Sabtu, 06 September 2014

Merah Putih di MBT Leopard Tiba di Surabaya

Perjalanan sang Merah Putih di MBT Leopard 2 dari Jerman berakhir di Surabaya. Melalui sebuah upacara sederhana, Sang Merah Putih akhirnya sampai di tangan prajurit kavaleri di tanah air. Bendera mungil itu kini diserahterimakan kepada Komandan Batalyon kavaleri 8 Kostrad, Letkol Kav. Valian Wicaksono. Ini sekaligus menandakan bahwa sang Macan telah tiba dengan selamat di Surabaya Jawa timur.


Tank Leopard itu sendiri tiba di Surabaya Jawa timur pada Sabtu (06/09) dini hari sekitar pukul 03:00. Sebanyak 24 MBT Leopard 2 dan 28 IFV Marder satu persatu turun di Dermaga  Zamrud Surabaya. Selanjutnya Tank ini akan ikut berpartisipasi di HUT TNI yang upacaranya akan digelar di Markas Armada Timur TNI-AL Surabaya pada 7 Oktober nanti.
Nah, kini tugas dari prajurit Kavaleri memeriksa kelengkapan dan kelaikan seluruh tank itu. Sembari tentunya tak lupa menyiapkan personel yang akan mengawaki. Bravo...!!




ARC. 

[Video] Insiden Peluncuran KRI Teluk Bintuni

Bunyi sirine meraung keras. Sejurus kemudian, ratusan pekerja berhamburan. Sementara KRI Teluk Bintuni meluncur deras tak tertahankan. Demikianlah situasi saat menjelang peluncuruan KRI Teluk Bintuni di galangan PT. Daya Radar Utama, Lampung. Dari video yang diperoleh ARC, terlihat kepanikan dari ratusan pekerja. Meski tak ada korban tewas, 2 orang pekerja tampak shock dan kemungkinan terluka.
(photo: Saibumi)

KRI Teluk Bintuni pun akhirnya terhenti dan kandas di perairan dangkal. Sejumlah pekerja tampak mencari rekan mereka yang diduga terjepit di bawah kapal. Untungnya, tidak ada pekerja yang terjepit.
Dari dugaan sementara, insiden ini terjadi lantaran tali baja penahan kapal terputus. Pihak DRU sendiri menyatakan peluncuran kapal perang ini sudah sesuai prosedur. Putusnya tali baja itu sendiri hingga kini belum diketahui penyebabnya.
KRI Teluk Bintuni merupakan kapal pertama dari jenis Landing Ship Tank yang dibuat di dalam negeri. Kemenhan total memesan 3 unit LST sekelas ini yang dikerjakan oleh PT. Dok Kodja Bahari dan PT. Daya radar utama. LST ini dikhususkan untuk mengangkut tank tempur Leopard 2 pesanan TNI-AD.


Skyshield TNI-AU Tiba

Rabu (03/05) tengah malam, sistem pertahanan udara terbaru milik TNI-AU akhirnya tiba di tanah air. Sebanyak 8 set sistem hanud Oerlikon Skyshield ini nantinya akan menggantikan meriam lawas Triple Gun yang sudah lama mengabdi.

(photo: PT.Alam Indomesin Utama)

Foto-foto kedatangan meriam canggih ini terungkap dari media sosial, yaitu di laman PT. Alam Indomesin Utama. Perusahaan ini bertanggung jawab atas pengiriman dan pengintegrasian sistem hanud tersebut. Selain itu, PT. Alam Indomesin Utama juga bertanggung jawab atas pelatihan operasional Oerlikon Skyshield.Meriam perisai udara itu dipesan Kementerian Pertahanan dengan harga US$ 202 juta. Awalnya direncanakan Skyshield tiba di tanah air pada 2015. Namun ternyata bisa dipercepat yaitu pada September 2014.

(photo: PT.Alam Indomesin Utama)

Oerlikon Skyshield menggunakan meriam berkaliber 35 milimeter yang efektif untuk anti-serangan udara jarak pendek. Kemampuan meriam memuntahkan 1.000 peluru dalam satu menit dianggap efektif menghancurkan ancaman pesawat tempur dan rudal musuh. Kemampuan Oerlikon Skyshield semakin mumpuni jika menggunakan amunisi khusus buatan Rheinmetall bernama Advanced Hit Efficiency and Destruction (AHEAD). Jika ditembakkan, peluru ini mampu menyebar membentuk perisai, sehingga presisi tepat sasaran mencapai lebih dari 90 persen.

(photo: PT.Alam Indomesin Utama)

ARC. 

Tiap Pulau Dijaga 15 Personel Baret Ungu

tiap-pulau-dijaga-15-personel-baret-ungu
AMANKAN WILAYAH: Marinir tak hanya menjaga teritori di pulau terluar Papua, tapi juga menjaga rasa cinta tanah air warga setempat.

Wilayah utara Raja Ampat menjadi serambi terdepan NKRI. Kepulauan itu berbatasan langsung dengan negara tetangga Republik Palau dan Filipina. Wartawan grup media ini, Suryo Eko Prasetyo, ikut dalam patroli menggunakan pesawat TNI-AL dalam rangkaian Sail Raja Ampat atas undangan Armatim akhir Agustus 2014.
Berada di Kepulauan Raja Ampat tidak lengkap jika tidak ke pulau terluar di Papua Barat. Di utara wilayah pemerintahan kabupaten itu terbentang gugusan kepulauan di bibir Samudra Pasifik yang berbatasan dengan Negara Palau dan sebagian Filipina.
Berdasarkan peta Dinas Hidro Oseanografi Mabes TNI-AL, sedikitnya ada tiga pulau terluar utara Raja Ampat sebagai pintu masuk Indonesia di timur laut.
Tiga pulau terluar itu di antaranya Pulau Fani, Pulau Fanildo, dan Pulau Bras. Pulau itu terdiri berbagai distrik (semacam kecamatan). Antara lain Distrik Kepulauan Ayau, Waigeo Barat, dan Waigeo Utara.
Wilayah tersebut punya arti penting bagi NKRI. Potensi perikanan maupun hasil laut dapat menarik minat asing masuk wilayah tersebut tanpa prosedur resmi. Hal itu membuat pemerintah saling berbagi tugas dalam mengawasi pulau terluar.
Salah satu tugas dipercayakan kepada prajurit TNI dalam menjaga kedaulatan. “Kami selalu mendukung TNI-AL dalam melakukan pengamanan di pulau terluar,” tegas Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada media ini dalam penerbangan menggunakan Cassa U-615 di bawah jajaran Pusat Penerbangan TNI-AL.
Pesawat transportasi taktis itu bertolak dari Bandara Domine Eduard Osok, Sorong Jumat (22/8) pukul 07.30 WIT. Turut dalam patroli, Kepala Staf TNI-AL Laksamana TNI Marsetio, Asisten Operasi KSAL Laksda TNI Arief Rudianto, Kepala Biro TU Setjen Kemhan Brigjen TNI Ida Bagus Purwalaksana, dan Perwira Pembantu Dukungan Operasi Staf Operasi AL Kolonel Marinir Ketut Suarya.
Pengamanan berupa penempatan satuan tugas pulau terluar dari prajurit Korps Marinir. Di setiap pulau ditempatkan satu tim prajurit baret ungu mencapai 15 personel. “Setiap enam bulan sekali dilakukan pergeseran satgas,” sambung Marsetio.
Bagi Perwira Staf Operasi Puspenerbal Kolonel Laut (P) Edwin, kepulauan terluar menjadi habitat ikan yang menjadi buruan banyak pihak. Terutama di lingkungan status ekonomi sosial atas. “Banyak ikan napoleon yang harganya mahal berkembang di kawasan itu,” terang Edwin. Melalui patroli maritim secara berkala, jajarannya berkoordinasi dengan satgas Marinir setempat maupun unsur pangkalan TNI-AL terdekat untuk melakukan penindakan.
“Kami akan kontak ke pangkalan terdekat kalau ada yang mencurigakan berdasarkan pengamatan dari udara,” lanjut mantan Komandan Pangkalan AL Tanjung Balai Karimun itu.
Dari laporan dan data titik koordinat pihak yang dicurigai itu, pangkalan terdekat mengerahkan armada kapal cepat untuk melakukan penindakan. Kerugian negara dari pelanggaran seperti pencurian ikan maupun pencurian kandungan mineral bumi dapat diantisipasi.
Bukan rahasia lagi Raja Ampat juga menyimpan potensi tambang. Seperti nikel di Waigeo, batu bara dan minyak gas di Pulau Salawati, emas dan bahan baku semen di Pulau Batanta serta Misool.
Jarak antarpulau yang berjauhan membuat aparat harus kerja ekstra dalam melakukan pengawasan. Seperti jarak Pulau Fani dengan Bandara Marinda di Waisai, ibu kota Raja Ampat, menurut Edwin mencapai 120 mil atau sekitar 193 kilometer (1 mil setara 1,609 kilometer).
Penempatan Marinir di pulau terluar menjadi upaya menjaga kedaulatan di titik nol Merah Putih. Ketut menceritakan, marinir yang ditempatkan di perbatasan itu diberangkatkan dari Pos AL Waisei. Membayangkan berlayar menggunakan kapal ke pulau terluar jelas berat. Perjalanan tidak bisa dibilang mudah karena perairan yang diseberangi merupakan pertemuan arus antara Samudra Pasifik dan Laut Tiongkok Selatan.
Kapal patroli tidak bisa merapat ke Pulau Fani karena terdapat banyak karang. Persis di selatan pulau itu terdapat Pulau Igi dan Pulau Miarin. Untuk mengakses antarpulau tersebut, prajurit membuat jembatan dari kayu. Ketika pesawat yang saya tumpangi melintas di atasnya, kondisi laut di sekitar pulau tersebut sedang surut. Perahu yang hendak mendekat harus lego jangkar agak menjauh. “Kapal bisa kandas terkena karang,” terang alumnus Sesko TNI terbaik itu.
Di beberapa sudut lain tampak kapal-kapal nelayan berjajar di permukiman tidak tetap. Meski dimensi panjang Pulau Fani dan dua pulau di sebelahnya tidak lebih dari 1 kilometer, di bagian tengahnya tumbuh belantara hijau.
Hutan tersebut terasa kurang familier bagi yang tidak punya kelebihan daya tahan badan. Malaria yang ditularkan nyamuk menjadi ancaman bagi yang tidak menyiapkan tindakan preventif mengonsumsi pil kina maupun lotion antinyamuk.
Pada rangkaian kegiatan operasi Surya Bhaskara Jaya (SBJ) di Papua Barat, seorang anggota Marinir kedapatan dirawat di KRI dr Soeharso yang sempat sandar di Waisei. Personel itu didiagnosis terserang malaria setelah bertugas di pulau terluar tersebut.
Kapal rumah sakit apung yang bermarkas di Armatim Surabaya itu juga melakukan operasi di Pulau Mutus, kawasan terluar di Waigeo Barat.
Letak geografis pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga turut mendorong Pemkab Raja Ampat mendesak pemerintah pusat agar mempercepat pembangunan wilayah perbatasan. Selama ini pemberdayaan ekonomi maupun infrastruktur di kawasan terluar untuk memperkokoh nilai tawar di mata negara tetangga belum optimal.
Begitu pula di bidang pendidikan. Sejumlah institusi menerjunkan relawan guru maupun sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Dorongan agar pulau-pulau tersebut menjadi daerah otonom belum terealisasi. Sebagaimana disampaikan staf ahli pemerintahan Pemkab Raja Ampat I Nyoman Jaya, pemekaran pulau terluar menjadi Kabupaten Raja Ampat Utara sudah diusulkan sejak 2011.
Pemkab di bawah kepemimpinan Bupati Marcus Wanma menyiapkan tahapan untuk persyaratan pemekaran. Salah satunya berupa pelepasan tanah adat seluas 1.000 hektare di Waigeo Utara hingga melengkapi data-data maupun persyaratan lain. ’’Masyarakat turut menyambut rencana baik pemekaran itu,’’ tuturnya.
Nyoman berharap dari pemekaran pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain dapat memperpendek rentang permasalahan. Pria keturunan Bali itu mengibaratkan pemekaran sebagai membangun serambi negara. ’’Kejahatan di laut maupun kerugian negara yang ditimbulkan bisa diminimalisasi,’’ tukas Nyoman. (www.kaltimpost.co.id)

SBY akan Inspeksi Langsung KRI Teluk Bintuni

Kapal khusus angkut tank KRI Teluk Bintuni | Saryah M. Sitopu / Saibumi.com
Kapal khusus angkut tank KRI Teluk Bintuni | Saryah M. Sitopu / Saibumi.com
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ternyata menaruh perhatian besar terhadap keberadaan kapal khusus angkut tank KRI Teluk Bintuni buatan PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung. Hal tersebut Saibumi.com simpulkan dari penjelasan dua anggota Satgas Letkol Haris Punomo (40) dan Mayor Yan Saragih (35).
“Bapak Presiden memang sudah memprogramkan untuk sistem pertahanan dan keamanan negara kita menggunakan produk asli buatan dalam negeri. Juga dengan memakai bahan-bahan yang dihasilkan oleh negara kita sendiri. Jadi, dengan selesainya KRI Teluk Bintuni ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Bapak Presiden,” kata Letkol Haris Punomo.
Lebih lanjut Mayor Yan Saragih mengatakan KRI Teluk Bintuni sudah dijadwalkan meninggalkan galangan kapal PT DRU Lampung yang berada di KM 12 Srengsem Panjang pada 25 September 2014. “Rencana berangkat malam dari galangan kapal PT DRU Lampung. Menuju Jakarta dahulu. Soalnya Bapak Presiden SBY mau melihat langsung dulu kapal ini. Mau diinspeksi dulu. Kemudian tanggal 28 September 2014 dijadwalkan untuk dimuat 10 tank Leopard. Baru berangkat ke Surabaya. Jadi kapal dalam kondisi full loaded menuju Surabaya,” jelas Yan Saragih rinci.
Disebut full loaded karena keberadaan sepuluh tank jenis Leopard milik Angkatan Darat yang didatangkan dari Jerman tersebut menambah sistem persenjataan yang sudah dipasang saat KRI Teluk Bintuni meninggalkan Lampung.
Saat HUT TNI 7 Oktober 2014 (seharusnya pada 5 Oktober 2014, hanya karena tahun ini bertepatan dengan Perayaan Idul Adha, acara HUT TNI dimundurkan), KRI Teluk Bintuni menjadi maskot dalam parade kapal perang yang akan melintas didepan Presiden SBY dan tamu-tamu besar lainnya. “Setiap kapal perang itu ada hirarkinya. Kapal perang ini akan jadi maskot untuk kapal pertahanan khusus yang diproduksi oleh dalam negeri. Nah, sebelum ikut dalam parade, KRI Teluk Bintuni dan para ABK dijadwalkan ikut latihan membentuk formasi yang akan ditampilkan saat parade didepan Presiden SBY,” jelas Haris lagi. (www.saibumi.com)

Pembangunan Pangkalan Militer Dipastikan 2015

mercusuar-malaysia-berwarna-merah-putih_663_382
Tentara Nasional Indonesia (TNI) memastikan pembangunan pangkalan militer untuk mengamankan Tanjung Datu yang berada di ujung barat laut pulau Kalimantan itu, pada awal 2015.
Panglima TNI Moeldoko mengungkapkan, pembangunan pangkalan militer di wilayah yang rawan diserobot negera lain, sudah dimatangkan. Apalagi belum lama ini, TNI memperingatkan Malaysia untuk menghentikan pembangunan tiang mercusuar di kawasan itu.
“Pangkalan militer mulai 2015 dibangun,” katanya usai pengarahan peserta Apel Komandan Satuan (Dansat) TNI AD se-Indonesia di Markas Batalyon Infanteri 413/Bremoro Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Rabu (3/9).
Menurut Moeldoko, pembangunan pangkalan militer untuk mengamankan wilayah perbatasan laut dan darat di Kalimantan Barat itu. Pembangunan realistis dilakukan, karena pada 2015 TNI diberikan porsi oleh APBN yakni Rp 95 triliun. Karena anggaran itu, tidak hanya untuk penambahan alutsista (alat utama sistem senjata) dan pembangunan sumber daya manusia (SDM).
“Ya demi pertahanan Indonesia yang lebih kuat. Kami tak ingin Tanjung Datu bergejolak diserobot negara lain,” papar dia.
Lebih lanjut lulusan terbaik Akabri 1981 itu menjelaskan, untuk pertahanan laut dan darat di area Tanjung Datu, akan ditempatkan batalyon di kawasan tersebut. Tak hanya rawan sengketa, karena di Tanjung Datu selama ini tidak ada gelar pasukan militer. Pihkanya pun berharap, nantinya setelah pembangunan pangkalan militer selesai dan ditempatkan pasukan, tidak lagi bergejolak.
“Dengan pasukan itu akan menjadi penyangga pertahanan di perbatasan. Soalnya ini masalah serius,” akunya.
Dia menambahkan, pembangunan pangkalan militer di Tanjung Datu, juga karena pertimbangan sengketa Laut Tiongkok Selatan. Di mana laut tepi bagian dari Samudera Pasifik yang berbatasan dengan negara-negara, termasuk Indonesia itu, saat bergejolak akan berdampak. Karena sebagian, berbatasan dengan kawasan Natuna. Apalagi Mabes TNI sudah mematangkan pembuatan pangkalan dengan Kementerian Pertahanan.
“Karena kondisi di Laut Tiongkok Selatan saat memanas, bisa memunculkan kondisi tidak stabil. Maka itu pangkalan miiter segera dibangun,” jelasnya. 

Kamis, 04 September 2014

Lanud Abd Saleh Dikunjungi Menwa Se-Indonesia

Lanud Abd Saleh Dikunjungi Menwa Se-Indonesia
Sejumlah 71 orang peserta Pelatihan Calon Pelatih Resimen  Mahasiswa (Menwa) Angkatan ke-XXVII yang terdiri dari 9 Komando Latihan dan 3 orang Pembina Komando Resimen Menwa se-Indonesia, pagi ini, Kamis (4/9) mengunjungi Lanud Abd Saleh.   Kunjungan diterima langsung oleh Komandan Wing 2 Lanud Abd Saleh Kolonel Pnb Wayan Superman beserta para pejabat Lanud Abd lainnya bertempat di lapangan apel Skadron Udara 32 Lanud Abd Saleh sekaligus dilaksanakan apel terlebih dahulu.
Dalam sambutannya Danwing 2, menjelaskan tentang sejarah Lanud Abd Saleh sekaligus mengenalkan pesawat-pesawat yang dimiliki Skadron Udara 32, 4, 21dan Skadron Teknik 022 Lanud Abd Saleh.   Danwing 2 berpesan kepada para Menwa untuk selalu menegakkan disiplin sebagaimana yang diterapkan dalam kehidupan Menwa yang tidak jauh berbeda dengan TNI.   Karena dengan disiplin, maka akan terbentuk sikap patuh terhadap semua peraturan yang berlaku di negeri ini dan tidak akan melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun pihak lain. Usai apel, Koordinator Menwa menyerahkan cindera mata berupa vandel sebagai kenang-kenangan kepada Lanud Abd Saleh yang diterima oleh Komandan Wing 2, Kolonel Pnb Wayan Superman.
Koordinator Menwa 803 Universitas Brawijaya Kapten Arh. I Nengah Laba menyampaikan ucapan terima kasih atas penerimaan dan sambutan yang begitu hangat dari pihak Lanud Abd Saleh kepada para Menwa, sehingga membuat para Menwa merasa nyaman dan akrab dengan para Perwira dan anggota yang berada di Lanud Abd Saleh.  Dijelaskan pula maksud dan tujuan dari kunjungan ini adalah dalam rangka Kursus Pelatih Nasional Angkatan XXVII Menwa Indonesia.   Selain sebagai sarana pengenalan wawasan kedirgantaraan kepada calon-calon pelatih Resimen Mahasiswa se-Indonesia juga untuk melihat langsung kondisi dan keberadaan Lanud Abd Saleh Malang dengan harapan kelak para Menwa mampu menjadi pelatih berkualitas sehingga mampu menumbuhkan sikap kebangsaan yang merupakan bagian Wawasan Nusantara.
Setelah menerima sambutan, para Menwa yang mewakili dari seluruh Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia langsung mengikuti joy flight dengan rute mengelilingi kota Malang dan daerah Sendang Biru Malang Selatan selama 45 menit. Selanjutnya para Menwa mengunjungi Skadron Udara 21 yang mengoperasikan pesawat tempur taktis Super Tucano, Skadron Teknik 022, dan diakhiri dengan kunjungan ke Skadron Udara 32 dengan pesawat angkut berat C-130 Hercules.
Bagi para Menwa, kunjungan yang paling mengesankan adalah ketika mereka  diajak Joy Flight oleh Danwing 2 Lanud Abd Saleh untuk berkeliling Kota Malang Raya dan menyaksikan keindahan Pantai Sendang Biru dari udara. Disamping itu mereka juga menyaksikan static show pesawat Tempur Super Tucano di Skadron Udara 21.  Menurut Koordinator Menwa, kunjungan di Lanud Abd Saleh merupakan pengalaman yang sangat mengesankan apalagi terbang diudara dengan menggunakan pesawat Hercules karena suasana dalam kabin pesawat sangat berbeda dengan pesawat komersial.  Para Anggota Menwa merasa seakan pasukan perang yang diterbangkan menuju daerah sasaran medan pertempuran. Adrenalinpun ikut berpacu selama proses penerbangan berlangsung karena suasana dan proses penerbangan benar-benar bernuansa perang.

TNI.