Jumat, 22 Agustus 2014

Helikopter Apache Meriahkan HUT TNI

Menteri Pertahanan RI bersama  Commander of USARPAC General Vincent K Brook, di Depkemhan, Jakarta ( photo dmc.kemhan)
Menteri Pertahanan RI bersama Commander of USARPAC General Vincent K Brook, di Kementerian pertahanan, Jakarta ( photo dmc.kemhan)

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengharapkan helikopter-helikopter Apache milik Angkatan Darat Amerika Serikat yang ditugaskan di USARPAC (United Stade Army Pacific) dapat berperan serta pada peringatan Hari Ulang Tahun TNI Oktober mendatang di Surabaya, serta pada latihan bersama Angkatan Darat kedua negara yang dilaksanakan setiap tahun bernama Garuda Shield. Commander of USARPAC General Vincent K Brook menjelaskan, empat helikopter Apache yang berada di USARPAC siap memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun TNI dan ikut serta dalam Garuda Shield Tahun 2014.
Hal itu disampaikan dalam pertemuan antara Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dengan Commander of USARPAC General Vincent K Brooks , Selasa (19/8), di Universitas Pertahanan Indonesia sebelum menyaksikan peresmian Patung Penjaga Perdamaian di kawasan IPSC Sentul Bogor.
Helikopter Apache Longbow  AH-64D Belanda (photo:militaryphotos.net)
Helikopter Apache Longbow AH-64D Belanda (photo:militaryphotos.net)

Saat ini proses pengadaan helikopter Apache oleh Pemerintah RI masih terus berjalan. Hal itu juga terkait dengan proses penyusunan MoU Indonesia dan Amerika Serikat mengenai keamanan komunikasi dan informasi yang juga sedang berjalan, karena helikopter Apache memiliki kemampuan mengumpulkan data dan informasi saat berada di udara. Dengan adanya MoU ini maka kepentingan keamanan informasi kedua negara dapat terlindungi. MoU saat ini telah berada pada tahap penyesuaian di para Kepala Staf Angkatan. Menhan berharap MoU ini dapat diselesaikan secepatnya sehingga pengadaan Helikopter Apache bagi TNI dapat segera terwujud sebelum Oktober 2014.
Dalam hubungan kerjasama kedua negara di bidang pendidikan, Menhan menjelaskan bahwa Pemerintah RI berharap dapat terus meningkatkan kemampuan SDM pertahanan melalui berbagai program kerjasama pendidikan. UNHAN saat ini sedang menggagas kerjasama dengan George Washington University (GWU) Amerika Serikat di bidang Pendidikan Diplomasi dan Ilmu Politik.
Menhan berharap gagasannya mengenai sandwich program yang ditawarkan kepada GWU dapat disetujui. Sandwich program adalah program dimana mahasiswa UNHAN yang mengikuti pendidikan tingkat lanjut dapat mengikuti pendidikan pula di GWU sekitar satu tahun dan gelarnya mendapat pengakuan dari GWU. (dmc.kemhan.go.id).

TNI Bangun Pangkalan di Kepulauan Riau

KCR 40, KRI Clurit dan KRI Kujang
KCR 40, KRI Clurit dan KRI Kujang

Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) akan menerima tambahan empat KCR-40 kapal serang rudal pada akhir 2014 untuk memperkuat kemampuan maritim regional.
Berbicara kepada IHS Jane pada 14 Agustus di Jakarta, Kepala Staf Koarmabar Laksaman Pertama Amarulla Octavian menggambarkan kapal tambahan tersebut memiliki kecepatan tertinggi 30 kt, berperan dalam memperkuat pengawasan, patroli, dan kemampuan intersepsi di wilayah operasinya. Daerah operasi meliputi Selat Malaka yang rawan pembajakan, serta daerah maritim yang disengketakan Tanjung Datu dan Kepulauan Natuna.
Secara keseluruhan, TNI-AL saat ini mengoperasikan empat kapal KCR-40 dari Clurit Class diharapkan bertambah hingga 24. Dua kapal, KRI Clurit dan KRI Kujang, yang ditugaskan untuk Koarmabar telah menyelesaikan percobaan sea trial untuk sistem rudal C705 pada bulan Juli.
“Tambahan kapal akan memberi kita menjadi total enam kapal pada akhir 2014″, kata Octavian, yang juga menegaskan bahwa Koarmabar bermaksud untuk mempekerjakan kapal 44 m untuk membantu mengatasi pembajakan maritim di Selat Malaka, serta mengamankan perbatasan maritim Indonesia dan kepentingan yang lebih luas di laut.
Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia (ReCAAP) menyarankan memperkuat kondisi keamanan maritim Asia Tenggara. Dalam laporan kuartal pertama 2014, badan kontra-pembajakan tercatat delapan insiden di Malaka dan selat Singapura, dibandingkan dengan total lima insiden untuk seluruh tahun 2012 dan 2013.
Baru-baru ini insiden serangan terhadap kapal kargo Naniwa Maru No 1 di April 2014 di dekat Port Klang, Malaysia, yang mengakibatkan 2.500 ton Marine Diesel Oil yang tersedot dicuri, dan tanker GPT 21 di November 2013, dilakukan 10 bajak laut bersenjata naik kapal dari Pulau Kukup di Selat Malaka.
Namun, meski perdebatan tentang apakah negara pantai harus meningkatkan patroli di daerah yang terkena dampak, Oktavianus menyatakan bahwa pembajakan maritim regional tidak dapat diselesaikan dengan peningkatan jumlah kapal saja. “Untuk mengatasi masalah itu, kita harus mulai mencari di darat daripada di laut”, katanya.
“Perlu ada koordinasi yang lebih besar antara badan anti-pembajakan dan angkatan laut dengan melakukan penyelidikan dan berbagi informasi. Saat ini kita mendapat laporan dan peringatan insiden. Apa yang kita butuhkan adalah tindak lanjut seperti upaya investigasi bersama antara angkatan laut di daerah dan badan-badan anti-pembajakan”, kata Laksamana, menambahkan bahwa Indonesia siap untuk memberikan informasi tentang penyelidikan pembajakan bila diminta pihak lain.
Dalam hal apakah Indonesia akan berpartisipasi dalam kegiatan ReCAAP, Laksamana Octavian menjawab bahwa TNI-AL menghormati pekerjaan ReCAAP dan akan bekerja sama sepenuhnya dengan organisasi berkaitan dengan berbagi informasi. Dia mengomentari bahwa Indonesia bisa bergabung dengan badan multinasional di masa depan. (janes.com).

Seperti Apa Wujud Tank ‘Misterius’ Buatan Pindad?

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah menyiapkan 7 program kemandirian industri pertahanan (inhan) yakni Pengembangan Pesawat tempur (KFX/IFX), Roket dan Rudal Nasional, Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR), Kapal Selam, Pembangunan Industri Propelan, Radar Nasional dan Tank Nasional.

Sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Inhan, untuk Lead Integrator dipercayakan kepada perusahaan pelat merah yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri Strategis. Salah perusahaan tersebut adalah PT Pindad, yang dipercayakan menangani program Tank Nasional.
Direktur Operasi Produk Hankam PT Pindad, Tri Hardjono mengatakan, pihaknya telah menyiapkan konsep pembuatan kendaraan tempur lapis baja menggunakan roda rantai ini.
Konsep awal akan dilakukan untuk membangun tank ukuran sedang bersama sejumlah mitra luar negeri, salah satunya Perusahaan Kontraktor Militer FNSS asal Turki. Sesuai dengan kondisi geografis, bobot tank dipilih tidak boleh lebih dari 30 ton.
“Tank medium itu kita diminta untuk mengkoordinir seluruh aktivitas, desain engineering maupun sourching itu yang kita lakukan dengan FNSS. Rencananya itu adalah penelitian bersama dan produk sharing bersama. Harapannya Pindad punya pakar, baik di dalam negeri maupun kawasan sekitar,” ucap Tri kepada Liputan6.com di kantornya, Bandung, Jawa Barat.
Untuk Turret system, PT Pindad sudah menyiapkan 3 pilihan yaitu Cockerill Maintenance & Ingenierie (CMI) Belgia, Oto Melara asal Italia dan Denel Land System asal Afrika Selatan. Sedangkan untuk mesin pemilihan dari Negara di Eropa salah satunya dari industri pertahanan Perancis.
“Ini juga ada beberapa alternatif, karena kita sudah putuskan medium tank ini menggunakan 105mm, kita punya tiga alternatif yang bisa menyuplai 105 mm. Ada CMI, Oto Melara, Ada denel. Itu juga kita ajukan kepada pihak kementerian kepada KKIP, kepada user, terkait kelebihan dan kekurangan dari masing-masing kanon turret ini,” papar Tri.
“Teman-teman sudah memiliki beberapa alternatif. Itu ada 3 pilihan untuk engine. Sesuai dengan pengalaman, kita lebih mudah menggunakan produk Eropa. Di sana mereka telah memiliki berbagai varian, di mana engine itu juga digunakan untuk komersil,” imbuh dia.
Selain bobot yang menjadi syarat utama, sejumlah pra-syarat juga harus dipenuhi desainer PT Pindad dan FNSS seperti Silhouette (bayangan). Hal ini dilakukan agar tank mudah bersembunyi saat berada di medan perang.
“Konsep produknya dari Pindad, kita sudah memberikan desain-desain bahwa tinggi tidak boleh lebih dari 2,5 meter di atas kanon kayak gitu-gitu dari Pindad. Kemudian, performance seperti apa itu juga dari Indonesia. Itu yang kita mengembangkan kerjasama dengan mereka, bahwasanya penentuan sumber sourching contohnya Power Pack, Engine. Itukan sangat menentukan pada saat nanti kemudian maintenance dan sebagainya. Itu juga kita memberikan masukan,” terangnya.
Tank medium buatan Pindad ini akan selesai pada Tahun 2016. Pindad berharap tank medium dapat membantu kebutuhan alat utama sistem alat utama sistem senjata (alutsista) TNI yang telah berumur uzur.
“Bapak KSAD juga sudah mengharapkan Pindad segera mengeluarkan roda rantai, karena penggunaan dan kebutuhan berbeda. Medium tank, karena ini pendanaan dari Negara ya dari Kementrian harapannya dalam 3 tahun APBN itu bisa diselesaikan,” tandas Tri. (Ein)

PASSING EXERCISE KRI FKO-368 DENGAN KAPAL PERANG BARU TNI AL DI LAUT MEDITERANIA


Bersamaan dengan pelaksanaan on task yang ke-17, Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-F/UNIFIL 2014 KRI Frans Kaisiepo-368 (FKO) bertolak dari pelabuhan Beirut menuju titik rendezvous (RV) dalam rangka melaksanakan Passing Exercise (Passex) dengan kapal perang baru TNI Angkatan Laut di Laut Mediterania, Lebanon, Minggu (17/8/2014).
Sekilas tentang kapal perusak kawal rudal jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) yang belum lama ini pada tanggal 18 Juli 2014, diresmikan oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Bapak Purnomo Yusgiantoro di dermaga Anchorline, Barrow-In-Furness, Inggris dan diberi nama pahlawan asal Surabaya yaitu KRI Bung Tomo-357 (TOM). Kapal perang yang diproduksi BAE Systems Inggris pada tahun 2004 tersebut memiliki spesifikasi teknis yang handal, dengan panjang 95 meter dan lebar 12,7 meter serta dilengkapi mesin pendorong empat motor pokok Combined Diesel and Diesel (CODAD) yang mampu berlayar dengan kecepatan maksimum hingga 31 knots. Selain itu juga didukung dengan sistem persenjataan yang cukup mutakhir seperti Surface to Surface Missile (SSM) Exocet MM 40 Blok II, Surface to Air Missile (SAM) Sea Wolf, meriam utama 76 mm, meriam 30 mm, dan torpedo untuk anti kapal selam.
Bertepatan dengan Hari proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 2014, pukul 06.00 waktu setempat, KRI FKO-368 dan KRI TOM-357 telah berada di titik yang telah ditentukan yaitu di Zone  1 South, Area of Maritime Operations. Setelah berkomunikasi secara singkat, kedua kapal mulai bermanuver dengan didahului oleh KRI FKO-368 yang melaksanakan operasi penerbangan Helly BO-105 untuk mengabadikan kegiatan tersebut dari udara. Kegiatan passex dilanjutkan dengan station keeping yang dilaksnanakan oleh KRI FKO-368 sekaligus memberikan penghormatan perdana kepada KRI TOM-357. Simple Manoeuvring Exercise dilaksanakan sebagai penutup kegiatan passex. Selanjutnya kedua KRI bergerak sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing setelah saling memberikan penghormatan.
Kegiatan passex dapat berjalan aman dan lancar, berlangsung selama kurang lebih 2 jam sesuai rencana yang sudah dikoordinasikan jauh sebelumnya. Selanjutnya, KRI FKO-368 menuju sektor patrolinya di Zone 1 Center dalam rangka melanjutkan misinya di bawah bendera PBB dan KRI TOM-357 bergerak ke Selatan menuju terusan Suez dalam rangka melanjutkan operasi penyeberangan menuju tanah air tercinta Indonesia.
(Penerangan Satgas Maritim TNI KONGA XXVIII-F / UNIFIL 2014)
(Dispenal Mabesal )

Menhan: Wujudkan Pembangunan Pertahanan Menuju Postur Ideal

http://cdn.metrotvnews.com/dynamic/photos/2014/08/17/5900/pesa1.jpg?w=1111
( photo dok : metrotvnews.com)

PERAYAAN hari kemerdekaan merupakan refleksi terhadap perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sejumlah tantangan dan ujian dalam pembangunan bangsa, telah dilalui bersama. Banyak keberhasilan pembangunan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia selama kurun waktu kemerdekaan ini. Salah satu keberhasilan itu, terlihat pada aspek pembangunan pertahanan.
“Keberhasilan ditandai dengan kebangkitan dan penguatan industri pertahanan nasional dalam mendukung pemenuhan kebutuhan alutsista pertahanan. Peran industri pertahanan nasional harus terus didukung dan didayagunakan agar master plan-nya selalu sesuai dengan pembangunan kekuatan TNI, mulai dari pemenuhan kekuatan pokok TNI sampai pada perwujudan postur ideal,” kata Menhan Purnomo Yusgiantoro dalam sambutannya saat menjadi Inspektur Upacara Peringatan HUT ke-69 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di Lapangan Setjen Kemhan, Jakarta, Minggu (17/8).
Menhan menjelaskan industri pertahanan nasional merupakan pilar utama suksesnya pertahanan dan secara umum sangat berguna bagi pembangunan Indonesia. Disamping itu, pembelian dan pengadaan alutsista untuk ketiga matra TNI terus dilakukan sebagai bagian dari moderisasi alutsista TNI.
Terpisah, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan, Brigjen TNI Sisriadi menyampaikan perkembangan modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) prioritas TNI sebelum dan sesudah Oktober 2014 termasuk perkembangan industri pertahanan.
Menurut Sisriadi, modernisasi alutsista prioritas TNI khusus untuk Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.
Sisriadi menjelaskan, Mabes TNI memiliki 75 unit kendaraan taktis (Rantis) sebelum Oktober 2014 dan ditargetkan 590 unit sesudah Oktober 2014. Mabes TNI juga mengadakan Alutsista sebanyak 75 unit kendaraan angkut munisi 5 ton sebelum Oktober 2014 dan ditargetkan 225 unit sesudah Oktober 2014.
Sisriadi juga menyampaikan perkembangan alutsista TNI AD. Menurutnya, sebelum Oktober 2014, TNI AD memiliki satu unit Heli serang dan direncanakan sebanyak 11 unit. Selanjutnya, sebelum Oktober 2014, TNI AD memiliki 6 unit Heli Angkut Bell dan 16 unit Heli Serbu serta senjata dan munisi. Selain itu, untuk kendaraan tempur (Ranpur) jenis MBT Leopard sebelum Oktober 2014 sebanyak 56 unit dan 124 unit sesudah Oktober 2014.
Sementara itu, Alutsista prioritas TNI AD yakni ME Armed 155 Howitzer Caesar buat Prancis sebanyak 4 unit sebelum Oktober 2014 dan 33 unit sesudah Oktober 2014; Rudal MLRS Astros II sebanyak 13 unit sebelum Oktober 2014 dan 25 unit sesudah Oktober 2014; Rudal Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) jenis VSHORAD Mistral buatan Prancis sebanyak 9 unit sebelum Oktober 2014 dan 127 unit sesudah Oktober 2014; dan Rudal Arhanud jenis Thales, UK produk luar negeri ditargetkan 111 unit sesudah Oktober 2014.
Sementara itu, alutsista TNI AL meliputi Tank Amfibi BMP-3F Sucad sudah diserahkan 37 unit pada tanggal 28 Desember 2013; Kapal Bantu Hidro Oceanografi sebanyak 2 unit yang akan diserahkan pada 11 Oktober 2015; Panser Amfibi BTR 4 sebanyak 5 unit sesudah Oktober 2014; MLRS Kal 122 MM buatan China sebanyak satu unit dan pengadaannya sesudah Oktober 2014; demikian juga satu unit MLM KRI KLS Korvet Tahap I yang dibuat di Inggris akan diserahkan pada 30 April 2016; satu unit MLM KRI KLS Korvet Tahap II yang dibuat di PT PAL Indonesia sebanyak satu unit. Sementara itu, 2 unit CN-235 MPA akan diproduksi di PT Dirgantara Indonesia sesudah Oktober 2014; Kapal Layar Latih asal Spanyol sebanyak satu unit sesudah Oktober 2014; Multi Role Light Frigates (MRLF) saat ini sudah ada sebanyak 3 unit; dan Heli Aks+Sucad buatan PT DI sebanyak 11 unit sesudah Oktober 2014.
Untuk Alutsista TNI AU, lanjut Sisriadi, saat ini sudah ada 16 unit Pesawat Tempur T50i hasil kerja sama KAI dan Korea, 6 unit SU-30 MK2 dan DUK buatan Rusia; dan Heli Full Combat SAR Mission direncanakan 6 unit sesudah Oktober 2014.
TNI AU juga saat ini telah memiliki 7 unit Pesawat CN-295 hasil kerja sama PTDI dan Airbus Military, dan akan ditambah 2 unit sesudah Oktober 2014. Selanjutnya, saat ini telah ada 2 unit Oerlikon Contrabes AG buatan Swiss, dan ditambah 4 unit sesudah Oktober 2014.
Sisriadi menambahkan, program khusus Alutsista non bergerak direncanakan 8 unit setelah Oktober 2014 untuk jenis Heli Serang Apache AH-64E buatan Amerika Serikat. Selain itu, 6 unit hasil Up Grade pesawat F-16, saat ini berjuamlah 6 unit dan direncanakan 18 unit sesudah Oktober 2014.
Sementara itu, dua unit Restorasi C-130 Hercules yang ada saat ini, akan ditambah 2 unit yakni pada Nopember 2014 dan Maret 2015.
Kemhan, lanjut Sisriadi, 3 unit Kapal Selam Diesel Electric Klas DSME 209 buatan Korea Selatan akan diserahkan kepada TNI AL pada Maret 2017, Oktober 2017 dan Desember 2018.
Alutsista non prioritas lainnya untuk TNI AL, adalah satu unit Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) buatan Belanda yang rencananya akan didatangkan pada Juni 2016 dan satu unit lagi pada bulan Juni 2018.
Sementara itu, TNI AU juga telah memiliki 4 unit Pesawat Super Tucano buatan Brazil dan 12 unit akan diserahkan minggu kedua bulan September 2014.
Dalam Renstra 2010-2014, Kemhan juga mendorong pengadaan Alutsista dalam negeri. Sebagai contoh, alutsista untuk TNI AD saat ini dalam proses produksi di PT Pindad yakni Retrofit AMX-13 termasuk 14 unit Panser APS 2 (6×6) yang juga sedang dalam proses pembuatan di PT Pindad.
Alutsista TNI AL yang diproduksi dari dalam negeri sebanyak 3 unit untuk jenis Platform KCR Type 40 diproduksi di PT Palindo Marine dan diserahkan ke TNI AL pada 15 Januari 2014. TNI AL juga akan mendatangkan alutsista produk dalam negeri yakni 2 unit Kapal Angkut Tank yang diproduksi PT Dok Perkapalan Kodja Bahari pada 9 Spetember 2014 dan satu unit Kapal Tank produk PT Daya Radar Utama pada 2 September 2014.
Sedangkan TNI AU juga mendorong pengadaan alutsista produk dalam negeri, misalnya satu unit CN-235 produk PTDI yang ditargetkan selesai pada Desember 2015. “Kemhan terus mendorong pengadaan alutsista yang diproduksi dari dalam negeri,” kata Brigjen TNI Sisriadi. (Jurnas)

Selasa, 19 Agustus 2014

Rantis Komodo SAM TNI AD

Rantis Komodo SAM (photo: Jalo).
Rantis Komodo SAM (photo: Jalo).
TNI AD pesan 52 unit Komodo versi SAM bekerjasama dengan Mistral. Pengerjaan masih jalan dan diperkirakan serah terima dilakukan tahun depan. (by Jalo).
Apa komentar Anda ?. Mantapkan.

TNI: 124 MBT Leopard akan Datang

Leopard 2A4 Indonesia
Leopard 2A4 Indonesia

“Ia tidak khawatir, pemerintah ke depan akan mengevaluasi atau bahkan membatalkan kontrak tersebut. Pasalnya, nota kerja sama yang sudah diteken kedua perwakilan tidak bisa dibatalkan begitu saja”


Jakarta - Kementerian Pertahanan (Kemenhan) telah membuat perjanjian dengan pabrikan Rheinmetall dalam membeli 124 unit MBT Leopard 2A4. Nilai proyek pengadaan MBT Leopard sebesar 280 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,27 triliun.
Kepala Puskom Publik Kemenhan, Brigjen Sisriadi menyatakan, perjanjian kontrak sudah ditandatangani. Karena itu, ia tidak khawatir, pemerintah ke depan akan mengevaluasi atau bahkan membatalkan kontrak tersebut. Pasalnya, nota kerja sama yang sudah diteken kedua perwakilan tidak bisa dibatalkan begitu saja.
Brigjen Sisriadi menyatakan, sebanyak 124 unit MBT Leopard dan tank Marder datang secara bertahap. “Sebanyak dua unit MBT Leopard dan dua unit tank Marder telah diserahkan pada 22 Septmber 2013. Sebanyak 26 unit MBT 2A4 plus 26 unit tank Marder rencananya daang pada pekan pertama September mendatang,” katanya kepada Republika Online, kemarin.
Jadwal selanjutnya, ada 21 unit diserahkan pada Desember mendatang. Pada 2015, datang empat gelombang pengiriman, yakni 25 unit pada Maret, tiga unit pada Juni, 21 unit pada September, dan 21 unit pada Desember.
“Sisanya, 24 unit diserahkan Rheinmetall ke Kementerian Pertahahan pada April 2016, 14 unit pada Juni, dan pengiriman terakhir sebanyak 21 unit diserahkan November 2016,” kata mantan kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat tersebut.
Sembari menunggu kedatangan MBT Leopard 2A4 dalam jumlah besar, ungkap Sisriadi, Kemenhan juga sedang membangun kapal pengangkut tank kelas berat. Saat ini, kata dia, baru satu kapal dari rencana tiga kapal pengangkut yang akan dibangun. “Pembangunannya di galangan di Bandar Lampung. Nanti kapal pengangkut bisa muat 10 tank Leopard,” ujarnya. (Republika.co.d).