Senin, 09 Juni 2014

Maneuvre Your Dream and Sound Of Freedom

Disaat tengah asyik bekerja sembari ditemani secangkir kopi, tiba-tiba pesan masuk lewat jaringan internet. Pesan itu berupa gambar MBT Leopard pesanan Pemerintah RI yang tengah belajar berlari serta menerkam. "Maneuvre Your Dream and Sound Of Freedom, tolong dikasih judul demikian", demikian tambahan dari pesan singkat itu.

(kredit foto: Mns Ilham Aira)

Jauh di Jerman sana, kawan ARC tengah berjibaku berlatih menjinakan sang Macan. Tidak banyak yang dapat ARC ceritakan mengenai pelatihan di Jerman itu. Gambar yang ada pun tidak bisa semua dipublikasi. Namun demikian, yakinlah Prajurit muda kavaleri berusaha sekuat tenaga menundukan sang Macan.

ARC.

KRI Sampari 628: Generasi Pertama KCR 60 TNI AL

e0f2a-kcr-60-bumn-18122013-1819
Mengingat luasnya wilayah lautan Indonesia dengan ribuan pulaunya, adalah wajar bila TNI AL menjadi jawara pemilik armada kapal cepat terbesar di Asia Tenggara. Melengkapi jumlah dan kualitas yang ada, Satuan Kapal Cepat (Satkat) TNI AL kembali kedatangan ‘warga’ baru, yakni dari jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) 60. Yang dimaksud adalah KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629, dan bakal menyusul kemudian KRI Halasan 630, ketiganya dibuat oleh industri Dalam Negeri, PT. PAL di Surabaya.
Sesuai dengan rencana strategis yang telah dicanangkan dalam MEF (Minimium Essential Force), belakangan ini frekuensi kemunculan nama-nama KRI baru di kelas kapal cepat dan kapal patroli begitu sering terdengar. Belum lama berselang, TNI AL menerima KCR 40, yaitu KRI Clurit 641, KRI Kujang 642, KRI Beladau 643, dan KRI Alamang 644. Keempatnya dibuat oleh galangan PT. Palindo Marine di Batam. Dan, melengkapi stugas Satuan Kapal Cepat, dikembangkan pula KCR 60 yang punya spesifikasi lebih tinggi dari KCR 40. Meski bila diperhatikan, baik KCR 40 dan KCR 60, punya rancangan desain yang tak jauh beda, yakni mengunggulkan lambung berdesain stealth, bahkan kapal generasi anyar ini punya tampilan anjungan model streamline, mirip dengan korvet SIGMA Class.
Menilik spesifikasi yang telah dikupas di berbagai pemberitaan KCR 60 yang kemunculan perdananya diwakili KRI Sampari 628, punyai panjang keseluruhan 60 meter dan berbot total 460 ton. Sebagai kapal cepat, KRI Sampari disokong 2 mesin diesel yang masing-masing punya kekuatan 2880 KW. Dari mesin tersebut, dapat dicapai kecepatan maksimum 28 knot, kecepatan jelajah 20 knot, dan kecepatan ekonomis 15 knot. Dengan jumlah awak 55 personel, KRI Sampari dirancang untuk mampu berlayar terus menerus selama 9 hari. Jarak jelajahnya bisa mencapai 2.400 nautical mile pada kecepatan 20 knot.
24796_large
24794_large
KRI Sampari dengan latar frigat Van Speijk.
KRI Sampari dengan latar frigat Van Speijk.

Bicara tentang persenjataan, platform KCR 60 dirancang untuk bisa membawa empat peluncur rudal C-705, dimana masing-masing dua peluncur menghadap arah yang berlawanan. Inilah yang membedakan antara KCR 40 dan KCR 60, bila KCR 40 hanya disiapkan untuk membawa dua peluncur rudal anti kapal C-705. Hanya saja, dalam peluncurannya, nampak KRI Sampari baru dipasang dua peluncur rudal. Senjata lain yang jadi andalan adalah meriam reaksi cepat kaliber 57 mm pada sisi haluan. Kemudiam ada bekal kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) kaliber 20 mm. Untuk menangkal serangan udara, kapal ini juga dibekali 2 decoy launcher. Untuk penempatan, KRI Sampari akan memperkuat Satkat Armada Timur (Armatim), sesuai dengan medan yang dihadapi, kapal ini dirancang untuk berlayar di kondisi cuaca lautan level Sea Stage 6.

Downgrade dan Upgrade Senjata di Haluan
Hal lain yang menarik dari KRI Sampari terletak dari elemen senjata. Bila seharusnya senjata pada haluan adalah meriam kaliber 57 mm, maka yang terlihat dalam foto adalah meriam Bofors 40 mm L/70. Adopsi meriam ‘lawas’ dengan kubah ini jelas terasa timpang dengan desain kapal yang futuristik. Dari sisi daya getar, penggunaan Bofors 40 mm ini jelas kurang member efek getar, apalagi meriam ini pengoperasiannya masih manual. Bila boleh menerka, besar kemungkinan Bofors 40 mm pada KRI Sampari adalah bekas lungsuran dari KRI Teluk Semangka 512, yakni jenis LST (landing ship tank) buatan Korea Selatan yang telah dipensiunkan oleh TNI AL.
Pemasangan Bofors 40 mm pada KCR 60.
Pemasangan Bofors 40 mm pada KCR 60.
Visual KCR 60 dengan meriam Bofors 57 mm.
Visual KCR 60 dengan meriam Bofors 57 mm.
brtj
Tapi jangan berkecil hati dulu, sebab ada kabar bahwa Bofors 40 mm L/70 di KCR 60 hanya bersifat sementara. Besar kemungkinan, bila melihat pada tampilan mock up desain, yang bakal dipasang nantinya minimal adalah meriam reaksi cepat jenis Bofors 57 mm MK.2, atau bisa jadi tipe MK.3. Bagi TNI AL sendiri, penggunaan Bofors 57 mm MK.2 sudah bukan hal baru, pasalnya armada KCR/KCT (Kapal Cepat Torpedo) FPB-57 memang mengandalkan meriam buatan Swedia ini pada haluannya. Bila nantinya meriam ini yang dipasang, selain efek getarnya cukup dahsyat, juga rancangan desain kubahnya menjadi sangat pas dan menyatu dengan kontur desain kapal secara keseluruhan.
Soal downgrade dan upgrade senjata sebelumnya sudah terjadi pada KCR 40, tepatnya pada KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642. Dalam platform standar yang dipresentasikan, senjata haluan kapal ini memang dirancang untuk mengadopsi jenis kanon CIWS (Close in Weapon System), tapi nyatanya dalam peluncuran perdananya, senjata kedua kapal tampil downgrade dengan kanon Vektor G12 kaliber 20 mm buatan Afrika Selatan. Baru kemudian, secara mengejutkan kedua kapal cepat ini terlihat sudah di upgrade dengan mengadopsi kanon CIWS AK-630M.
kcr60e
KRI Alamang 644, dengan peluncur rudal C-705.
KRI Alamang 644, dengan peluncur rudal C-705.
KCR 60 lebih menekankan untuk menghadapi sasaran permukaan dan udara.
KCR 60 lebih menekankan untuk menghadapi sasaran permukaan dan udara.
Penempatan sistem senjata baru, tentu juga terkait dengan elemen pada SEWACO (Sensor, Weapon and Command) sebagai sistem senjata terpadu kapal. Semisal bila menggunakan Bofors 57 mm MK.2, dibutuhkan perangkat pemandu tembakan jenis Lirod MK.2, secara meriam ini selain bisa dioperasikan manual, dapat pula dikendalikan secara otomatis.
Secara keseluruhan, Kementerian Pertahanan RI telah memesan 16 KCR 60 dan 16 unit KCR 40. Rencananya, seluruh pesanan KCR ini rampung dibangun pada tahun 2024. Menteri Pertahanan mengatakan dengan kemampuan yang dimiliki KCR, alutsista TNI Angkatan Laut tak bisa disepelekan lagi. Apalagi masing-masing KCR dilengkapi dengan empat rudal seri C-705 dan C-802 yang memiliki daya jelajah hingga 140 kilometer.
Jika kelak TNI AL memiliki 32 KCR, maka pertahanan laut sudah tidak lagi diragukan. “Kalau kita sudah lengkap 32 KCR dan masing-masing KCR berisi 4 rudal dengan daya jelajah 140 Km, kita pasti sangat digdaya di laut,” ujar Purnomo Yusgiantoro. Semoga saja semua dapat berjalan sesuai rencana, sembari terus memberdayakan kemandirian industri alutsista di Dalam Negeri.
Nama KRI Sampari 628 diambil dari nama sebuah senjata di Bima, Sumbawa. Sampari selain dari sebagai senjata untuk penunjang aktivitas juga sebagai simbol harga diri, keperkasaan, keuletan dan keberanian seorang ksatria yang berani menghadapi segala cobaan dan masalah. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi KRI Sampari 628 KCR 60
Panjang keseluruhan : 60 meter
Panjang garis air : 54,82 meter
Lebar : 8,10 meter
Tinggi pada tengah kapal : 4,85 meter
Berat muatan penuh : 460 ton
Kecepatan : ekonomis 15 Knot, Jelajah 20 Knot dan max 28 Knot.
Jumlah awak : 55
Ketahanan berlayar : 9 Hari
Jarak jelajah : 2.400 nautical mile (setara 4.444 km) pada kecepatan 20 knot
Mesin pendorong : 2 x 2880 KW

TNI Tembak Mati Komandan OPM di Puncak Jaya


Anggota TNI Batalyon Infanteri 751/Vira Jaya Sakti Kodam XVII/Trikora menembak mati komandan Organisasi Papua Merdeka di Tingginambut, Puncak Jaya, Papua, Sabtu (7/6/2014).

"Komandan OPM yang tewas diketahui atas nama Timika Wonda," ujar Kapuspen TNI Mayjen TNI M Fuad Basya melalui siaran pers kepada Kompas.com, pada Sabtu malam.

Menurut catatan TNI, dia adalah salah satu komandan gerakan pengacau keamanan yang kerap meneror masyarakat, TNI dan Polri di seputar Puncak Jaya.

Fuad, masih dalam siaran persnya mengaku, penembakan tersebut terjadi pada Sabtu pukul 05.00 WIT, ketika para prajurit TNI tengah melaksanakan patroli di sekitar lokasi penembakan.

Belum ada penjelasan lagi dari Puspen TNI soal di mana jenazah Wonda disemayamkan serta apa imbas sosial penembakan komandan OPM tersebut.

Kelompok sipil bersenjata OPM di Papua merupakan kelompok Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka(TPN-OPM) yang selalu mengganggu keamanan di wilayah Puncak Jaya. Mereka sering melakukan penembakan ke pihak keamanan serta penyerangan ke pihak anggota TNI maupun Polri yang sedang bertugas di Puncak Jaya.

Sumber : KOMPAS

Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI

Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Grup Gerak Khas
Pasukan Kopassus TNI AD menggelar latihan bersama Grup Gerak Khas (GGK) 21 Tentera Darat Malaysia. Latihan dua pasukan komando itu digelar sejak akhir Mei lalu. GGK-21 sudah beberapa kali menggelar latihan dengan Kopassus TNI AD.

Pasukan GGK merupakan pasukan baret hijau Malaysia. Salah satu pasukan elite berkualifikasi komando dan antiteror kebanggaan negeri Jiran.

Pasukan komando ini pertama dibentuk tahun 1965. Saat itu mereka dilatih 40th British Royal Marines Commando. Dari 300 sukarelawan, hanya 15 orang yang lulus pendidikan komando. Merekalah yang akhirnya mengembangkan GGK-21.

Para pengamat militer dunia menilai pasukan elite Indonesia masih lebih baik dari Malaysia. Disejajarkan dengan Navy Seal, Delta Force (AS), SAS (Inggris), Sayeret Matkal (Israel).

Namun bukan berarti kemampuan pasukan elite Malaysia rendah. Pasukan GGK punya prestasi yang selalu mereka banggakan.

Misalnya di Mogadishu Somalia tahun 1993 saat helikopter Black Hawk Amerika ditembak jatuh milisi. GGK punya andil besar menyelamatkan Ranger Amerika yang terjebak kelelahan. Mereka juga beberapa kali mengatasi perompak Selat Malaka.

Seperti pasukan khusus lain, Grup Gerak Khas juga melatih prajuritnya dengan kemampuan komando untuk bertempur lewat darat, laut dan udara.

Mari intip bagaimana Malaysia melatih prajurit andalannya sekaligus perbandingannya dengan pasukan komando Indonesia seperti Kopassus TNI AD dan Korpaskhas TNI AU.

Secara garis besar ada persamaan. Namun bobot, materi dan pengembangan tentu berbeda sesuai dengan tugas yang diemban pasukan elite masing-masing negara.

1.
Latihan Dasar

 Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Tulisan besar 'DATANGMU TIDAK DIUNDANG, JIKA RAGU SILA PULANG' akan menyambut setiap calon pasukan komando di Kem Sungai Udang Melaka. Markas pasukan baret hijau tua ini.

Di Pusdikpassus Batujajar, Jawa Barat juga ada tulisan serupa. "RAGU-RAGU KEMBALI SEKARANG JUGA" Begitu juga di Margahayu Bandung, tempat pelatihan Komando Paskhas TNI AU.

Ini jelas menunjukkan pendidikan komando di negara mana pun, tak akan mudah.

Tahap awal, para calon prajurit komando Malaysia akan menghadapi latihan dasar yang dinamakan 'Latihan Pemanas Badan'. Selama lima minggu mereka akan digodok supaya menjadi prajurit yang tak kenal kasihan pada musuh.

Di tahap awal mereka belajar menggunakan aneka senjata. Bahan peledak, orientasi medan maupun meluncur dari tebing dan helikopter.

Fisik mereka juga diforsir habis. Lari lintas medan puluhan kilo dan cuma dapat waktu tidur 3 jam setiap hari.

2.
Latihan Survival

 Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Latihan selanjutnya adalah survival atau Ikhtiar Hidup. Semua pasukan komando dituntut jago bertahan hidup di segala medan dengan perbekalan seadanya. Prajurit komando harus hidup dari tumbuh-tumbuhan dan berburu di hutan untuk menyambung hidup mereka.

Selama tiga minggu calon anggota Grup Gerak Khas terus bergerak ke target yang ditentukan. Mereka harus tidur di bivak alam dan hanya dibekali parang dan tempurung kelapa untuk bertahan hidup.

Selain di hutan, mereka juga berlatih survival di rawa. Dengan tubuh penuh lumpur calon prajurit komando harus tetap bertempur dan menghindari ular serta binatang buas lain.

Latihan komando pasukan Indonesia pun sama. Mungkin lebih berat.

Prajurit Kopassus dilatih di Situ Lembang, sementara Prajurit Korpaskhas menghabiskan masa-masa latihan perang hutan dan survival di Ciwidey, Jawa Barat.

3.
Pertempuran laut


Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Setelah survival, calon pasukan komando Malaysia kembali ke Kem Sungai Udang untuk menghadapi latihan tahap laut.

Mereka dilatih berenang ke dasar laut, penyerangan amfibi serta menggunakan perahu karet atau kayak.

Prajurit Komando Paskhas TNI AU dan Kopassus TNI AD pun harus menyelesaikan tahapan rawa laut.

Kopassus berlatih di Cilacap, Jawa Tengah. Sementara Korpaskhas menggembleng pasukannya di Pamengpeuk, Garut, Jawa Barat.

Materi yang diajarkan tak jauh berbeda. Intinya pasukan komando harus mampu menyusup lewat laut. Senyap dan mematikan.

4.
Camp Tawanan

Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI


Setelah menempuh latihan gunung hutan dan rawa laut, tibalah pada saat paling mengerikan selama pendidikan komando.

Pelatihan ini dinamakan Escape & Evasion (E&E) oleh pasukan Grup Gerak Khas Malaysia. Sedangkan di Indonesia sebutan camp tawanan lebih populer.

Mula-mula para siswa komando melakukan serangan. Setelah itu mereka harus meloloskan diri. Para pelatih akan memburu mereka sampai dapat.

Jika tertangkap, para siswa komando akan dihajar habis-habisan. Mereka diperlakukan seperti tawanan perang yang tertangkap.

Mulai dipukuli, disetrum, hingga aneka siksaan harus diterima tanpa menyerah atau membocorkan rahasia.

Jika lolos pelatihan ini, barulah seorang prajurit layak menyandang brevet komando.

5.
Latihan terjun

 Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Pasukan komando atau pasukan elite rata-rata memiliki kemampuan terjun payung. Pasukan Gerak Khas Malaysia pun memiliki kualifikasi lintas udara. Artinya setiap personelnya minimal memiliki kemampuan terjun statik atau para dasar.

Kemampuan lanjutan yang dimiliki adalah terjun bebas atau free fall dengan teknik HAHO dan HALO.

Mereka dilatih untuk diterjunkan sebagai tim pengendali tempur dalam sebuah pertempuran. Sebelum pasukan besar terjun, pasukan elite ini lebih dulu diterjunkan untuk mengumpulkan informasi dan menyiapkan pendaratan pasukan payung.

Korpaskhas TNI AU menggelar latihan terjun payung statik (para dasar), para lanjut tempur hingga pengendalian tempur di Lanud Sulaiman Bandung.

Sementara Kopassus terjun di Lanud Suparlan, Pusdikpassus Batujajar, Jawa Barat.
Sumber : Merdeka

BOM PRODUK DISLITBANGAU, AKAN DIUJI COBA DENGAN PESAWAT SUKHOI DAN F-16

http://www.lanud-iswahjudi.mil.id/galeri/img_gambar/399265.jpg
                Pen Iwj Magetan, (5/6/2014). Sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk luar negeri dan sebagai wujud kemandirian terhadap industri pertahanan di Tanah Air, Dislitbangau akan mengadakan uji coba bom di Lanud Iswahjudi.
               Sehubungan dengan hal tersebut, sebelum pelaksanaan uji coba bom, Tim dari Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Dislitbangau), memaparkan produk yang akan diuji coba, guna menyamakan persepsi terhadap hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan oleh Dislitbangau dengan satuan pengguna, sehingga akan diketahui hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
              Tim yang dipimpin oleh Kasubdis Rudalsen Dislitbangau Kolonel Tek Adang Heri Respati diterima langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T., M.D.S., didampingi para pejabat Lanud Iswahjudi, di ruang rapat Malanud Iswahjudi, Kamis (5/6/2014).
              Dalam paparan tersebut disampaikan bahwa bom jenis BTN-100 dan BT-500, hasil penelitian dan pengembangan Dislitbangau akan diuji dengan menggunakan pesawat tempur Sukhoi dan F-16 Fighting Falcon dalam waktu dekat.
              Dalam kesempatan tersebut, Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T., M.D.S., merasa bersyukur dan bangga atas hasil yang telah dicapai Dislitbangau dalam kaitan dengan keterbatasan anggaran. �Diharapkan produk yang dihasikan Dislitbangau tersebut, kedepan dapat dikembangkan sehingga dapat menghemat anggaran�, Ungkap Danlanud Iwj
Keterangan Gambar : Komandan Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Letkol Pnb Firman D.C., melontarkan pertanyaan kepada Tim Dislitbangau di ruang Rapat Malanud Iwj, Kamis (5/6/2014). (Foto : Pentak Lanud Iswahjudi).
Sumber : penlanudiwj

Senjata Pindad Juara Kontes Senjata Dunia

 Senjata Pindad Juara Kontes Senjata Dunia


COBA SENJATA PINDAD - Putra Mahkota Brunei Darussalam Jenderal Pangiran Muda Haji Al Muhtadee Billah mengenakan pakaian militer didampingi Dirut PT Pindad Tri Harjono mencoba senjata laras panjang dalam kunjungan di PT Pindad, Kota Bandung, Selasa (6/5). Dalam kunjungannya Pangiran Muda Haji Al Muhtadee menyatakan ketertarikannya kepada produk-produk militer yang dibuat di PT Pindad, baik kendaraan taktis maupun senjata. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Dua jenis senjata andalan buatan PT. Pindad (persero) dalam tujuh tahun terakhir kerap menjadi juara kontes senjata tingkat dunia.

Kedua jenis senjata tersebut yakni senjat laras panjang type SS II dan senjata hand gun Combat.

Senjata laras panjang SS II sendiri kerap menjuari beberapa kontes seperti ARM ASEAN, BISAM ASEAN plus Brunei dan ASAM tingkat dunia selama tujuh tahun terakhir.

"Tiap tahun kita kerap menjadi juara umum ditingkat dunia dari segi persenjataannya. Untuk yang SS II itu kita juara karena tingkat akurasinya bagus dan juga karena recoil (pantulan kebelakang) itu ringan," ujar Engineering Desain Yaman pada wartawan di ruangan display produk divisi senjata PT. Pindad, Jumat (6/6).

Pembuatan senjata laras panjang jenis SS II sendiri, Yaman mengatakan sejak tahun 2003 pihaknya terus kebanjiran pesanan.

Maka dari itu, setiap harinya divisi senjata PT. Pindad memproduksi sedikitnya 200 pucuk setiap harinya.

"Kemarin ada pesanan dari Brunei cuma belum ada konfirmasi kembali, katanya alasannya dia ingin tahu kenapa senjata ini sering jadi juara jadi dia ingin memesan," ujarnya.

Sementara, senjata jenis hand gun dengan beratnya 0.90 kg yang bernama Combat G2 pun dalam tiga tahun kebelakang sering menjuarai kontes senjata ASAM tingkat dunia.

"Penilaiannya sama seperti yang SS II dari mulai tingkat akurasi sampai rekoil yang ringan," katanya.

Ultimax 100: Senapan Mesin Regu Andalan Taifib Korps Marinir dan Kopassus TNI AD

ultimax_1 (1)
Ultimax 100 memang bukan senjata baru di lingkungan TNI, diperkirakan sejak awal 90-an, senapan mesin ini telah digunakan oleh satuan elit TNI, yakni untuk Kopassus TNI AD dan Satuan Intai Amfibi (Taifib) korps Marinir TNI AL, bahkan Wikipedia menyebut Kopaska juga mengadopsi senjata ini. Lalu apa yang dirasa menarik bagi senapan mesin ini? Bagi kami Ultimax 100 adalah satu bukti kesuksesan industri senjata Singapura dalam memasarkan produk berkualitasnya ke Luar Negeri.
Hadirnya Ultimax 100, melengkapi deretan sistem senjata buatan Singapura yang telah digunakan TNI. Sebut saja ada senapan mesin berat (SMB) CIS 50MG kaliber 12,7 mm dan pelontar granat CIS AGL 40. Malah, CIS 50MG sudah menjadi andalan rantis Kopassus dan Raider TNI AD sejak lama. Masih ada lagi, untuk pertama kalinya Armed (Artileri Medan) TNI AD menggunakan meriam kaliber besar 155 mm lewat FH-2000 yang juga buatan Singapura. Di matra laut, TNI AL hingga kini masih mengoperasikan KRI Cucut 886 yang dibuat oleh Singapore Technologies Marine.
Kembali ke Ultimax 100, dalam terminologi, senjata ini masuk dalam kualifikasi SMR (Senapan Mesin Regu), atau dalam definisi Barat sering disebut SAW (Squad Automatic Weapon). Fungsi hakiki, senjata jenis ini adalah untuk keperluan dukungan tembakan, meski Ultimax 100 mengusung kaliber 5,56 mm. Secara fungsional, gelar Ultimax setara dengan FN Minimi buatan Belgia. Meski berbeda dengan Minimi, Ultimax hanya mengadopsi single feed system, yakni tidak bisa menggunakan pola sabuk peluru khas Rambo.
index2
Prajutit Korps Marinir (paling kanan), memegang Ultimax tanpa magasin.
antarafoto-Taifib120809-2
Prajurit Taifib Marinir TNI AL, membawa Ultimax dengan Night Vision goggles.

Dirunut dari sejarahnya, Ultimax dirancang dan dikembangkan oleh CIS (Chartered Industries od Singapore) – sekarang menjadi Singapore Technologies Kinetics, semacam BUMN Pertahanan di Singapura. Varian pertama Utimax (MK.1) sudah digunakan AD Singapura sejak 1982. Ultimax dirancang dengan bobot seringan mungkin, dengan kombinasi 100 peluru bobot total senjata ini hanya 6,8 kg, sehingga dipandang cocok digunakan oleh postur prajurit di Asia Tenggara. Ultimax menganut sistem constant recoil, senjata ini pun punya akurasi yang jempolan dan terbilang mudah dikendalikan.
Namun, jangan dikira Ultimax sedari lahir sudah sempurna, varian MK.1 yang meluncur pada 1982 hanya dilengkapi laras yang tidak bisa diganti dan mode penembakan hanya semi full auto. Sistem feed peluru pun masih menganut sabuk rantai yang rawan macet. Kelemahan ini baru diperbaiki pada varian MK.3 yang dapat diganti larasnya plus mode penembakan sudah menganut safe semi full auto. Mulai varian MK.3 diperkenalkan Ultimax Para dengan panjang laras hanya 330 mm plus magasin drum yang mengingatkan kita pada senjata-senjata buatan Uni Soviet.
Ultimax_grup1a
Prajurit Kopassus dan Ultimax 100 versi laras pendek (para)
Ultimax_1
Fleksibilitas dalam penggunaan magasin kaliber 5,56 mm, menjadi daya tarik tersendiri dalam penggunaan senjata ini.
Dua prajurit Korps Marinir tengah mengoperasikan Ultimax, satu orang berperan memegangi dudukan bipod.
Dua prajurit Korps Marinir tengah mengoperasikan Ultimax, satu orang berperan memegangi dudukan bipod.

Selain tingkat akurasi yang tinggi, Ultimax juga terbilang bandel, contohnya Ultimax mampu ditembakan dari tengah-tengah rendaman lumpur. Akurasi pada penembakan semi otomatis juga mampu membuat grouping yang sama dengan senapan serbu. Hentakan yang dihasilkan dari tembakan pun terbilang tidak terlalu besar, sehingga member kenyamanan dan meningkatkan akurasi pengenaan sasaran. Keterangan diatas jelas menarik perhatian bagi pasukan khusus untuk menggunakan Ultimax. Untuk urusan bobot, dengan magasin khas M-16, beratnya 4,9 kg, sementara bila dipasangi magasin drum bobotnya menjadi 6,8 kg.
Untuk urusan daya tembak, kecepatan tembak (rate of fire) mencapai 400 – 600 proyektil per menit. Sementara kecepatan luncur proyektil bisa melesat hingga 970 meter per detik. Jangkauan tembak efektifnya mencapai 100 – 460 meter. Dengan penyesuaian pada bidikan, jenis peluru dan kondisi lingkungan, jarak tembak maksimumnya bisa mencapai 1.200 – 1300 meter.
Ultimax MK.3 dengan laras standar, lengkap dengan magasin model drum.
Ultimax MK.3 dengan laras standar, lengkap dengan magasin model drum.
Dilengkapi carry handle, memudahkan dalam penggantian laras secara cepat dan aman.
Dilengkapi carry handle, memudahkan dalam penggantian laras secara cepat dan aman.



Dari sisi komponen, Ultimax menggunakan material laras dari baja pilihan yang tahan panas. Untuk mampu melontarkan proyektil terus menerus, Ultimax harus dilengkapi kemampuan ganti laras di lapangan. Hebatnya, Ultimax dapat diganti larasnya tanpa perlu peralatan bantuan. Cukup membuka kunci laras dan menarik laras dengan bantuan carry handle, laras baru bisa dipasang tanpa perlu khawatir tangan melepuh akibat suhu laras yang sangat tinggi membara. Konsep carry handle ini juga populer digunakan pada senapan mesin regu buatan FN Herstal, seperti Minimi kaliber 5,56 mm dan FN MAG GPMG (General Purpose Machine Gun) kaliber 7,62 mm.
Sebagai perbandingan, GPMG besutan AS yang fenomenal, M-60 yang juga digunakan beberapa satuan di TNI AD, untuk mengganti larasnya operator harus menggunakan sarung tangan termite yang terbuat dari serbuk asbes. Padahal, sarung tangan tersebut mudah hilang, dan yang lebih parah penggunaan serbuk asbes juga dapat menimbulkan risiko kanker paru-paru.
saw-4
Dalam posisi bipod dilipat.
Dalam posisi bipod dilipat.
Sebagai senjata infanteri, Ultimax bisa dipasangi sangkur (bayonet) untuk duel jarak dekat.
Sebagai senjata infanteri, Ultimax bisa dipasangi sangkur (bayonet) untuk duel jarak dekat.

Dalam mendukung misi tempur, Ultimax dapat menggunakan magasin berbentuk drum dari bahan sintetis yang bisa memuat 100 peluru, tapi bila penembak sudah kehabisan peluru, itu tak jadi masalah besar bagi operator senjata. Dengan mudah, penembak Ultimax dapat meminta magasin senapan serbu milik anggota lainnya. Dalam hal ini, Ultimax memang dirancang mampu menerima magasin dari senapan serbu biasa, asalkan memenuhi STANAG (Standarisation Agreement) NATO. Artinya disini Ultimax bisa menggunakan magasin M-16 atau SS-1 yang berkaliber 5,56 mm.
Sebagai senapan mesin regu, keberadaan bipod adalah syarat yang tak bisa ditawar. STK merancang bipod Ultimax agar muda dioperasikan. Untuk menurunkan bipod dari posisinya, operator tinggal menarik turun bipod dari penjepit sembari menahannya sampai turun ke bawah baru kemudian dilepas supaya mengembang. Sementara untuk menaikkannya, tinggal mengulang prosedur yang sama, hanya membalik urutannya saja. Uniknya, bipod juga didesain dengan tiga posisi ketinggian. Operator cukup menekan tombol yang ada di tiang bipod untuk memilih ketinggian yang paling pas.
Prajurit Singapura dengan Ultimax.
Prajurit Singapura dengan Ultimax.
Komponen Ultimax dalam kondisi terurai.
Komponen Ultimax dalam kondisi terurai.

Bagaimana jika tanahnya tidak rata dan malah miring seperti di perbukitan? Nyatanya poros bipod dapat dimiringkan baik ke kiri maupun kanan, sehingga Ultimax tetap dapat ditempatkan pada posisi tegak lurus dengan tanah.

Battle Proven Hingga Kondang di Layar Kaca
Menurut informasi dari Wikipedia, Ultimax sudah malang melintang dalam beberapa laga pertempuran, diantaranya dalam perang di Kroasia, perang di Afghanistan, konflik di Solomon, perang sipil di Sri Lanka, perang di Filipina Selatan, dan Ultimax pun sudah sering turun tangan dalam operasi militer yang dilakukan oleh TNI. Kiprah Ultimax nampak dalam operasi militer menumpas Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan penangangan konflik di Maluku.
Ultimax dalam film Austin Powers.
Ultimax dalam film Austin Powers.
Dalam film Reign of Fire.
Dalam film Reign of Fire.
M249_FN_MINIMI_DA-SC-85-11586_c1
FN Minimi, inilah saingan berat pemasaran Ultimax.
Ultimax juga kondang dalam game action di desktop/PC.
Ultimax juga kondang dalam game action di desktop/PC.

Ultimax pun tambah kondang lagi, tak sedikit film action yang memakai Ultimax sebagai figuran, sebut saja film Reign of Fire, Once a Thief dan Austin Powers. Ultimax sendiri sempat mencuri perhatian ketika USMC mengadakan kontes untuk mencari kandidat senapan mesin regu. Merasa punya kans, STK membuat versi khusus Ultimax MK.4 yang dilengkapi adaptor sehingga mampu memakai magasin dari M-16 atau Beta C-Mag 100 peluru. Hasil test menunjukkan performa yang superior, bahkan Sayang, pertimbangan politis membuat Ultimax harud mengangkat bendera putih pada M249 SAW (FN Minimi lisensi AS). Sebagi bukti populernya Ultimax, sejak 1982, senjata ini telah diproduksi sebanyak 80.000 pucuk. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Ultimax 100
Negara pembuat : Singapura
Manufaktur : STK
Kaliber : 5,56 x 45 mm
Kapasitas : 100 peluru (drum) atau 30 peluru (magasin M-16)
Mekanisme : gas operated, rotating bolt
Berat : 4,9 kg (versi standar)
Kecepatan tembak : 400 – 600 peluru per menit
Kecepatan luncur proyektil : 970 meter per detik
Jangkauan tembak efektif : 100 – 460 meter
Jangkauan tembak maksimum : 1.200 – 1.300 meter
Panjang laras : 508 mm (standar) dan 330 mm (para)

Indomil.