Pemerintah Indonesia telah membeli 180
unit Tank Leopard dan Marder dari Rheinmetall, Jerman dengan biaya US$
280 juta. Pemerintah mendapat harga sangat murah setelah melakukan
negosiasi yang luar biasa. Kini, dengan harga tersebut Indonesia
memiliki kurang lebih 2 batalion kavaleri Tank Berat.
“Harganya US$ 280 juta. Awalnya hanya dapat 44 MBT (main battle
tank). Tetapi kita lakukan suatu pemikiran-pemikiran yang kita sesuaikan
kebutuhan postur TNI Angkatan Darat, sehingga kita akhirnya bisa
memiliki kurang lebih 2 batalion dari Kavaleri Tank Berat,” kata Wakil
Menteri Pertahanan (Wamenhan) dalam jumpa pers seusai penyerahan
simbolis Leopard dan Marder tahap pertama di pabrik Rheinmetall,
Unterluss, Jerman, Senin (23/6/2014) sore.
Dalam pengadaan ini, pemerintah Indonesia melakukan negosiasi
langsung dengan Rheinmetall, tidak melalui tangan-tangan calo. Hal ini
terlihat juga dalam penyerahan simbolis Leopard dan Marder tahap pertama
ini.
Dengan memiliki 180 unit tank Leopard dan Marder, kata Sjafrie,
sistem pertahanan Angkatan Darat akan lebih dibanding negara-negara
tetangga. “Awalnya tidak dimiliki Indonesia, tapi sudah dimiliki
negara-negara Asean lainnya.
Berarti kita harus tertantang bagaimana TNI bisa hadir bersama-sama
dengan teknologi militer yang dimiliki negara-negara tetangga kita,”
kata Sjafrie.
Pengadaan Loepard dan Marder ini merupakan bagian dari revolusi
industri militer berteknologi tinggi, peningkatan profesionalisme, dan
peningkatan kemampuan yang setara dengan negara-negara lain. “Lebih dari
15 tahun TNI AD belum pernah melakukan modernisasi alutsista, baru ada
modernisasi sejak 2010,” jelas Sjafrie.
Modernisasi TNI
Modernisasi alutsista termasuk pembelian Leopard sudah masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) yang disusun pemerintah. Saat ini sudah masuk Renstra yang kedua. Namun pemerintah juga telah menetapkan Renstra jangka panjang hingga tahun 2029.
Modernisasi alutsista termasuk pembelian Leopard sudah masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) yang disusun pemerintah. Saat ini sudah masuk Renstra yang kedua. Namun pemerintah juga telah menetapkan Renstra jangka panjang hingga tahun 2029.
“?Saat ini sudah masuk Renstra yang kedua. Kita masih ada 1 Renstra
sampai 2024, tapi kita punya jangka panjang hingga 2009. Diharapkan pada
2029 kita tidak lagi dalam posisi minimum essential force (kekuatan
pokok minimal), tapi sudah masuk dalam kekuatan ideal,” ujar Sjafrie.
Sekarang Indonesia masih mendekati MEF, yang memiliki persyaratan
memiliki mobilitas tinggi dan daya pukul yang dahsyat. “Inilah yang
dimiliki alutsista strategis kita. Angkatan Darat dengan kemampuan tank
berat, alutsista Angkatan Udara dengan kemampuan AU strategis dan
alutsista Angkatan Laut dengan kemampuan kapal laut. Inilah implementasi
dari alutsista strategis yang dilakukan pada 2010-2014, dikembangkan
2015 dan selanjutnya,” tegas dia.
Sjafrie yakin Renstra mengenai alutsista akan dilanjutkan pemerintah
meski berganti pemerintahan. “Insya Allah karena ini merupakan bagian
komitmen jangka panjang yang kita lakukan. Kita harapkan sistem
pertahanan Indonesia ini yang sudah mengalami dua tahap. Tahap pertama,
revitalisasi sistem pertahanan pada 2004-2009.
Tahap kedua, membangkitkan sistem pertahanan kita pada 2010-2014
seperti kita lihat sekarang. Tahap berikutnya, kita mengembangkan sistem
pertahanan pada 2015-2019. Tentunya pada 2029 nanti kita pada posisi
modern secara mandiri,” jelasnya. (detik.com) JKGR.