pada struktur “longeron” cockpit namun pesawat kita sudah menjalani perbaikan dan diharapkan pada akhir September dua pesawat lagi akan tiba di Lanud Iswahjudi bersamaan dengan rencana peresmian Skadron Udara 16 di Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru.
Armada baru pesawat F-16 C/D 52ID merupakan jembatan untuk membawa kekuatan udara Indonesia selangkah lebih maju, mampu menghasilkan penerbang dan tehnisi yang mahir menguasai pesawat dengan generasi lebih maju, dan juga membawa segenap jajaran Angkatan Udara kita menguasai tehnologi, manajemen dan taktik pertempuran udara modern. Dengan kemampuan yang canggih memungkinkan kekuatan udara siap menjadi bagian dari operasi gabungan TNI untuk beroperasi di darat, laut dan udara. Kehadiran skadron F-16 C/D 52ID ini akan peningkatan kemampuan Air Power atau Kekuatan Dirgantara agar mampu melindungi Keamanan Nasional Indonesia. (tni-au.mil.id).

Sabtu, 13 September 2014

KRI Sorong 911: Kapal Tanker Pendukung Operasi Pendaratan Amfibi di Dili

911
Sebagai kekuatan laut yang memiliki armada dengan jumlah kapal perang ratusan, sudah barang tentu TNI AL punya elemen kapal-kapal tanker untuk menunjang beragam misinya. Disamping urusan jumlah kapal yang bejibun, luas wilayah lautan Indonesia yang mencapai 2/3 luas lautan di Asia Tenggara, mengharuskan sebaran armada kapal tanker yang memadai. Dan bicara tentang kapal tanker milik TNI AL, ada nama KRI Balikpapan 901, KRI Sambu 902, KRI Arun 903, KRI Sungai Gerong 906, dan KRI Sorong 911.
Dibanding elemen kekuatan armada TNI AL lainnya, unsur kapal tanker atau disebut kapal jenis BCM (Bantuan Cair Minyak) terbilang luput dari program update. Kapal-kapa tanker kepunyaan TNI AL umumnya merupakan produksi tahun 60-an. Sebagai flagship armada tanker TNI AL adalah KRI Arun 903, yang merupakan bekas pakai AL Inggris (Royal Navy) dan mulai memperkuat TNI AL sejak 1992. Tapi jauh sebelum kedatangan KRI Arun yang punya panjang 140,6 meter, TNI AL mengandalkan KRI Sorong 911 sebagai unit tanker terbesar sejak era tahun 60-an. Bila KRI Arun 903 yang tadinya bernama RFA Green Rover, merupakan pengadaan dari bekas pakai, maka KRI Sorong 911 didatangkan secara gress, alias dibeli baru pada tahun 1965. KRI Sorong 911 yang punya dimensi 112,17 x 15,4 x 6,6 meter dibangun oleh galangan SY Trogir dari Yugoslavia.
Meski negara Yugoslavia telah bubar, toh hingga kini KRI Sorong masih tetap eksis dalam beragam operasi yang dijalankan TNI AL. Sebagai kapal tanker, KRI Sorong 911 masuk dalam Satual Kapal Bantu (Satban) Komando Armada Timur TNI AL. Dalam hal kemampuan, KRI Sorong mampu menampung kapasitas bahan bakar hingga 3.000 ton dan 300 ton stok air tawar. Jelas kapal ini punya peran strategis baik di masa perang dan masa damai, selain mendukung misi tempur jarak jauh, keperluan logistik seperti air tawar menjadi poin keunggulan tersendiri dari kapal ini.
KRI Sorong tidak punya tampilan sangar, karena misinya bukan untuk bertempur, keberadaan kapal ini justru harus mendapat kawalan dari kapal cepat, kapal korvet atau bahkan frigat. Tidak ada bekal senjata yang deteren, kapal ini hanya dibekali 4 pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm, terhitung lumayan untuk misi pertahanan udara dan permukaan secara terbatas. Dalam kondisi kosong, bobot kapal mencapai 4.090 ton, dan bobot penuh hingga 5.100 ton. Dalam kondisi tertentu, kapal bisa mencapai bobot 8.700 ton dengan kargo seberat 3.300 ton.
Kapal tanker ini diawaki oleh 110 personel dengan dikomandani perwira menengah berpangkat Letnan Kolonel. Dengan ditenagai 1 unit mesin diesel Deutz berpropeler satu, kapal dapat melaju hingga kecepatan maksimum 15 knots.
kri-sorong-911

Pendaratan di Dili dalam Operasi Seroja
KRI Sorong 911 mencatatkan sejarah karena tergabung dalam Gugus Tempur operasi pendaratan amfibi untuk merebut kota Dili di Timor Timur pada 6 Desember 1975. Peran KRI Sorong tentu tidak melakukan bantuan tembakan kapal, sesuai kodratnya KRI Sorong menjadi kapal tanker untuk mendukung operasional KRI Ratulangi 400, KRI Barakuda 817, KRI Martadinata 342, LST KRI Teluk Bone 511, dan KRI Jaya Wijaya 921.
Kapal ini sanggup melakukan Replenishment At Sea (RAS) atau pembekalan di laut, merupakan cara pengisian/pengiriman logistik maupun personil dari kapal ke kapal yang dilaksanakan sambil berlayar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kegunaan RAS dalam suatu operasi untuk memperpanjang kehadiran unsur di laut, kerahasiaan serta efisiensi waktu. Dalam penugasan saat ini, KRI Sorong 911 juga mempunya peran lain, yakni sebagai kapal markas bagi Gugus Keamanan Laut. Berbeda dengan KRI Arun 903, sayangnya KRI Sorong 911 tidak punya bekal helipad. (Gilang Perdana)

Spesifikasi KRI Sorong 911
Jenis : Kapal tanker
Pembuat : SY Trogir, Yugoslavia
Dimensi : 112,17 x 15,4 x 6,6 meter
Bobot mati : 4.090 ton
Bobot penuh : 8.700 ton
Kapasitas bahan bakar : 3.000 ton
Kapasitas air tawar : 300 ton
Mesin : 1 Deutz diesel, 1 shaft
Kecepatan maksimum : 15 knots
Awak : 110

KRI Teluk Bone 511: Terlibat Dua Momen Pendaratan Amfibi Bersejarah

Genderang program MEF (minimum essential force) telah berkumandang, kemudian diwujudkan dengan update beragam alutsista baru, tapi pada kenyataan bukan berarti alat perang tua langsung disingkirkan. Sepanjang esensi dan fungsionalitas alat perang masih aman, beberapa masih terus di lestarikan. Di lini armada LST (landing ship tank), masih ada kapal yang tergolong amat sepuh, bila ditakar usianya sudah jauh lebih tua dari anggota TNI AL aktif paling senior sekalipun.
Yang dimaksud adalah LST 542 Class buatan AS. Di awal tahun 60-an, khususnya dalam menyongsong operasi Trikora, TNI AL mulai kebanjiran LST untuk menunjang misi pendaratan amfibi. Berlanjut di awal Orde Baru, LST 542 yang menjadi pemain di banyak laga Perang Dunia II dan Perang Vietnam kembali berdatangan memperkuat Satuan Kapal Amfibi TNI AL. Diantaranya ada KRI Teluk Langsa 501, KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Amboina 503 (buatan Sasebo – Jepang), KRI Teluk Kau 504, KRI Teluk Menado 505, KRI Teluk Tomini 508, KRI Teluk Ratai 509, KRI Teluk Saleh 510, dan KRI Teluk Bone 511. Kecuali KRI Teluk Amboina, kesmua LST diatas merupakan veteran Perang Dunia II, terutama dalam perannya saat operasi pendaratan pasukan Sekutu di pantai Normandia, Perancis di 1944. Beberapa diantara LST tadi juga ada yang mampir untuk terlibat dalam operasi AS di Vietnam pada periode 1967 – 1970. Sebagai informasi, bila identitas LST di TNI AL ditandai dengan nama Teluk, maka di AL AS, identitas LST diawali dengan nama County, seperti USS Solano County LST-1128, yang kemudian berganti nama jadi KRI Teluk Langsa 501.
bone
Embarkasi pasukan TNIAD ke LST KRI Teluk Bone 511.
Tank Scorpion keluar dari ramp KRI Teluk Bone.
Tank Scorpion keluar dari ramp KRI Teluk Bone

Kini setelah 70 tahun berlalu, sebagian besar LST 542 Class yang sempat menjadi tulang punggung armada LST sudah dihapus dari inventaris armada TNI AL. Merujuk informasi di situs Wikipedia, masih ada empat unit LST 542 Class yang dioperasikan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), yaitu KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Amboina 503, KRI Teluk Ratai 509 dan KRI Teluk Bone 511. Dari keempat LST tersebut, hanya KRI Teluk Amboina yang masih agak aman dari rencana pensiun, selebihnya sudah digadang untuk masuk masa purna tugas dalam waktu dekat.

KRI Teluk Bone 511
Selain keterlibatan armada LST 542 Class dalam laga di Normandia, kesemua LST 542 milik TNI AL pernah disatukan dalam operasi militer terbesar TNI, yakni operasi Seroja di Timor Timur. Dalam tulisan ini, sedikit dipetik keterlibatan salah satu LST tersebut yang kini masih aktif beroperasi, yaitu KRI Teluk Bone 511.
Merujuk dari sejarahnya, KRI Teluk Bone yang masuk LST 542 Class bisa digolongkan sebagai light LST, pasalnya bobot mati kapal ini hanya 1.651 ton, sementara untuk bobot muatan penuhnya bisa mencapai 4.145 ton. Sebagai perbandingan, LST Frosch class I bobot normalnya 1.744 ton dan LST Frosch-II bobot normalnya 1.530 ton. Sementara LST terbaru TNI AL, KRI Teluk Bintuni 520, bobot matinya 2.300 ton. Kapal ini punya panjang 100 meter dan lebar 15 meter. Dapur pacu kapal ini dipercayakan pada 2 unit mesin diesel General Motors 12-567 900HP dengan dua bilah propeller dan dua kemudi. Dari mesin tersebut, dapat dicapai kecepatan maksimum hingga 12 knots (setara 22 km per jam). Soal jarak tempuh, dalam kondisi normal Teluk Bone bisa menjelajah sampai 24.000 mil (38.624 km), pada kondisi tersebut kecepatan kapal dipatok 9 knots dengan bobot penuh 3.960 ton
Sebagai kapal pendarat amfibi, KRI Teluk Bone dibekali dengan kemampuan angkut cargo. Selain bisa dimuati 17 unit tank pada tank deck (dek bagian bawah), dek utama (dek bagian atas) juga dapat diakses untuk keluar masuk kendaraan, hal ini dimungkinkan berkat adanya elevator forward setelah pintu pada ramp. Dalam gelar operasi, dek utama kerap ditempati kendaraan pendukung seperti truk, artileri, jip, dsb. Soal kapasitas muatan bergantung pada jenis misi yang diembannnya, secara umum LST 542 class bisa dimuati beban antara 1.600 ton hingga 1.900 ton.
Tampilan bagian anjungan.
Tampilan bagian anjungan.
USS Iredell_County LST-839 dalam operasi di Vietnam.
USS Iredell_County LST-839 dalam operasi di Vietnam. Tampak kanon laras ganda kaliber 40 mm pada ujung haluan.
1016083905
Tampilan bagian buritan.
Tampilan bagian buritan.

Tak hanya menghantarkan tank, KRI Teluk Bone juga dapat mengakut pasukan Marinir yang terdiri dari 16 perwira dan 147 prajurit. Untuk tugas pendaratan pasukan ke bibir pantai, tersedia dua unit LCVP (Landing, Craft, Vehicle and Personnel). Lalu bagaimana dengan persenjataannya? Kapal ini dirancang lebih pada kebutuhan peran dari PSU (penangkis serangan udara), ada dua pucuk kanon twin kaliber 40 mm (di haluan dan di buritan), empat pucuk kanon 40 mm laras tunggal, dan 12 pucuk kanon 20 mm laras tunggal. Kesemuanya dioperasikan secara manual. Kapal perang ini secara keseluruhan diawaki oleh 7 perwira dan 104 anak buah kapal. Sampai saat ini, KRI Teluk Bone 511 dikomandani oleh perwira menengah berpangkat Letnan Kolonel. Sebagai wujud orisinalitas, corong komunikasi dari bridge (anjungan) ke kamar mesin masih menggunakan pipa dan bukan radio seperti kapal militer masa kini. Jam, lonceng, instrumen, bahkan lambang kapal asli dari AS masih ada di beberapa kapal-kapal LST eks Perang Dunia II ini.

Aksi Pendaratan di Timor Timur
Saat masih menjadi milik AL AS dengan nama USS Iredell County (LST-839), kapal ini telah berlaga pada kancah Perang Dunia II, tapi bukan aksi melawan NAZI Jerman, melainkan disiapkan untuk berlaga di palagan Pasifik dalam perang melawan Jepang. Salah satu aksi USS Iredell County yakni ikut menunjang pendaratan pasukan amfibi Marinir AS dalam serbuah ke Pulau Okinawa pada bulan April 1945. Kiprah kapal ini kemudian berlanjut dalam laga AS dalam Perang Vietnam, USS Iredell County dilibatkan secara aktif dalam misi angkutan logistik dari basis AL AS di Filipina dan Jepang ke Vietnam.
USS Iredell_County LST-839
USS Iredell_County LST-839
Kanon kaliber 40 mm laras tunggal.
Kanon kaliber 40 mm laras tunggal.
KRI Teluk Kau 504
KRI Teluk Kau 504
KRI Teluk Tomini 508
KRI Teluk Tomini 508
Tampak pansam BTR-50P di depan ramp KRI Teluk Bone 511.
Tampak pansam BTR-50P di depan ramp KRI Teluk Bone 511 pada saat operasi Seroja.
Pasukan TNI berjalan di pinggir pantai Dili, dengan latar KRI Teluk Bone.
Pasukan TNI berjalan di pinggir pantai Dili, dengan latar KRI Teluk Bone.

Setelah jadi milik Indonesia, debutnya setelah berganti nama jadi KRI Teluk Bone 511 adalah pada operasi Seroja. Seperti dalam petikan berikut ini:
Tanggal 6 Desember 1975, Batalyon 403/Raiders Kostrad tiba di lepas pantai Tailaco dengan LST KRI Teluk Bone 511. Sore harinya BTP (Batalyon Tim Pendarat)-5/Infanteri Brigade-1/Pasrat Marinir turun dari Atabae dan segera masuk ke dalam LST untuk persiapan pendaratan amfibi di Dli pada pukul 05.00 keesokan harinya. Tank PT-76 dan pansam BTR-50P yang baru selesai digunakan untuk melancarkan penyerangan ke Atabae dari Palaka melalui medan pegunungan yang sulit ditempuh dan tanjakan tajam, hingga mengakibatkan mesin ranpur tersebut melampaui suhu normal.
Pada tanggal 6 Desember 1975 malam, LST KRI Teluk Bone 511 yang sudah mengangkut BTP-5/Infanteri Marinir menjadi salah satu kapal perang dalam Komando Tugas Amfibi Operasi Seroja di bawah komandan Kolonel Laut (P) Gatot Soewardi. Dalam gugus tugas tersebut terdapat lima kapal peran lain, yakni kapal tender kapal selam KRI Ratulangi 400, bertindak sebagai kapal komando, korvet KRI Barakuda 817, frigat KRI Martadinata 342, kapal perbengkelan dan perbekalan KRI Jaya Wijaya 921, dan kapal tanker KRI Sorong 911 buatan Yugoslavia yang punya kapasitas angkut 3.000 ton bahan bakar dan 300 ton air tawar.
LST lain yang terlibat dalam operasi pendaratan di Dili adalah KRI Teluk Langsa 501, LST yang setipe dengan KRI Tekuk Bone ini mengangkut satu Batalyon Marinir dari Brigade-2/Pasrat di bawah pimpinan Letkol (Mar) Suparmo. Lepas dari misi pendaratan di Dili, pada 9 Desember malam, unsur Brigade-2/Pasrat Marinir kembali naik ke LST KRI Teluk Langsa 501 yang berlambuh di lepas pantai Dili untuk melakukan pendaratan amfibi di Laga, sekitar 20 km Timur Baucau.
Proses pendaratan amfibi di pantai Dili di dahului dengan serangkaian penembakan ke bibir pantai, hal ini dimaksudkan untuk menurunkan moril pasukan lawan dan mengangkat moril pasukan pendarat Marinir. Dalam rangkaian tembakan, KRI Ratulangi menembak dengan kanon 57 mm, KRI Barakuda dan KRI Martadinata menembak dengan kanon 76 mm. KRI Jaya Wijaya menembakkan 4 kanon laras ganda Bofors 40 mm dengan proyektil HE seberat 0,96 kg. Menjadi sasaran tembakan adalah wilayah pendaratan dan markas Fretilin.
KRI Teluk Langsa 501
KRI Teluk Langsa 501
KRI Teluk Amboina 503.
KRI Teluk Amboina 503.
Masih aktif dalam pergeseran pasukan.
Masih aktif dalam pergeseran pasukan.

Sekilas KRI Teluk Bone 511
KRI Teluk Bone-511 dibuat di galangan kapal American Bridge Company, Ambridge, Pennsylvania, Amerika Serikat, dan resmi meluncur pada 25 September 1944. Pada bulan Juli 1970 USS Iredell County dijual kepada Pemerintah Republik Indonesia, dan kemudian pada 12 Desember 1970 memperkuat jajaran armada TNI AL dengan nama KRI Teluk Bone-511, dengan komandan pertama Mayor Laut (P) M.H. Poerbosisworo. Pada tanggal 1 Januari 1990 KRI Teluk Bone-511 dialihbinakan ke Kolinlamil. Nama Teluk Bone diambil dari nama sebuah teluk yang berada di sebelah Selatan Pulau Sulawesi.
Keberadaan KRI Teluk Bone yang masih eksis dan tetap dapat beroperasi hingga saat ini tidak terlepas dari upaya-upaya TNI AL dalam rangka mempertahankan kesiapan teknis KRI melalui program Perpanjangan Usia Pakai (PUP). Selama lebih dari 40 tahun setelah memperkuat jajaran kapal perang TNI AL, kapal perang ini banyak dilibatkan dalam operasi militer, baik Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
BRP Sierra Madre, salah satu LST 542 class milik Filipina yang dikaramkan di kawasan konflik dengan Tiongkok.
BRP Sierra Madre, salah satu LST 542 class milik Filipina yang dikaramkan di kawasan konflik dengan Tiongkok.
3zgdaul
Selain Indonesia, LST 542 class lungsuran Perang Dunia II juga sempat digunakan oleh AL Singapura dan AL Filipina. Bahkan, kiprah kapal ini belum lama membuat gempar di kawasan Laut Cina Selatan, tak lain setelah AL Filipina dengan sengaja menanfaatkan bangkai kapal BRP Sierra Madre yang karam di laut dangkal sebagai basis pangkalan apung Marinir Filipina di kawasan Ayungin Shoal, suatu area yang ikut disengketakan antara Filipina dan Tiongkok. (Gilang Perdana)

Spesifikasi KRI Teluk Bone 511
Class : LST-542
Bobot Mati : 1.625 ton
Bobot Penuh : 4.146 ton
Dimensi : 100 x 15,24 x 4,29 meter
Mesin : 2 × General Motors 12-567 diesel engines, two shafts, twin rudders
Kecepatan max : 12 knots (22 km/h)
Craft carried: 2 × LCVPs
Troops: 16 officers, 147 enlisted men (total bisa dimuati 264 prajurit)
Awak : 7 officers, 104 enlisted men

Helikopter Penerbad PT DI

Helikopter Fennec / Ecureuil (ARC.web.id)
Helikopter Fennec / Ecureuil (ARC.web.id)

Sebuah helikopter mungil berkelir loreng hijau tampak lincah terbang di area PT. Dirgantara Indonesia. Inilah dia helikopter terbaru milik TNI Angkatan Darat, yaitu Eurocopter Fennec.
Menurut catatan ARC, total Kementerian Pertahanan memesan 12 unit heli ini untuk melengkapi Korps Penerbangan TNI-AD. Konon nantinya heli ini juga akan menggantikan NBO-105 yang telah lama mengabdi.
Helikopter Fennec / Ecureuil (ARC.web.id)
Helikopter Fennec / Ecureuil (ARC.web.id)

Namun menilik dari registrasinya, yaitu HX-3501, bisa diduga heli ini merupakan varian sipil dari Fennec yaitu Ecureuil. Dan memang dalam catatan ARC juga telah disebutkan bahwa Indonesia memesan 3 varian Fennec. Yaitu 6 unit AS-555, 5 unit AS-550 serta 1 unit AS-350.
Helikopter Fennec / Ecureuil (ARC.web.id)
Helikopter Fennec / Ecureuil (ARC.web.id)

Selain sebagai pengganti NBO-105, Fennec dan variannya memiliki sejumlah fungsi. Diantaranya sebagai heli serba guna, heli serang hingga heli intai. Dan bisa diduga, kedatangan Fennec juga berguna sebagai mata dan telinga helikopter serang TNI-AD.
Helikopter Fennec sendiri merupakan salah satu helikopter terlaris di dunia. Versi militer dari heli ini mampu dilengkapi dengan Rudal anti tank, Roket hingga Senapan mesin berat. Konon gosipnya, TNI juga memesan pod senapan mesin berat untuk mempersenjatai heli ini buatan FN Herstal Belgia. (ARC.WEB.ID).

Saatnya TNI AU Menunjukkan Tajinya


Selain memamerkan kekuatannya, ini juga menjadi tanda perpisahan bagi Presiden SBY.

Hampir seminggu sebelum peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-69, Terminal Selatan atau biasa dikenal dengan Terminal Haji Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur mulai disibukkan dengan kehadiran mesin perang milik TNI AU. Betapa tidak, dalam ulang tahun Indonesia kali ini, beragam pesawat lintas generasi berkumpul di Jakarta untuk melintas di hadapan kepala negara beserta seluruh peserta upacara di Istana Merdeka, Jakarta.

Pesawat era 90-an Hawk 100/200 dan F-16 Fighting Falcon bersanding dengan jet tempur abad 21 seperti Sukhoi Su-27 Flanker dan pesawat multiperan T50i Golden Eagle. Tak hanya itu, pesawat tempur paling gres yang belum genap sebulan umurnya di Indonesia, F-16 C/D 52ID pun ikut bergabung bersama para seniornya. Penggabungan kekuatan udara ini merupakan terbang lintas terbesar yang pernah digelar dalam rangka peringatan hari kemerdekaan Indonesia.

Misi bertajuk Foxtrot Flight ini dibagi ke dalam dua formasi arrow besar, dimana dalam tiap formasinya terdapat dua jenis pesawat. Dalam skenarionya, 10 pesawat T50i akan bergabung dengan enam Hawk 100/200. Sedangkan delapan Sukhoi Su-27 bergabung dengan delapan F-16.

Lepas landas satu per satu dari Halim Perdanakusuma, menurut rencana penerbangan yang dibuat, T50i dan Hawk 100/200 melakukan holding di Teluk Jakarta pada ketinggian sekitar 3.000 kaki atau sekitar 900 m di atas permukaan laut. Sedangkan F-16 dan Su-27/30 berkumpul di lokasi yang sama dengan ketinggian sekitar 10.000 hingga 12.000 kaki (3.000-3.600 m). Di rendezvous itulah mereka membentuk formasi yang telah direncanakan. Dengan taktik ini diharapkan mereka bisa melintas di atas lapangan upacara di waktu yang tepat.

Kondisi ini membuat jantung kru di darat betul-betul berdebar kencang. Bagaimana tidak, mereka harus menyelaraskan waktu melintasnya pesawat dengan upacara di Istana Negara. Jika ke-32 pesawat melintas terlalu lama setelah para pengibar bendera melaksanakan tugasnya maka akan ada jeda waktu yang kosong cukup panjang. Dari sisi pertunjukkan tentu hal ini kurang baik. Sebaliknya, jika mereka melintas sebelum pasukan pengibar bendera menunaikan tugasnya, bisa dibilang misi Foxtrot Flight gagal.

“Hitungannya bukan menit lagi, tapi detik. Semua harus pas, meleset sedikit bisa habis kami,” ujar salah satu kru darat yang terus memantau radio komunikasi di Terminal Selatan saat gladi bersih 15 Agustus lalu. (Remigius Septian)

The Frogman Kopaska

kopaska-8
Salah satu alternatif penyelesaian upaya pengembalian Irian Barat ke wilayah RI adalah dengan kekerasan. Apabila hal itu terjadi tidak mustahil bahwa TNI- AL ( ALRI) dituntut untuk menyiapkan manusia-manusia katak (Frog Man), maka pada tahun 1954 dilaksanakan “Kursus Frog Man” di Dinas Ranjau KDMS, yang diprakarsai oleh Kapt. Dch. Iskak (waktu itu menjabat kepala dinas OPH) dan menghasilkan 4 (empat) orang manusia katak dengan kemampuan teknik peperangan laut khusus yaitu selam tempur, UDT (Underwater Demolition Team), infiltrasi lewat laut dan pengamatan pantai, berkualifikasi 4 media yaitu darat, laut dan udara serta bawah air.
Kemampuan bawah air inilah “kesaktian utama” para manusia katak tempur di seluruh dunia. Sesuai namanya Kopaska adalah “biang” nya segala metode pertempuran yang berbau “air”. Semua pasukan khusus AD, AU dan AL yang mendalami ilmu tempur bawah air pasti akan berurusan dengan satuan elit AL berbaret biru tua ini.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kepala Staf Angkatan Laut no Skep. M/KSAL 5401.13 tanggal 31 Maret 1962 dibentuk dan diresmikan Komando Pasukan Katak disingkat “KOPASKA” dengan komandan yang pertama Letkol Laut OP Koesno. Saat itu didemostrasikan kemampuan UDT dan pembersihan ranjau di depan presiden di dermaga ujung Surabaya. Bung Karno nampak puas dengan kemampuan Kopaska itu. Padahal sesungguhnya, komposisi prajurit pasukan katak sebagai satuan tempur belum sempurna. Masih kurang beberapa puluh personel lagi mencapai jumlah personel yang cukup untuk melaksanakan perintah operasi yang dibebankan pada Kopaska.
Maka dari itu Kopaska saat itu mendidik pasukan hingga 3 angkatan yaitu : angkatan I adalah calon korps pelatih pasukan katak. Angkatan II sebagai anggota unit tempur yang diambil dari anggota ALRI yang minimal 2 tahun pernah bertugas di kapal perang. Dan Angkatan III adalah 3 peleton anggota RPKAD yang dilatih menjadi “frog man”.
Komando Pasukan Katak adalah pasukan khusus berkualifikasi komando dan ke –paska – an yang menempati hirarki tertinggi dalam lingkungan kombatan di TNI – AL bersama dengan “saudara” nya yaitu Yon Taifib di Korps Marinir. Hal ini dikarenakan untuk menjadi anggota pasukan katak harus mempunyai kemampuan diatas rata – rata Dan bisa bergerak secara individual. TNI – AL tidak main – main dalam merekrut para prajurit baru di satuan elit berbaret biru tua ini. Standart yang tinggi, pengalaman bertugas di KRI dan IQ diatas rata – rata adalah syarat mutlak seorang prajurit KOPASKA. Kopaska juga bergerak atas perintah langsung Panglima TNI.
Satuan Kopaska saat ini bernaung di bawah Komando Armada (Barat dan Timur). Masing – masing dipimpin oleh seorang Kolonel/Letkol senior dari berbagai korps dalam TNI AL yang duluya juga pernah menempuh pendidikan Kopaska. Wakil Danpaska adalah Letkol dan detasemen dibawahnya dipimpin oleh seorang Mayor atau Kapten. Diharapkan untuk masa yang akan datang Kopaska mempunyai satu orang komandan pusat SATPASKA berpangkat Laksamana Pertama. Dengan adanya sistem terpusat seperti itu maka terciptalah satu komando pusat sehingga terciptalah keselarasan dan kebijakan mengenai latihan, persenjataan, peralatan yang ter integrasi antara satpaska yang bertempat di Armatim dan Armabar. Kopaska juga akan resmi menyandang gelar pasukan komando.
Hanya prajurit matra laut yang mempunyai standar di atas rata – rata dan kemampuan fisik prima yang dapat menjadi anggota Kopaska. Dan di lingkungan matra laut terdapat fakta hanya segelintir prajurit yang mampu bertahan dan lulus dari pendidikan pasukan katak di Sepaskal KODIKAL Surabaya ini. Sedikitnya calon yang lulus dalam pendidikan ini menandakan bahwa TNI – AL tidak sembarangan merekrut prajurit Kopaska. Karena tugas yang diemban Kopaska bisa dikatakan sangat berat dan mencakup wahana empat media (darat, laut, udara dan bawah air) sesuai kodratnya sebagai pasukan amfibi.
kopaska-tni
Persyaratan Calon Prajurit Kopaska :
Anggota TNI AL (Non anggota Korps Marinir)
Berdinas minimum 2 thn di KRI / Kapal Perang RI
Lulus Kesamaptaan (standart pasukan khusus TNI)
Lulus Tes Berenang (militer, gaya katak dan gaya bebas)
Lulus Tes Ketahanan Air
Lulus Psikotest khusus
Lulus Wawancara dan Secara sadar mengikuti tes dan pendidikan tanpa paksaan siapapun.
Mempunyai wawasan luas baik militer atau umum dan kemampuan mengoperasikan peralatan tempur dan senjata dengan baik
Setelah lulus penyaringan dan mendapat perintah untuk menempuh dikbrevet paska, maka calon diberangkatkan ke Sepaskal Kodikal TNI AL Surabaya. Di sana tes terakhir mencakup keseluruhan materi tes bagi para calon. Yang tidak lulus akan dikembalikan ke satuan asalnya.
Pendidikan Kopaska memakan waktu hampir 10 bulan terbagi atas beberapa tahap yang meliputi teori dan praktek lapangan baik di darat dan laut.
Materi pendidikan Kopaska terdiri atas :
Akademik Paska
Kepaskaan
Dik Komando (telah melaksanakan sendiri, sebelumnya bergabung dengan Marinir)
Terjun (Static dan AFF). Setelah melaksanakan terjun dasar mendarat di darat selanjutnya adalah spesialisasi kemampuan terjun ( statik & free fall) untuk mendarat di rig-rig lepas pantai dan laut.
Inteligen Tempur
Sabotase dan kontra sabotase
Demolisi bawah air
Latihan pemantapan (berganda)
Pendidikan Komando Kopaska sebenarnya berkiblat pada metode pendidikan Komando Kopassus dan telah dilaksanakan sendiri oleh Kopaska selain materi pendidikan komando ala Marinir. Sampai saat ini biasanya ada pelatih dari Batujajar yang datang bertandang atau diundang untuk melatih di Kopaska. Hal terkait dengan sejarah dimana anggota awal Kopaska (angkatan III) adalah 3 peleton anggota RPKAD pada tahun 60-an ketika Operasi Trikora didengungkan. Para Kopaska “dadakan” inilah yang akan menjebol lambung kapal induk Belanda Karel Doorman dengan menggunakan Torpedo Berjiwa. Mereka kembali ke RPKAD pada tahun 1964.
Pendidikan Kopaska diawali dengan indoktrinasi dan gemblengan fisik yang membuat lelah luar biasa terutama otot kaki. Maklum kesaktian utama pasukan katak adalah menyelam dan bertempur dibawah air. Masa latihan pertama selama 1,5 bulan itu diakhiri dengan “Hell Week” yang sangat menguras tenaga karena para siswa baik Pa, Ba dan Ta digojlok sama standard pasukan khusus. Mereka selalu dikejutkan dengan kegiatan tiba – tiba dan tak terduga. Seperti renang laut di tengah malam, senam perahu karet, dayung, tidur sebentar lantas 10 menit kemudian para siswa disuruh melakukan halang rintang, push up dan pull up atau digebuki oleh para pelatih untuk melatih mental serta ujian lisan tentang teori yang telah diberikan. Itu hanya untuk membuktikan bahwa seseorang bisa berpikir 10 kali lipat dalam keadaan terdesak dan tantangannya adalah bagaimana caranya bisa berpikir seperti itu secara sadar dan tidak gegabah. Karena itulah hakikat sebuah pasukan khusus yang bisa menyelesaikan misinya dengan cepat, tuntas dan rapi.
Fase selanjutnya adalah pembinaan kelas selama 2,5 bulan plus sebulan praktek. Teori yang didapat antara lain adalah : pengintaian pantai, demolisi dan sabotase. Daerah latihan Kopaska pada ini adalah seputar pantai wilayah gresik atau pantai di daerah Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo. Tapi jangan kira walaupun pembinaan kelas, para siswa tetap diwajibkan lari dan berenang baik dalam kolam maupun laut.
Tahap berikutnya adalah materi pendidikan komando. Pada tahap inilah para calon pasukan katak dihadapkan pada materi perang darat dan unconventional warfare pada beberapa sub materi yaitu : Perang Hutan, Perang Jarak Dekat, Navigasi, Sea and Jungle Survival, Baca peta, pengenalan berbagai senjata api, daki serbu, mounteenering, Combat SAR dan intelijen tempur serta beladiri tangan kosong. Pasukan Katak menggunakan regu berjumlah 7 personel dalam setiap aksinya namun jangan salah, mereka dilatih juga secara individual untuk sabotase dan penyusupan yang memang tidak bisa dilaksanakan keroyokan. Biasanya ada pelatih dari Kopassus yang ikut melatih di tahap ini untuk menjaga kualitas lulusan. Materi Komando Kopaska dijalani selama 4 bulan dengan pemadatan dan penyesuaian materi sesuai keperluan Kopaska. Disini juga terdapat materi pelolosan dan Kamp tawanan yang membikin bulu kuduk merinding karena sangat brutal dan tak kenal ampun. Sebab apabila ndak punya mental baja, siksaan fisik bertubi – tubi dari pelatih yang berperan sebagai musuh apabila si siswa tertangkap… alamat calon Kopaska tidak lulus dari pendidikan.
Lulus dari tahap komando, selanjutnya siswa Kopaska dikirim ke sekolah para untuk mempelajari dasar terjun payung militer. Pendidikan ini bisa ditempuh di Sekolah Para Korps Marinir Gunung Sari Surabaya. Bisa juga di tempuh di Sekolah Para Pusdik Kopassus Batu Jajar Bandung atau Sekolah Para TNI AU di WING III Diklat Paskhas AU Lanud Sulaiman Bandung. Namun biasanya pendidikan sering dilakukan di Sekolah Para Korps Marinir. Dalam latihan ini para calon di latih selama 3 minggu yang meliputi : Ground Training (mengenal parasut, melipat dan memperbaiki, cara pendaratan yang benar dan latihan loncat dari menara 34 kaki), Latihan loncat dari menara 250 kaki, dan 1 minggu praktek (3 kali terjun tanpa perlengkapan, 1 kali terjun siang full gear dan 1 kali terjun malam full gear). Setelah lulus mereka berhak mendapat brevet para dasar (non marinir) yang biasanya disematkan di kantong sebelah kiri PDH / PDL. Mereka terjun dengan pesawat angkut milik PENERBAL (Penerbangan Angkatan Laut) di Lanudal Juanda Surabaya.
Tahap berikutnya adalah sabotase, kontra sabotase dan intelijen tempur. Materi yang menekankan pada konsep “blue jins soldier” ini dilakukan selama 2 bulan sebagai lanjutan materi serupa yang telah mereka terima pada tahap Komando. Mereka harus bisa mendata, mencari tau berapa komposisi jumlah musuh, kapan saat lengah, demografi, menggalang simpatisan, dan waktu yang tepat untuk operasi raid. Yang pasti tanpa tidak diketahui musuh. Walaupun kelihatannya sederhana namun sesungguhnya apabila si calon tidak menguasai benar ilmu yang telah didapat sebelumnya, maka dipastikan dalam tahap ini akan menemui kesulitan dan gugur karena setiap personel melakukan tugasnya sendiri – sendiri.
Tahap terakhir dari pendidikan Kopaska adalah pendidikan Underwater Demolition Team (UDT). Inilah kesaktian pamungkas sekaligus ciri khas pasukan katak di seluruh dunia. Tehnik menjinakkan ranjau, patroli pantai, renang rintis, penyelaman laut dalam, selam dengan Scuba Close Circuit, sabotase kapal musuh dengan torpedo berjiwa, dan raid dalam laut dipelajari disini. Karena pendidikan ini adalah bagian akhir dari dikma brevet paska, pelatih mengadakan latihan berganda yang mencakup keseluruhan materi yang pernah diberikan pada juga tahap ini. Latihan ini sering mengambil tempat di Puslatpur Marinir Grati Pasuruan sebab pada waktu yang sama, Puslatpur Marinir di Karang Tekok biasanya sedang mengadakan pendidikan bagi calon Marinir baru untuk mendapatkan brevet Komando Hutan selama 2 bulan. Akhir dari pendidikan Kopaska yang hampir 1 tahun itu ditandai dengan digelarnya operasi amfibi khusus, demo UDT, Infiltrasi, raid amfibi dan keahlian lain yang dimiliki pasukan katak TNI – AL ini didepan para petinggi TNI AL.
kopaska-7
Pasukan Katak “muda” ini berhak atas baret biru Kopaska, Brevet Manusia Katak, Brevet Para Dasar (bentuk brevet disesuaikan dengan dimana mereka menempuh sekolah para dasar), brevet menembak TNI – AL, Brevet Selam TNI AL, Brevet renang selat dan brevet lainnya yang berhak mereka kenakan di dalam dinas. Juga PDL loreng baru Kopaska. Sebagai awal, mereka akan ditempatkan di detasemen latih yang ada di Armabar dan Armatim selama setahun. Untuk selanjutnya bisa menempuh pendidikan spesialisasi (master/tingkat madya) di bidang masing – masing minimal setelah 2 – 3 tahun bertugas di Kopaska. Biasanya walaupun bukan merupakan sebuah korps, para frogmens ini menyisipkan kata “Katak” sebagai gelar kecabangan / keahlian pada pangkatnya.
Karir seorang frogman di jajaran pasukan katak atau setelah lepas dari satuannya bisa berkembang sebagai pelatih selam baik militer maupun sipil, tenaga selam pada satuan SAR dan memegang jabatan vital lainnya yang sesuai dengan latar belakang kelimuan sebagai pasukan katak dan kepangkatannya. Pada saat di satuan semua anggota Kopaska berhak melanjutkan dan mengembangkan keahlian yang telah dimiliki dengan mengikuti pendidikan, sekolah atau kursus yang disesuaikan dengan kebutuhan orgaisasi sampai dengan tingkat master (madya) : Menembak tepat tingkat jitu, supervisor selam, Jumpmaster, pelatih jasmani, pelatih komando, beach master, pendidikan intelijen tempur, penanggulangan teror, sabotase dan keadministrasian militer serta lain lain. Pendidikan, sekolah atau kursus dapat ditempuh di Pusdik milik TNI AL sendiri atau milik TNI AD dan TNI AU bahkan diluar negeri. Bahkan ada Bintara Kopaska ada yang pernah mengikuti pendidikan pilot TNI AL dan kemudian menjadi pilot PENERBAL. Seorang prajurit Kopaska bisa juga berkarir di luar kedinasan sebagai pelatih selam dan renang untuk umum. Perwira Kopaska (utamanya dari AAL) bisa berkarir sampai dengan pangkat Laksamana (Jenderal AL) sama seperti perwira Marinir atau korps lainnya di jajaran TNI AL.
Kopaska menerapkan standart yang hampir sama dengan Kopassus di bidang kesemaptaan dan kemiliteran apabila ada anggota yang ingin menempuh sekolah Caba atau Capa. Saking dekatnya, lipatan baju loreng (PDL) satuan Kopaska diseragamkan dengan lipatan PDL TNI AD dan TNI AU (lipatan keluar). Kopaska sering berlatih dengan para “saudara” nya di Kopassus, Korpaskhasau dan Taifib Korps Marinir. Bahkan sekarang mereka kerap berlatih bersama Terutama di materi jungle warfare, penanggulangan teror, UDT, penjinakan bahan peledak, pembersihan ranjau juga penerjunan perahu pada operasi salvage atau Combat Free Fall. Kopaska juga mempelajari tehnik gelar pasukan lintas heli, operasi dalpur, hanlan dan OP3UD yang didapat dari paskhas di TNI AU. Sebab TNI AL juga punya pangkalan udara yang membutuhkan pengamanan ekstra ketat. Anggota Kopaska pilihan dapat bergabung dengan paspampres untuk melakukan pengamanan VIP/VVIP atau bergabung dalam detasemen anti teror Kopaska. Bisa juga bergabung dengan Marinir di Detasemen Jala Mengkara.
Rentang penugasan Kopaska cukup panjang. Dimulai dari tahun 1962 sejak berdiri, Agenda penugasan Kopaska terbilang padat. Mulai operasi infiltrasi, sabotase, pengamanan KRI, operasi tempur bawah air dan mempersiapkan daerah pendaratan, hingga menjebol kapal induk Belanda Karel Doorman dengan torpedo berjiwa. Bahkan segelintir pasukan katak “jemput bola” di terusan Suez dan terusan Panama untuk menghancurkan Karel Doorman. Dimasa Dwikora, Kopaska ditugasi menyusup ke Singapura untuk menghancurkan beberapa target penting. Bahkan operasi pembersihan ranjau yang harus dilakoni Kopaska adalah dari Sabang sampai Sulawesi.
kopaska-5
Dimasa orde baru Kopaska didaulat merintis sebuah pasukan sejenis untuk negara yang dulu adalah “TO” nya TNI. Yaitu Malaysia. Pasukan ini dinamai Pasukan Khas Laut (PASKAL TLDM). Kopaska juga bertugas sebagai bagian dari kontingen Garuda. Dalam operasi Seroja, Anggota Kopaska dan Intelijen Kopassus yang tergabung dalam 1 detasemen menyelinap di garis belakang lawan mulai tahun 1973 mencari data, informasi dan menggalang massa serta membangun jaringan intelijen. Mungkin nama Kopaska jarang dikenal karena memang jarang sekali terlibat kontak senjata terbuka dengan musuh. Kerahasiaan mereka dipegang teguh dalam setiap aksinya. Kopaska aktif dalam setiap latihan gabungan ABRI / TNI dan menjalankan fungsi asasinya secara konsisten
Kopaska sering diserahi tugas mendidik pasukan khusus lain dalam TNI mengenai ilmu tempur khusus kelautan. Pasukan khusus berskala peleton yang dilatih Kopaska adalah Ton Tai Pur KOSTRAD dan unit khusus penanggulangan teror Paspampres. Untuk Paspampres biasanya yang diajarkan adalah materi pengamanan bawah air. Ketika berlatih bersama U.S. Navy Seal, Kopaska dan tim dari pasukan khusus TNI lainnya mengeruk ilmu sebanyak – banyaknya. Tentang ilmu Naval Special Warfare ataupun lainnya. Medan yang digunakan bisa di daerah latihan Satpaska Armabar atau Armatim. Inovasi dan kemampuan Kopaska semakin terasah dengan baik.
Dalam operasi pemulihan keamanan di NAD, Kopaska termasuk pasukan yang menyusup pertama kali untuk mengamati daerah pantai, menyiapkan rambu pantai, menyiapkan daerah pendaratan dan mengumpulkan data intelijen. Karena mereka selalu bergerak dalam unit kecil, maka jarang sekali nama Kopaska terdengar pada berita yang ada di media cetak maupun televisi. Penyerbuan basis GAM di P. Nasi tanpa korban di pihak TNI sesungguhnya adalah buah kesuksesan Kopaska dari pengamatan ber bulan bulan. P. Nasi yang tempatnya berada disebelah utara NAD adalah penyimpanan senjata selundupan GAM. Kopaska, Taifib Marinir dan Kopassus langsung menyerbu pulau itu dikala GAM tengah lengah. Hasilnya memang ada gudang penyimpanan senjata selundupan yang digunakan AGAM untuk merongrong NKRI dan masyarakat. Senjata ini biasanya langsung dikirim dari Swedia sebagai basis GAM diluar negeri.
Kopaska baik di Satpaska Armatim maupun Armabar masing – masing mempunyai 1 detasemen berkualifikasi anti teror / penanggulangan teror yang khusus ditugasi untuk memberangus para teroris terutama di lautan, bajak laut yang membajak kapal niaga, ring lepas pantai dan pulau – pulau di tengah laut yang memiliki objek vital dan operasi khusus sesuai perintah Panglima TNI. Untuk menjadi anggota Detasemen Khusus ini seorang anggota Kopaska harus sudah berdinas minimal 3 tahun, minimal sekali bertugas tempur dan mempunyai minimal 3 keahlian spesialisasi tingkat II (muda) di bidang menembak, selam, terjun payung dan kelautan. Pendidikan anti teror Kopaska armatim dan Armabar dijadikan satu. Khusus mendalami materi perang darat, CQB, persenjataan dan lintas udara mereka bisa pula dikirim ke Sepursus Pusdik Passus. Sedang mendalami kemampuan tempur yang berbau “air asin” yang memang “khas” nya Kopaska, personel pilihan ini dididik di SEPASKAL dengan materi pendalaman selam tempur, renang dengan tangan dan kaki terikat sejauh 3 km, intelijen, sabotase dan CQB di kapal, kilang minyak lepas pantai, Water Jump, operasi raid di rawa, laut, sungai dan pantai plus metode dan tehnik pengamanan VIP / VVIP. Pendidikan selama 5 bulan itu ditutup dengan ujian final terhadap semua materi yang telah diberikan dan penyematan brevet anti teror TNI AL oleh KSAL atau yang mewakili. Dalam perkembangannya, Korps Marinir mengembangkan unit serupa yang dinamai Detasemen Jala Mengkara yang memasukkan personel Kopaska sebagai salah satu unsurnya disamping personel Intai Amfibi Marinir. Pendidikan calon anggota Den Jaka dikenal dengan PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut) yang dijalani selama 6 bulan. Biasanya personel Kopaska yang tergabung dalam unit anti teror memakai brevet Naval Special Warfare yang sama persis bentuknya dengan brevet US Navy Seals.
Kopaska juga telah mengembangkan modifikasi tehnologi torpedo berjiwa (yang disebut KTBA : Kendaraan Tempur Bawah Air) yang digunakan untuk menjebol lambung kapal perang musuh yang diluncurkan dari kapal selam. Dengan kombinasi Sea Raider dan manusia katak tempur berkualifikasi lengkap, maka tidak ada lagi rintangan yang tidak bisa dilewati. (by Pocong Syereem).
“Tan Hana Wighna Tan Sirna”
“Jalesveva Jayamahe”