Rabu, 09 Juli 2014

Batal Terbang Karena Politik

foto: Irawan Saleh

TNI AU pernah mengirimkan para pilotnya untuk belajar menerbangkan  pesawat tempur di Rusia. Tapi ketika mereka sudah mahir dan pulang ke tanah air, justru  tak pernah bisa menerbangkan pesawat kebanggaannya.

            Menjelang Operasi Trikora untuk membebaskan Irian Barat (1962) TNI AU mendapat berbagai jenis pesawat dan helikopter dalam jumlah cukup signifikan. Selain pesawat transpor, diterima pula pesawat pengebom dan tempur pancar gas seperti Tupolev Tu-16, Ilyushin Il-28, MiG-15, -17, -19, dan -21. Semua perangkat keras persenjataan itu mengubah Indonesia dalam seketika kuat secara militer dan disegani di seantero kawasan Selatan.

            Kedatangan berbagai jenis pesawat dalam jumlah besar itu harus didukung sumber daya manusia atau personel yang memadai. Baik pilot, teknisi maupun personel pendukung/kejuruan lainnya seperti material, elektro, persenjataan, dan sebagainya. Cara paling mudah dan singkat untuk memperolehnya adalah dengan mengirim mereka ke negara asal pesawat yaitu Uni Soviet (Rusia), Cekoslovakia dan Yugoslavia. Bahkan juga ke Mesir, yang sebelumnya telah menjadi pengguna banyak pesawat militer eks-Rusia/Blok Timur.

             Para perwira dan kadet penerbang AURI pun dikirim secara bertahap ke berbagai negara itu, antara lain lewat program yang dinamakan Tjakra I, II, dan III. Sejumlah personel yang dikirim untuk mampu mengoperasikan MiG-17, di antaranya Tri Suharto, Butje Waas, Hardadi, Zainudin Sikado, Isbandi, dan Rudi Taran. Kemudian ada pula program untuk MiG-21, yang kala itu merupakan pesawat tempur yang lebih baru. Mereka yang dikirim untuk belajar dan berlatih MiG-21 antara lain Sukardi, Saputro, Sobirin Misbach, Yachman, Martin Teletepta, dan Firman Siahaan. Ada pula pelatihan di dalam negeri dengan mendatangkan instruktur Rusia. Mereka yang berlatih di dalam negeri antara lain Mayor Roesman, yang dipersiapkan menjadi komandan skadron MiG-21 pertama.

             Melalui program yang diberi nama Tjiptoning, berangkatlah rombongan pertama kadet penerbang AURI ke Rusia, dari Angkatan 66 dan 67. Dari Angkatan 66, hampir semuanya akan dididik dan dilatih untuk pengebom Tu-16 Badger, lainnya untuk pesawat transpor Antonov An-12 Cub, yang mirip-mirip Hercules. Sedangkan dari Angkatan 67 sebagian besar untuk An-12.

Januari 1965, ketika Rusia sedang dilanda musim dingin hebat, mereka naik kapal dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Vladivostok, bandar laut “air hangat” Rusia di kawasan timur jauhnya. Dari kota ini mereka dikirim ke Tokmak di Kirgistan dan di Rysan, yang merupakan pangkalan pengebom Tu-16. Para kadet penerbang ini, pertama berlatih dengan pesawat latih dasar bermesin piston Yakovlev Yak-18 Max, sejenis dengan T-34 Mentor.

Selanjutnya calon penerbang transpor transisi berlatih menggunakan Ilyushin Il-14 Crate, yang mirip DC-3/C-47 Dakota, sebelum mereka terbang dengan An-12. Sedangkan sebelum terbang dengan Tu-16,para calon pilot bomber itu terbang transisi menggunakan jet pengebom taktis Ilyushin Il-28 Beagle. Rombongan pertama antara lain Richard Haryono, Bambang Yogyanto, Suhendar, Suparno, Zainal Abidin, Udin Kurmadi, Rusli, dan Haryanto. Sedangan untuk An-12 antara lain Sutria, Haryono, Haryoko, Suharso, Maksum Harun, dan Saleh Budiono.

foto: Winardi/ Angkasa

Kamera disita
Saya sendiri termasuk rombongan Tjiptoning kedua, yang diberangkatkan Maret 1965. Rombongan ini selain untuk menerbangkan Tu-16 dan An-12, juga untuk MiG-21. Kami dari Angkatan 67 dan 68, berpangkat Sersan Taruna dan Kopral Karbol. Kami naik pesawat komersial maskapai penerbangan Rusia, Aeroflot dari Bandara Kemayoran.

            Sebelum meninggalkan Lanud Halim Perdanakusuma, kami memperoleh briefing dari Komodor Sukotjo dan Komodor Ign. Dewanto. Mereka antara lain menekankan agar kami belajar dan berlatih sebaik-baiknya, jangan sampai mempermalukan bangsa. Kami juga diingatkan agar berhati-hati dalam bersikap dan bertindak, termasuk jangan mengambil foto sembarangan di Rusia, karena memang ada larangan untuk itu.

Rombongan kami berjumlah 60 orang, termasuk dua perwira pengawas. Salah seorang bernama Mayor Sutjipto. Sempat saya berpikir, jangan-jangan program kami dinamakan Tjiptoning karena pengawas kami adalah Mayor Sutjipto. Ingat ini, saya hanya bisa menertawakan diri sendiri.

Pesawat Aeroflot bertolak malam hari sekitar pukul 21.00, dan singgah di Kolombo serta Teheran untuk mengisi bahan bakar. Maklum, mesinnya belum seefisien pesawat sekarang yang semakin hemat bahan bakar. Setiba di Moskwa esok harinya, kami pun disambut cuaca dingin bersalju. Di bandara dijemput oleh Atase Udara Letkol (Pnb) Sutiharsono, yang di kemudian hari menjadi Pangkodau V dan berpangkat marsekal muda. Teks dan Foto: Marsda (Purn) Irawan Saleh

Selasa, 08 Juli 2014

KRI Beladau 643 Amankan Harta Karun Heluputan Senilai Rp4,2 Miliar

 
http://batamtoday.com/media/news/1404705977830.jpg
Ratusan keramik berupa BKMT dan 22 pelaku pencurian yang diamankan di Mako Lanal Batam.

Aksi pencurian harta karun barang muatan kapal tenggelam (BMKT) di perairan Karang Heluputan, Bintan, masih terjadi. Gugus Keamanan Laut Armada Barat (Guskamlaarmabar) TNI Angkatan Laut, pada Kamis (3/7/2014), telah mengamankan 675 keramik, 22 pelaku, dua kapal dan alat-alat selam, saat menjarah BKMT di perairan tersebut.
Komandan Guskamlaarmabar, Laksamana Pertama Harjo Susmoro, di Mako Lanal Batam mengatakan, aksi pencurian tersebut berhasil digagalkan oleh Kapal Republik Indonesia (KRI) Beladau 643 yang sedang patroli dan menangkap dua kapal di perairan Helupuran, KM Sentosa dan KM Jangoi yang sedang melakukan aktivitas penyelaman.
“Saat patroli, KRI Beladau 643 memergoki ada dua kapal yang berada di sebelah selatan Karang Heluputan. Ketika didekati, ternyata mereka tengah melakukan penyelaman untuk mengambil harta karun. Mereka sempat mencoba kabur, tapi berhasil ditangkap,” kata Harjo, Senin (7/7/2014).
Setelah diamankan kata Harjo, petugasnya langsung memeriksa dan melakukan penggeledahan kapal. “Kita berhasil menemukan barang-barang keramik dari kapal-kapal yang tenggelam. Bentuknya juga berbeda-beda, ada cawan berjumlah 294, 41 piring besar, 320 piring kecil, 1 cangkir, 7 tutup guci, 2 mangkuk, 2 cepuk serta 4 tuup mangkuk,” jelas Harjo.
Jika pengambilannya sesuai dengan prosedur sehingga bisa membuktikan bahwa benda-benda tersebut berasal dari kapal yang tenggelam ratusan tahun silam, menurutnya, nilai semua barang yang berhasil diamankan bisa mencapai Rp4,2 miliar.
“Diperkirakan keramik ini bervariasi peninggalan sejarahnya. Ada dari peninggalan Dinasti Ming, Dinasti Cing dan Dinasti Yuan. Yang membuat nilainya tinggi karena setiap benda hiasannya tidak sama, pasti memiliki perbedaan karena dibuat dengan tangan,” jelasnya.
Untuk proses selanjutnya, lanjut Harjo, hasil tangkapan yang diamankan baik pelaku dan barang bukti diserahkan ke Lanal Batam. “Kita serahkan proses selanjutnya ke Lanal. Setelah itu harta karun yang diamankan akan diserahkan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Batam sebelum dititipkan ke Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar untuk diteliti,” tutupnya.
Sementara untuk 22 tersangka akan dijerat dengan pasal 26 ayat (4) jo pasal 103, pasal 66 ayat (2) jo pasal 106 ayat (1) dan pasal 67 ayat (1) jo pasal 107 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dengan ancaman pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 10 tahun atau denda paling sedikit Rp250 juta atau paling banyak Rp2,5 miliar.
Kemudian, para pelaku juga dikenakan pasal 204 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dengan hukuman pidana penjara paling sedikit 3 bulan dan paling lama 10 tahun atau denda paling sedikit Rp150 juta dan paling banyak Rp1 miliar. (batamtoday.com)

Senin, 07 Juli 2014

Mengintip Upgrade F-16 Blok 25 Hibah

F-16 C/D Blok 25 upgrade TNI-AU sudah semakin didepan mata. Situs TNI-AU mengabarkan, para calon penerbang telah dikirim ke Amerika Serikat untuk berlatih menggunakan pesawat hibah tersebut. Dari data yang didapat ARC, F-16 tersebut akan tiba pada akhir Juli 2014 nanti.
(ilustrasi: F-16 Blok 15 TNI-AU)
Dari sisi avionik, kemampuan F-16 C/D Blok 25 Upgrade itu telah mengalami peningkatan kemampuan signifikan. Dari data yang dikeluarkan Kementrian Pertahanan pada Oktober lalu, terlihat jelas sejumlah modifikasi dan peningkatan itu. Diantaranya adalah pemasangan Modular Mission Computer, Digital Video Recorder, IDM, dan lainnya. Namun demikian untuk radar tampaknya masih menggunakan standar Blok 25 yaitu APG-68 (V). Itu untuk urusan avionik. Di kokpit sejumlah sentuhan modernisasi juga dilakukan. Diantaranya pemasangan Common Color Multifunction Display, NVIS cockpit dan lainnya. Ditambah pula dengan perangkat bela diri berupa RWR ALR-69, External ECM dan lainnya. untuk lengkapnya, lihat bagan dibawah ini.
Selain upgrade kemampuan, dilakukan juga peremajaan struktur berupa program Falcon Star. Dengan program ini usia pesawat akan meningkat hingga 10.800 EFH (equivalent Flying Hours). Jika penggunaan pesawat sebanyak 200-300 EFH pertahun, maka F-16 hibah itu masih bisa digunakan antara 12 hingga 24 tahun.

Untuk Proyek ini Kemenhan tampaknya tidak main-main. Sejumlah persenjataan juga diborong, meski dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Beberapa diantaranya adalah AIM-120 C7 AMRAAM, JDAM Kit, hingga JHMCS (joint helmet mounted cueing system). Namun demikian, khusus pengadaan senjata ini masih menunggu persetujuan Pemerintah Amerika Serikat.
Memang disadari F-16 Blok 25 Upgrade ini masih kalah canggih dibanding F-16 Blok 52 milik Singapura. Namun demikian, upaya ini patut diapresiasi, karena mampu mengembangkan otot TNI-AU secara signifikan.


Road Map Kapal Perang PT PAL

 
Kapal Selam Amur 1650 Rusia (photo:ckb-rubin.ru)
Kapal Selam Amur 1650 Rusia (photo:ckb-rubin.ru)

Dalam pemenuhan kebutuhan Alutsista TNI Angkatan Laut, PT PAL Indonesia memiliki rencana Program menengah 5 tahun dan Jangka Panjang 25 tahun. Hal tersebut disebutkan dalam lokakarya rencana induk pemenuhan ALPAHANKAM pertengahan April lalu di Kementerian Pertahanan.
Dalam program jangka menengah 5 tahun, PT PAL ditargetkan dapat menciptakan sendiri desain frigate nasional pada 2017, sementara program jangka panjang 25 tahun, persero ini akan menciptakan desain kapal selam di tahun 2022.
Proses pengadaan kapal perang untuk TNI-AL disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi geografi indonesia. Untuk mendapatkan kemampuan itu, PT PAL Indonesia melaksankan kerja sama dengan galangan kapal asing, seperti DSNS Belanda dalam produksi bersama kapal PKR 105m frigate class. Kerja sama itu dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan teknologi / transfer of technology.
PT PAL Indonesia sebagai Industri pertahanan dan Lead Integrator mempunyai tuntutan untuk dapat menguasai teknologi platform dan combat management system, terutama penguasaan konfigurasi sistem persenjataan dan integrasinya.
Dalam pembangunannya, kapal perang tidak dapat disamakan dengan pembangunan kapal komersial. Perbedaannya terletak pada desain platform kapal yang harus dapat memenuhi requirement meletakan persenjataan dalam hull desainnya.
Selain itu, dalam membuat desain platform kapal perang harus melihat pula beberapa pertimbangan kemampuan kapal untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi di luar normal, seperti efek persenjataan musuh, serangan atas air, pengaruh internal dan eksternal blast, underwater explotions, shock, serta sisa tegangan saat penembakan rudal dari kapal.
Dewasa ini, dalam pembangunan kapal perang yang disesuaikan dengan kebutuhan, banyak kapal perang yang dapat dikembangkan persenjataannya dalam artian plug and play. Bukan hanya itu, kapal-kapal perang tersebut meningkatkan kemampuan stealth guna mengurangi deteksi radar.
Tidak hanya pada sisitem persenjataan dan sistem stealth, melainkan juga meningkatkan kecepatan kapal dengan kemampuan mencapai 40 knots. Hal tersebut mendukung tactical advantages, namun maintenance lebih terhadap kapal yang memiliki kecepatan tinggi ini sering dilakukan pada hull akibat flamming response dan fatigue strength atau kelelahan material karena guncangan pada struktur kapal yang dilaju pada kecepatan maksimal.
Dengan kata lain, galangan kapal industri pertahanan harus mampu membuat konfigurasi sistem persenjataan yang dimaknai dengan seluruh sistem persenjataan yang terpasang di kapal sangat terkait hull perfomance kapal. (jurnalmaritim.com).

TNI Dapat Pesan Jelang Pilpres dari Separatis Papua

KSAD Jenderal Budiman mengimbau agar masyarakat tidak terprovokasi.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman. (VIVAnews/Muhamad Solihin)
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Andika Perkasa, mengatakan pihaknya menerima laporan dari Panglima Daerah Militer (Pangdam) XVII Cenderawasih Papua, Mayor Jenderal TNI Christian Zebua. Isinya, terkait teror jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) di Provinsi Papua.
Menurut Andika, laporan itu disampaikan langsung oleh Christian kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman melalui teleconference, Minggu kemarin, 6 Juli 2014.
"Pesan itu isinya mereka (pelaku teror) mengajak semua kelompok masyarakat untuk golput atau tidak mencoblos saat Pilpres 2014," ujar Andika saat dihubungi VIVAnews, Jakarta, Senin 7 Juli 2014.

Dalam pesan singkat itu para kelompok separatis juga mengancam akan menyerang pos Polisi dan pos TNI AD.

Dengan adanya laporan tersebut, KSAD Jenderal Budiman langsung menginstruksikan agar para personel meningkatkan kewaspadaan dan tetap menjaga keamanan di Papua.

"KSAD juga mengatakan kondisi (di Papua) secara keseluruhan masih aman," kata Andika.

Terkait hal itu, untuk pengamanan Pemilihan Presiden 2014, sesuai Telegram Panglima TNI No TR/316/2014 tanggal 2 April 2014, kekuatan personel khusus di Komando Daerah Militer (Kodam) XVII di Papua dan Papua Barat akan diterjunkan sekitar 2.340 personel.

Jenderal Budiman, kata Andika, juga mengimbau agar masyarakat tidak terprovokasi jelang pilpres 9 Juli nanti.

Minggu, 06 Juli 2014

Mata Kuliah Bela Negara Wajib Ditempuh Mahasiswa UPN “Veteran” Jatim

Sebagai lembaga pendidikan tinggi binaan Kementerian Pertahanan, Menhan pengapresiasi sekaligus bangga, bahwa  UPN “Veteran” Jawa Timur tidak saja mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi, tetapi juga mempunyai komitmen dan melaksanakan berbagai upaya mengembangkan dan meningkatkan kompetensi lulusannya memiliki ciri khusus “Bela Negara” sebagai  muatan lokal. Salah satunya, Pendidikan Bela Negara menjadi Mata Kuliah tersendiri sebagai prasyarat yang wajib ditempuh oleh mahasiswa.

Hal itu dikatakan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Sabtu (5/7) dalam Orasi Ilmiahnya pada Rapat Terbuka Senat memperingati Dies Natalis LV Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jawa Timur, di Gedung Serba Guna Giri Loka Surabaya. Dalam orasi ilmiahnya, Menhan juga menyampaikan “Selamat” kepada Rektor dan seluruh Civitas Akademika UPN ”Veteran” Jawa Timur yang telah berusia 55 tahun.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, UPN ”Veteran” Jawa Timur memiliki kontribusi yang tidak sedikit dalam memajukan dunia pendidikan tinggi sebagai salah satu pilar untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Seperti yang dikatakan Nelson Mandela (2003) bahwa “Education is the most powerful which you can use to change the world”.

Dari perspektif pertahanan, kontribusi ini dipandang sebagai bagian penting dari proses pembangunan pertahanan negara. Mengingat Perguruan Tinggi sebagai institusi di garis depan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus juga memiliki peran sebagai wahana untuk pembangunan Iptek pertahanan (knowledge and technology based for defence).  Bela Negara pada hakekatnya adalah cinta air, sadar akan bangsa dan negaranya, dan rela berkorban apabila diperlukan untuk bangsa dan negaranya. Dengan demikian setiap lulusannya tidak hanya memiliki penguasaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan yang dimiliki, tetapi juga di dalam jiwanya tertanam nilai dan semangat kejuangan untuk membela negara. Ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam Pasal 27 ayat 3 dari UUD 1945.

Dari rangkaian perjalanan upaya yang telah dilakukan oleh UPN “Veteran” Jawa Timur, Menhan mendukung penuh UPN “Veteran” Jawa Timur sebagai “Kampus Bela Negara”. UPN “Veteran” Jawa Timur juga diharapkan menjadi pilot project bagi pengembangan kampus UPN “Veteran” Yogyakarta dan UPN “Veteran” Jakarta yang telah sama-sama berkomitmen untuk turut serta mengemban visi dan misi Kementerian Pertahanan, khususnya dalam mewujudkan sumber daya manusia potensi pertahanan nirmiliter.

Sementara itu Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur Prof.DR.Ir Teguh Soedarto,MP dalam sambutannya menjelaskan bahwa mata kuliah Bela Negara,  dijadikan sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa semester III, memiliki bobot 3 sks, untuk  2 sks dilaksanakan dikelas, dan 1 sks dalam bentuk outbond.

Untuk bidang penelitian dan pengabdian pada masyarakat, implementasi belanegara diarahkan pada kegiatan kuliah kerja nyata,  mahasiswa dan dosen dipacu untuk bisa  menghasilkan inovasi teknologi. Produk Teknologi Tepat Guna (TTG) tersebut didistribusikan di berbagai  daerah di Indonesia sesuai potensi daerah masing-masing. Menurut Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur, melalui  kegiatan tersebut setidaknya karakter mahasiswa akan terbentuk, diharapkan pendidikan bela negara ini akan tertanam dalam diri mahasiswa sehingga dapat  mendarmabaktikan dedikasinya sebagai pionir-pionir pembangunan.

KASAD: “MENWA KOMPONEN PENTING MEWUJUDKAN SISHANNEG”


KASAD: “MENWA KOMPONEN PENTING MEWUJUDKAN SISHANNEG”

Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jendral TNI Budiman, bertindak selaku Inspektur Upacara pada peringatan 55 Tahun Menwa Mahawarman Jawa Barat di Lapangan Kampus ITB, jl Ganesa, Bandung pada Sabtu (14/6) pukul 08.00 Dalam amanatnya Kasad menyampaikan bahwa Resimen Mahasiswa (Menwa) merupakan komponen pendukung (komduk) yang memiliki kedudukan penting dalam mewujudkan Sistem Pertahanan Negara yang tangguh hingga momen peringatan tersebut seyogyanya dimanfaatkan untuk menyegarkan dan mengembangkan lebih lanjut rasa kebanggaan serta kecintaan Menwa terhadap bangsa dan negara Indonesia tercinta.
Adapun kegiatan tersebut dihadiri oleh para pejabat Pemprov Jawa Barat, perwakilan perguruan tinggi se-Jawa Barat, Dankodiklat TNI AD, Pangdam III/Siliwangi, para asisten Kasad, para Komandan Balakpus, Civitas Korps Nasional Menwa Indonesia, Civitas Korps Mahawarman Jawa Barat, dan peserta upacara sekitar 300 anggota Menwa dari 12 batalyon yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Barat.
Kegiatan dilanjutkan Seminar nasional di Aula Timur ITB dengan Tema “Cyber War Attack” yaitu Kewaspadaan dan Implementasi Kebijakan Nasional Menghadapi Cyber War Attack Kasad selaku narasumber menegaskan bahwa kepercayaan pada SDM maupun bahan baku lokal dalam pembangunan infrastruktur cyber technology/ warfare untuk memperkuat sistem pengamanan berskala nasional sebagai perisai menghadapi gencarnya serbuan-serbuan teknologi asing yang bertujuan melemahkan pertahanan NKRI.
Menurut Budiman dalam Riset dan pengembangan teknologi cyber warfare serta sumber energi alternatif pun, , konsisten dijalankan dengan melibatkan para peneliti unggulan plus bahan baku asli Indonesia,”Semua konten lokal kita terbukti unggul di kelasnya.” Kata Jendral TNI Budiman.
Seiring kemajuan Teknologi Pertahanan, Cyber War menjadi salah satu unsur Potensi gangguan keamanan dari Negara lain. Dalam mempersiapkan kemungkinan yang terjadi di masa depan, Kepala Staf TNI AD (Kasad), Jenderal TNI Budiman akan merubah pola Recruitment Prajurit TNI AD.
Mulai tahun ini “Recruitment TNI AD akan diitikberatkan pada kualitas intelektual Tinggi bagi calon Prajurit. Mulai dari Tamtama, Bintara dan Perwira” Dikatakan Kasad, Jenderal TNI Budiman saat menjadi Narasumber di Seminar Kewaspadaan dan Implementasi Kebijakan Menghadapi Cyber War di Aula Timur ITB, Bandung,
Pada akhir seminar, Kasad juga menegaskan bahwa untuk dapat menempati posisi Komponen Cadangan dalam Sistem Pertahanan Nasional, para anggota Menwa harus memenuhi kualifikasi militer tertentu yang prosedurnya tergantung pada para pembuat kebijakan. Namun, menurutnya, satu hal terpenting adalah bahwa para anggota Menwa hendaknya konsisten mengasah potensi intelektual mereka agar dapat mengimplementasikan rasa cinta Tanah Air secara lebih cerdas dan konstruktif untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang tangguh di masa depan. Salah satu implementasinya adalah penguasaan teknologi yang berhubungan dengan perangkat cyber security.
(Pendam III/Slw). TNI AD