Kamis, 22 Mei 2014

Selidiki Mercusuar Malaysia, TNI Menyamar jadi Wartawan

Kawasan Tanjung Datuk, Kalimantan Barat.
Kawasan Tanjung Datuk, Kalimantan Barat.
Anggota TNI sempat melakukan penyelidikan soal pembangunan Mercusuar di Tanjung Datuk, Kecamatan Paloh, perbatasan Kalimantan Barat. Salah satunya adalah dengan cara menyamar sebagai wartawan.

Hal ini disampaikan Panglima Kodam XII/Tanjungpura Mayor Jenderal TNI Andi Ibrahim Saleh, Rabu, 21 Mei 2014. Dia mengatakan mengirim TNI yang menyamar setelah kasus ini mencuat awal pekan ini. Tujuannya adalah mencari tahu siapa yang memerintahkan pembangunan mercusuar.
"Anggota kami masuk di sana menyamar jadi  wartawan. Ditanya siapa yang perintahkan ini (membangun mercusuar), kata mereka perintah dari Kerajaan Malaysia,” kata Andi.

Namun ketika dikonfirmasi ke konsulat jenderal Malaysia Pontianak, mereka mengaku tidak tahu. Pengakuan yang sama disampaikan oleh Panglima Divisi Satu yang merangkap Panglima Divisi dua di Sawarak, Malaysia.

"Apakah ini memang ada pembusukan atau ada satu trik-trik untuk mengambil kesempatan dalam pemilu kita. Mudah-mudahan tidak seperti itu, tapi karena ada kepentingan lain. Karena mereka bangun di patok paling ujung, kurang lebih 115 meter dan dibangun di laut," kata Andi.

Andi mengatakan sebelumnya Malaysia mengirimkan delapan kapal untuk membangun mercusuar di wilayah Indonesia itu. Kapal TNI berhasil mengusir kapal-kapal yang telah mengganggu warga mencari ikan tersebut.

“Kapal Malaysia terdiri dari satu yang mengawal empat tongkang dan tiga Tugboat. Sudah ada tiga pancang," kata Andi.

TNI memutuskan untuk mengirim KRI mengusir kapal-kapal itu. "Saya tak sempat bawa senjata. Kalau saya bawa senjata, saya tembak untuk mengusir saja. Tapi mutar-mutar mereka juga sudah takut,” kata Andi.

TNI: Kita Muter-muter Saja, Kapal Malaysia Takut

Warga di kawasan Tanjung Datuk, Kalimantan Barat.
TNI melakukan pengamanan wilayah di Tanjung Datuk, Kecamatan Paloh, perbatasan Kalimantan Barat yang akan dibangun mercusuar oleh Malaysia. Kapal-kapal maritim Malaysia sebelumnya berada di tempat itu untuk memasang tiang pancang mercusuar.

Panglima Kodam XII/Tanjungpura Mayor Jenderal TNI Andi Ibrahim Saleh, Rabu, 21 Mei 2014, mengatakan kapal-kapal tersebut langsung kabur setelah dihampiri  TNI. Menurut Andi, kapal-kapal Malaysia itu sudah ketakutan, bahkan sebelum kapal TNI mendekat.

“Sekarang kapal kami sudah berada di sana dan kapal Maritim Malaysia dengan kapal Tongkang nya sudah meninggalkan lokasi. Kita muter-muter saja mereka sudah takut," kata Andi.

Andi mengonfirmasi bahwa Malaysia hendak membangun mercusuar di wilayah Indonesia. Kegiatan Malaysia ini membuat takut nelayan setempat yang bekerja mencari ikan.

“Jadi memang itu masuk wilayah kita jika dilihat dari koordinatnya. Kalau dari Tanjung Datuk itu masuk wilayah Desa Temajuk, dekat di perairan itu," jelas Andi.
Menurut dia, di wilayah itu tidak ada tambang apapun, hanya batas patok wilayah Indonesia. Saat ini, TNI masih terus berjaga di wilayah tersebut. Bahkan penambahan personel dilakukan.

“Kita memang sudah ada pasukan disana memang dilihat dari tanggung jawabnya secara luas ya itu ada penambahan. Tak ada satu kompi. Panglima TNI memang sudah mengerahkan kapal .Berangkat dengan dua kapal,” kata Andi.

KMC Komando: Combat Boat TNI AD Dengan Remote Control Weapon System

kmc-komando
Kebanyakan publik di Tanah Air hanya mengenal sosok kapal patroli cepat dalam lingkup armada TNI AL, khususnya yang ada dibawah naungan Satuan Kapal Patroli (Satrol) dan Satuan Kapal Cepat (Satkat). Tapi dalam dimensi penugasan yang terkait perairan, nyatanya kesatuan lain juga ikut mengambil peran sesuai dengan porsinya, seperti Satuan Polairud dan TNI AD. Nah, kesatuan yang disebut terakhir jelas punya lingkup area penugasan yang tak bisa dilepaskan dari elemen air, seperti sungai, danau, rawa, hingga pesisir.
Menyadari bahwa potensi gangguan keamanan sewaktu-waktu bisa muncul di wilayah sungai dan pesisir, TNI AD jelas perlu wahana yang bersifat multitask, yakni bisa mengemban misi patroli, gelar pasukan secara terbatas, hingga serbuan ke area sasaran. Dengan kebutuhan wahana yang bisa merangkum kesemua tugas tadi, maka disimpulkan TNI AD butuh sosok FAC (fast attack craft) yang punya manuver dan kecepatan tinggi, serta mampu beroperasi di perairan dangkal. Dan, yang cukup menggembirakan, kini TNI AD nyatanya sudah punya wahana tersebut, yang diberi label sebagai KMC (Kapal Motor Cepat) Komando.
Menariknya, KMC Komando bukan produk impor, melainkan hasil karya Dalam Negeri. Rancang bangun kapal ini buah dari campur tangan para perwira Direktorat Pembekalan dan Angkutan (Ditbekang) TNI-AD dengan melibatkan tenaga ahli dari Institut Teknologi Surabaya (ITS). Sementara tahapan produksinya dipercayakan pada PT. Tesco Indomaritim. Tesco Indomaritim bukan lagi nama baru dalam industri alutsista di Indonesia, galangan kapal ini sebelumnya telah sukses memproduksi LCU (Landing Craft Utility) untuk kapal LPD (Landing Platform Dock) TNI AL.
91FB8FD2A352EABA0908B3FDA56A8
kapal-motor-cepat-komando-tni
Peluncuran perdana KMC Komando belum lama berselang, yaitu pada 29 April 2014 di Pantai ABC Ancol, Jakarta Utara. Dalam demo dihadapan pers, dua kapal berwarna hijau gelap melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Teluk Jakarta. Sekitar 100 meter dari bibir pantai Ancol Beach City, kedua kapal mengerem. Dalam hitungan detik, kapal berhenti sebelum menyentuh pasir. Lalu atret dan berputar-putar 360 derajat. Ini menjadi gambaran nyata, betapa lincah dan gesit dari manuver KMC Komando.
Dalam mengemban misi deploy pasukan, kapal ini dapat membawa 31 personel dengan senjata lengkap. Berbeda dengan kapal cepat pada umumnya, KMC Komando dilengkapi pintu (ramp door) untuk keluar masuk pasukan dari depan haluan. Konsep ini sangat memudahkan untuk mendaratkan pasukan di area yang sedikit menyempit. Kehandalan lain yang diperlihatkan, kapal dapat melaju hingga menyentuh bibir pantai, layaknya LCU. Bila ditelaah lebih dalam, konsep ramp door di haluan ini mengikuti desain pada kapal cepat CB (Combat Boat) 90 buatan Swedia yang telah dioperasikan Malaysia.
Prajurit infanteri keluar dan menyerbu lewat ramp door di haluan.
Prajurit infanteri keluar dan menyerbu lewat ramp door di haluan.
hol_3118-1024x681
KMC Komando nampakmampu 'mengerem' mendadak.
KMC Komando nampakmampu ‘mengerem’ mendadak.

Awak KMC Komando hanya berjumlah 3 orang. Sebagai kapal dengan rancangan modern, sistem navigasi dan elektronik sudah terkomputerisasi. Diantara kelengkapan elektronik yang ada mencakup marine radar, GPS (global positioning system), UAIS, gyro compass, dan radio VHF/NAVTEX/SSB. Kemampuan ngebut Combat Boat ini memang spektakuler, dengan sokongan dua mesin utama jenis Caterpillar C12 ACERT 705 BHP, serta propulsi twin waterjet Hamilton HJ422, maka kapal serbu ini dapat melaju hingga kecepatan 35 knot. Bicara soal kecepatan, “Tahun 2015 nanti, kecepatannya akan ditambah menjadi 45 knot. Harus lebih cepat dari sekarang, karena pertempuran ke depan memerlukan kecepatan dan akurasi. KMC Komando terus akan kami kembangkan,” kata KSAD Jenderal Budiman.
Bagaimana dengan kemampuan jelajahnya? KMC Komando dapat melaju hingga 250 nautical mile (setara dengan 463 kilometer). Jangkauan yang masih ideal untuk menyusuri kawasan sungai dan rawa di Indonesia.




KSAD Jenderal Boediman saat meninjau KMC Komando.
KSAD Jenderal Budiman saat meninjau KMC Komando.
CB90 buatan Swedia yang digunakan Malaysia.
CB90 buatan Swedia yang digunakan Malaysia.

Andalkan RCWS
Sebagai kekuatan pemukul, KMC Komando dilengkapi SMB (senapan mesin berat) jenis M2HB Browning kaliber 12,7 mm. Dari jenis senjata, jelas ini bukan sesuatu yang baru lagi. Tapi ada sentuhan pada sistem bidik dan pengoperasian SMB ini. Yaitu dengan penggunaan RCWS (Remote Control Weapon System). Dengan RCWS, awak/juru tembak menjadi lebih aman dan terlindungi. Bahkan dengan RCWS sasaran bisa dibidik secara tepat meski dalam kegelapan malam, dan cuaca berkabut sekalipun.
Dengan RCWS, juru tembak cukup memonitor target lewat layar beresolusi 1024×268 pixels. Berkat kendali berupa joystick, secara simultan laras kanon dapat diarahkan menuju target. Bila sasaran di layar sudah terkunci, dengan firing button juru tembak dapat melepaskan tembakan ke sasaran sejauh 1.800 – 2.000 meter. Mau tembakan single, atau full otomatis juga bisa dilakukan dari sini. Ada beberapa komponen dalam RCWS, dibawah laras senjata ada optronic sensor yang berisi LRF (laser range finder) dan kamera. Khusus pada KMC Komando, SMB di kapal dengan panjang 17,6 meter ini sudah dilengkapi tracking and locking target.
Ruang anjungan yang serba otomatis.
Ruang anjungan yang serba otomatis.

DCKaF0puZe
Total TNI AD telah memesan 10 unit KMC Komando, dimana dua diantaranya telah dilucurkan. Harga per unit kapal ini Rp12 miliar, sudah termasuk biaya riset dan pembangunannya. Sebagai perbandingan, kapal dengan kemampuan sejenis buatan Luar Negeri harganya bisa mencapai Rp24 miliar. Area penugasan KMC Komando pun telah ditentukan sejak awal, pihak TNI AD akan mendistribusikan ke sembilan Komando Daerah Militer yang dominan dengan perairan dangkal di perbatasan, yakni Kodam Iskandar Muda, Kodam Bukit Barisan, Kodam Sriwijaya, Kodam Mulawarman, Kodam Wirabuana, Kodam Udayana, Kodam Tanjungpura, Kodam Patimura, dan Kodam Cendrawasih.

X38 Combat Boat Kopaska
x38_special_ops_cat2_full
Soal adu kecepatan, kita rasanya sudah bisa bangga dengan produk buatan Dalam Negeri. Sebelum ada KMC Komando, Satuan Kopaska TNI AL sudah mengoperasikan X38 Combat Boat buatan PT. Lundin Industry Invest (NorthSeaBoats), Banyuwangi, Jawa Timur. Kapal patroli serbu ini mampu melaju gesit dan cepat hingga kecepatan 40 knot. Dengan bekal senjata pelontar granat 40 mm dan GPMG kaliber 7,62 mm, kapal dengan panjang 12 meter ini bahkan dipercaya evakuasi darurat Presiden Barack Obama dalam KTT ASEAN tahun 2011 lalu di Nusa Dua, Bali. (Haryo Adjie)

Spesifikasi KMC Komando
Produksi : PT. Tesco Indomaritim
Panjang : 17,6 meter
Lebar : 4,2 meter
Tinggi : 2,15 meter
Loaded draft : 0,75 meter
Berat keseluruhan : 23 ton
Main Engine : CAT C12 ACERT 2x 705 BHP
Propulsion : Waterjet Twin HAMILTON HJ422

Jelang Latgab TNI, Super Tucano Tembakkan Bom

Dalam rangka persiapan Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2014 yang rencananya akan dilaksanakan pada awal Juni mendatang, pesawat Super Tucano Skadron Udara 21 Lanud Abd Saleh yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb Toto Ginanto, ST. melakukan latihan pengeboman yang bertempat di Air Shooting Range (ASR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur, 20 Mei 2014.
Pemboman Super Tucano

Latihan yang bersifat rutin ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan para penerbang dalam melaksanakan pengeboman.  Latihan ini merupakan ajang uji ketangkasan para penerbang tempur dalam melaksanakan ketepatan menembak ataupun menghancurkan sasaran yang berada di darat. 
Dalam latihan tersebut melibatkan dua pesawat Super Tucano dengan nomor TT.3102 yang dipiloti oleh Letkol Pnb Toto Ginanto, ST, beserta Kapten Pnb Yudha dan Super Tucano nomor TT.3104 dipiloti oleh Mayor Pnb Hery dan Mayor Pnb Taufik menggunakan bom live 120 kg Mark 81 dengan radius 500 meter.       

Pelaksanaan pengeboman kali ini dibagi menjadi 4 sorties.  Pada sorty pertama menggunakan pesawat Super Tucano TT. 3102, TT. 3104 dan sorty kedua menggunakan pesawat yang sama. Masing-masing pesawat membawa 1 bom. Jenis bom yang digunakan adalah bom live 120 kg Mark 81.

Latihan bertujuan untuk memelihara, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kerjasama antar awak pesawat terbang dalam melaksanakan penembakan senjata pesawat terbang. Dilihat dari Latihan kali ini, Para penerbang Super Tucano semakin profesional dalam melakukan pengeboman dan dapat mencapai tepat sasaran sebagaimana yang direncanakan dan dapat berjalan dengan baik, aman dan lancar. Diharapkan kedepan Skadron Udara 21 semakin siap menghadapi tantangan tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

(Pentak Lanud Abd Saleh)

Indonesia – Rusia Kerjasama Luncurkan Roket

Polet, roket carrier dua tingkat  berbobot 100 ton, wahana pengorbit satelit
Polet, roket carrier dua tingkat berbobot 100 ton, wahana pengorbit satelit

Rusia, Indonesia, dan Jerman hendak bekerja sama meluncurkan Polet, sebuah roket carrier dua tingkat berbobot 100 ton. Roket yang merupakan bagian dari proyek Air Launch tersebut akan diluncurkan dari Biak, Papua.
Wakil Menteri Perkembangan Ekonomi Federasi Rusia Aleskey Likhachev menyatakan saat ini koordinasi dasar di Papua sudah dilaksanakan dan negosiasi pembiayaan proyek tengah berlangsung.
sergey
Sergey Teselkin dalam pertemuan di Jakarta. Kredit: Mikhail Tsyganov

Hal itu dinyatakan Likhachev dalam kunjungannya ke Jakarta pada Maret lalu, saat memimpin lawatan delegasi bisnis Rusia ke negara-negara ASEAN. Menurut Likhachev, pelaksanaan proyek Air Launch di Indonesia memang tidak berjalan terlalu cepat, namun Rusia berharap proyek yang penting bagi kedua negara tersebut dapat segera terwujud. “Tidak menutup kemungkinan proyek ini akan melibatkan lingkup kerja sama yang lebih besar yakni antara Rusia dan beberapa negara ASEAN,” terang Likhachev.
Salah satu pencetus Air Launch, Sergey Teselkin, juga hadir dalam pertemuan di Jakarta tersebut.
Polet tidak diluncurkan dari permukaan bumi, melainkan dari ketinggian sepuluh kilometer di atas permukaan laut. Roket tersebut akan diangkut oleh Ruslan, pesawat terbang terbesar di dunia dan kemudian akan diluncurkan saat pesawat itu tengah mengudara. Hal itu akan menekan biaya peluncuran hingga dua kali lebih rendah.
air-launch
Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap darurat. Foto: Mikhail Tsyganov

Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. Dengan kecepatan rotasi bumi 0.4 kilometer per detik, maka biaya pengiriman satelit ke orbit menjadi lebih murah, karena putaran bumi sendiri yang akan mendorong satelit menuju orbit.
Teleskin menyatakan Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap darurat. “Bayangkan saat para astronom menemukan asteroid yang datang mendekati bumi tanpa diduga, Air Launch (jika infrastrukturnya sudah dibangun dan berbekal roket ini) dapat menjadi satu-satunya sistem yang dapat mengatasi ancaman tersebut. Sistem ini akan menghancurkan asteroid berkeping-keping dalam dalam waktu sekitar lima hari setelah penemuan,” terang Teleskin
Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. Foto: Mikhail Tsyganov
Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. (Desain Mikhail Tsyganov)
Pelabuhan udara di Pulau Biak, Papua. Foto: Mikhail Tsyganov
Pelabuhan udara di Pulau Biak, Papua. Foto: Mikhail Tsyganov

Selain itu, Teleskin menawarkan sistem yang revolusioner dalam proyek ini. Biasanya, sebelum peluncuran satelit dibawa ke kosmodrom (stasiun peluncuran roket) dan dijaga sepanjang waktu, tapi tak menutup kemungkinan terjadi kebocoran teknologi. Sementara, Polet akan didatangkan (dengan pesawat) kepada klien dengan menggunakan roket upper stage dan perakitannya dilakukan dibawah kontrol penuh klien.
Teknologi Air Launch merupakan milik Pusat Roket Negara (PRN) Rusia Makeyev yang telah bergerak di pasar persenjataan roket selama 60 tahun dan berpengalaman puluhan tahun di bidang teknologi peluncuran roket dari kapal selam.
Replika pesawat terbesar di dunia AN-124-100BC Ruslan. Foto: Mikhail Tsyganov
Replika pesawat terbesar di dunia AN-124-100BC Ruslan. Foto: Mikhail Tsyganov

Teleskin menjelaskan, teknologi milik PRN sangat berguna dalam mempermudah peluncuran roket. “Roket seberat 100 ton yang terjun dari pesawat, dengan berat keseluruhan 400 ton, akan membuat kerusakan spesifik pada dinamika penerbangan. Air Launch membuat peluncuran beban seberat itu di udara menjadi lebih mudah dibanding melepaskan gelembung di hidrosfer,” terang Teleskin. Pesawat An-124 Ruslan sendiri memang dirancang untuk menerjunkan beban yang sangat berat.
Teleskin optimis proyek ini mampu menarik perhatian investor. “Semua investor yang kami temui menyarankan untuk melakukan pencobaan peluncuran roket. Bila kami berhasil melakukannya, investor akan menilai proyek ini berbeda dari sebelumnya. Para pengamat ahli dari Rusia, Eropa, bahkan AS memprediksi banyak klien potensial yang akan mengantri untuk berinvestasi,” kata Teleskin.
Proyek ini telah diajukan ke pemerintah Rusia, tapi Teleskin khawatir reorganisasi kepemimpinan Badan Antariksa Rusia Roskosmos akan menghambat kelancaran proyek. “Keputusan sudah diterima, tapi proyek baru boleh dilaksanakan setelah pembentukan struktur Roskosmos yang baru. Maka kami masih harus menunggu untuk merealisasikannya. Supaya tidak membuang waktu sia-sia, kami melanjutkan pekerjaan kami dengan mitra dari Indonesia dan Jerman.” Ujar Teleskin. (indonesia.rbth.com).

JKGR. 

Jet Tempur Indonesia Diproduksi 2022


http://images.detik.com/content/2014/05/21/1036/ifxkfxtwinsyster_130416_bs.jpg

Indonesia dan Korea Selatan sedang mengembangkan jet tempur. Program tersebut bernama Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment (KFX/IFX).
Untuk versi Indonesia diberi nama IFX. Untuk mengembangkan dan memproduksi pesawat tempur generasi 4.5 ini, diperlukan waktu minimal 8 tahun. Program KFX/IFX atau pesawat tempur pesaing F-16 tersebut, dari pengembangan sampai meja produksi akan memakan waktu 8 tahun atau bisa diproduksi massal sesuai rencana pada tahun 2022.
Untuk buat pesawat terbang militer itu normal 8 tahun. Apalagi skala fighter kalau pesawat kecil biasa cuma 4 tahun. Produksinya 2022. Prototype harus terbang pada tahun 2020. Itu sudah terbang. Itu untuk 2 negara,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta seperti dikutip Rabu (21/5/2014).
Pesawat tempur IFX versi Indonesia akan dikembangkan dan diproduksi pada fasilitas PTDI di Bandung Jawa Barat. Pada tahun ini, akan memasuki masa Engineering and Manufacturing Development (EMD). Fase ini mundur 1 tahun dari jadwal.
Sebelum masa EMD, insinyur Indonesia mempelajari dan mempersiapkan kesiapan teknologi dan sumber daya manusia pesawat tempur.
“Seharusnya dimulai tahun 2013 tapi dimundurkan 1 tahun ke 2014 akibat adanya pergantian presiden di Korea Selatan,” sebutnya.
Budi menerangkan, teknologi pesawat KFX/IFX akan mengadopsi pesawat generasi 4.5 atau lebih unggul dari pesawat F16. Namun biaya pengembangan jauh lebih murah.
“Jadi pengin cari pesawat yang lebih canggih daripada F16 tapi target kita lebih murah daripada F16. Kira-kita seperti itu,” sbeutnya.
Prototype atau purwarupa IFX/KFX bisa mengangkasa mulai tahun 2020. Selanjutnya 2 tahun kemudian baru memasuki fase produksi massal. Budi menyebut bisa saja Indonesia melakukan pengembangan lanjutan karena pesawat harus disesuaikan dengan kondisi geografis dan ancaman terhadap Indonesia. Proses penyesuaian tersebut bisa memakan waktu 1 hingga 2 tahun.
“Semua Alutsista harus disesuaikan dengan kondisi negara sendiri. Apakah musuhnya, geografis atau kondisi lawannya. Apa yang terjadi di Korea kan berbeda dengan di Indonesia. Dia satu kontinen sedangkan negara kita dikelilingi lautan,” terangnya.
Budi menerangkan untuk memenuhi kebutuhan militer Indonesia, pesawat tempur pesaing F16 tersebut akan diproduksi sekitar 50 unit. Proses produksi dan pengiriman pesawat akan mulai berjalan sejak tahun 2022 hingga 2030. Alhasil program pengembangan pesawat tempur menghadapi pergantian pemerintahan berkali-kali
“Ini ganti presiden berkali-kali karena kita lihat selesai delivery terakhir pesawat itu mungkin 2030. Itu dari 2022 tapi kalau nambah lagi ya terus,” katanya. (finance.detik.com)
 JKGR.

Helikopter Anti Kapal Selam PT DI

http://images.detik.com/content/2014/05/21/1036/102303_helipondokcabe320.jpg
ilustrasi

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pabrikan pesawat dan helikopter, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mampu merancang konsep helikopter super canggih. PTDI memiliki rancangan helikopter yang dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam. Sonar ini mampu mendeteksi keberadaan kapal selam.
“Karena ini konsep dari PTDI jadi yang copy right atau hak cipta adalah PTDI,” kata Direktur Utama PTDI (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Selasa (20/5/2014)
Pengembangan helikopter ini bermula ketika TNI AL ingin memiliki helikopter super canggih namun harus berukuran relatif kecil dan bisa mendarat di kapal perang tipe Frigate terbaru. Alhasil PTDI mencari cara agar bisa membuat helikopter berukuran sedang yang bisa mendarat di deck kapal perang namun mampu memiliki teknologi anti kapal selam.
Biasanya teknologi kapal selam ini ditemui dan terpasang pada helikpter berukuran besar. PTDI menggandeng produsen helikopter yakni Eurocopter dan produsen sonar dunia untuk memproduksi helikopter medium dengan teknologi sonar anti kapal selam. Proses merancang helikopter ini memerlukan waktu 2 tahun.
“Waktu kita (pemerintah) beli kapal Fregate buatan Belanda. Itu yang sudah datang. Itu deck load hanya 5 ton jadi kita harus cari helikopter bobot 5 ton dengan senjata yang canggih. Orang mengatakan saya punya sonar bagus tapi helikopternya yang gede-gede. Nggak mungkin (untuk heli sedang). Akhirnya pakai sonar kelas lebih rendah. Kalau sonar long range itu frekuensi rendah. Dia antene gede,” terangnya.
Akhirnya lahir helikopter pertama di kelas medium yang memiliki teknologi sonar anti kapal selam. Teknologi ini dikembangkan pada jenis Helikopter AS565 Panther. Meski tidak memproduksi helikopter dan sonar, namun PTDI memiliki hak cipta rancangan helikopter AS565 Panther dengan teknologi sonar anti kapal selam tersebut.
“Buat kami ini pertama. Bagi pabrik helikopter ide pertama dan ternyata feasible untuk dikerjakan. Yang bikin sonar, dia bilang ini pertama kali dia akan pasang sonar di helikopter ini (medium),” ujarnya.
Helikopter AS 565 Panther telah dipesan TNI AL sebanyak 11 unit. Dari 11 unit tersebut, sebanyak 2 unit dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam dan 9 tidak dilengkapi namun memiliki kemampuan untuk sewaktu-waktu dipasang teknologi anti kapal selam.
“Tahap pertama 11, namun yang pakai sonar ada 2. Itu delivery terakhir,” tegasnya. (finance.detik.com)

JKGR.