Sabtu, 23 Agustus 2014

Kejar Helikopter Apache 5 Oktober

Dengan mesin T700-GE-701D yang hemat bahan bakar, membuat  Apache AH-64E-Guardian bisa terbang lebih jauh dan membawa muatan lebih banyak (photo: US Army)
Dengan mesin T700-GE-701D yang hemat bahan bakar, membuat Apache AH-64E-Guardian bisa terbang lebih jauh dan membawa muatan lebih banyak (photo: US Army)

Indonesia dan Amerika Serikat diharapkan segera menandatangani kesepakatan (Mou) untuk pemesanan helikopter serang Boeing AH-64E Apache, oleh Angkatan Darat Indonesia.
Kementerian Pertahanan Indonesia mengatakan (20/08/2014), nota kesepahaman (MoU) itu akan mencakup penanganan dan keamanan data dan komunikasi Helikopter Apache selama operasi TNI.
apache-ri-e
MoU tersebut, saat ini sedang ditinjau oleh pemimpinan TNI dan staf. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan dia berharap kajian tersebut segera diselesaikan untuk memungkinkan ratifikasi MoU sehingga AS bisa memberikan helikopter Apache ke Indonesia sebelum ulang tahun ke-69 TNI pada 5 Oktober. (janes.com).

Batalyon Kostrad di Nunukan

 
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro berencana Membentuk Batalyon Kostrad di Nunukan, Kalimantan Utara
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro berencana Membentuk Batalyon Kostrad di Nunukan, Kalimantan Utara

Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro, berjanji akan membentuk Batalyon Infantri Kostrad, di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Sebagai induk pasukan, maka batalion infantri itu akan tergabung dalam Brigade Infantri, yang setara dengan tiga batalyon infantri dan diperkuat unit-unit pendukung lain.
“Kita akan menambah personil TNI di wilayah perbatasan Provinsi Kalimantan Utara dengan membangun satu batalion Kostrad di Kabupaten Nunukan,” sebut Yusgiantoro saat berkunjung di Markas Komando Brigade Ingantri Bulungan Cakti, di Bulungan, dua hari yang lalu.
Satuan pasukan infantri di Provinsi Kalimantan Utara saat ini baru dua yakni batalyon infantri 613/Raja Ampat di Kota Tarakan dan Markas Komando Brigade Infantri Bulungan Cakti, di Kabupaten Bulungan dan dalam waktu dekat ini akan dibentuk satu batalyon lagi di Kabupaten Nunukan. (Antara).

Langkah Antariksa Lapan

IMG_20140822_122726

IMG_20140822_122446

IMG_20140822_122408

IMG_20140822_122719

IMG_20140822_122245

Lapan bekerjasama dengan dengan India untuk meluncurkan Satelit A1, sekaligus mengejar ambisinya untuk bisa membuat roket peluncur satelit sendiri pada tahun 2020 – 2025.
Tahun Pemerintahan Periode 2009-2014, tidak terlalu gemilang bagi Lapan. Target mereka untuk meluncurkan roket pengorbit ke luar angkasa tidak tercapai. Roket RX 550 juga baru sebatas uji statis dan tidak bisa uji terbang karena ada kendala di bagian nozzle.
Kini Lapan bekerja sama dengan Ukraina untuk memperbaiki nozzle roket RX 550 dan 750 yang masih bermasalah. Namun persoalannya Ukraina pun sedang dirundung masalah konflik dengan Rusia.
Lapan perlu gebrakan agar kesan jalan di tempat tidak kental terasa. hDiharapkan, pemerintahan Jokowi – JK ke depan mampu menjadi katalisator, mendorong dan memberi ruang bagi Lapan, untuk berkembang lebih jauh. (JKGR).

Jumat, 22 Agustus 2014

FGM-148 Javelin Block I: Fire and Forget Dengan Pemandu Infra Red

1184685-middle_1187089499
Dalam gelar operasinya, TNI AL butuh peran kapal selam sebagai alutsista strategis yang punya daya getar. Tapi disisi lain, TNI AL juga mutlak punya elemen senjata AKS (Anti Kapal Selam). Begitu pun dengan matra darat, keberadaan tank tempur, baik tank ringan dan MBT (Main Battle Tank) dipandang punya peran sangat strategis. Dan fakta yang tak terbantahkan, TNI AD pun butuh kelengkapan senjata anti tank, maklum perkembangan MBT di kawasan Asia Tenggara menuntut TNI AD untuk meng-update sista jenis ini. Ditambah Indonesia tergolong tertinggal dalam update MBT.
Dalam program MEF (Minimum Essential Force) I, segala sesuatu termasuk ketertinggalan alutsista TNI dipercepat kedatangannya. Selain lini kavaleri yang kebagian MBT Leopard 2A4, Leoprad 2A4 Revolution, IFV 1A3 Marder, dan panser kanon Tarantula, segmen senjata anti tank pun mendapat perhatian serius. Lini senjata anti tank di lingkungan TNI AD masuk sebagai kesenjataan perorangan bagi prajurit infanteri. Sejatinya lini senjata anti tank bukan sesuatu yang baru, mulai tahun 80-an TNI AD sudah menggunakan LRAC89, Armbrust, C-90CR, dan Korps Marinir TNI AL yang menggunakan RPG. Kesemua senjata tersebut masuk golongan roket. Sementara di MEF I barulah TNI AD mendapat suguhan baru, yakni NLAW dan FGM-148 Javelin. Dua senjata yang disebut terakhir merupakan jenis rudal panggul yang dibekali sistem sensor dan kendali canggih/ATGM (Anti Tank Guided Missile).
US-defence-secretary-Hagel-arrives-in-India-Javelin-missile-deal-on-cards
IRAQI FREEDOM
javelin_one_man_portable_anti-tank_guided_missile_Raytheon_Lockheed_Martin_United_States_640
NLAW (Next Generation Light Anti Tank Weapon), rudal anti tank buatan SAAB Bofors – Swedia, telah kami bahas tuntas di artikel terdahulu. Dan kini giliran, FGM-148 Javelin yang kami bahas. Dirunut dari kehadirannya, kabar pembelian rudal ini sudah terdeteksi sejak November 2012. Rilis resmi dari Defence Cooperation Agency menyebutkan bahwa Indonesia tertarik mengakuisisi sistem rudal FGM-148 Javelin berdasarkan skema FMS (Foreign Military Sales) dengan nilai kontrak senilai US$60 juta. Tentu ini terobosan besar bagi militer Indonesia, pasalnya Javelin termasuk senjata yang dijual terbatas oleh AS. Mengingat reputasi rudal ini, Javelin hanya dijual kepada kawan dekat AS. Di kawasan Asia Tenggara, tidak ada yang mengoperasikan Javelin, yang terdekat sebagai pengguna rudal ini adalah Australia.
3084090_20131026041831
Prajurit TNI AD sedang mencoba perangkat CLU Javelin.
CLU Javelin ampuh sebagai alat pengintai.
CLU Javelin ampuh sebagai alat pengintai.
CLU Javelin
CLU Javelin
Insight CLU Javelin.
Insight CLU Javelin.

FGM-148 Javelin dibuat oleh Raytheon dan Lockheed Martin, AS, dioperasikan oleh dua orang, rudal ini punya jarak tembak maksimum 4.500 meter dan jarak tembak efektif 2.000 meter. Lain dengan NLAW yang sosoknya sudah ditampilkan untuk umum dalam Pameran Alutsista TNI AD 2013, maka Javelin penamakannnya masih terbatas. Sekilas penampakan rudal ini baru terendus dalam simulasi penembakan Javelin salam Latma Garuda Shiled 2013 di Cilodong – Jawa Barat.
Apa yang membuat Javelin begitu istimewa? Rahasianya terletak dari kepintaran pada sistem pengunci sasaran yang mampu mengirimkan perintah ke seeker yang mengunci sasaran. Setelah rudal meluncur, seeker section pada bagian depan rudal mengambil alih seluruh kinematik rudal dan mengarahkannya ke sasaran, independen dari penembak kecuali ada interupsi dari penembak. Untuk mengunci sasaran, penembak tinggal melihat display di dalam kotak pengunci sasaran/CLU (Command Launch Unit) dengan cara menempakan sasaran di tengah-tengah dua garis bracket (track box), menempatkannya sedemikian rupa sehingga sasaran memenuhi batas pinggir braket.
Selama proses ini, seeker akan berusaha memfokuskan image yang tertangkap di CLU, berusaha mengenalinya dan memasukkan algoritma gerakan kendaraan relatif terhadap posisi peluncur. Seeker dapat mengompensasi kendaraan yang bergerak sampai batas kecepetan 150 meter per detik atau 540 km per jam. Bisa dikata, mobi balap Formula 1 pun masih bisa dikunci oleh Javelin.
Tampilan jendela bidik pada CLU
Tampilan jendela bidik pada CLU
BCU di tabung Javelin.
BCU di tabung Javelin.
Komponen rudal
Komponen rudal
Rangkaian sistem Javelin.
Rangkaian sistem Javelin.

Satu kelemahan dari sistem seeker yang bekerja terus menerus adalah panas berlebih yang dihasilkannya. Untuk mempercemat proses pendinginan, maka disediakan satu sistem pendinginan bernama BCU (Battery Coolant Unit) yang tidak dipasang di tubuh rudal, melainkan di sisi kanan luar tabung peluncur. Sebelum peluncuran, BCU mengaktifkan sistem elektrik di rudal dan menyediakan gas dingin argon yang bekerja berdasar prinsip mekanika Joule Thompson ke komponen seeker saat rudal masih berada di dalam tabung. Saat rudal meluncur, ganti tabung kecil argon di dalam rudal yang menyuplai gas dingin selama rudal terbang di udara hingga durasi 19 detik. Apabila seeker diaktifkan namun rudal tidak ditembakkan, maka BCU harus diganti apabila durasinya melewati empat menit.
Dalam gelar tempurnya, FGM-148 Javelin dirancang untuk beroperasi berpasangan sebagai sistem dari rudal dan alat bidik/pengendali yang disebut dengan CLU. Sistem rudalnya, yang disimpan dalam tabung fiberglas bersifat sekali pakai. Jadi begitu rudalnya meluncur, penembak tinggal membuang tabung kontainer rudal dan melepaskan CLU-nya. CLU dapat digunakan berkali-kali, selama masih ada baterai yang mentenagainya.
Dimulai dari tabung kontainer rudal, komponen ini terdiri dari tabung peluncur yang berisi rudal dan BCU. Rudal Javelin punya fitur soft launch, dimana pengoperasian rudal dibagi atas dua sistem, primer dan sekunder. Propelan sekunder cukup untuk melontarkan rudal keluar dari tabungnya tapi tidak menyembur keluar dari belakang dan tidak sampai menimbulkan risiko luka bakar bagi penembaknya. Sistem propelan soft launch ini memungkinkan peluncuran dari ruang tertutup seperti bangunan dengan hentakan tolak balik yang relatif kecil. Setelah mencapai jarak aman, rudal mengembangkan sirip ekor dan sirip utama lalu melesat dengan motor roket utama.

Paket kontainer Javelin.
Serdadu Inggris membawa Javelin.
Serdadu Inggris membawa Javelin.
450x300_q75
Tentara AS di Afghanistan
Tentara AS di Irak.
Tentara AS di Irak.

Sistem motor roket Javelin didesain oleh Atlantic Research Company/Alliant Technology. Sistem kerjanya, tekanan tombol luncur mengaktifkan propelan sekunder yang mulai melesatkan rudal dari dalam, dimana gas panas dialirkan keluar dari saluran buang belakang. Setelah beberapa saat, sinyal dikirim ke sistem motor roket utama yang menyalakan roket utama. Saat tekanan gas sudah mencukupi di kamar motor roket, satu pembatas yang didesain untuk pecah saat tekanan sudah mencukupi akhirnya hancur sehingga gas dari motor roket utama mengalir ke ruang motor roket sekunder dan mengambil alih dorongan dari motor roket sekunder dan meluncurkan rudal ke sasaran.
Bergerser ke sistem hulu ledak, Javelin menggunakan sistem peledak HEAT (High Explosive Anti Tank) yang mengandalkan prinsip ruang hampa dan ledakan terkonsentrasi pada satu titik untuk meluncurkan gas yang amat panas dan meluncur dengan kecepatan tinggi sehingga mampu membor dan menembus lapisan baja, menciptakan efek kejut dan ledakan menyerpih (spalling) yang mematikan bagi siapapun atau apapun yang berlindung di balik lapisan baja.
Kemampuan Javelin meluncur secara pintar berkat sistem pemandu pintar yang tersimpan dalam modul CLU yang bisa dilepaskan dari tabung peluncurnya. CLU yang merupakan passive infra red sight. Dengan terus menjejak sasaran, penembak dapat meningkatkan tingkat perkenaan, terutama apabila sasaran sasaran bergerak. Penembak juga dapat mencari titik terlemah sasaran dan menjatuhkan Javelin di titik tersebut.
Saat bersiap menembakkan Javelin, penembak harus dalam posisi duduk dan memegangi CLU melalui dua pegangan (handgrip). Dalam kondisi siang, penembak bisa menggunakan day sight yang memiliki 4x pembesaran dan dapat dioperasikan tanpa baterai. Sementara untuk kondisi minim cahaya dapat menggunakan NVS (night vision sight) yang memiliki dua mode pembesaran.
Menurut rilis resmi dari Defence Cooperation Agency, Indonesia tertarik mengakuisisi sistem FGM-148 Javelin berdasarkan skema FMS (Foreign Military Sales) dengan nilai kontrak senilai US$60 juta yang meliputi :

1. Tabung rudal Javelin Block I
Indonesia menyatakan keiginan mengakuisisi 180 tabung rudal Javelin Block I, varian tercanggih yang baru dinyatakan sukses uji pada 2007. Upgrade ke Block I meliputi peningkatan kemampuan motor roket yang mengurangi waktu tempuh ke sasaran, peningkatan sensor dan hulu ledak untuk mengantisipasi lapisan pelindung ranpur yang semakin modern. Jarak tempuh efektif yang berubah menjadi 2.500 meter dan upgrade firmware ke unit CLU. Displaynya kini menganut model digital dan ditampilkan dalam format standar video RS-170.

2. Command Launch Unit
Sebanyak 25 unit CLU hendak dibeli, memberikan rasio 1:7 antara CLU dan rudal Javelin yang hendak dibeli Indonesia.

3. Missile Simulation Rounds
MSR merupakan simulator rudal Javelin yang digunakan di lapangan dan berbentuk tabung peluncur simulasi. MSR dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki bobot, bentuk dan titik berat yang setara dengan Javelin sungguhan. Namanya juga simulator, MSR tentu tidak diisi hulu ledak sungguhan, MSR digunakan untuk melatih penembak untuk merawat, menangani, dan membawa rudal Javelin. Apabila digabungkan dengan FTT (Field Tactical Trainer)/EBST (Enhanced Basic Skills Trainer), maka MSR dapat dipasangi CLU asli dan digunakan untuk simulasi penembakan. Simulasi CLU ini sendiri didasarkan pada sistem laser MILES yang merupakan standar NATO dan dapat digunakan untuk wargame.
3084090_20131026041854
Missile Simulation Rounds digunakan prajurit TNI AD.

4. Baterai
Unit baterai terdiri dari BCU (Battery Cooland Unit), baterai, peralatan pendukung, suku cadang, dan lainnya yang tidak disebutkan karena tergolong moving parts dan kebutuhannya sangat besar, mengingat satu baterai Javelin hanya dapat bertahan selama tiga jam dalam iklim tropis.
Satu hal yang menjadi keunggulan Javelin adalah CLU yang memiliki fitur setingan kontras dan kecerlangan sehingga nyaman digunakan. Selain itu CLU pun hanya ditenagai satu baterai lithium BA-5590U yang juga sekali pakai sehingga terhindar dari problem baterai drop. Banyak personel yang melepas CLU dan menggunakannya sebagai teropong observasi, mengingat saat digunakan dalam moda NFOV zoom bisa diraih mencapai 9x pembesaran. Boleh dibilang CLU saat ini adalah teropong malam infanteri terbaik di AD AS.
Agar stabil pengoperasian rudal dapat menggunakan tripod.
Agar stabil pengoperasian rudal dapat menggunakan tripod.

Menghantui Helikopter
Saat diluncurkan, Javelin akan melesat ke atas terlebih dahulu setinggi 50 – 150 meter agar seeker dapat mancari image sasaran yang positif. Karena kemampuan menanjak, Javelin mampu menyasar berbagai tipe sasaran. Selain ranpur, MBT, sasaran statis seperti bunker dan perkubuan musuh dapat dilumat oleh rudal ini. Bahkan Javelin dapat melibas heli tempur yang terbang rendah, sampai batasan tanjakan rudal Javelin sendiri, walaupun belum pernah ada bukti Javelin dapat menjatuhkan helikopter. Seorang penembak Javelin yang mahin dapat meluncurkan tiga rudal dalam waktu dua menit.
Sebagai sistem yang masih berusia muda, belum lagi dua dasawarsa, FGM-148 Javelin merupakan sistem yang matang dan boleh dibilang mampu menangkal hampir seluruh ancaman dari kendaraan lapis baja lawan. Walaupun bobotnya relatif berat, Javelin mampu memberikan daya hancur berkali-kali lipat dibanding roket anti tank.



Alur penembakan Javelin.
javelin
Prinsip dasarnya adalah pemakai mengunci sasaran dengan CLU (Command Launch Unit) yang berbasis infra red, dan rudal akan mengikuti jatuhnya infra red dalam kondisi terkunci sehingga tim penembak tak perlu mengunci sasaran secara terus-menerus. Setelah sasaran berhasil dihancurkan, tim penembak bisa melepas CLU dan tripod, serta membuang bekas tabung perluncurnya yang berbahan fiberglass. CLU tinggal dipasangkan ke tabung rudal yang baru.
Rudalnya sendiri terhubung dengan kawat fiber optik, dimana informasi dari CLU bisa di update ke dalam rudal yang sedang meluncur. Hal ini berarti sasaran bisa diubah, terus mengikuti sasaran yang bermanuver, atau meluncurkan rudal ke satu arah kemudian membelokkannya ke sasaran untuk menghindari lawan. Javelin mengadopsi fitur soft launch, dimana rudal terlontar terlebih dahulu, baru motor roketnya menyala, sehingga rudal ini aman ditembakkan dari dalam ruangan tertutup.
Javelin dibekali hulu ledak tandem berbasis shaped charged. Bagian pertama menjebol lapisan pelindung, yang kedua untuk menjebol lapisan yang sesungguhnya untuk memastikan kesuksesan menghantam lawan. Dalam skenario tertentu, Javelin dapat digunakan untuk menyasar helikopter yang terbang rendah. Untuk infanteri, satu prajurit didesain membawa dua tabung peluncur sekaligus, sementara prajurit lainnya membawa CLU
Javelin digunakan secara masif oleh pasukan AS di Irak dan Afghanistan. Rudal ini terbilang battle proven dalam kancah perang padang pasir di Irak dan Afghanistan, di Irak rudal ini sukses besar dalam menghancurkan banyak MBT Irak seperti tank T-55, di Afghanistan rudal ini kerap digunakan untuk mengnantam basis perkubuan pejuang Taliban. (Dikutip dari berbagai sumber)

Finally! TNI AL Resmi Pesan 4 Unit KCR Klewang Class

63m_fast_1
Bagi sebagian besar orang Indonesia, melihat terbakar habisnya KRI Klewang 625 pada awal Oktober 2012 menyisakan rasa sedih yang mendalam. Tentu rasa sedih itu beralasan, selain produk buatan Dalam Negeri, KRI Klewang bisa dibilang masterpiece inovasi alutsista untuk matra laut di Indonesia. Belum pernah sebelumnya di Indonesia dibuat KCR (kapal cepat rudal) dengan model trimaran (lunas tiga), bahkan TNI AL pun seumur-umur belum pernah punya kapal cepat dengan kemampuan stealth seperti ini.
Setelah hangusnya KRI Klewang di pantai Banyuwangi – Jawa Timur, lantas publik bertanya-tanya, apakah pengembangan Klewang Class akan dilanjutkan, lantas bagiamana tanggapan pihak user, dalam hal ini Kementerian Pertahanan, akankan melanjutkan pesanan setelah adanya musibah kebakaran? Beberapa dugaan bermunculan, seperti rumor penyebab terbakar karena hubungan arus pendek dan rangan bangun. Investigasi pun dilakukan secara menyeluruh, meski hasil investigasi resmi tidak dipublikasikan, tapi ada kabar yang sangat baik. Menjelang HUT RI ke-69 ini, pihak TNI AL telah mengkonfirmasi bahwa akan mengadopsi 4 unit Klewang Class.
63m_fast_2
Tampilan buritan KRI Klewang
Tampilan buritan KRI Klewang

Dikutip Indomiliter dari Janes.com (14/8/2014), KSAL Laksamana Marsetio telah mengkonfirmasi pengadaan 4 unit KCR Klewang buatan PT. Lundin Industry Invest (North Sea Boats). Tapi dari kutipan di Janes.com, nampak ada sentuhan baru untuk 4 unit Klewang Class yang akan digunakan TNI AL. Kapal patroli yang tak kasat radar ini, disebutkan akan menggunakan teknologi lambung kapal buatan Saab. Saab tak lain manufaktur persenjataan asal Swedia yang namanya sangat kampiun. Nantinya lambung Klewang bakal menggunakan bahan nanokomposit. Bahan nanokomposit ini dipercaya lebih kuat dan punya daya stealth tinggi jika dibanding material lambung sebelumnya yang menggunakan serat karnon (carbon fiber).
Peter Carlqvist, head of Saab Indonesia, menyebutkan bahwa pihaknya telah mendapat kontrak untuk menggarap satu unit kapal ini. Dengan asupan teknologi sistem kapal dari Swedia, Klewang Class nyatanya juga mendapat polesan baru dari sisi persenjataan. Bila di versi yang terbakar dahulu, kapal disiapkan untuk membawa delapan peluncur rudal anti kapal C-705 buatan Cina. Maka di Klewang mendatang rudal anti kapalnya bakal menggunakan RBS-15 MK3 dengan empat peluncur. Rudal dengan pemandu active radar homing ini sanggup menjangkau sasaran sejauh 200 km dengan kecepatan sub sonic. Rudal buatan Saab Bofors Dynamic ini dibekali GPS (global positioning system) untuk akurasi sasaran dan mampu melesat secara sea skimming.
Rudal anti kapal RBS-15 MK3
Rudal anti kapal RBS-15 MK3
Korvet AL Swedia Vibby Class yang juga dibekali rudal RBS-15 MK3
Korvet AL Swedia Visby Class yang juga dibekali rudal RBS-15 MK3
Penempatan rudal RBS-15 di Visby Class
Penempatan rudal RBS-15 di Visby Class

Urusan sensor dan radar pun dipasrahkan ke teknologi Swedia, untuk radar intai dipercayakan pada Sea Giraffe 1X 3D compact radar. Kemudian untuk teknologi senjata, radar, dan sensor dipadukan dalam CMS (combat management system) yang mengadopsi Saab 9LV MK4. Sementara kendali penembakan dipercayakan pada CEROS 200 air defence fire control.
Menyandang kodrat sebagai kapal patroli berkemampuan stealth, maka rancang bangun yang minimalis juga berpengaruh pada pilihan senjata. Berbeda dengan kapal perang TNI AL yang konvensional, maka pada Klewang dudukan peluncur rudal terlindung di dalam body kapal. Untuk senjata utama di haluan, pun juga harus diberi kesan stealth, nantinya Klewang Class akan dipasangi meriam Bofors 40 MK4 buatan BAE Systems. Bofors 40 (kaliber 40 mm) bukan barang baru di lingkungan TNI AL dan Arhanud TNI AD. Tapi untuk Klewang, Bofors 40 MK4 tampil menggunakan kubah model stealth. Beda dengan Bofors 40 yang ada di FPB-57, Bofors 40 di Klewang dioperasikan secara remote dengan dipandu radar. Soal reaksi lumayan menggetarkan, meriam ini sanggup melontarkan 300 proyektil per menit (dengan tipe amunisi sama), sementara dengan penggantian tipe amunisi, 100 proyektil dapat diumbar per menit.
Bofors 40 MK4
Bofors 40 MK4

Dengan modal stealth, Klewang Class bakal mengemban misi strategis di masa mendatang. Klewang pun tak lupa dibekali perangkat perang elektronik, baik ESM (electronic support measure) dan ECM (electronic counter measure). Digadang sebagai kapal patroli di lautan dangkal, perangkat elektronik yang disiapkan mampu memindai dan mengidentifikasi posisi dari sinyal radio yang dipancarkan telepon selular (ponsel). Tentunya kemampuan ini sangat berarti dalam menunjang misi-misi anti pembajakan dan illegal fishing. Dengan segala kemampuan teknologi dan sistem senjatanya, nampak Klewang Class bakal memberi efek getar serius di kawasan Asia Tenggara. Satu yang kurang, kapal ini sayangnya belum disiapkan untuk menghadapi peperangan bawah laut, ASW (anti submarine warfare), terlihat dengan tidak adanya bekal torpedo dan roket anti kapal selam. Jika tak ada aral melintang, Klewang Class pertama akan rampung dan diserahkan ke TNI AL pada tahun 2016 mendatang. (Haryo Adjie)

Terma SKWS DLT-12T: Perisai Serangan Rudal Anti Kapal di Korvet SIGMA Class TNI AL

KRI DIPONEGORo
“Peran tempur.. peran tempur.. bahaya serangan udara,” peringatan lewat pengeras suara membahana di seluruh lorong dan kompartemen KRI Diponegoro 365. Saat itu disimulasikan salah satu korvet SIGMA Class TNI AL ini mendapat ancaman serangan udara. Diproyeksikan korvet buatan Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda ini mendapat serangan rudal anti kapal. Sontak seluruh elemen kesenjataan di kapal disiapkan secara penuh, terutama senjata yang berkemampuan PSU (penangkis serangan udara).
Dalam kesiapan tempur menangkal serangan udara, korvet SIGMA Class TNI AL punya paduan beberapa senjata, seperti kanon reaksi cepat OTO Melara kaliber 76 mm, rudal anti serangan udara jarak pendek (SAM) Mistral dengan peluncur Tetral, lalu ada dua kanon Vektor G12 yang dioperasikan secara manual. Tapi cukupkah kombinasi senjata diatas? Bila yang dihadang jenis pesawat tempur atau helikopter rasanya masih memadai, tapi lain halnya bila yang datang adalah rudal anti kapal.
Seperti diketahui, rudal anti kapal generasi terbaru sudah kian canggih, selain kecepatannya sudah masuk ke level supersonic, punya manuver yang lebih lincah, soal rancang bangunnya juga kini lebih stealth dan mampu melesat dengan pola sea skimming, alhasil radar di kapal lebih sulit untuk mendeteksi dan mengunci keberadaan rudal anti kapal yang bisa menyongsong maut. Sayangnya, korvet kelas Diponegoro (SIGMA Class) yang terdiri dari KRI Diponergoro 365, KRI Hassanudin 366, KRI Sultan Iskandar Muda 367 dan KRI Frans Kaisiepo 368, tidak dibekali kanon model CIWS (close in weapon system) yang dipercaya ideal menangkal rudal anti kapal supersonic.
7874ef718f6b2474b0e9d9db22b44e03
KRI Sultan Iskandar Muda 367
Terma SKWS DLT-12T decoy launcher
Terma SKWS DLT-12T decoy launcher




Diponegoroclass
Lantas apa yang dilakukan awak KRI Diponegoro menghadapi serbuah rudal anti kapal? Selain mengoptimalkan paduan kanon yang ada, SIGMA Class sudah dibekali perangkat penangkal rudal anti kapal, yaitu Terma SKWS (soft kill weapon system) DLT-12T buatan Denmark. Ini merupakan perangkat decoy launching system. Desain perangkat ini mirip dengan pelontar granat asap yang ada di panser/tank. Dengan pola operasi mirip mortir, peluncur menembakkan roket kaliber 130 mm yang berisi chaff ke udara. Ada dua peluncur DLT-12T yang disematkan pada korvet SIGMA, masing-masing di kanan dan kiri di deck atas. Masing-masing DLT-12T terdiri dari 12 tabung peluncur. DLT-12T disiapkan untuk memberi perlindungan penuh kapal dari segala arah (360 derajat). Untuk itu tiap 3 tabung dalam peluncur DLT-12T diarahkan pada sudut yang berbeda. Per tiga tabung mengusung sudut 10 derajat, 40 derajat, 60 derajat, dan 135 derajat.
Jenis chaff yang dilontarkan ke udara ada beberapa jenis, disesuaikan dengan kebutuhan dan spesifikasi ancaman. Ada SeaGnat 24 seduction chaff untuk menghancurkan rudal, SeaGnat 216 untuk mengacaukan/membingungkan sensor rudal, chaff pengacau jammer, hingga jenis chaff untuk mengecoh sinar infra red dan frekuensi radio yang digunakan rudal udara ke permukaan. Mengingat pentingnya perangkat ini, decoy launcher model ini lumrah hadir tak hanya di kapal kombatan, melainkan jenis kapal LPD (landing platform dock) juga ideal untuk dipasangi untuk self defence.

Upload secara manual.
Upload secara manual.
c-guard-tubes_464

Kendali pengoperasian SKWS dapat dilakukan lewat sistem full otomatis, semi otomatis dan manual. Untuk sistem otomatis, peluncur decoy dikendalikan langsung dari PIT (pusat informasi tempur). Panel kendali otomatis menghubungkan antara combat management system (CMS). Di CMS terintegrasi launcher interface units, launch control computer dan control unit. Untuk menghasilkan keputusan peluncuran decoy yang tepat, perhitungan algoritma harus dilakukan secara presisi berdasarkan jenis dan spesifikasi ancaman yang datang menuju kapal.
Combat management system Terma SKWS
Combat management system Terma SKWS
Perhitungan algoritma dan database identitas sasaran menjadi penentu.
Perhitungan algoritma dan database identitas sasaran menjadi penentu.

Secara keseluruhan, gelar operasi peluncur decoy ini tak bisa dilepaskan dari peran radar intai. Lewat CMS, kemampuan radar intai Thales MW08 yang ada di korvet SIGMA dapat memberi deteksi dan kesiapan tempur lebih dini pada sasaran yang mendekat. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Terma SKWS DLT-12T
Power Requirements
LCC 115 or 230VAC +15/-20%, 47-63 Hz, < 150W
LIU Mains: 115 or 230VAC +15/-20%, 47-63 Hz
Back-up: 24VDC nom. (18-32VDC)
< 600 W during firing
< 150 W in stand-by
CU & RIS    Powered from the LIU
Dimensi : Launcher DL-12T 1000 x 2400 x 1200 mm
Berat : 550 kg

Indomil. 

TNI AU akan Terima Radar MSSR 2000 I dari Airbus

MSSR 2000 I
Perusahaan Airbus Defence and Space Eropa mendapatkan kontrak dari SBL Star Technology Pte Ltd, Singapura, untuk menyuplai peralatan pengawasan dan identifikasi pesawat canggih kepada TNI Angkatan Udara, menurut laporan media-media asing (tidak dilaporkan laman resmi kedua perusahaan).

Tertuang dalam kontrak, pihak Airbus Defence and Space akan memberikan dua monopulse secondary surveillance radars 2000 I (MSSR 2000 I) untuk integrasi pada sistem pelacakan dan pengawasan udara mobile yang akan dioperasikan oleh TNI AU.

Radar MSSR 2000 I diharapkan akan meningkatkan kendali TNI AU atas lalu lintas udara dan pertahanan udara di Nusantara.
Kepala Airbus Defence and Space Electronics Business Line, Thomas Muller mengatakan: "Otoritas pengendali lalu lintas udara di seluruh dunia terus menghadapi masalah peningkatan kepadatan lalu lintas udara."

"Termasuk juga lalu lintas udara militer, situasi seperti ini membutuhkan sistem sistem pemandu berkinerja tinggi yang akan menjamin keamanan, pertukaran data yang komprehensif dan alokasi wilayah udara yang efisien. Dengan sistem kami yang sudah dioperasikan di sekitar 30 negara, kami telah membuktikan kemampuan kami dalam menghadirkan solusi yang andal," ujar Muller.
Diklaim sebagai satu-satunya radar sekunder yang bersertifikat sesuai dengan standar kontrol lalu lintas udara terkini, baik sipil maupun militer, sistem MSSR 2000 I akan memberikan gambaran mengenai situasi udara berdasarkan interogasi dan balasan otomatis (automatic reply) dari pesawat secara individual.

Radar MSSR 2000 I yang akan bekerja bersama radar utama ini akan mengirimkan sinyal interogasi sesuai dengan standar Mode S terbaru, yang akan memberikan gambaran posisi pesawat secara real time, memandu semua pesawat, mengeliminasi kebutuhan individual radar target acquisition dan mengumpulkan respon. Semua hal ini akan secara signifikan akan meningkatkan pengawasan dan pengendalian lalu lintas udara.
Selain juga digunakan dalam militer untuk mengidentifikasi teman atau musuh (IFF) secara otomatis demi menghindari kesalahan tembak, MSSR 2000 I juga berkemampuan Mode 5, standar IFF militer terbaru yang akan akan diterapkan kepada seluruh negara NATO.
MSSR 2000 I saat ini diantaranya digunakan pada kapal-kapal Angkatan Laut Jerman, Inggris dan Perancis (pada Mistral), termasuk Amerika Serikat untuk tujuan pengendalian lalu lintas udara sipil. Pengiriman ke TNI AU dijadwalkan akan selesai pada awal tahun depan dengan nilai kontrak yang tidak disebutkan.
Airbus Defence and Space adalah divisi dari Airbus Group yang fokus pada pengembangan dan produksi pesawat militer, sistem dan satelit komunikasi dan sistem elektronik, dan sebagai satu diantara sepuluh perusahan pertahanan terbesar di dunia.