Rabu, 19 Februari 2014

TNI Siapkan Satgas Komposit Konga XXXV-B ke Darfur


TNI Siapkan Satgas Komposit Konga XXXV-B ke Darfur
Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali menyiapkan Satuan Tugas (Satgas) Batalyon Komposit TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXV-B/UNAMID (United Nations Mission In Darfur) yang akan bertugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) selama satu tahun di wilayah Darfur-Sudan.

 Upacara pembukaan Latihan Penyiapan Satgas Batalyon Komposit TNI Konga XXXV-B/UNAMID digelar dalam suatu upacara militer, dengan Inspektur Upacara Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Ridwan, di Bukit Santi Dharma PMPP (Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian), Sentul-Bogor, Selasa (18/2/2014).

 Asops Panglima TNI dalam amanatnya menyampaikan bahwa, partisipasi prajurit TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi TNI untuk menunjukkan perannya di dunia internasional. "Berdasarkan permintaan dari PBB dalam upaya pemeliharaan perdamaian di wilayah Darfur, TNI menyiapkan Satgas Batalyon Komposit TNI Konga XXXV-B/UNAMID dengan kekuatan 800 personel TNI, 24 Panser ANOA 6x6, 30 Truk dan 34 Jeep", ujarnya.

 Lebih lanjut Mayjen TNI Ridwan mengatakan, materi latihan yang akan didapatkan meliputi materi umum berupa CPTM (Core Pre Deployment Training), materi teknis, materi pendukung dan beberapa materi aplikasi yang dirancang khusus guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas. "Personel Satgas harus memahami karakterisitik wilayah Darfur yang tentu saja berbeda dengan negara kita, baik dari sudut geografis, demografis maupun kondisi sosial budayanya", katanya.

 Sebelum mengakhiri amanatnya, Asops Panglima TNI memberikan beberapa penekanan kepada seluruh anggota Satgas, diantaranya : Pertama, meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar senantiasa mendapat perlindungan-Nya dalam setiap pelaksanaan tugas. Kedua, melaksanakan latihan ini dengan penuh rasa tanggung jawab, kesungguhan, dedikasi dan disiplin yang tinggi sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Ketiga, memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan selama pelaksanaan latihan, baik personel dan materiil.

 Usai upacara pembukaan, Asops Panglima TNI Mayjen TNI Ridwan didampingi Komandan PMPP TNI Brigjen TNI A.M. Putranto, S.Sos, meninjau perlengkapan Satgas.  Rencana penempatan Satgas Konga XXXV-B/UNAMID di wilayah Darfur-Sudan, yaitu : di El Geneina (3 Kompi + HQ/Head Quarter) dan di Masteri (1 Kompi) yang berbatasan dengan negara Chad.

TNI. 

Singapura Larang KRI Usman Harun Melintas

kri-usman-harun-140210c
KRI Usman Harun 359, KRI John Lie 358 dan KRI Bung Tomo 357 (photo: TNI AL)

Singapura melarang KRI Usman Harun melintas di wilayah mereka. Pernyataan ini tegas disampaikan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen. Apa jawaban Indonesia?. “Ya biar saja,” kata Menko Polhukam Djoko Suyanto saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (18/2/2014).
Djoko enggan berpolemik soal itu. Dia sendiri heran mengapa soal KRI Usman Harun dipersoalkan. Kapalnya saja masih dibuat di Inggris.
“Kapalnya saja belum datang kok ribut. Lagian siapa yang bilang mau bawa kapal itu ke Singapura? Aya aya wae,” tambah Djoko.
Sebelumnya, seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (18/2/2014), Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan , KRI Usman Harun akan dilarang masuk ke pelabuhan-pelabuhan dan pangkalan-pangkalan Angkatan Laut Singapura.
“Singapura tak akan mengizinkan kapal militer bernama Usman Harun ini untuk meminta masuk ke pelabuhan-pelabuhan dan pangkapan-pangkalan Angkatan Laut,” tutur Ng dalam pidatonya di depan parlemen Singapura.
Ditambahkan Ng, militer Singapura alias SAF juga tak akan bisa melakukan latihan bersama kapal militer Indonesia itu.
“Mustahil bagi SAF (Singapore Armed Forces) sebagai pelindung negara ini untuk berlayar berdampingan atau melakukan latihan bersama kapal ini,” imbuhnya.
Dalam pidatonya yang emosional, Ng menyatakan bahwa Kementerian Pertahanan dan SAF kecewa atas penamaan Usman Harun tersebut. Dikatakannya, meskipun tanpa maksud buruk, penamaan menggunakan nama dua pengebom tersebut tak akan bisa membangun hubungan baik kedua negara.
Ditandaskan pejabat tinggi Singapura itu, keberadaan KRI Usman Harun di lautan akan menjadi pengingat agresi militer dan kejahatan keji yang dilakukan kedua marinir Indonesia itu, yang menewaskan dan merusak kehidupan warga sipil tak bersalah dan keluarga mereka di Singapura.
Reaksi Singapura ini terkait dengan rencana TNI Angkatan Laut memberi nama Usman-Harun untuk kapal perangnya. Usman dan Harun merupakan dua pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden 050/TK/1968.
Usman bin Said dan Harun bin Muhammad Ali adalah prajurit KKO (kini Korps Marinir TNI AL) yang dihukum mati Singapura karena mengebom gedung perkantoran di kawasan Orchard, MacDonald House pada 10 Maret 1965 silam. Serangan itu menewaskan tiga orang dan melukai 33 orang lainnya. (detik.com)

Rahasia Alutsista Indonesia 2014


Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)
Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)

Perdebatan kiblat dari pembelian alutsista militer selama ini, menarik untuk dicermati. Kalau ditelaah semenjak kejadian embargo oleh USA dan konco-konconya tahun 1999 sampai 2004, sepertinya sudah menjadi pengalaman pahit dan berharga bagi TNI. Seperti kita semua tahu selama 30 tahun berkuasa Pak Harto selalu berkiblat ke blok barat dalam hal pengadaan alutsista. Yang berdatangan pun boleh dibilang alakadarnya mulai pemaksaan pemakaian F.86 Sabre dan T.33 ex RAAF medio tahun 1970-an sampai penjatahan jenis, spesifikasi dan jumlah unit yang bisa dibeli dalam medio 1980-an.
Pada akhirnya pewaris tahta alias presiden-presiden kita selanjutnya mengalami betul yang namanya pelecehan yang diakibatkan rendahnya daya gedor alutsista kita. Puncaknya adalah pelecehan paling parah di ambalat yang dilakukan oleh sonora.

Kita Marah ?
Ya, kita rakyat Indonesia tentu marah dan Pak SBY geram betul tapi beliau sadar, kalau kekuatan alutsista TNI kita saat itu masih tertinggal jauh dari negara-negara tetangga yang sok jaguh. Sejumlah langkah beliau lakukan dalam langkah penguatan alutsista TNI. Selain kontrak-kontrak warisan penguasa sebelumnya yaitu pengadaan 4 buah korvet SIGMA, pengadaan 4 unit LPD kelas Banjarmasin, pembelian beberapa unit pesawat latih KT-1 B Wong bee yang di dalamnya ada skema hibah beberapa unit LVT 7 (landing Vehicle Tank) dari Korea Selatan untuk Marinir TNI AL, Pembelian beberapa unit baterai peluncur roket RM 70 Grad dari Ceko, pembelian beberapa Helicopter Colibri untuk TNI AU dan TNI AL, Rudal QW 3 dari China dan beberapa kontrak pembelian lain, maka diperlukan juga pembelian alutsista strategis yang lebih gahar dari blok timur yaitu blok sahabat lama yang kemungkinan mengembargo kita kedepannya kecil sekali, antara lain :

1. Kontrak pengadaan Alutsista berupa fasilitas kredit senilai 1 miliar dolar tahun 2007 (seperti yang diumbar kemedia massa) dari RUSIA, yang digunakan untuk membeli 3 Sukhoi 27 SKM dan 3 Sukhoi 30 MK2 senilai $ 300 juta (untuk melengkapi 4 unit Sukhoi kita yang dipesan tahun 2003) dan $ 700 juta lainnya digunakan untuk membeli 2 unit kapal selam kelas Kilo.
Apakah Indonesia hanya mengajukan fasilitas kredit senilai 1 miliar dolar kepada Rusia ? Menurut saya jawabannya tidak, alias Indonesia mengajukan fasilitas kredit dengan nilai lebih dari 1 miliar dolar.
Kenapa ? Karena pada tahun setelahnya mulai berdatangan alutsista dari RUSIA selain dua yang disebut di atas. Mulai dari beberapa unit Helicopter Mi 35 Hind E dan Hind P dan beberapa unit Helicopter Mi 17 buat TNI AD. Beberapa unit Panser BTR 80 buat Marinir TNI AL, 17 unit Tank BMP 3F buat marinir TNI AL, pembelian beberapa rudal termasuk rudal yakhont (ini yang dipublish dan diperlihatkan barangnya ke publik walaupun tidak dirilis berapa unit sebenarnya yang dibeli).
Kalau begitu ada kemungkinan dong saat itu kita pesan Sukhoi lebih dari enam unit ? Atau berarti dua Kapal Selam Kilo yang dulu kita pesan itu, sekarang sudah menyelam jalan-jalan dong di perairan kita ?.
Benar, bisa jadi seperti itu. jumlah Sukhoi kita sesungguhnya adalah lebih dari 16 unit. (tidak seperti yang dipublish) kenapa, karena sukhoi kita ini termasuk alutsista yang sangat strategis sampai-sampai rudal-rudalnya saja, baru dimunculkan secara resmi saat latihan Angkasa Yudha 2013.
Begitupun dengan KS Kilo dua unit, pastinya sudah berkeliaran di perairan nusantara kita.
Sebagai bahan analisa saja, kenapa Sukhoi datangnya masih dibungkus dan diangkut pakai pesawat Antonov Rusia dan dirakit di sini ?
Kenapa tidak terbang ferry saja dari negara pembuat ke Indonesia macam T. 50 I atau F. 16 zaman tahun 1989-1990 dulu. Kalau jaraknya jauh ya memang tidak masuk dilogika juga, secara Super Tucano saja yang jarak Brazil ke Indonesia lebih jauh tetap terbang ferry.
Seperti berita yang saya kutip. “karena sesuai amanat UU Kebebasan Informasi Publik, Mengenai tudingan Indonesian Corruption Watch (ICW) soal pemerintah yang tidak transparan soal pengadaan alutsista, Andi mengatakan berdasarkan UU proses pembelian senjata termasuk hal yang dikecualikan”.
Andi menambahkan, “Dalam UU Kebebasan Informasi Publik proses pengadaan senjata memang termasuk dalam hal-hal yang dikecualikan. Kementerian Pertahanan tidak wajib mempublikasikan, bahkan harus menerapkan prinsip kehati-hatian.
Apalagi Sukhoi dan KS Kilo merupakan produk buatan blok timur, yang notabene gampang banget dijaga kerahasiaannya karena kita sudah mempunyai perjanjian kerjasama militer dengan Rusia. Berbeda dengan produk buatan blok barat yang walaupun sudah kita jaga kerahasiaannya, tetap saja ketahuan (malahan kita ditertawai) karena negara calon musuh kita seperti Sonotan tinggal tanya doang ke negara pembuatnya.
Makanya tahun 2012, sebelum latihan “Pitch Black” Kepala Staf RAAF sampai datang langsung ke sarang Thunder di Hasanuddin, untuk memeriksa dan menghitung satu-satu sukhoi kita. Ada berapa sih ?. Dan alhamdulilah yang dipajang di apron dan hanggar tetap 10 unit dan yang dikirim buat latihan cuma 4 (empat) unit.
Soalnya menurut data intelejen mereka, sukhoi TNI AU termasuk 6 biji yang dipesan tahun 2011 dan diterima 2013, jumlahnya total ada 24 biji. Makanya meraka mati-matian menyadap kita karena ingin memperoleh informasi akurat tentang alutsista apa saja yang sudah dibeli dan jumlahnya dari Rusia.
Begitupun dengan Kapal Selam Kilo sudah berapa banyak pemberitaan media luar dari tetangga-tetangga kita yang mengkonfirmasikan keberadaan “mahluk halus” Hiu Kencana itu. Makanya atas dasar inilah mereka mati-matian, melakukan penyadapan lebih intensif kepada indonesia.

Presiden SBY memandangi model kapal selam Kilo Rusia (photo: setneg)
Presiden SBY memandangi model kapal selam Kilo Rusia (photo: setneg)

2. Pembantukan dan pelaksanaan program Minimum Essential Force (MEF) mulai dari tahap I sampai III.
Di sini jelas sekali dalam memenuhi kekuatan minimum tersebut Indonesia memainkan peran cantiknya sebagai negara non blok dengan baik. Berbagai macam alutsista dari Blok Barat dan Blok Timur dibeli dan dipublikasikan kepada masyarakat umum. Antara lain :

Blok Barat :
- Pembelian 6 unit F. 16 Block 60 / berubah menjadi hibah 24 unit F. 16 Block 25 (upgrade Block 32++) + 4 unit F.16 Block 25 sebagai cadangan sparepart dan 2 unit F. 16 Block 15 OCU cadangan sparepart (sepertinya ini diupgrade juga).
- Pembelian 16 unit T. 50 I dari korsel, disertai skema hibah beberapa unit LVT 7 (landing Vehicle Tank) buat marinir dan beberapa unit F.5 tiger II untuk TNI AU (belum jelas diambil atau tidak walaupun ada berita TNI AU menolak karena tidak sesuai).
- Pembelian 16 unit Super Tucano dari EMBRAER Brazil.
- Pembelian 18 unit Pesawat Latih G 120tp Grob dari Jerman.
- Pembelian beberapa unit UAV Searcher II dan Heron dari Israel (dibeli melalui perusahaan yang berdomisili di Filipina)
- Pembelian 9 unit pesawat angkut ringan CN. 295.
- Pembelian 9 unit pesawat angkut C. 130 Hercules ex RAAF (4 biji hibah/retrofit + 5 biji beli dengan harga murah).
- Pembelian 6 unit Helicopter EC 725 Cougar.
- Pembelian 2 unit Fregat Sigma 10514.
- Pembelian 3 unit Fregat kelas Nakhoda Ragam.
- Pembelian 3 unit KS Changbogo
- Pembelian MBT Leopard
- Pembelian Medium Tank Marder
- Pembelian beberapa baterai RM 70 Grad
- Pembelian 36 unit Astros II
- Pembelian 8 AH-64 E Apache
- Pembelian beberapa rudal seperti Helfire II, AIM-120, AIM-9, starstreak II, Exocet dan lain-lain.

Helikopter Serang AH-64E Apache (photo: boeing)
Helikopter Serang AH-64E Apache (photo: boeing)

Blok Timur :
- Pembelian 6 unit Sukhoi 30 MK2
- Pembelian 37 Tank BMP 3F
- Pembelian beberapa unit panser amphibi BTR 80A
- Pembelian 55 unit BTR 4 dari Ukraina
- Pembelian rudal C. 802 dan C.705 dari China

btr4-irak
BTR 4

Selain pembelian berbagai jenis alutsista tersebut, dalam MEF I Indonesia juga memperkuat militernya dengan berbagai macam jenis alutsista buatan dalam negeri, antara lain :
- Pembelian Panser Anoa
- Pembelian Panser Komodo
- Pembelian 35 unit heli Bell 412 EP
- Pembelian 3 unit CN. 235 Patmar
- Pengadaan beberapa unit KCR 40
- Pengadaan beberapa unit KCR 60
- Pengadaan beberapa unit perusak Trimaran kelas Klewang
- Pengadaan 2 unit kapal bantu cair minyak
- Pengadaan kapal LST untuk Leopard
- Pengadaan beberapa unit kapal Patroli buatan fasharkan TNI AL
Daftar belanja diatas adalah daftar belanja MEF I yang dipublish oleh Kementerian Pertahanan untuk konsumsi masyarakat Indonesia, sedang daftar belanja yang tidak dipublish tentunya ada (terutama dari Blok Timur), dan biarlah tetap menjadi rahasia sampai nanti pada saatnya akan terbongkar dengan sendirinya. (contoh kasus operasi Alpha pengadaan A.4 Skyhawk dari Israel).
Sebelum berakhirnya MEF pertama, dengan dana pengadaan alutsista yang masih tersisa, Indonesia kembali mendapat tawaran hibah alutsista strategis berupa beberapa kapal selam, fregat sampai destroyer dari Rusia. Dan atas tawaran itu pihak Kementerian Pertahanan dan TNI telah memberangkatkan tim untuk mengevaluasi tawaran menarik ini.
Selain itu tidak lupa pembelian Sukhoi 35 dan tentu saja sistem pertahanan jarak menengah jauh yang saat ini sedang digodok oleh kemenhan.
Mengenai ToT percayalah selain dengan Korea Selatan, sesungguhnya Indonesia juga menjajaki ToT dengan beberapa negara lain terutama dengan Rusia. Kemenhan pun telah mempunyai rencana Plan B apabila pengerjaan rencana Plan A itu gatot, demi kemandirian bangsa ini berswasembada alutsista sendiri.
Pada akhirnya kita berharap bahwa apa yang telah dilakukan oleh pemimpin kita saat ini, dapat dilanjutkan kembali oleh pemimpin kita yang terpilih selanjutnya nanti. Mudah-mudahan saja pemimpin kita nanti itu tetap sekuat tenaga melanjutkan program penguatan alutsista TNI ini sampai pada renstra III jikalau perlu sampai selamanya. (written by pocong syereem).

Australia Harus Putuskan, Indonesia Teman atau Musuh !

 
marty-julie
Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa dan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop (photo: REUTERS/Beawiharta)
Menteri Luar Negeri Marty tak habis pikir, sengketa soal tembakau dan udang juga disadap Australia.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa mengaku tidak habis pikir dengan kegiatan intelijen yang dilakukan oleh Pemerintah Australia. Isu penyadapan terbaru, agen ASD (Australia Security Defence), ikut menyadap pembicaraan terkait sengketa dagang soal udang dan tembakau. Kata Marty hal tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan isu keamanan nasional Negeri Kanguru.
Marty mengaku heran, sebagai negara tetangga, Australia justru malah menggunakan kemampuan teknologi intelijennya untuk memata-matai banyak kegiatan di Indonesia.
“Intinya, Australia harus memutuskan, Indonesia ini dianggap sebagai sahabat atau musuh. Sangat sederhana. Karena semua ini soal niat,” ucap Marty.
Kata Marty, ketimbang memata-matai Indonesia, seharusnya Pemerintah Australia meminta dokumen sengketa dagang itu secara baik-baik.
“Apabila mereka bertanya kepada Pemerintah RI, dengan senang hati saya akan berikan semua dokumen yang mereka butuhkan. Tidak ada gunanya menyadap atau menggunakan cara-cara seperti itu,” tuturnya.
Ditanya soal langkah antisipasi yang disiapkan Pemerintah RI untuk menghadapi kejutan bocoran dokumen milik mantan kontraktor NSA, Edward J. Snowden, Marty enggan mengatakannya.
Marty menilai, tidak bijak apabila langkah antisipasi yang telah diambil oleh Pemerintah Indonesia lantas diungkap ke publik. Namun, Menlu Marty yakin lembaga intelijen dan otoritas yang berwenang menangani urusan komunikasi telah mengambil langkah preventif.
Harian New York Times pada Minggu, 16 Februari 2014, menurunkan laporan soal agen intelijen DSD yang memata-matai komunikasi pejabat RI di Washington DC dengan pengacara yang disewa pemerintah untuk menangani sengketa dagang udang dan tembakau. Laporan tersebut bersumber dari dokumen mantan kontraktor NSA, Snowden pada Februari 2013.
Sadap Udang dan Rokok
Hubungan Indonesia-Australia kembali diuji seiring munculnya lagi bocoran dokumen intelijen AS, NSA, oleh Eward Snowden. Australia dilaporkan telah menyadap negosiasi sengketa dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat soal rokok kretek dan udang.
Bocoran yang diulas New York Times, Minggu 15 Februari 2014, itu mengungkapkan bahwa penyadapan pertama dilakukan oleh intelijen Australia, Australia Signals Directorate (ASD). ASD kemudian melaporkan pada NSA bahwa mereka telah menyadap pembicaraan antara pejabat Indonesia dan perusahaan hukum AS yang ditugas menangani sengketa itu.
Dalam dokumen Februari 2013 itu dikatakan bahwa Australia menawarkan untuk membagi hasil penyadapan itu pada NSA. Dalam dokumen tidak disebutkan perusahaan yang menangani kasus tersebut. Namun dalam catatan media, saat itu perusahaan Mayer Brown tengah disewa Indonesia untuk kasus tersebut.
Dalam laporannya ke kantor perwakilan NSA di Canberra, Australia, ASD mengatakan bahwa “Informasi soal percakapan pengacara-klien akan disertakan” dalam hasil penyadapan. Kantor perwakilan ini lantas menghubungi markas pusat NSA di Fort Meade, Maryland, untuk meminta arahan.
Markas NSA lalu memberikan restu bahwa agen Australia “boleh melanjutkan penyadapan pembicaraan, untuk memberikan laporan intelijen yang sangat bermanfaat untuk konsumen Amerika Serikat.” Disebutkan bahwa ASD telah mengakses data dalam jumlah besar dari Indosat, untuk menyadap komunikasi pelanggan operator selular itu, termasuk komunikasi para pejabat di sejumlah kementerian di Indonesia.
Dokumen lain yang diperoleh menunjukkan, pada tahun 2013, ASD mendapatkan hampir 1,8 juta kunci enskripsi induk yang digunakan operator selular Telkomsel untuk melindungi percakapan pribadi dari pelanggannya. Intelijen Australia juga membongkar semua enskripsi yang dilakukan Telkomsel.
Tidak disebutkan kasus apa yang jadi sasaran Australia. Namun saat penyadapan dilakukan tahun 2010 itu, Indonesia tengah terlibat sengketa rokok kretek dan udang dengan AS. Sementara itu, pengacara Mayer Brown, Duane Layton, yang menangani dalam sengketa Indonesia-AS itu mengatakan bahwa dia tidak menyadari dirinya dan perusahaannya jadi sasaran penyadapan.
“Saya selalu berpikir ada orang yang mendengarkan saya. Karena kau akan sangat bodoh jika tidak memikirkan soal itu di zaman seperti ini. Tapi saya tidak pernah mengira akan jadi korban,” kata Layton.
Layton mengatakan isi penyadapan Australia akan sangat membosankan, karena tidak ada yang penting dalam pembicaraan dia dengan kliennya di Indonesia. “Tidak ada yang ‘seksi’ dari penyadapan itu. Isinya hanya hal-hal yang biasa saja,” kata Layton.
Baik NSA dan ASD membantah laporan ini. Juru bicara perdana menteri Australia Tony Abbott mengatakan bahwa mereka tidak mengomentari urusan intelijen. Bocoran ini tidak ayal akan menambah rumit daftar masalah antara Indonesia dan Australia.(viva.co.id).

Selasa, 18 Februari 2014

Teaser Film "Badai"

Kiprah tentang Salah satu Pasukan Elite TNI-AL yang diangkat ke Layar Lebar




Close Battle TNI AD

Yuotube.

Polemik ToT Saab Gripen NG


Saab Gripen NG Swedia
Saab Gripen NG Swedia

Transfer of Technology (ToT) hanya bisa terjadi dengan jalan joint development dan/atau mendatangkan tenaga ahli dengan jumlah yang memadai. ToT “100%” seperti yang ditawarkan Saab Swedia untuk pesawat tempur Gripen NG  hakekatnya hanya karoseri. ToT karoseri ini tidak akan membikin kita bisa mengembangkan pesawat sendiri nantinya, namun paling banter hanya akan menambah lapangan pekerjaan. Dan penambahan pekerja pun nggak seberapa dibanding cost yang akan dikeluarkan, alias MUBAZIR.
ToT Gripen hanya akan menimbulkan bencana bagi kapasitas produksi untuk IFX. Pemerintah tidak mungkin invest membuat 2 jalur produksi untuk IFX dan Gripen. Invest 2 jenis man power juga mahal yang hanya akan menciptakan jebakan over supply man power di masa mendatang karena produksi kedua jenis pesawat ini hanya sedikit. Jangankan 2 jalur produksi, saya belum yakin apakah IFX akan dirakit akhir di PT DI Bandung, mengingat panjang landasan udara Husein sepertinya pas-pasan untuk fighter sekelas IFX (need correction).
Dengan budget yang kecil, pengadaan pesawat yang cukup berwarna hanya akan meningkatkan biaya perawatan. AS mulai meninggalkan sekian jenis pesawat yg sangat berwarna menjadi pesawat tunggal yang bisa menjawab banyak tuntutan dengan melahirkan keluarga F-35.
Gripen kemampuannya rata-rata, kelasnya setara FA-50 Korea. Lebih tepat di kelas 12 ton pemerintah pakai terus keluarga T-50 dan FA-50 Golden Eagle. Di kelas 20-an ton pakai F-16 kemudian beralih ke IFX. Kelas 35 ton-an pakai keluarga Flanker/Fullback. ToT dengan joint development di kelas 20-an ton (KFX/IFX) sangat strategis, karena berada di tengah-tengah antara kelas 12-an ton dengan 30-an ton, sehingga future RI punya fleksibilitas untuk mengembangkan fighter sendiri di kelas 12-an ton dan 30-an ton.
Penggunaan Eurofighter Typhoon, meskipun ini pesawat bagus tapi mahal, juga tidak banyak manfaatnya. Typhoon hanya bermanfaat jika RI punya gesekan dalam hubungan dengan China. Inggris cs tentu saja tidak akan support jika Typhoon dipakai untuk menyerang sekutunya: Australia, Singapore, Malaysia, dann lain-lainl. Sekali dua kali Typhoon bisa gelut dengan F-35 tetangga, tapi tidak dijamin untuk perang berkepanjangan sekian ronde. Typhoon hanya akan menyandera Indonesia, agar budget militer besar hanya untuk barang pajangan.
Gripen NG
Gripen NG

Tawaran ToT Gripen hanya omomg kosong, sebagai pemanis agar pesawatnya laku. Skema ini tidak jelek, tapi cocoknya untuk negara yang industri pesawatnya masih pemula. Contohnya Malaysia, biar menyerap tenaga kerja. Bagi RI fase ToT semacam ini sudah lewat. Real ToT pesawat untuk makin mandiri buat pesawat adalah di joint development di IFX/KFX. Tahun 80-an RI sudah ToT membuat heli BO105, Super Puma, hingga torpedo SUT, termasuk airframe nya dibubut di Bandung. Dan sekarang tetap saja kita kesulitan mengembangkan sendiri benda-benda ini, karena ToT memang tidak mungkin mentransfer kemampuan agar bisa mengembangkan sendiri.
Gripen adalah light fighter berteknologi jadul (lama) yang tidak bakal dipakai untuk future medium weight stealth fighter IFX/KFX. Korea kebingungan dengan teknologi ToT jadul ini? Lah pesawat sekelasnya yang lebih baru, FA-50, isinya apa? Kalau tidak dipakai di KFX IFX, buat apa bela-belain keluar miliaran US$ utk ToT Gripen ini? Misal benar mengajarkan engineer sampai mandiri, Indonesia mau pakai di mana? Belum keluar maintenance cost sepanjang masa hanya untuk light fighter yang kelasnya duplikasi dengan Golden Eagle. Jangan KEMARUK, tapi lihat implikasi cost dan benefit untuk kemandirian.
Bagi Swedia, ini terakhir kesempatan obral ToT Gripen ke RI. Saat ini resource RI baik itu cost dan engineer terserap ke IFX. Sekalinya pesawat IFX operasional, RI tiba tiba akan langsung naik kelas di kancah industri pesawat tempur canggih dunia. Teknologi Gripen pun terlibas dan tinggal menjadi masa lalu. RI kalau kemudian akan mengembangkan pesawat baru minimal berbasis IFX, sementara Gripen hanya sekedar literatur pustaka. Dengan IFX/KFX, RI dan Korsel akan mengisi segment pasar yg saat ini juga diincar Swedia. Apa kata dunia, RI sudah bisa buat IFX yang canggih kok masih ToT karoseri Gripen yang lebih light dan jadul. Bad image for RI, but good image for Sweden.
Tahukah anda, tak lama N250 berhasil first flight 1995an kemudian saham Fokker anjlok hingga pabrik ini tutup 1997-an?
Kini begitu PT DI akan menyelesaikan N219, Airbus memindahkan seluruh produksi NC212 nya ke PT DI. Perlu disadari, N219 pesaing langsung 212 dan Airbus tidak ingin kehilangan pasar di Asia Pasifik. Bagi RI, keuntungan dari lisensi (ToT) 212 kecil, tapi cukup penting di masa sulit sekarang. Kalau mau untung besar ya develop pesawat sendiri, bukan sekedar karoseri ToT. Good luck N219, IFX, New N250 dan sebagainya. (written by WH / 17/02/2014).