Dalam gelar operasinya, TNI AL butuh peran kapal selam sebagai alutsista strategis yang punya daya getar. Tapi disisi lain, TNI AL juga mutlak punya elemen senjata AKS (Anti Kapal Selam). Begitu pun dengan matra darat, keberadaan tank tempur, baik tank ringan dan MBT (Main Battle Tank) dipandang punya peran sangat strategis. Dan fakta yang tak terbantahkan, TNI AD pun butuh kelengkapan senjata anti tank, maklum perkembangan MBT di kawasan Asia Tenggara menuntut TNI AD untuk meng-update sista jenis ini. Ditambah Indonesia tergolong tertinggal dalam update MBT.
Dalam program MEF (Minimum Essential Force) I, segala sesuatu termasuk ketertinggalan alutsista TNI dipercepat kedatangannya. Selain lini kavaleri yang kebagian MBT Leopard 2A4, Leoprad 2A4 Revolution, IFV 1A3 Marder, dan panser kanon Tarantula, segmen senjata anti tank pun mendapat perhatian serius. Lini senjata anti tank di lingkungan TNI AD masuk sebagai kesenjataan perorangan bagi prajurit infanteri. Sejatinya lini senjata anti tank bukan sesuatu yang baru, mulai tahun 80-an TNI AD sudah menggunakan LRAC89, Armbrust, C-90CR, dan Korps Marinir TNI AL yang menggunakan RPG. Kesemua senjata tersebut masuk golongan roket. Sementara di MEF I barulah TNI AD mendapat suguhan baru, yakni NLAW dan FGM-148 Javelin. Dua senjata yang disebut terakhir merupakan jenis rudal panggul yang dibekali sistem sensor dan kendali canggih/ATGM (Anti Tank Guided Missile).
NLAW (Next Generation Light Anti Tank Weapon), rudal anti tank buatan SAAB Bofors – Swedia, telah kami bahas tuntas di artikel terdahulu. Dan kini giliran, FGM-148 Javelin yang kami bahas. Dirunut dari kehadirannya, kabar pembelian rudal ini sudah terdeteksi sejak November 2012. Rilis resmi dari Defence Cooperation Agency menyebutkan bahwa Indonesia tertarik mengakuisisi sistem rudal FGM-148 Javelin berdasarkan skema FMS (Foreign Military Sales) dengan nilai kontrak senilai US$60 juta. Tentu ini terobosan besar bagi militer Indonesia, pasalnya Javelin termasuk senjata yang dijual terbatas oleh AS. Mengingat reputasi rudal ini, Javelin hanya dijual kepada kawan dekat AS. Di kawasan Asia Tenggara, tidak ada yang mengoperasikan Javelin, yang terdekat sebagai pengguna rudal ini adalah Australia.
Prajurit TNI AD sedang mencoba perangkat CLU Javelin.
CLU Javelin ampuh sebagai alat pengintai.
CLU Javelin
Insight CLU Javelin.
FGM-148 Javelin dibuat oleh Raytheon dan Lockheed Martin, AS, dioperasikan oleh dua orang, rudal ini punya jarak tembak maksimum 4.500 meter dan jarak tembak efektif 2.000 meter. Lain dengan NLAW yang sosoknya sudah ditampilkan untuk umum dalam Pameran Alutsista TNI AD 2013, maka Javelin penamakannnya masih terbatas. Sekilas penampakan rudal ini baru terendus dalam simulasi penembakan Javelin salam Latma Garuda Shiled 2013 di Cilodong – Jawa Barat.
Apa yang membuat Javelin begitu istimewa? Rahasianya terletak dari kepintaran pada sistem pengunci sasaran yang mampu mengirimkan perintah ke seeker yang mengunci sasaran. Setelah rudal meluncur, seeker section pada bagian depan rudal mengambil alih seluruh kinematik rudal dan mengarahkannya ke sasaran, independen dari penembak kecuali ada interupsi dari penembak. Untuk mengunci sasaran, penembak tinggal melihat display di dalam kotak pengunci sasaran/CLU (Command Launch Unit) dengan cara menempakan sasaran di tengah-tengah dua garis bracket (track box), menempatkannya sedemikian rupa sehingga sasaran memenuhi batas pinggir braket.
Selama proses ini, seeker akan berusaha memfokuskan image yang tertangkap di CLU, berusaha mengenalinya dan memasukkan algoritma gerakan kendaraan relatif terhadap posisi peluncur. Seeker dapat mengompensasi kendaraan yang bergerak sampai batas kecepetan 150 meter per detik atau 540 km per jam. Bisa dikata, mobi balap Formula 1 pun masih bisa dikunci oleh Javelin.
Tampilan jendela bidik pada CLU
BCU di tabung Javelin.
Komponen rudal
Rangkaian sistem Javelin.
Satu kelemahan dari sistem seeker yang bekerja terus menerus adalah panas berlebih yang dihasilkannya. Untuk mempercemat proses pendinginan, maka disediakan satu sistem pendinginan bernama BCU (Battery Coolant Unit) yang tidak dipasang di tubuh rudal, melainkan di sisi kanan luar tabung peluncur. Sebelum peluncuran, BCU mengaktifkan sistem elektrik di rudal dan menyediakan gas dingin argon yang bekerja berdasar prinsip mekanika Joule Thompson ke komponen seeker saat rudal masih berada di dalam tabung. Saat rudal meluncur, ganti tabung kecil argon di dalam rudal yang menyuplai gas dingin selama rudal terbang di udara hingga durasi 19 detik. Apabila seeker diaktifkan namun rudal tidak ditembakkan, maka BCU harus diganti apabila durasinya melewati empat menit.
Dalam gelar tempurnya, FGM-148 Javelin dirancang untuk beroperasi berpasangan sebagai sistem dari rudal dan alat bidik/pengendali yang disebut dengan CLU. Sistem rudalnya, yang disimpan dalam tabung fiberglas bersifat sekali pakai. Jadi begitu rudalnya meluncur, penembak tinggal membuang tabung kontainer rudal dan melepaskan CLU-nya. CLU dapat digunakan berkali-kali, selama masih ada baterai yang mentenagainya.
Dimulai dari tabung kontainer rudal, komponen ini terdiri dari tabung peluncur yang berisi rudal dan BCU. Rudal Javelin punya fitur soft launch, dimana pengoperasian rudal dibagi atas dua sistem, primer dan sekunder. Propelan sekunder cukup untuk melontarkan rudal keluar dari tabungnya tapi tidak menyembur keluar dari belakang dan tidak sampai menimbulkan risiko luka bakar bagi penembaknya. Sistem propelan soft launch ini memungkinkan peluncuran dari ruang tertutup seperti bangunan dengan hentakan tolak balik yang relatif kecil. Setelah mencapai jarak aman, rudal mengembangkan sirip ekor dan sirip utama lalu melesat dengan motor roket utama.
Paket kontainer Javelin.
Serdadu Inggris membawa Javelin.
Tentara AS di Afghanistan
Tentara AS di Irak.
Sistem motor roket Javelin didesain oleh Atlantic Research Company/Alliant Technology. Sistem kerjanya, tekanan tombol luncur mengaktifkan propelan sekunder yang mulai melesatkan rudal dari dalam, dimana gas panas dialirkan keluar dari saluran buang belakang. Setelah beberapa saat, sinyal dikirim ke sistem motor roket utama yang menyalakan roket utama. Saat tekanan gas sudah mencukupi di kamar motor roket, satu pembatas yang didesain untuk pecah saat tekanan sudah mencukupi akhirnya hancur sehingga gas dari motor roket utama mengalir ke ruang motor roket sekunder dan mengambil alih dorongan dari motor roket sekunder dan meluncurkan rudal ke sasaran.
Bergerser ke sistem hulu ledak, Javelin menggunakan sistem peledak HEAT (High Explosive Anti Tank) yang mengandalkan prinsip ruang hampa dan ledakan terkonsentrasi pada satu titik untuk meluncurkan gas yang amat panas dan meluncur dengan kecepatan tinggi sehingga mampu membor dan menembus lapisan baja, menciptakan efek kejut dan ledakan menyerpih (spalling) yang mematikan bagi siapapun atau apapun yang berlindung di balik lapisan baja.
Kemampuan Javelin meluncur secara pintar berkat sistem pemandu pintar yang tersimpan dalam modul CLU yang bisa dilepaskan dari tabung peluncurnya. CLU yang merupakan passive infra red sight. Dengan terus menjejak sasaran, penembak dapat meningkatkan tingkat perkenaan, terutama apabila sasaran sasaran bergerak. Penembak juga dapat mencari titik terlemah sasaran dan menjatuhkan Javelin di titik tersebut.
Saat bersiap menembakkan Javelin, penembak harus dalam posisi duduk dan memegangi CLU melalui dua pegangan (handgrip). Dalam kondisi siang, penembak bisa menggunakan day sight yang memiliki 4x pembesaran dan dapat dioperasikan tanpa baterai. Sementara untuk kondisi minim cahaya dapat menggunakan NVS (night vision sight) yang memiliki dua mode pembesaran.
Menurut rilis resmi dari Defence Cooperation Agency, Indonesia tertarik mengakuisisi sistem FGM-148 Javelin berdasarkan skema FMS (Foreign Military Sales) dengan nilai kontrak senilai US$60 juta yang meliputi :
1. Tabung rudal Javelin Block I
Indonesia menyatakan keiginan mengakuisisi 180 tabung rudal Javelin Block I, varian tercanggih yang baru dinyatakan sukses uji pada 2007. Upgrade ke Block I meliputi peningkatan kemampuan motor roket yang mengurangi waktu tempuh ke sasaran, peningkatan sensor dan hulu ledak untuk mengantisipasi lapisan pelindung ranpur yang semakin modern. Jarak tempuh efektif yang berubah menjadi 2.500 meter dan upgrade firmware ke unit CLU. Displaynya kini menganut model digital dan ditampilkan dalam format standar video RS-170.
2. Command Launch Unit
Sebanyak 25 unit CLU hendak dibeli, memberikan rasio 1:7 antara CLU dan rudal Javelin yang hendak dibeli Indonesia.
3. Missile Simulation Rounds
MSR merupakan simulator rudal Javelin yang digunakan di lapangan dan berbentuk tabung peluncur simulasi. MSR dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki bobot, bentuk dan titik berat yang setara dengan Javelin sungguhan. Namanya juga simulator, MSR tentu tidak diisi hulu ledak sungguhan, MSR digunakan untuk melatih penembak untuk merawat, menangani, dan membawa rudal Javelin. Apabila digabungkan dengan FTT (Field Tactical Trainer)/EBST (Enhanced Basic Skills Trainer), maka MSR dapat dipasangi CLU asli dan digunakan untuk simulasi penembakan. Simulasi CLU ini sendiri didasarkan pada sistem laser MILES yang merupakan standar NATO dan dapat digunakan untuk wargame.
Missile Simulation Rounds digunakan prajurit TNI AD.
4. Baterai
Unit baterai terdiri dari BCU (Battery Cooland Unit), baterai, peralatan pendukung, suku cadang, dan lainnya yang tidak disebutkan karena tergolong moving parts dan kebutuhannya sangat besar, mengingat satu baterai Javelin hanya dapat bertahan selama tiga jam dalam iklim tropis.
Satu hal yang menjadi keunggulan Javelin adalah CLU yang memiliki fitur setingan kontras dan kecerlangan sehingga nyaman digunakan. Selain itu CLU pun hanya ditenagai satu baterai lithium BA-5590U yang juga sekali pakai sehingga terhindar dari problem baterai drop. Banyak personel yang melepas CLU dan menggunakannya sebagai teropong observasi, mengingat saat digunakan dalam moda NFOV zoom bisa diraih mencapai 9x pembesaran. Boleh dibilang CLU saat ini adalah teropong malam infanteri terbaik di AD AS.
Agar stabil pengoperasian rudal dapat menggunakan tripod.
Menghantui Helikopter
Saat diluncurkan, Javelin akan melesat ke atas terlebih dahulu setinggi 50 – 150 meter agar seeker dapat mancari image sasaran yang positif. Karena kemampuan menanjak, Javelin mampu menyasar berbagai tipe sasaran. Selain ranpur, MBT, sasaran statis seperti bunker dan perkubuan musuh dapat dilumat oleh rudal ini. Bahkan Javelin dapat melibas heli tempur yang terbang rendah, sampai batasan tanjakan rudal Javelin sendiri, walaupun belum pernah ada bukti Javelin dapat menjatuhkan helikopter. Seorang penembak Javelin yang mahin dapat meluncurkan tiga rudal dalam waktu dua menit.
Sebagai sistem yang masih berusia muda, belum lagi dua dasawarsa, FGM-148 Javelin merupakan sistem yang matang dan boleh dibilang mampu menangkal hampir seluruh ancaman dari kendaraan lapis baja lawan. Walaupun bobotnya relatif berat, Javelin mampu memberikan daya hancur berkali-kali lipat dibanding roket anti tank.
Alur penembakan Javelin.
Prinsip dasarnya adalah pemakai mengunci sasaran dengan CLU (Command Launch Unit) yang berbasis infra red, dan rudal akan mengikuti jatuhnya infra red dalam kondisi terkunci sehingga tim penembak tak perlu mengunci sasaran secara terus-menerus. Setelah sasaran berhasil dihancurkan, tim penembak bisa melepas CLU dan tripod, serta membuang bekas tabung perluncurnya yang berbahan fiberglass. CLU tinggal dipasangkan ke tabung rudal yang baru.
Rudalnya sendiri terhubung dengan kawat fiber optik, dimana informasi dari CLU bisa di update ke dalam rudal yang sedang meluncur. Hal ini berarti sasaran bisa diubah, terus mengikuti sasaran yang bermanuver, atau meluncurkan rudal ke satu arah kemudian membelokkannya ke sasaran untuk menghindari lawan. Javelin mengadopsi fitur soft launch, dimana rudal terlontar terlebih dahulu, baru motor roketnya menyala, sehingga rudal ini aman ditembakkan dari dalam ruangan tertutup.
Javelin dibekali hulu ledak tandem berbasis shaped charged. Bagian pertama menjebol lapisan pelindung, yang kedua untuk menjebol lapisan yang sesungguhnya untuk memastikan kesuksesan menghantam lawan. Dalam skenario tertentu, Javelin dapat digunakan untuk menyasar helikopter yang terbang rendah. Untuk infanteri, satu prajurit didesain membawa dua tabung peluncur sekaligus, sementara prajurit lainnya membawa CLU
Javelin digunakan secara masif oleh pasukan AS di Irak dan Afghanistan. Rudal ini terbilang battle proven dalam kancah perang padang pasir di Irak dan Afghanistan, di Irak rudal ini sukses besar dalam menghancurkan banyak MBT Irak seperti tank T-55, di Afghanistan rudal ini kerap digunakan untuk mengnantam basis perkubuan pejuang Taliban. (Dikutip dari berbagai sumber)