Senin, 09 Juni 2014

Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI

Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Grup Gerak Khas
Pasukan Kopassus TNI AD menggelar latihan bersama Grup Gerak Khas (GGK) 21 Tentera Darat Malaysia. Latihan dua pasukan komando itu digelar sejak akhir Mei lalu. GGK-21 sudah beberapa kali menggelar latihan dengan Kopassus TNI AD.

Pasukan GGK merupakan pasukan baret hijau Malaysia. Salah satu pasukan elite berkualifikasi komando dan antiteror kebanggaan negeri Jiran.

Pasukan komando ini pertama dibentuk tahun 1965. Saat itu mereka dilatih 40th British Royal Marines Commando. Dari 300 sukarelawan, hanya 15 orang yang lulus pendidikan komando. Merekalah yang akhirnya mengembangkan GGK-21.

Para pengamat militer dunia menilai pasukan elite Indonesia masih lebih baik dari Malaysia. Disejajarkan dengan Navy Seal, Delta Force (AS), SAS (Inggris), Sayeret Matkal (Israel).

Namun bukan berarti kemampuan pasukan elite Malaysia rendah. Pasukan GGK punya prestasi yang selalu mereka banggakan.

Misalnya di Mogadishu Somalia tahun 1993 saat helikopter Black Hawk Amerika ditembak jatuh milisi. GGK punya andil besar menyelamatkan Ranger Amerika yang terjebak kelelahan. Mereka juga beberapa kali mengatasi perompak Selat Malaka.

Seperti pasukan khusus lain, Grup Gerak Khas juga melatih prajuritnya dengan kemampuan komando untuk bertempur lewat darat, laut dan udara.

Mari intip bagaimana Malaysia melatih prajurit andalannya sekaligus perbandingannya dengan pasukan komando Indonesia seperti Kopassus TNI AD dan Korpaskhas TNI AU.

Secara garis besar ada persamaan. Namun bobot, materi dan pengembangan tentu berbeda sesuai dengan tugas yang diemban pasukan elite masing-masing negara.

1.
Latihan Dasar

 Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Tulisan besar 'DATANGMU TIDAK DIUNDANG, JIKA RAGU SILA PULANG' akan menyambut setiap calon pasukan komando di Kem Sungai Udang Melaka. Markas pasukan baret hijau tua ini.

Di Pusdikpassus Batujajar, Jawa Barat juga ada tulisan serupa. "RAGU-RAGU KEMBALI SEKARANG JUGA" Begitu juga di Margahayu Bandung, tempat pelatihan Komando Paskhas TNI AU.

Ini jelas menunjukkan pendidikan komando di negara mana pun, tak akan mudah.

Tahap awal, para calon prajurit komando Malaysia akan menghadapi latihan dasar yang dinamakan 'Latihan Pemanas Badan'. Selama lima minggu mereka akan digodok supaya menjadi prajurit yang tak kenal kasihan pada musuh.

Di tahap awal mereka belajar menggunakan aneka senjata. Bahan peledak, orientasi medan maupun meluncur dari tebing dan helikopter.

Fisik mereka juga diforsir habis. Lari lintas medan puluhan kilo dan cuma dapat waktu tidur 3 jam setiap hari.

2.
Latihan Survival

 Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Latihan selanjutnya adalah survival atau Ikhtiar Hidup. Semua pasukan komando dituntut jago bertahan hidup di segala medan dengan perbekalan seadanya. Prajurit komando harus hidup dari tumbuh-tumbuhan dan berburu di hutan untuk menyambung hidup mereka.

Selama tiga minggu calon anggota Grup Gerak Khas terus bergerak ke target yang ditentukan. Mereka harus tidur di bivak alam dan hanya dibekali parang dan tempurung kelapa untuk bertahan hidup.

Selain di hutan, mereka juga berlatih survival di rawa. Dengan tubuh penuh lumpur calon prajurit komando harus tetap bertempur dan menghindari ular serta binatang buas lain.

Latihan komando pasukan Indonesia pun sama. Mungkin lebih berat.

Prajurit Kopassus dilatih di Situ Lembang, sementara Prajurit Korpaskhas menghabiskan masa-masa latihan perang hutan dan survival di Ciwidey, Jawa Barat.

3.
Pertempuran laut


Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Setelah survival, calon pasukan komando Malaysia kembali ke Kem Sungai Udang untuk menghadapi latihan tahap laut.

Mereka dilatih berenang ke dasar laut, penyerangan amfibi serta menggunakan perahu karet atau kayak.

Prajurit Komando Paskhas TNI AU dan Kopassus TNI AD pun harus menyelesaikan tahapan rawa laut.

Kopassus berlatih di Cilacap, Jawa Tengah. Sementara Korpaskhas menggembleng pasukannya di Pamengpeuk, Garut, Jawa Barat.

Materi yang diajarkan tak jauh berbeda. Intinya pasukan komando harus mampu menyusup lewat laut. Senyap dan mematikan.

4.
Camp Tawanan

Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI


Setelah menempuh latihan gunung hutan dan rawa laut, tibalah pada saat paling mengerikan selama pendidikan komando.

Pelatihan ini dinamakan Escape & Evasion (E&E) oleh pasukan Grup Gerak Khas Malaysia. Sedangkan di Indonesia sebutan camp tawanan lebih populer.

Mula-mula para siswa komando melakukan serangan. Setelah itu mereka harus meloloskan diri. Para pelatih akan memburu mereka sampai dapat.

Jika tertangkap, para siswa komando akan dihajar habis-habisan. Mereka diperlakukan seperti tawanan perang yang tertangkap.

Mulai dipukuli, disetrum, hingga aneka siksaan harus diterima tanpa menyerah atau membocorkan rahasia.

Jika lolos pelatihan ini, barulah seorang prajurit layak menyandang brevet komando.

5.
Latihan terjun

 Membandingkan latihan komando pasukan Malaysia dan TNI
Pasukan komando atau pasukan elite rata-rata memiliki kemampuan terjun payung. Pasukan Gerak Khas Malaysia pun memiliki kualifikasi lintas udara. Artinya setiap personelnya minimal memiliki kemampuan terjun statik atau para dasar.

Kemampuan lanjutan yang dimiliki adalah terjun bebas atau free fall dengan teknik HAHO dan HALO.

Mereka dilatih untuk diterjunkan sebagai tim pengendali tempur dalam sebuah pertempuran. Sebelum pasukan besar terjun, pasukan elite ini lebih dulu diterjunkan untuk mengumpulkan informasi dan menyiapkan pendaratan pasukan payung.

Korpaskhas TNI AU menggelar latihan terjun payung statik (para dasar), para lanjut tempur hingga pengendalian tempur di Lanud Sulaiman Bandung.

Sementara Kopassus terjun di Lanud Suparlan, Pusdikpassus Batujajar, Jawa Barat.
Sumber : Merdeka

BOM PRODUK DISLITBANGAU, AKAN DIUJI COBA DENGAN PESAWAT SUKHOI DAN F-16

http://www.lanud-iswahjudi.mil.id/galeri/img_gambar/399265.jpg
                Pen Iwj Magetan, (5/6/2014). Sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk luar negeri dan sebagai wujud kemandirian terhadap industri pertahanan di Tanah Air, Dislitbangau akan mengadakan uji coba bom di Lanud Iswahjudi.
               Sehubungan dengan hal tersebut, sebelum pelaksanaan uji coba bom, Tim dari Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Dislitbangau), memaparkan produk yang akan diuji coba, guna menyamakan persepsi terhadap hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan oleh Dislitbangau dengan satuan pengguna, sehingga akan diketahui hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
              Tim yang dipimpin oleh Kasubdis Rudalsen Dislitbangau Kolonel Tek Adang Heri Respati diterima langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T., M.D.S., didampingi para pejabat Lanud Iswahjudi, di ruang rapat Malanud Iswahjudi, Kamis (5/6/2014).
              Dalam paparan tersebut disampaikan bahwa bom jenis BTN-100 dan BT-500, hasil penelitian dan pengembangan Dislitbangau akan diuji dengan menggunakan pesawat tempur Sukhoi dan F-16 Fighting Falcon dalam waktu dekat.
              Dalam kesempatan tersebut, Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T., M.D.S., merasa bersyukur dan bangga atas hasil yang telah dicapai Dislitbangau dalam kaitan dengan keterbatasan anggaran. �Diharapkan produk yang dihasikan Dislitbangau tersebut, kedepan dapat dikembangkan sehingga dapat menghemat anggaran�, Ungkap Danlanud Iwj
Keterangan Gambar : Komandan Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Letkol Pnb Firman D.C., melontarkan pertanyaan kepada Tim Dislitbangau di ruang Rapat Malanud Iwj, Kamis (5/6/2014). (Foto : Pentak Lanud Iswahjudi).
Sumber : penlanudiwj

Senjata Pindad Juara Kontes Senjata Dunia

 Senjata Pindad Juara Kontes Senjata Dunia


COBA SENJATA PINDAD - Putra Mahkota Brunei Darussalam Jenderal Pangiran Muda Haji Al Muhtadee Billah mengenakan pakaian militer didampingi Dirut PT Pindad Tri Harjono mencoba senjata laras panjang dalam kunjungan di PT Pindad, Kota Bandung, Selasa (6/5). Dalam kunjungannya Pangiran Muda Haji Al Muhtadee menyatakan ketertarikannya kepada produk-produk militer yang dibuat di PT Pindad, baik kendaraan taktis maupun senjata. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Dua jenis senjata andalan buatan PT. Pindad (persero) dalam tujuh tahun terakhir kerap menjadi juara kontes senjata tingkat dunia.

Kedua jenis senjata tersebut yakni senjat laras panjang type SS II dan senjata hand gun Combat.

Senjata laras panjang SS II sendiri kerap menjuari beberapa kontes seperti ARM ASEAN, BISAM ASEAN plus Brunei dan ASAM tingkat dunia selama tujuh tahun terakhir.

"Tiap tahun kita kerap menjadi juara umum ditingkat dunia dari segi persenjataannya. Untuk yang SS II itu kita juara karena tingkat akurasinya bagus dan juga karena recoil (pantulan kebelakang) itu ringan," ujar Engineering Desain Yaman pada wartawan di ruangan display produk divisi senjata PT. Pindad, Jumat (6/6).

Pembuatan senjata laras panjang jenis SS II sendiri, Yaman mengatakan sejak tahun 2003 pihaknya terus kebanjiran pesanan.

Maka dari itu, setiap harinya divisi senjata PT. Pindad memproduksi sedikitnya 200 pucuk setiap harinya.

"Kemarin ada pesanan dari Brunei cuma belum ada konfirmasi kembali, katanya alasannya dia ingin tahu kenapa senjata ini sering jadi juara jadi dia ingin memesan," ujarnya.

Sementara, senjata jenis hand gun dengan beratnya 0.90 kg yang bernama Combat G2 pun dalam tiga tahun kebelakang sering menjuarai kontes senjata ASAM tingkat dunia.

"Penilaiannya sama seperti yang SS II dari mulai tingkat akurasi sampai rekoil yang ringan," katanya.

Ultimax 100: Senapan Mesin Regu Andalan Taifib Korps Marinir dan Kopassus TNI AD

ultimax_1 (1)
Ultimax 100 memang bukan senjata baru di lingkungan TNI, diperkirakan sejak awal 90-an, senapan mesin ini telah digunakan oleh satuan elit TNI, yakni untuk Kopassus TNI AD dan Satuan Intai Amfibi (Taifib) korps Marinir TNI AL, bahkan Wikipedia menyebut Kopaska juga mengadopsi senjata ini. Lalu apa yang dirasa menarik bagi senapan mesin ini? Bagi kami Ultimax 100 adalah satu bukti kesuksesan industri senjata Singapura dalam memasarkan produk berkualitasnya ke Luar Negeri.
Hadirnya Ultimax 100, melengkapi deretan sistem senjata buatan Singapura yang telah digunakan TNI. Sebut saja ada senapan mesin berat (SMB) CIS 50MG kaliber 12,7 mm dan pelontar granat CIS AGL 40. Malah, CIS 50MG sudah menjadi andalan rantis Kopassus dan Raider TNI AD sejak lama. Masih ada lagi, untuk pertama kalinya Armed (Artileri Medan) TNI AD menggunakan meriam kaliber besar 155 mm lewat FH-2000 yang juga buatan Singapura. Di matra laut, TNI AL hingga kini masih mengoperasikan KRI Cucut 886 yang dibuat oleh Singapore Technologies Marine.
Kembali ke Ultimax 100, dalam terminologi, senjata ini masuk dalam kualifikasi SMR (Senapan Mesin Regu), atau dalam definisi Barat sering disebut SAW (Squad Automatic Weapon). Fungsi hakiki, senjata jenis ini adalah untuk keperluan dukungan tembakan, meski Ultimax 100 mengusung kaliber 5,56 mm. Secara fungsional, gelar Ultimax setara dengan FN Minimi buatan Belgia. Meski berbeda dengan Minimi, Ultimax hanya mengadopsi single feed system, yakni tidak bisa menggunakan pola sabuk peluru khas Rambo.
index2
Prajutit Korps Marinir (paling kanan), memegang Ultimax tanpa magasin.
antarafoto-Taifib120809-2
Prajurit Taifib Marinir TNI AL, membawa Ultimax dengan Night Vision goggles.

Dirunut dari sejarahnya, Ultimax dirancang dan dikembangkan oleh CIS (Chartered Industries od Singapore) – sekarang menjadi Singapore Technologies Kinetics, semacam BUMN Pertahanan di Singapura. Varian pertama Utimax (MK.1) sudah digunakan AD Singapura sejak 1982. Ultimax dirancang dengan bobot seringan mungkin, dengan kombinasi 100 peluru bobot total senjata ini hanya 6,8 kg, sehingga dipandang cocok digunakan oleh postur prajurit di Asia Tenggara. Ultimax menganut sistem constant recoil, senjata ini pun punya akurasi yang jempolan dan terbilang mudah dikendalikan.
Namun, jangan dikira Ultimax sedari lahir sudah sempurna, varian MK.1 yang meluncur pada 1982 hanya dilengkapi laras yang tidak bisa diganti dan mode penembakan hanya semi full auto. Sistem feed peluru pun masih menganut sabuk rantai yang rawan macet. Kelemahan ini baru diperbaiki pada varian MK.3 yang dapat diganti larasnya plus mode penembakan sudah menganut safe semi full auto. Mulai varian MK.3 diperkenalkan Ultimax Para dengan panjang laras hanya 330 mm plus magasin drum yang mengingatkan kita pada senjata-senjata buatan Uni Soviet.
Ultimax_grup1a
Prajurit Kopassus dan Ultimax 100 versi laras pendek (para)
Ultimax_1
Fleksibilitas dalam penggunaan magasin kaliber 5,56 mm, menjadi daya tarik tersendiri dalam penggunaan senjata ini.
Dua prajurit Korps Marinir tengah mengoperasikan Ultimax, satu orang berperan memegangi dudukan bipod.
Dua prajurit Korps Marinir tengah mengoperasikan Ultimax, satu orang berperan memegangi dudukan bipod.

Selain tingkat akurasi yang tinggi, Ultimax juga terbilang bandel, contohnya Ultimax mampu ditembakan dari tengah-tengah rendaman lumpur. Akurasi pada penembakan semi otomatis juga mampu membuat grouping yang sama dengan senapan serbu. Hentakan yang dihasilkan dari tembakan pun terbilang tidak terlalu besar, sehingga member kenyamanan dan meningkatkan akurasi pengenaan sasaran. Keterangan diatas jelas menarik perhatian bagi pasukan khusus untuk menggunakan Ultimax. Untuk urusan bobot, dengan magasin khas M-16, beratnya 4,9 kg, sementara bila dipasangi magasin drum bobotnya menjadi 6,8 kg.
Untuk urusan daya tembak, kecepatan tembak (rate of fire) mencapai 400 – 600 proyektil per menit. Sementara kecepatan luncur proyektil bisa melesat hingga 970 meter per detik. Jangkauan tembak efektifnya mencapai 100 – 460 meter. Dengan penyesuaian pada bidikan, jenis peluru dan kondisi lingkungan, jarak tembak maksimumnya bisa mencapai 1.200 – 1300 meter.
Ultimax MK.3 dengan laras standar, lengkap dengan magasin model drum.
Ultimax MK.3 dengan laras standar, lengkap dengan magasin model drum.
Dilengkapi carry handle, memudahkan dalam penggantian laras secara cepat dan aman.
Dilengkapi carry handle, memudahkan dalam penggantian laras secara cepat dan aman.



Dari sisi komponen, Ultimax menggunakan material laras dari baja pilihan yang tahan panas. Untuk mampu melontarkan proyektil terus menerus, Ultimax harus dilengkapi kemampuan ganti laras di lapangan. Hebatnya, Ultimax dapat diganti larasnya tanpa perlu peralatan bantuan. Cukup membuka kunci laras dan menarik laras dengan bantuan carry handle, laras baru bisa dipasang tanpa perlu khawatir tangan melepuh akibat suhu laras yang sangat tinggi membara. Konsep carry handle ini juga populer digunakan pada senapan mesin regu buatan FN Herstal, seperti Minimi kaliber 5,56 mm dan FN MAG GPMG (General Purpose Machine Gun) kaliber 7,62 mm.
Sebagai perbandingan, GPMG besutan AS yang fenomenal, M-60 yang juga digunakan beberapa satuan di TNI AD, untuk mengganti larasnya operator harus menggunakan sarung tangan termite yang terbuat dari serbuk asbes. Padahal, sarung tangan tersebut mudah hilang, dan yang lebih parah penggunaan serbuk asbes juga dapat menimbulkan risiko kanker paru-paru.
saw-4
Dalam posisi bipod dilipat.
Dalam posisi bipod dilipat.
Sebagai senjata infanteri, Ultimax bisa dipasangi sangkur (bayonet) untuk duel jarak dekat.
Sebagai senjata infanteri, Ultimax bisa dipasangi sangkur (bayonet) untuk duel jarak dekat.

Dalam mendukung misi tempur, Ultimax dapat menggunakan magasin berbentuk drum dari bahan sintetis yang bisa memuat 100 peluru, tapi bila penembak sudah kehabisan peluru, itu tak jadi masalah besar bagi operator senjata. Dengan mudah, penembak Ultimax dapat meminta magasin senapan serbu milik anggota lainnya. Dalam hal ini, Ultimax memang dirancang mampu menerima magasin dari senapan serbu biasa, asalkan memenuhi STANAG (Standarisation Agreement) NATO. Artinya disini Ultimax bisa menggunakan magasin M-16 atau SS-1 yang berkaliber 5,56 mm.
Sebagai senapan mesin regu, keberadaan bipod adalah syarat yang tak bisa ditawar. STK merancang bipod Ultimax agar muda dioperasikan. Untuk menurunkan bipod dari posisinya, operator tinggal menarik turun bipod dari penjepit sembari menahannya sampai turun ke bawah baru kemudian dilepas supaya mengembang. Sementara untuk menaikkannya, tinggal mengulang prosedur yang sama, hanya membalik urutannya saja. Uniknya, bipod juga didesain dengan tiga posisi ketinggian. Operator cukup menekan tombol yang ada di tiang bipod untuk memilih ketinggian yang paling pas.
Prajurit Singapura dengan Ultimax.
Prajurit Singapura dengan Ultimax.
Komponen Ultimax dalam kondisi terurai.
Komponen Ultimax dalam kondisi terurai.

Bagaimana jika tanahnya tidak rata dan malah miring seperti di perbukitan? Nyatanya poros bipod dapat dimiringkan baik ke kiri maupun kanan, sehingga Ultimax tetap dapat ditempatkan pada posisi tegak lurus dengan tanah.

Battle Proven Hingga Kondang di Layar Kaca
Menurut informasi dari Wikipedia, Ultimax sudah malang melintang dalam beberapa laga pertempuran, diantaranya dalam perang di Kroasia, perang di Afghanistan, konflik di Solomon, perang sipil di Sri Lanka, perang di Filipina Selatan, dan Ultimax pun sudah sering turun tangan dalam operasi militer yang dilakukan oleh TNI. Kiprah Ultimax nampak dalam operasi militer menumpas Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan penangangan konflik di Maluku.
Ultimax dalam film Austin Powers.
Ultimax dalam film Austin Powers.
Dalam film Reign of Fire.
Dalam film Reign of Fire.
M249_FN_MINIMI_DA-SC-85-11586_c1
FN Minimi, inilah saingan berat pemasaran Ultimax.
Ultimax juga kondang dalam game action di desktop/PC.
Ultimax juga kondang dalam game action di desktop/PC.

Ultimax pun tambah kondang lagi, tak sedikit film action yang memakai Ultimax sebagai figuran, sebut saja film Reign of Fire, Once a Thief dan Austin Powers. Ultimax sendiri sempat mencuri perhatian ketika USMC mengadakan kontes untuk mencari kandidat senapan mesin regu. Merasa punya kans, STK membuat versi khusus Ultimax MK.4 yang dilengkapi adaptor sehingga mampu memakai magasin dari M-16 atau Beta C-Mag 100 peluru. Hasil test menunjukkan performa yang superior, bahkan Sayang, pertimbangan politis membuat Ultimax harud mengangkat bendera putih pada M249 SAW (FN Minimi lisensi AS). Sebagi bukti populernya Ultimax, sejak 1982, senjata ini telah diproduksi sebanyak 80.000 pucuk. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Ultimax 100
Negara pembuat : Singapura
Manufaktur : STK
Kaliber : 5,56 x 45 mm
Kapasitas : 100 peluru (drum) atau 30 peluru (magasin M-16)
Mekanisme : gas operated, rotating bolt
Berat : 4,9 kg (versi standar)
Kecepatan tembak : 400 – 600 peluru per menit
Kecepatan luncur proyektil : 970 meter per detik
Jangkauan tembak efektif : 100 – 460 meter
Jangkauan tembak maksimum : 1.200 – 1.300 meter
Panjang laras : 508 mm (standar) dan 330 mm (para)

Indomil. 

UJI COBA ROKET FFAR 2,75” MK 4 MOD 10 DAN PROLONG CAD PAD TAHUN 2014

Sesuai perintah Komandan Koharmatau, Direktorat Enginering dibantu dengan Direktorat Pemeliharaan Senjata Bantuan melaksanakan uji coba terhadap permasalahan tersebut dengan pelaksana uji Depohar 60. Uji coba peluncuran roket FFAR dilaksanakan di Daerah Demolisi Depohar 60 di desa Gesingan Pacitan Jawa Timur pada Februari 2014 lalu dengan dihadiri oleh pejabat-pejabat dari Sopsau, Slogau, Dislitbangau, Disaeroau, Dislambangjau, Penerbang dan Teknisi dari Lanud Abdulrahman saleh serta Depohar 60.

Roket Launcher AV-LM pada Stand Statis

Personel Depohar 60 menyiapkan peluncuran roket

Salah satu materi uji, peluncuran secara Riple

Dari pelaksanaan uji didapatkan kesimpulan bahwa Roket Launcher AV-LM dapa tmeluncurkan Roket FFAR caliber 2.75 MK 4 MOD 10 dengan aman baik secara single maupun ripple. Setelah kegiatan uji statis dipacitan, akan dilanjutkan dengan uji dengan pesawat EMB-314 Super Tucano.


 Uji Coba Prolong CAD-PAD
Direktorat Enginering dan Harsenban juga melaksanakan perintah Komandan Koharmatau untuk melakukan Uji Coba Prolong CAD-PAD terhadap CAD-PAD pesawat F-5 E/F sebanyak 3 items ,Pesawat F-16 A/B sebanyak 11 items, pesawat C-130 sebanyak 1 item dan pesawat SA-330 sebanyak 7 items. Maksud dari Uji Coba Prolong CAD-PAD ini adalah untuk mempertahankan kesiapan operasional pesawat TNI AU. Uji coba Prolong CAD-PAD dilaksanakan dengan Uji Laboratorium yang dikoordinasikan dengan Dislitbangau, Uji X-Ray dilaksanakan di Laboratorium Radiografi Lapan dan Uji peledakan terhadap rangkaian CAD-PAD dengan dihadiri oleh pejabat-pejabat dari Srenaau, Sopsau, Slogau, Dislitbangau, Dislambangjau, Disaeroau Penerbang dan Teknisi dari Lanud Iswahyudi, Lanud Halim Perdanakusuma, Lanud Atang Sanjaya dan Depohar 60.
Pelaksanaan peledakan rangkaian CAD-PAD dilaksanakan di Depohar 60, dari seluruh materi uji didapatkan hasil seluruh CAD-PAD dapat meledak dengan sempurna, sehingga disimpulkan bahwa CAD-PAD yang diuji masih dapat digunakan dan dipasang pada Pespur F-5 dan F-16, Pesang C-130 maupun Pesawat heli SA-330.

Gambar-gambar pelaksanaan Uji CAD-PAD :






Pemasangan CKU7 dengan Ejection Seat


UjiCoba Dinamis Peluncuran Ejection Seat dengn CKU 7
Sumber : Koharmatau

Kamuflase Kendaraan Militer ITB

image
Ilustrasi

Penyusupan kendaraan militer ke pihak musuh harus lolos dari sensor termal atau panas. Untuk itu, mahasiswa dan dosen Teknik Elektro ITB merintis teknologi penyamaran untuk tank atau pengangkut infanteri.
Kelak kendaraan itu seakan menghilang dari pantauan, atau berubah wujud seperti hewan atau kendaraan sipil.
Kamuflase termal untuk kendaraan militer itu digarap Adrian Yopi Gazali, Claudius Andri, dan Gregorius Famalt, mahasiswa Teknik Elektro ITB 2010. Bentuknya semacam sisik berupa pelat tembaga berukuran 12,5 sentimeter sama sisi, setebal 0,4 milimeter.
“Ukuran itu menyesuaikan satu pixel pada kamera pengintai termal,” kata Adrian kepada Tempo di acara Electrical Engineering Days di Aula Barat ITB yang berlangsung dari 3-6 Juni 2014. Sisik-sisik kamuflase itu menjadi pelapis luar kendaraan militer. Untuk pengangkut infanteri seperti Anoa buatan PT Pindad, kata Adrian, kurang-lebih diperlukan 1.200 sisik kamuflase. Pemasangannya perlu memakai kerangka tambahan pada kendaraan jadi.
image
Di belakang tiap sisik itu, pelat tembaga disambungkan ke sejumlah komponen utama, seperti heatsink yang membuang panas, peltier sebagai pendingin atau pemanas, relay untuk mengubah pelat menjadi panas atau dingin, serta sensor termal untuk mendapatkan suhu di lingkungan sekitarnya.
Tiap sisik harus dipasang sepasang pada posisi berseberangan agar sanggup membaca temperatur lingkungan dengan optimal. “Jika berada di hutan atau semak, tank akan lenyap dari pantauan karena suhunya mengikuti kondisi sekitar,” ujarnya.
Sisik kamuflase juga bisa diatur agar panasnya membentuk hewan atau kendaraan sipil untuk mengelabui musuh. Kamuflase itu untuk operasi malam hari yang pemantauan umumnya memakai kamera termal.
Menurut Andri, studi tugas akhir ini melanjutkan riset tahun lalu yang menjajal pelat dari bahan aluminium. Dari hasil uji coba mereka, pelat aluminium lebih lambat panas daripada tembaga sehingga lebih boros tenaga listriknya.
Namun mereka juga belum puas, karena tembaga yang sanggup panas dalam 38 detik, masih terhitung lambat dibanding komponen peltier yang bisa menghasilkan panas kurang dari lima detik.
image
Konduktivitas termal peltier juga lebih baik, yakni berkisar -10 hingga 70 derajat celsius, adapun tembaga berkisar 15-30 derajat. “Bahan itu perlu dipelajari lagi jenis materialnya,” kata dia.
Masalah terbesar teknologi mereka yaitu daya listrik untuk pemakaian sisik kamuflase. Tiap sisik tembaga misalnya, butuh listrik hingga 60 watt. Mereka belum menemukan jalan keluarnya. (Tempo.co).

JKGR. 

PT Pindad siap produksi amunisi tank 2A4 Leopard

 
PT Pindad siap produksi amunisi tank 2A4 Leopard
Tank 2A4 Leopard saat melibat gundukan dalam kecepatan tinggi. Leopard yang bobot maksimalnya mencapai 64 ton sangat efektif digelar dalam ofensif di medan terbuka dengan kontur tanah relatif rata. Tank ini banyak dioperasikan di negara yang memiliki kontur tanah rata dan tanpa rawa-rawa. (img.over-blog-kiwi.com)
… kita bisa memenuhi kebutuhan kesenjataan tank itu… “
Bandung (ANTARA News) – Satu lompatan dilakukan PT Pindad, setelah Direktur Utama PT Pindad, Sudirman Said, menyatakan kesanggupan perusahaan itu membuat dan membangun amunisi tank utama 2A4 Leopard
“Dari hasil Latihan Gabungan TNI 2014, banyak yang harus kami jawab, salah satunya melengkapi amunisi bagi beberapa perenjataan terkini TNI, termasuk peluru meriam 120mm smoothbore untuk tank Leopard,” kata Said, di Bandung, Jumat.Menurut dia, untuk peluru meriam 120mm smoothbore Leopard, ditargetkan pengembanganya sudah bisa dilakukan mulai akhir 2015.”Sehingga kita bisa memenuhi kebutuhan kesenjataan tank itu,” katanya.
Leopard memakai dua varian meriam utama, yaitu Rheinmetall 120 mm L44 atau L55 smoothbore alias tanpa ulir sepanjang 5,28 meter dan berbobot 3,37 ton.
Laras meriam tanpa ulir merupakan “jawaban” pada dasawarsa ’70-an atas kejayaan seri tank T-72/80 dari Uni Soviet yang bisa membantai secara mudah tank-tank Barat.
Laras meriam tanpa ulir juga memiliki energi kinetik lebih besar ketimbang yang berulir sehingga meninggikan efek mematikan amunisi yang dilontarkan.
Selain amunisi konvensional, meriam ini bisa menerima berbagai tipe amunisi, sebutlah Armour Piercing Discarding Sabot DM23, ataupun Armour Piercing Fin Stabilized Discarding Sabot M829 dengan kepala ledak berisikan uranium.
Masih ada amunisi Multi Purpose Anti Tank Projectile yang berbasis teknologi High Explosive Anti Tank, buatan Jerman, berdesignasi NATO sebagai DM12. (antaranews.com)