Sabtu, 19 Juli 2014

Filipina Pesan LPD Indonesia

 
LPD & SSV
Galangan Kapal PT PAL Indonesia telah menandatangani kontrak untuk memasok dua kapal sealift strategis (SSVs) ke Angkatan Laut Filipina (Philippines Navy). Eksekutif PT PAL Edy Andarto seperti dikonfirmasi IHS Jane pada 17 Juli mengatakan bahwa kontrak senilai USD 92 juta, telah ditandatangani dengan Angkatan Laut Filipina pada bulan Juni dan kapal yang akan diserahkan pada tahun 2016 dan 2017.
LPD/ SSV Makassar Class
LPD Makassar Class

Kontrak tersebut juga menetapkan persyaratan bagi PT PAL untuk memberikan paket dukungan terpadu yang memungkinkan industri Filipina melakukan pemeliharaan terhadap Kapal SSV Angkatan Laut Filipina.
Gambaran bagian dalam kapal LPD/ SSV
Gambaran bagian dalam kapal LPD/ SSV

Diskusi atas kontrak SSV berlangsung sejak Januari dan PT PAL muncul sebagai satu-satunya penawar dalam program tersebut.(Jane).

Jumat, 18 Juli 2014

Memaknai Profesi Intelijen

 







Intelijen di Indonesia belum sepenuhnya mendapatkan posisi yang tepat, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Belum tepatnya posisi intelijen dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, disebabkan oleh beberapa hal, Pertama, pemahaman dan pemaknaan masyarakat tentang intelijen masih kurang, termasuk para elit maupun kalangan akademisi sekalipun. Kedua berbagai pengalaman empiris di masyarakat tentang intelijen masa lalu, masih membawa efek trauma berkepanjangan, akibatnya persepsi masyarakat terhadap dunia intelijen bervariasi. Ada pihak yang menyamakan intelijen seperti mata-mata pada zaman penjajahan untuk mengkhianati perjuangan bangsanya sendiri. Ada juga pihak yang menganggap orientasi kerja intelijen hanya demi kepentingan sekelompok elit penguasa. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa intelijen adalah makhluk yang serba bisa dan serba tahu.

Beragamnya persepsi masyarakat terhadap intelijen, tentu saja akan berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya aparat intelijen dalam melaksanakan tugasnya. Sikap dan perilaku masyarakat terhadap intelijen yang diwujudkan dalam bentuk sinisme, cacian dan cercaan, sehingga bisa kita jadikan motivasi untuk meluruskan dan menempatkan intelijen pada posisi yang seharusnya.


Pemahaman Umum tentang intelijen
Di Indonesia sering muncul satire (sindiran) melalui istilah “intel melayu” yang dipersepsikan oleh sebagian masyarakat dengan sosok petugas serem, bertubuh kekar, berkumis tebal, berambut cepak, berkacamata hitam, dan dengan pistol tersembul dibalik baju. Sindiran tersebut nampaknya kurang tepat. Menurut tokoh intelijen, Irawan Soekarno, jika berbicara intelijen, maka akan membicarakan intelijen dalam tiga aspek bungkusan, yakni intelijen sebagai sebuah organisasi, intelijen sebagai pengetahuan, dan intelijen sebagai aktivitas. Menurut UU intelijen nomor 17 tahun 2011, pengertian intelijen adalah pengetahuan, organisasi, dan kegiatan yang terkait dengan perumusan kebijakan, strategi nasional, dan pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi dan fakta yang terkumpul melalui metode kerja untuk pendeteksian dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional.
Intelijen sebagai organisasi adalah struktur formal dalam sebuah negara sebagai wadah sejumlah sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus dengan karakteristik khusus secara umum bersifat tertutup, bertujuan mengamankan kepentingan nasional. Intelijen sebagai pengetahuan merupakan informasi yang sudah diolah sebagai bahan perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan. Intelijen sebagai aktivitas, dimaknai sebagai semua usaha, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan penyelenggaraan fungsi penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan. Pemahaman pengertian intelijen dapat menggunakan berbagai pendekatan dengan berbagai literature.


Aktivitas dan Profesi
Dalam filsafat, aktivitas atau kegiatan adalah suatu hubungan khusus manusia dengan dunia, suatu proses yang dalam perjalanannya manusia menghasilkan kembali dan mengalihwujudkan alam karena ia membuat dirinya sendiri sebagai subjek dan gejala-gejala alam sebagai objek. Dalam psikologi, aktivitas adalah sebuah konsep yang mengandung arti fungsi individu dalam interaksinya dengan alam sekitarnya. Aktivitas psikis adalah hubungan khusus dari benda hidup dengan lingkungan.
Uraian tersebut menggambarkan bahwa antara kegiatan dan profesi, terdapat jarak yang sebenarnya cukup jauh. Masyarakat pada umumnya sering rancu memaknai “pekerjaan” dengan “profesi”. Tidak banyak para ahli memberikan pengertian tentang hal-hal tersebut secara khusus. Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan bahwa profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasa punya asosiasi profesi, kode etik serta sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.


Kontemplasi
Profesi intelijen memang unik, dan orang-orangnya dapat disebut aneh karena terkesan melawan kodrat, keharusan menekan ego ke bawah sadar, karena tidak terpenuhinya kebutuhan manusiawi mendapatkan pujian saat berhasil melaksanakan tugas yang sebenarnya merupakan sifat kodrati manusia, tidak dapat memberikan klarifikasi secara adil untuk membantah tuduhan-tuduhan yang disertai hujatan masyarakat kepada intelijen yang mungkin salah alamat, tergerusnya eksistensi pribadi dan jati diri ketika dalam pelaksanaan tugas harus menggunakan “cover” berlapis, bahkan ‘deep cover”, dan sebagainya.

Sebelumnya manusia tidak tahu apa profesinya kelak setelah dewasa. Akankah ia memiliki profesi sebagaimana dicita-citakan sejak kecil, atau ternyata ia harus menjalani profesi yang tidak ia bayangkan sebelumnya, bahkan bisa saja profesi yang tidak ia senangi, tetapi terpaksa ia jalani karena tidak ada pilihan lain. Manusia juga tidak mengetahui bahwa kelak akan menjadi intelijen. Mungkin sebelumnya bercita-cita lain. Bila demikian halnya, tidak ada pilihan lain saat ini suka atau tidak suka, saat ini profesinya adalah intelijen. Tugasnya sebagai manusia senantiasa harus berusaha keras, maka ia harus juga bekerja sebaik-baiknya. Bahwa besok pagi, lusa dan seterusnya apakah akan tetap menjadi intelijen ataukah ternyata mendapat profesi lain yang berkaitan dengan profesi intelijen atau mungkin juga tidak berkaitan sama sekali, itu hanya Tuhan yang mengetahui. Manusia akan merugi dan membuang umur bila hanya menyesali profesi yang harus digeluti saat ini yang menurut pendapatnya sebenarnya bukan profesi yang dikehendaki. Manusia tidak perlu mengeluh. Tugasnya adalah bekerja sebaik-baiknya dan kelak Tuhan yang akan menentukan. Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik bagi setiap manusia.

Di dunia ini banyak sekali profesi, tidak dapat dihitung jumlahnya, dan setiap saat bertambah dan berkembang muncul profesi baru yang tidak terbayangkan sebelumnya. Misalnya pada masa awal keberadaan manusia, berburu binatang merupakan profesi yang umum dan merupakan pusaran dari profesi varian lain seperti berdagang hasil buruan, membuat pakaian dari kulit hasil buruan, dan sebagainya, yang kesemuanya merupakan adalan manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam perkembangan berikutnya, banyak aneka profesi.Semua profesi yang berkembang dewasa ini pada umumnya mudah dikenali masyarakat, mudah dipahami, mudah ditiru, dan mudah diterima masyarakat.

Dalam hal pengertian yang melekat pada profesi intelijen, lebih cenderung pada pengertian yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Jarang ditemukan”, dalam arti masyarakat umum jarang menemukan adanya orang-orang intelijen ditengah mereka. Juga masyarakat umum jarang menemukan ilmu pengetahuan intelijen secara benar, sehingga banyak yang tidak tahu apa itu intelijen, fungsi dan peranannya dalam kehidupan bernegara secara tepat, dan akibatnya pemahamannya dapat berbeda sesuai pengalaman masing-masing.

Profesi intelijen mengalami situasi dilematis diantaranya adalah situasi dilematis dimensi pribadi atau diri sendiri. Kemudian yang lebih repot lagi adalah situasi dilematis yang berada dalam dimensi kemasyarakatan, dan yang paling rumit adalah situasi dilematis dalam dimensi kenegaraan. Situasi dilematis yang berada dalam dimensi pribadi seseorang yang berprofesi intelijen, lebih banyak terkait dengan takdir dan kodratnya sebagai intelijen dalam menjalankan tugasnya, bahkan ketika tidak sedang bertugas sekalipun.

Sesuai kodratnya manusia memiliki kecenderungan kuat untuk menceritakan kembali apa yang dilihat atau yang didengarnya kepada orang lain yang belum mengetahui. Apapun motivasinya. Terlebih lagi bila hal yang dilihat dan didengar tersebut dianggapnya memiliki nilai lebih, baik karena keunikan, kehebatan, atau yang lainnya termasuk sifat kerahasiaannya. Tentu saja insan intelijen menempatkan dirinya dalam situasi dilematis, disatu sisi sebagai manusia biasa ia memiliki kecenderungan untuk menceritakan kembali apa yang telah dilihat dan didengar, dan di sisi lain sebagai insan intelijen yang tahu karakteristik dan etika profesi melarangnya untuk melakukan hal yang oleh masyarkat umum dianggap sesuai kodrat.

Selain semua insan intelijen harus mampu mengatasi situasi dilematis yang berada dalam dimensi pribadi tersebut, ia juga harus mampu menyiasati situasi dilematis yang berada dalam dimensi kemasyarakatan. Salah satu contoh sederhana dan hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan kegiatan intelijen yang bersifat tertutup, yang tentu sering terjadi dan banyak bersinggungan dengan masyarakat diantaranya adalah penggunaan kedok atau cover ketika sedang melaksanakan kegiatan atau operasi tertutup, bahkan seringkali juga ketika tidak sedang bertugas.

Setelah situasi dilematis yang berada dalam dimensi kemasyarakatan berhasil dilalui dengan baik, persoalan lain yang menunggu adalah situasi dilematis yang berada dalam dimensi kenegaraan. Satu diantara situasi demikian diantaranya adalah adanya kenyataan, bahwa di negara manapun, kapanpun dan sampai kapanpun profesi intelijen diperlukan oleh masyarakat dan oleh pemerintah, dan disinilah dibutuhkan intelijen berperan dalam mewaspadai adanya ancaman, gangguan dan hambatan. Pemerintah di manapun akan senantiasa memerlukan lembaga intelijen untuk memasok data, informasi dan analisa serta melaksanakan jasa lain atas perintah user, yang tidak dapat dilakukan oleh instansi atau lembaga lainnya.

Disinilah letak situasi dilematis dalam dimensi kenegaraan yang menempatkan user maupun lembaga intelijen sama-sama berada dalam situasi sulit. Di satu sisi user memerlukan, tetapi di sisi lain mewaspadai. Di lain pihak, para personil intelijen yang menguasai informasi, juga bisa tergoda untuk menyelewengkan pemanfaatan informasi untuk hal yang tidak semestinya. Itu sebabnya, diperlukan usaha untuk memperkuat keyakinan salah satunya dasar pokok dalam bisnis intelijen adalah “kepercayaan”. Dengan kepercayaan, situasi dilematis dalam konteks ini dapat lebih mencair. Itu sebabnya, tidak heran apabila seorang Kepala Lembaga Intelijen adalah orang yang paling dipercaya oleh Kepala Negara. Demikian pula struktur hierarkis yang ada di bawah kelembagaan intelijen secara internal dan berjejang tentu merupakan orang kepercayaan Kepala Lembaga yang juga pastinya ditopang dengan profesionalisme.

Dalam hal penggunaan cover dalam menjalankan tugasnya, petugas intelijen ditempatkan dalam situasi dilematis ditinjau dari dimensi kenegaraan, terutama terkait dengan keterpaksaan seperti “berbohong”, konsekuensi yang ditimbulkan dari keterpaksaan “berbohong” yang dilakukan berkali-kali sebagai akibat kurang kreatif dalam melakukannya, dikhawatirkan juga akan berdampak dan ditujukan kepada atasan dengan mengarang cerita “bohong”. Apabila hal ini terjadi, dapat dipastikan suatu saat atasannya akan melihat indikasi ke arah itu, sehingga atasan sudah mulai kurang mempercayainya. Jika demikian, maka tentu sudah merupakan lampu kuning dalam hal pembinaan personil sehingga dibutuhkan pembinaan khusus dalam hal penanganannya. Petugas intelijen menjadi merasa tidak nyaman bekerja ketika merasakan gejala atasannya kurang mempercayainya lagi. Sebaliknya atasan juga merasa kurang nyaman memberikan penugasan kepada anak buahnya yang sudah kurang ia percaya. Demikianlah rumit dan peliknya mengatasi situasi dilematis terkait dengan ‘kebohongan” ketika semua pihak menyadari arti penting “kepercayaan” dalam bisnis intelijen. Sebuah profesi yang penuh dengan situasi dilematis yang sungguh menantang dan unik, sekaligus mengherankan karena terdapat orang-orang yang dengan kreatif mampu melakukannya dan dengan senang melaksanakannya.

Seorang analis senior CIA menyebut salah satu tugas intelijen adalah “to pierce the fog of the future”, yakni menembus kabut masa depan. Untuk bisa menembus kabut masa depan, tentu harus mengetahui situasi masa kini, bahkan masa lalu. Pertanyaannya adalah personil-personil atau lembaga intelijen memang serba mengetahui berbagai hal, yakni apakah masa lalu berikut hal-hal yang masih menjadi misteri, masa kini termasuk hal-hal yang masih menjadi teka-teki, bahkan masa datang tentunya masih terselimuti kabut.

Dalam kehidupan pengetahuan di dunia ini terdapat sedikitnya enam predikat bagi orang-orang yang berkonotasi “tahu”, yaitu: (1) orang yang tahu bahwa dirinya tahu tetapi bersikap pura-pura tidak tahu; (2) orang yang tahu bahwa dirinya tahu dan bersedia memberitahu orang lain tentang apa yang diketahuinya; (3) orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu tetapi tidak bersedia memberi tahu orang lain yang belum tahu; (4) orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu tetapi merasa tahu sehingga menjadi orang yang sok tahu; (5) orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu dan bersedia mencari tahu; (6) orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu tetapi tidak mau mencari tahu. Dari enam kelompok orang berkonotasi tahu tersebut di mana intelijen berada, dapat bermacam-macam.

Dengan demikian, ketika seorang intelijen tidak memberitahu kepada penanya tentang apa yang ditanyakan, belum tentu ia benar-benar tidak mengetahui sesuatu, atau sebaliknya juga belum tentu ia berpura-pura tidak mengetahui. Jadi dalam hal konotasi “tahu”, seorang intelijen memang sulit ditebak. Ia belum tentu tahu, dan sebaliknya juga belum tentu tidak tahu. Memang profesi yang dihuni orang-orang yang unik dan misterius sekaligus aneh.


Profesi Unik
Mungkin tidak berlebihan apabila ada yang mengatakan bahwa intelijen adalah sebuah profesi unik dilakukan oleh orang-orang aneh. Dalam kaitan unik dan aneh tersebut, akan dicoba melihat keunikan dan keanehannya sampai dengan saat ini. Profesi tersebut menjadi unik, sebab bentuknya memang tersendiri, lain dari yang lain dan berbeda. Pada beberapa aspek tetap terdapat persamaan antara profesi intelijen dengan profesi-profesi lain. Namun, pada aspek-aspek khusus, walaupun memiliki persamaan, terdapat kekhususan yang membedakan antara profesi intelijen dengan profesi lain, yang justru menambah keunikannya.

Dalam hal berkomunikasi, juga terdapat keunikan pada profesi intelijen, sebab saat tertentu harus menggunakan komunikasi klandestin yang tidak sederhana. Pada dasarnya, komunikasi dapat juga dilakukan dengan menggunakan sarana publik. Akan tetapi, dalam situasi tertentu ada kalanya perlu menggunakan bahasa sandi atau tulisan yang menggunakan crypto, atau juga menggunakan cara lama yang manual seperti tulisan rahasia, kadangkala tidak boleh diabaikan.

Cukup besarnya risiko bahaya yang dipertaruhkan dalam pelaksanaan tugas intelijen, terutama bersifat kegiatan dan operasi klandestin; mudah tergelincir atau bahkan mudah tergoda untuk memanfaatkan informasi sebagai sebuah kekuatan untuk kepentingan kelompok dalam rangka memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan kekuasaan. Sampai saat ini, ditengarai tidak sedikit insan intelijen yang masih mudah tergelincir dan tergoda oleh kekuasaan dibanding semangat pengabdian, lebih mengejar jabatan dibanding mengedepankan sikap amanah dan pelaksanaan tugas, lebih mementingkan materi dibanding kehormatan pribadi atau kelompoknya, diantaranya telah berusaha memanfaatkan dan menyalahgunakan situasi melalui perilaku kurang terpuji, yakni keliru memaknai atau justru dengan sengaja memelintir pemaknaan terhadap karakteristik profesi intelijen. Dalam upaya meningkatkan kualitas pengabdian melalui profesi intelijen, kondisi tersebut merupakan pekerjaan rumah bersama yang tidak akan pernah ada habisnya, akan tetapi sangat menantang, unik sekaligus aneh.(*)


(Disarikan dari buku karya Supono Sugirman, “Intelijen, Profesi Unik Orang-Orang Aneh”, Jakarta: Media Bangsa, 2012).


BIN.

KRI Dewa Kembar 932: Perjalanan dari Perang Malvinas Hingga Laut Nusantara

932 KRI Dewa Kembar
Menyandang predikat negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sudah barang tentu menyadari pentingnya peran hidro oseanografi. Baik untuk kepentingan sipil dan militer, survei dan pemetaan bawah laut begitu vital untuk dilakukan. Misalnya untuk operasional kapal selam, dengan dukungan informasi dan peta bawah laut yang memadai, maka aspek gelar peperangan bawah laut menjadi satu langkah unggul dibanding lawan yang masih harus meraba kontur bawah laut suatu wilayah.
TNI AL (d/h ALRI) sejak tahun 1951 telah menaruh perhatian khusus dengan membentuk badan khusus untuk fungsi hidrogafi, kemudian saat ini badan untuk urusan survei, peneletian, publikasi , serta keselamatan navigasi pelayaran dilakukan oleh Dinas Hidro-Oseanografi (Dishidros) yang kedudukannya langsung dibawah KSAL. Seperti halnya satuan kapal eskorta, satuan kapal amfibi, dan satuan kapal cepat, maka Dishidros pun punya armada kapal tersendiri, yakni Satuan Surveihidros (Satsurveihidros).
Di era 1960-1970an, saat TNI AL masih berjaya dengan armada kapal selam kelas Whiskey dari Uni Soviet, kapal survei milik TNI AL ada beberapa jumlahnya. Diantaranya KRI Burujulasad 931 yang berarti gugusan bintang dalam bahasa Arab, dan KRI Jalanidhi 933 yang berarti dewi laut dalam mitologi Hindu. Kapal-kapal ini sempat mempunyai nomer lambung sendiri yang berawal angka 10, tapi kemudian dimasukkan ke Satuan Kapal Bantu dengan nomer kepala 9.
KRI Dewa Kembar 932
KRI Dewa Kembar 932
HMS Hydra A144
HMS Hydra A144

Saat ini Satsurveihidros memiliki 5 (lima) KRI, khusus KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO.Dari ke lima KRI tersebut 1 (satu) KRI Dewa Kembar 932, 1 (satu) KRI Leuser 924 dan 3 (tiga) kelas kondor yaitu KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang 723 dan KRI Pulau Rempang 729. KRI yang berada dijajaran Satsurveihidros sejatinya bukanlah merupakan jenis kapal survei namun menyikapi keterbatasan yang ada TNI Angkatan Laut memodifikasi kapal-kapal tersebut untuk dapat dijadikan kapal survei. Awalnya bahwa kapal-kapal tersebut merupakan kapal tipe rumah sakit, kapal tunda samudera dan kapal penyapu ranjau sehingga memiliki nama dan nomor lambung yang berbeda namun memiliki fungsi azasi yang sama sebagai kapal survei. KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO.
Nah, dibanding satuan kapal lain di lingkungan armada TNI AL, Satsurveihidros bisa dikata yang paling jarang mendapat update pengadaan kapal. Nyaris tidak terdengar ada tambahan kapal baru untuk Satsurveihidros. Untuk saat ini, sejatinya hanya ada satu kapal, yakni KRI Dewa Kembar 932 yang punya asasi sebagai kapal survei dan riset bawah air. Seperti diulas pada artikel sebelumnya, TNI AL dalam waktu dekat akan kedatangan dua kapal hidro oseanografi tipe OCEA OSV190 SC WB buatan Perancis.
HMS Hecate, sejenis dengan HMS Hydra.
HMS Hecate, sejenis dengan HMS Hydra.
Dalam bidikan periskop.
Dalam bidikan periskop.

KRI Dewa Kembar 932
Bila dirunut dari identifikasi nama, Dewa Kembar merupakan julukan dari Dioskuri, dewa dalam mitologi Yunani yang juga nama gugusan bintang. Dewa Kembar diambil dari dua bintang yang bersinar paling terang pada rasi bintang Gemini yaitu Castor (Alpha Geminorum) dan Pollux (Beta Geminorum). Banyak orang mempersepsikan kedua bintang tersebut sebagai contoh orang India melukiskan bahwa kedua bintang tersebut merupakan 2 (dua) dewa.
KRI Dewa Kembar bukanlah kapal yang dibeli baru oleh pemerintah Indonesia, sebelum bernama KRI Dewa Kembar, kapal ini punya identitas HMS Hydra A144 yang dimiliki AL Kerajaan Inggris (Royal Navy). Mengenai sejarahnya, peletakan lunas pertama HMS Hydra dimulai pada 14 Mei 1964 oleh galangan Yarrow & Ltd, Scotsoun Glasgow, Inggris. Kemudian, kapal resmi meluncur pada 14 Juli 1965. AL Inggris aslinya punya tiga kapal yang sejenis, yakni HMS Hecla, HMS Hecate, dan HMS Hydra. Karena yang meluncur pertama adalah HMS Hecla, maka identitas seri kapal ini disebut sebagai Hecla Class. Setelah digunakan hampir dua dekade oleh Inggris, HMS Hydra kemudian dilego ke Indonesia pada 22 Mei 1986, dan resmi masuk arsenal TNI AL pada 10 September 1986. Bila ditelaah, kedatangan kapal ini berdekatan dengan hadirnya frigat kelas Tribal yang dibeli bekas Indonesia dari pemerintah Inggris.
Tampilan buritan, kapal ini dibekali helipad dan fasilitas hangar.
Tampilan buritan, kapal ini dibekali helipad dan fasilitas hangar.
Heli Wasp menjadi pendukung untuk tugas-tugas evakuasi dan survei.
Heli Wasp menjadi pendukung untuk tugas-tugas evakuasi dan survei.
HMS Hydra dalam perang Malvinas.
HMS Hydra dalam perang Malvinas.
Jelang operasi di Malvinas. HMS Hecla tengah dipersiapkan dikonversi menjadi kapal rumah sakit di pelabuhan Gibraltar.
Jelang operasi di Malvinas. HMS Hecla tengah dikonversi menjadi kapal rumah sakit di pelabuhan Gibraltar.
Beberapa tahun sebelum menjadi milik TNI AL, tepatnya pada tahun 1982 kapal ini ikut ambil bagian dalam operasi militer yang bersejarah, yakni dilibatkan dalam kancah Perang Malvinas (Falkland War). Karena kebutuhan yang mendesak dalam operasi di seberang lautan, HMS Hydra yang kodranya adalah kapal survei dan riset bawah laut, fungsinya dialihkan sebagai kapal rumah sakit. Kapasitasnya yang mampu membawa penumpang hingga ratusan dan adanya helipad plus hangar menjadi keputusan dipilihnya HMS Hydra sebagai kapal rumah sakit. Proses modifikasi dari kapal survei menjadi kapal rumah sakit berlangsung di pangkalan angkatan laut Portsmouth. Modifikasi yang dilakukan mencakup perubahan cat, pemberian identitas palang merah, dan menghilangkan starboard engine. HMS Hydra memulai pelayaran jarak jauh ke Falkland pada 24 April 1982. Dengan dukungan helikopter Westland Wasp, cukup banyak nyawa prajurit Inggris yang berhasil di evakuasi dan kemudian mendapat perawatan medis di kapal ini.
Lepas dari operasi di Malvinas, HMS Hydra dikembalikan fungsinya sebagai kapal survei. Terakhir AL Inggris telah meng-upgrade sistem sonar dan kalibrasi beberapa perangkat elektronik. Kelengkapan terkini pada HMS Hydra mencakup radar Kelvin Hughes Type 1006, Hydroplot Satellite navigation system, computerised data logging, gravimeter, magnetometers, sonars, dan echo-sounders. Menunjang misi survei, kapal ini juga dibekali laboratorium. Meski tak dirancang untuk melakukan peperangan, Dewa Kembar yang masuk kategori KRI, juga dibekali persenjataan untuk self defence, yaitu dua pucuk kanon PSU (penangkis serangan udara) laras ganda kaliber 25 mm.
Beberapa kegiatan yang dilakukan KRI Dewa Kembar mencakup survei base point, survei ALKI (alur laut kepulauan Indonesia), survei untuk kepentingan peningkatan fasilitas labuh pangkalan TNI Angkatan Laut dan lain-lain. Untuk operasional di laut Indonesia, tentunya Dewa Kembar telah mengalami modifikasi, pasalnya operasional kapal ini sebelumnya lebih banyak di kawasan Atlantik. Untuk meningkatkan kinerja mesin, Dewa Kembar pun telah dilakukan proses repowering. (Gilang Perdana)

Spesifikasi
Buatan : Inggris.
Panjang maks : 79,25 meter.
Lebar maks : 15,24 meter.
Draft : 4,88 meter.
Awak : 12 perwira dan 116 kelasi
Bobot : 2.000 ton (standar) dan 2.762,59 ton (muatan penuh).
Mesin : Diesel-electric drive 3 × Paxman 12 YJCZ diesels producing 2,434 hp
Kecepatan ekomonis : 9 knot.
Kecepatan jelajah : 10 knot.
Kecepatan maks : 13,5 knot.
Persenjataan : 2 pucuk meriam kal 25 mm laras ganda.

Serbuan Amfibi Marinir di RIMPAC 2014

 
image
Kendaraan LVT-7 Marinir dalam latihan RIMPAC 2014 (all photos : Marinir)

Prajurit Korps Marinir TNI AL Serbu Hawaii
Satu peleton Korps Marinir dipimpin Lettu Marinir William David Halley, Minggu (13/7) melakukan serbuan dengan kendaraan tempur (ranpur) amfibi LVT (Landing Vehicle Traked)-7 di MCTAB (Marine Corps Training Area Bellow), Bellow Beach, Hawaii.
image
Serbuan mekanis dalam bentuk Kerjasama Infanteri Tank (KSIT) gabungan infanteri dan ranpur Korps Marinir tersebut merupakan bagian dari skenario latihan Satgas Latma Rim of the Pasific (RIMPAC) 2014 dibawah kendali Komandan Kompi Kapten Marinir Helmy Hamsyir yang dilaksanakan di Hawaii. Kegiatan ini dalam rangka menyelesaikan perintah operasi di sasaran CLT objektif 4 (mount site 2) guna pengamanan objek vital air, dan mengamankan AO (area of operation) PLT 2 CLT 2. Selain itu juga dilaksanakan patroli sektor guna pengamanan jalur logistik dari satuan atas selama dua hari ke depan.
image
Sebelumnya pada Jumat (11/7) prajurit Korps Marinir TNI AL melaksanakan latihan pendaratan di pantai Bellow, Oahu, Hawaii. Pendaratan yang juga diikuti personel gabungan dari Amerika, Australia, dan Tonga ini melibatkan dua ranpur amfibi Landing Vehicle Traked (LVT)-7 dan 13 unit Assault Amphibious Vehicle (AVV) yang diluncurkan dari kapal perang Amerika USS Rusmore LSD-47.
image
Pendaratan dua buah LVT-7 milik Korps Marinir TNI AL yang dipimpin Lettu Marinir Remon Dabuke, berhasil mendarat di pantai setelah menempuh jarak kurang lebih 8255 meter dalam waktu 1 jam 20 menit. Usai mendarat dilanjutkan dengan melaksanakan pertahanan/ harbouring di Marines Corps Training Area Bellow (MCTAB).
image
Pada waktu yang sama, di tempat berbeda, satu peleton Marinir yang dikomandani Kapten Agus Muttaqim melaksanakan HELO (Helly Operation) yang on board di kapal perang USS Peliliu LHA-5.
image
Latihan ini dilaksanakan sebagai kerjasama infanteri dan ranpur saat operasi darat untuk menguji kecepatan dan kekompakkan dalam penyerangan dan pertahanan secara cepat dan aman. (marinir.mil.id).

F-16 C/D 52ID TNI AU Mendarat di Alaska

 
F-16 c-d
Pesawat F-16 TNI AU TS 1623 dan TS 1625 akan melaksanakan air refueling pada pesawat KC-10 USAF pada ketinggian 25.000 kaki. Selasa (15/7).­ (photo : TNI AU)­
Tiga pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU dengan call sign “Viper Flight,” sudah meninggalkan Hill AFB Utah dan mendarat dengan selamat di Eielson AFB Alaska. Pesawat pertama adalah TS 1620 dengan crew Maj Collin Coatney/Ltk.Firman Dwi Cahyono, pesawat TS 1623 diawaki Ltc Erick Houston/ May. Anjar Legowo dan pesawat TS 1625 diawaki Col Phil Purcel. Tiga buah pesawat F-16 C/D lepas landas dari Hill AFB Utah pukul 11.15 waktu setempat untuk bertemu dengan pesawat tanker KC-10 yang akan mengawal pesawat sampai Alaska.
Perjalanan ditempuh dengan ketinggian 25.000 kaki pada kecepatan 0.8 MN (Mach Number) atau sekitar 480 KTAS (Knots True Air Speed) melewati area gurun, area perkotaan, selat sepanjang pantai dan juga pegunungan yang tertutup salju di wilayah Canada bagian utara sebelum memasuki wilayah Negara bagian Alaska. Selama perjalanan dilaksanakan air to air refueling dengan pesawat KC-10 dari Travis selama 3 kali pengisian.
Pesawat mendarat dengan ILS approach di Eielson AFB Alaska di tengah guyuran hujan dan angin samping (crosswind 20 kts) pada pukul 13.51 waktu setempat di mana Alaska berada pada zona waktu GMT-8. Rencana pada leg berikutnya keberangkatan akan dilaksanakan pada hari Kamis pukul 11.00 waktu Alaska menuju Guam yang akan menempuh waktu perjalanan lebih dari 9 jam. Dalam perencanaan penerbangan “ferry flight” dari Hill AFB Utah menuju Lanud Iswahjudi Madiun dimulai dengan perjalanan dari Hill AFB, Utah menuju Eilsen AFB Alaska dengan waktu 4 jam 23 menit, selanjutnya tgl 17 Juli berangkat dari Eilsen AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam selama 9 jam 40 menit dan leg terakhir tanggal 20 Juli dari Guam langsung menuju Lanud Iswahyudi Madiun dengan waktu 5 jam 16 menit. Ketiga pesawat direncanakan akan mendarat pada pukul 11.16 di lanud Iswahjudi Madiun pada tanggal 20 Juli 2014 langsung diparkir di hangar Skadron Udara 3 “The Dragon Nest”.
Keenam instruktur penerbang mulai bulan Agustus akan melanjutkan latihan terbang konversi F-16 C/D nya di Lanud Iswahyudi Madiun dibawah supervisi empat instruktur penerbang dari US Air Force Mobile Training Team. Karena konfigurasi awal pesawat F16C/D-52ID tidak dilengkapi dengan drag chute (rem payung) maka pesawat-pesawat ini direncanakan akan menjalani modifikasi pemasangan peralatan drag chute yang dilakukan tehnisi TNI AU dibantu personil Lockheed Martin pada kuartal pertama 2015.
Pengadaan 24 pesawat F16 C/D-52ID dalam Proyek “Peace Bima Sena II” ini merupakan kerjasama antara Pemerintah AS dan Indonesia berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada tanggal 17 Januri 2012. Pelaksanaan regenerasi meliputi structural/airframe upgrade pesawat Block 25 hingga mencapai masa usia pakai (service life) optimal. Disisi lain modernisasi avionic dan engine pesawat akan meningkatkan kemampuan menjadi setara dengan F-16 block 52. Upgrade Pesawat F-16 C/D 52ID ini tidak main-main karena mengejar kemampuan setara dengan Block 52, terutama pemasangan Mission Computer MMC- 7000A versi M-5 yang dipakai Block 52+, Improved Data Modem Link 16 Block-52, Embedded GPS INS (EGI) block-52 yang menggabungkan fungsi GPS dan INS , Electronic Warfare Management System AN/ALQ-213, Radar Warning Receiver ALR-69 Class IV, Countermeasures Dispenser Set ALE-47 untuk melepaskan Chaff/Flare. Sedangkan kemampuan radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan agar mampu mendukung peralatan dan system baru yang dipasang.
Tidak hanya itu, seluruh mesin pesawat tipe F100-PW-220/E menjalani upgrade di sehingga menjadi baru kembali. Seluruh pesawat menjalani upgrading dan refurbished rangka “airframe” serta sistem “avionic” dan persenjataan di Ogden Air Logistics Center Hill AFB, Utah.
Rangka pesawat diperkuat, cockpit diperbarui, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang, semua system lama di rekondisi menjadi baru dan system computer baru ditambahkan agar pesawat lahir kembali dengan kemampuan jauh lebih hebat.
Pengadaan 24 F-16 C/D-52ID tersebut akan melengkapi Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi dan Skadron Udara 16 Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru untuk menambah kekuatan tempur TNI Angkatan Udara sebagai tulang punggung kekuatan dirgantara (Air Power) kita demi menjaga Keamanan Nasional Indonesia. (TNI AU).

Pelatihan Awak KRI Bung Tomo Class

 
KRI Bung Tomo 357 (photo : Grhm Rpr)
KRI Bung Tomo 357 (photo : Grhm Rpr)

Prajurit Koarmatim yang menjadi awak kapal perang fregate buatan Inggris menerima pembekalan teknis dari kru ahli bidang senjata, radar, mesin di Galangan Kapal di Barrow in Furness, Inggris, Selasa (15/07/2014). Para prajurit tersebut tergabung dalam Satuan Tugas Multi Role Light Fregatte (MRLF).
(photo: Dispenarmatim)
(photo: Dispenarmatim)

Sebelumnya, para prajurit pengawak kapal perang jenis MRLF ini, telah melaksanakan berbagai pelatihan dan pembekalan tentang fungsi, peran, prosedur, pengoperasian peralatan, baik secara individu maupun terintegrasi bagi para calon pengawak kapal perang ini di Kolatarmatim.
Satgas MRLF dipimpin oleh Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan. Selama di Inggris parajurit TNI AL yang menjadi awak kapal perang itu mendapatkan berbagai macam pembekalan tentang senjata, radar, mesin dan pengetahuan struktur bangunan dan operasional kapal tersebut. “Dengan demikian diharapkan prajurit dapat mengawaki peralatan yang berada di kapal perang itu sesuai tugasnya”, Kata Dansatgas MRLF.
Ketiga kapal MRLF rencanaya diserahkan Pemerintah Inggris ke Pemerintah RI dalam waktu dekat, sekaligus penamaan kapal perang tersebut menjadi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). Nama ketiga kapal perang tersebut yaitu KRI Bung Tomo-357, KRI Jhon Lie-358 dan KRI Usman Harun-359.
Ketiga kapal ini akan diseberangkan secara bertahap menuju tanah air. Tahap pertama Adalah KRI Bung Tomo 357 dan KRI Usman Harun-359. Sedangkan tahap kedua adalah KRI Jhon Lie-358. (tnial.mil.id).

Serah Terima Pesawat F-16 C/D 52ID

 
Hill Air Force Base menyelesaikan tiga F-16 untuk diserahkan ke TNI AU
Hill Air Force Base menyelesaikan tiga F-16 untuk diserahkan ke TNI AU

Tiga dari 24 pesawat tempur F-16 C/D 52ID telah diserahkan oleh pemerintah Amerika Serikat kepada pemerintah Indonesia di hangar Flight Test Facility Hill AFB, Senin (14/7/2014) waktu setempat. Pihak Amerika serikat diwakili Dr Chalon Keller yang sehari-hari menjabat sebagai acting chief F-16 International Branch.
Ia menyerahkan tiga pesawat F-16 C/D 52ID kepada pihak Indonesia yang diwakili Atase Udara RI Kol Pnb Beni Koessetianto. Pengadaan 24 pesawat F16 C/D-52ID dalam Proyek “Peace Bima Sena II” ini merupakan kerjasama antara Pemerintah AS dan Indonesia berdasarkan kontrak yang ditandatangani 17 Januri 2012.
Ketiga pesawat terdiri dari dua pesawat F-16 D (kursi ganda) dengan nomor ekor TS-1620 dan TS-1623, serta sebuah pesawat F-16 C (kursi tunggal) dengan nomer ekor TS-1625. Turut hadir pula dalam acara penyerahan ini Maj. Gen Brent Baker selaku Komandan Hill AFB, perwakilan dari 309 AMXG, perwakilan dari Kellstrom Industry, BAE system, Northrop Grumman, Indonesian F-16 program office Mayor Tek Subagyo serta Komandan Skadron Udara 3 Letkol.Pnb.Firman “Foxhound” Dwi Cahyono beserta dua orang penerbang yaitu Mayor.Pnb.Anjar “Beagle” Legowo dan Mayor Pnb.Bambang “Bramble” Apriyanto.
Dalam kesempatan ini pula untuk pertama kalinya para penerbang Skadron Udara 3 melihat sosok luar dan cockpit F-16 C/D block 52 ID yang tampak baru dengan hampir semua peralatan dan layar penunjuk baru. Para penerbang mendapat penjelasan saat diberi kesempatan melihat pengerjaan pesawat-pesawat lain yang sedang di regenerasi setelah acara serah terima.
Dibutuhkan waktu kurang lebih 17.500 man-hour untuk mengerjakan pesawat pertama, karena baru pertama kali Depo Regenerasi dan Lockheed Martin melakukan upgrade mengganti system avionik pesawat blok 25 dengan blok 52.
Untuk pengerjaan pesawat ke dua dan selanjutnya hanya dibutuhkan 15.000 man hour atau mungkin kurang setelah pabrikan mendapatkan road map pengerjaan pesawat.
Sebelumnya Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI I.B Putu Dunia didampingi Atase Udara RI di Washington DC, Kol Pnb Benedictus B Koessetianto dan Technical Liaison Officer Mayor Tek. Subagyo telah melaksanakan kunjungan kerja selama 2 hari di Depo Regenerasi Hill AFB, Utah pada tanggal 4-5 April 2014. Dalam kesempatan tersebut Kasau melaksanakan inspeksi ke hangar tempat regenerasi pesawat dilaksanakan. Kasau juga melihat langsung pesawat pertama (TS 1625) yang telah selesai melaksanakan upgrade dan modifikasi.
Menjelang penyerahan enam orang penerbang menjalani ground training di Tucson ANG Base Arizona. Selama menjalani kegiatan ground training baik di kelas maupun di simulator mereka mendapatkan bahwa metode yang diterapkan sangat efektif.
Pelajaran di kelas dan pelatihan di simulator ditekankan kepada pendalaman avionik apa saja yang diupgrade serta penggunaannya dalam penerbangan. Simulator di sini ada dua macam, yaitu simulator untuk block 25 dan simulator untuk block 42.
Pelatihan para penerbang TNI AU menggunakan simulator block 42 yang dinilai lebih mendekati pada kemampuan pesawat blok 52ID kita. Kegiatan di simulator terdiri atas familiarisasi cockpit dan avionik, prosedur normal dan prosedur emergency, Air To Ground (Serangan darat) dan Air To Air (Pertempuran Udara) yang meliputi Basic Intercept, Air Combat Tactic 2 v 2 dan 2 v 4. Tujuannya utk memperlancar penggunaan sistem avionik dan HOTAS (Hand On Throttle And Stick) sehingga penerbang mahir menggunakan pesawat dalam pertempuran tanpa memindahkan tangan dari kemudi.
Selanjutnya pada tanggal 15 Juli dua orang penerbang TNI AU akan ikut dalam penerbangan “Ferry” jarak jauh tiga pesawat pertama yang dikirim ke Indonesia. Rencananya dua pesawat F-16 D dengan nomer ekor TS-1620 diawaki oleh Col.Howard Purcell (Komandan 162 Fighter Wing) / Letkol.Firman Dwi Cahyono dan TS- 1623 diawaki Ltc. Erik Houston / Mayor. Anjar Legowo serta sebuah pesawat F-16 C dengan nomer ekor TS 1625 diawaki oleh Maj. Collin Coatney.
Selama perjalanan ketiga pesawat akan terbang melintasi Samudera Pasifik dengan mengikuti pesawat tanker KC-135 milik USAF sebagai pesawat untuk “air refueling” atau pengisian bahan bakar di udara.
Rencananya penerbangan dimulai tanggal 15 juli 2014 dengan take off dari Hill AFB, Utah pada pukul 11.00 menuju Eilsen AFB Alaska (4 jam 23 menit), selanjutnya 17 Juli Dari Eilsen AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam (9 jam 40 menit) dan leg terakhir tanggal 20 Juli dari Guam langsung menuju Lanud Iswahyudi Madiun ( 5 jam 16 menit). Ketiga pesawat direncanakan akan mendarat di Madiun pukul 11.16 pada hari Minggu tanggal 20 Juli 2014.
Keenam instruktur penerbang selanjutnya mulai Agustus akan melanjutkan latihan terbang konversi F-16 C/D nya di Lanud Iswahyudi Madiun dibawah supervisi para instruktur penerbang dari US Air Force (Mobile Training Team). Saat ini konfigurasi awal pesawat F16C/D-52ID tidak dilengkapi dengan drag chute (rem payung) sehingga untuk menyesuaikan dengan kondisi Indonesia maka pesawat-pesawat ini direncanakan akan menjalani modifikasi pemasangan peralatan drag chute yang dilakukan teknisi TNI AU dibantu personil Lockheed Martin pada kuartal pertama 2015.
Kemampuan operasi dan tehnologi pesawat ini untuk saat ini dirasa sudah memadai untuk meningkatkan secara signifikan kemampuan jajaran tempur TNI AU dalam manajemen perang udara modern. Harapan kita pada saat pesawat tempur masa depan IFX sudah bisa dioperasikan maka kita bisa menerapkan berbagai prosedur, taktik, pengalaman dan ilmu pengetahuan yang didapat dari pengoperasian pesawat F-16 C/D 52ID ini, sehingga bisa menyamai dan bahkan mengungguli kekuatan udara calon lawan dan pesaing negara kita.
Pengalaman dan pemahaman dari aplikasi penggunaan tehnologi perang udara modern yang didapat dalam pengoperasian F-16 CD 52ID akan membantu kita untuk memperbaiki perencanaan, pengadaan, pelatihan serta doktrin dan taktik perang udara TNI AU sehingga mampu menjadi tulang punggung kekuatan dirgantara nasional kita. (tni-au.mil.id).