Dari beragam alutsista berusia tua milik TNI, ada yang punya latar belakang unik, seperti awalnya merupakan peralatan sipil yang kemudian setelah dibeli diubah menjadi standar peralatan militer berkempampuan serbu/tempur. Salah satu yang dimaksud adalah helilopter jenis Bell 205 A-1 yang dioperasikan oleh Penerband (Penerbangan Angkatan Darat) TNI AD. Bell 205-A1 merupakan versi sipil dari helikopter legendaris perang Vietnam, Bell UH-1 Iroquois (Huey).
Berangkat dari perang Vietnam, sosok UH (utility helicopter)-1 memang menjadi primadona di seantero negara sekutu-sekutu AS. Boleh dikata, UH-1 dan variannya (Bell UH-1D, UH-1E, UH-1F, UH-1H, UH-1L, UH-1P, UH-1V) telah menjelma sebagai helikopter ‘berjuta umat’ di kalangan militer dunia, termasuk tentunya Indonesia yang sebelumnya pada dekade 60-an juga telah mengoperasikan helikopter Bell 204B (UH-1B), heli ini dahulu diopersikan oleh skadron udara 7. Satu unit heli Bell 204B dapat Anda lihat sebagai koleksi di museum Satria Mandala, Jakarta.
Konsep UH (utility helicopter) pada tugas operasi militer memang dipandang ideal, terutama untuk mobil udara. Ditelaah dari istilahnya, UH lebih akrab dalam pengertian militer (seperti UH-60 Black Hawk), pada istilah sipil lebih sering disebut sebagai multipurpose utility helicopter, meski letak perbedaan sebenarnya tak beda jauh, lebih ditekankan pada kelengkapan senjata yang biasanya dirancang portable. Seiring menjawab kebutuhan operasi militer pada dekade tahun 70-an, utamanya saat TNI terlibat dalam gelar operasi Seroja di Timor Timur, pergerakan pasukan membutuhkan sarana helikopter yang memadai, selain mampu angkut personel tapi dituntut mampu melakukan bantuan tembakan ke permukaan.
Untuk menunjang misi tersebut, ada dua jenis helikopter yang didatangkan pada tahun 1977 – 1978, masing-masing adalah SA-330 Puma buatan Perancis dan Bell-205 A-1. Keduanya masuk dalam kategori heli angkut sedang. Bila SA-330 Puma menjadi arsenal skadron udara 8 TNI AU, maka Bell 205 A-1 menjadi kekuatan skadron udara 11/Serbu Penerbad yang bermarkas di Semarang, Jawa Tengah.
Bila SA-330 Puma sedari awal dibeli baru dengan spesifikasi militer, lain hal dengan Bell 205 A-1. Pada tahun 1977 – 1978 18 unit Bell 205 A-1 dibeli secara second (bekas) dari pasar penerbangan sipil di AS. Baru kemudian setelah didatangkan ke Tanah Air, heli tersebut disulap ala jagoan film “Tour of Duty” di hangar IPTN (sekarang PT. Dirgantara Indonesia). Bell 205 A-1 dikonversi menjadi UH-1 dengan konfigurasi militer, berupa tempat duduk yang disesuaikan untuk juru tembak pada door gun, serta instalasi dudukan untuk senapan mesin FN MAC GPMG kaliber 7,62 mm pada pintu kanan dan kiri.
Selama digunakan oleh TNI AD, helikopter ini terbilang ‘kenyang’ dalam operasi tempur dan non tempur. Untuk operasi tempur, selain banyak berperan di Timor Timur, Bell 205 A-1 juga dilibatkan dalam operasi militer di wilayah Papua dan Aceh (NAD). Salah satu yang menonjol adalah peran Bell 205 A-1 dalam pembebasan sandera di Mependuma, Irian Jaya pada 1996. Dalam operasi militer ini kekuatan yang dilibatkan Penerbad tergolong besar, hingga delapan unit heli. Terdiri dari tujuh unit gabungan Bell 205 A-1 dan NBell-412, serta sebuah heli NBO-105. Dalam operasi ini sebuah Bell 205 A-1 (HA-5070) mengalami musibah yang menewaskan dua awaknya.
Kemudian pada bulan Oktober 2004, sebuah heli Bell 205 A-1 jatuh di wilayah operasi, yakni di Desa Sukatani – Bireun, Aceh. Heli tersebut jatuh saat sedang terbang dari Takengon, Aceh Tengah menuju Banda Aceh. Delapan personel TNI AD tewas dalam musibah ini, menurut informasi jatuhnya heli bukan akibat serangan GAM (Gerakan Aceh Merdeka), melainkan akibat cuaca buruk yang disertai hujan deras.
Waktu terus berjalan, dan hingga kini dari 18 unit yang dibeli, tinggal tersisa 8 unit. Jumlah 8 unit kami dapatkan dari situs Wikipedia. Sementara merujuk ke sumber di majalah Angkasa edisi Juni 1995, disebutkan Penerbad akan mendapat tambahan 20 unit heli Bell 205 A-1 dari AS yang nantinya akan dikonversi menjadi versi UH-1. Meski kini Penerbad telah dibekali versi Bell yang lebih maju, yakni NBell-412 dengan dua mesin serta 4 bilah baling-baling, tapi nampaknya keberadaan Bell 205 A-1 punya kesan tersendiri. Heli ini telah menjadi tumpangan setia bagi Kopassus dalam beragam gelar operasi.
Untuk mendukung misi pergerakan artileri, bersama NBell-412, Bell 205 A-1 juga dapat digunakan mengangkut dengan slink sebuah meriam gunung kaliber 76mm buatan Yugoslavia beserta amunisi. Meriam gunung itu dapat diangkut langsung dari garis persiapan menuju medan datar maupun suatu ketinggian pada medan berbukit yang diproyeksikan sebagai posisi penembakkan.
Menurut informasi, Bell 205 A-1 yang punya satu mesin Lycoming T53-L-13 serta dua bilah baling-baling, punya kemampuan terbang manuver yang lebih lincah ketimbang NBell-412, meski untuk kecepatan tertinggal dengan NBell-412 yang punya dua mesin. Keunggulan Bell 205 A-1 lainnya adalah efek suara mesin yang ditimbulkan. Dengan pola operasi serangan mendadak dari balik pepohonan misalnya, arah kedatangan heli kerap membuat bingung lawan di daratan dengan efek suara yang seolah ‘memantul’ di arah yang tak terduga.
Bell 205 A-1 Penerbad kini telah dimodifikasi lebih lanjut, seperti ditanamkannya sistem navigasi, radar, dan jenis persenjataan. Dilihat dari kemampuan yang sudah battle proven, nampaknya Bell 205 A-1 masih akan terus digunakan oleh Penerbad, bersanding gagah dengan heli Penerbad yang lebih modern, seperti Mil Mi-35 Hind dan Mi-17V5 Hip. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Bell 205 A-1
- Awak : 1 atau 2
- Penumpang : 8 – 9
- Propulsion : 1 Turboshaft Engine
- Engine Model : Lycoming T53-L-13
- Engine Power : 1044 kW 1
- Speed : 204 km/h
- Ketinggian max : 3.840 meter
- Jangkauan terbang : 556 km
- Berat kosong : 2.363 kg
- Max. Takeoff Weight : 4.309 kg
- Diameter Baling-baling utama : 14,63 meter
- Diameter Baling-baling ekor : 2,59 meter
- Panjang : 12,65 meter
- Lebar : 17,62 meter
- Tinggi : 4,43 meter
- Terbang perdana : 16 Agustus 1961
- Total produksi : Lebih dari 10.000 unit