Selasa, 04 Februari 2014

Kekerasan Papua karena masyarakat lebih terima TNI-Polri

Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
 
Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, punya ungkapan tersendiri soal kekerasan-kekerasan oleh Organisasi Papua Merdeka di Papua, yaitu karena masyarakat memilih lebih menerima kehadiran personel TNI dan polisi.Organisasi separatis ini diketahui sering mengacaukan keamanan dan ketertiban di provinsi Indonesia itu. "Tidak ada pihak luar yang ikut campur dalam hal tersebut, selain karena masyarakat Papua menerima kehadiran TNI dan Kepolisian Indonesia," katanya, di Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa.

Ia mengatakan saat ini gerakan separatis Papua masih dalam koridor keadaan tertib sipil atau dalam kondisi normal. "Kami belum perlu melakukan operasi tempur dan hanya melakukan pengamanan di daerah rawan," katanya.

Jika kondisi di Papua kini masih ada kekerasan, itu hanya bersifat gangguan kecil, juga pendekatan pada kelompok-kelompok tertentu pelaku kekerasan juga terus diintensifkan.

"Pendekatan terhadap kelompok tertentu sudah ada hasilnya. Yang saya harap, situasi jadi lebih kondusif dan jangan ada kekerasan," katanya.
 

Tim aerobatik Jupiter unjuk kebolehan di Singapore Air Show

The Jupiter Aerobatic Team dalam formasi Arrow Head saat tampil di Langkawi, Malaysia, beberapa waktu lalu. (TNI AU-The Jupiter Aerobatic Team)
Tim aerobatik TNI AU yang seluruh pilotnya instruktur penerbang militer, The Jupiters Aerobatic Team, hari ini mengangkasa dari Pangkalan Udara Utama TNI AU Adi Sucipto, Yogyakarta, menuju Bandar Udara Internasional Changi, Singapura, untuk unjuk kebolehan dalam Singapore Air Show 2014.

Eksibisi dan pameran perkembangan teknologi serta bisnis kedirgantaraan internasional itu digelar pada 11-16 Februari ini. Berbagai tipe dan jenis pesawat terbang --sipil dan militer-- akan dipamerkan, baik secara statis ataupun dinamis.

Para pabrikan dan pelaku bisnis penerbangan internasional juga membuka gerai di hanggar-hanggar bagian dari Bandar Udara Internasional Changi itu.

Khusus untuk The Jupiters, kontingen itu dipimpin langsung Komandan Pangkalan Udara Utama TNI AU Adi Sucipto, Marsekal Pertama TNI Agus Munandar, sebagai pembina mereka. The Jupiters memang didedikasikan pada lembaga pendidikan TNI AU.

Kata Jupiter itu kode panggilan udara bagi instruktur penerbang TNI AU, diikuti tiga angka sesuai urutan senioritas dan posisi struktural di skuadron udara, semisal Jupiter 031 atau Jupiter 674.

Rute yang ditempuh The Jupiters, Yogyakarta-Jakarta-Palembang-Singapura, berkekuatan delapan pesawat terbang latih turboprop multiguna KT-1B Wong Bee, dengan kelir panah putih berlatar merah rancangan mantan panglima Komando Pertahanan Udara Nasional TNI, almarhum Marsekal Muda TNI (Purnawirawan) Djoko Poerwoko.

Secara keseluruhan, personel yang terlibat dalam misi ke Singapura ini 59 orang. Kehadiran The Jupiters di Singapore Air Show 2014 bukan yang pertama kali di ajang kedirgantaraan internasional. Sebelumnya mereka hadir di Centennial of RTAF Founding Fathers Aviation 2012, memperingati 100 tahun penerbangan Thailand.

Setelah itu, mereka diundang di Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition 2013, Malaysia (Februari 2013), dan di Brunei Darussalam pada Bridex 2013-Brunei Darussalam International Defence Exhibition 2013 (Desember 2013).

Informasi Penerangan dan Kepustakaan Pangkalan Udara Utama TNI AU Adi Sucipto, menyatakan, The Jupiters dipimpin Mayor Penerbang Feri Yunaldi sebagai Flight Leader/Jupiter 1.

Formasi lain adalah Kapten Penerbang Ripdho Utomo (Right Wing/Jupiter 2), Kapten Penerbang Apri Arfianto (Left Wing/Jupiter 3), Mayor Penerbang Ari Susiono (Slot/Jupiter 4), Mayor Penerbang Sri Raharjo (Lead Synchro/Jupiter 5), dan Mayor Penerbang Marcellinus Dirgantara (Syncro/Jupiter 6).

Yunaldi menyatakan, mereka The Jupiters akan menampilkan 14 manuver akrobatik udara hasil latihan intensif dan disiplin ketat para instruktur penerbang TNI AU didukung personel pemeliharaan, unsur lain.

Formasi di udara itu antara lain, Jupiter Roll, Arrow Head Loop, Loop and Break Off, Twin Half Cuban-Jupiter Wheel, Tango to Diamond Loop, Mirror, Heart, Screw Roll, Roll Slide, Solo Spin, Five Card Loop, Jupiter Roll Back, serta diakhiri Loop and Bomb Burst.
 

Australia Beli Sekoci untuk Pencari Suaka


Sekitar 60 pencari suaka dilaporkan telah menghilang ke dalam hutan Indonesia ketika kapal mereka mendarat di pantai Indonesia, akibat dipulangkan Australia (photo: Karen Michelmore / AAP)
Sekitar 60 pencari suaka dilaporkan telah menghilang ke dalam hutan Indonesia ketika kapal mereka mendarat di pantai Indonesia, akibat dipulangkan Australia (photo: Karen Michelmore / AAP)
Sebuah sekoci yang digunakan oleh pihak berwenang Australia untuk mengirim pencari suaka ke Indonesia telah terdampar di pantai Jawa. Kapal orange canggih ini ditemukan oleh pihak berwenang Indonesia di pantai barat Jawa dan diyakini membawa sekitar 60 pencari suaka, menurut laporan dari News Limited .
Laporan itu mengatakan para pencari suaka tersebar ke dalam hutan Indonesia ketika sekoci/ lifeboat sampai ke darat. Lifeboat “yang tidak bisa tenggelam” merupakan salah satu dari 11 yang dibeli oleh pemerintah federal Australia dalam upaya untuk menghentikan pencari suaka mencapai Australia.
Perdana Menteri Tony Abbott menjelaskan gambar sekoci yang kandas di Indonesia bisa menahan/ mencegah para pencari suaka ke Indonesia, tetapi dia tidak mengakui jika kapal itu digunakan oleh pihak berwenang Australia untuk mengirim kembali para pencari suaka.
Ketika ditanya tentang laporan itu, Abbott mengatakan bahwa kebijakan perlindungan perbatasan Australia, telah membantu menghentikan aliran pencari suaka manusia perahu. Dia memberi keterangan kepada pencari calon pencari suaka, bahwa suaka ke Australia sekarang telah ditutup.
“Yah, terima kasih Pak , jalan mencari suaka telah ditutup … dan sejauh ini pemerintah tidak akan pernah membukanya kembali,” ujarnya kepada wartawan di Brisbane, Sabtu, 1 Februari 2014.
Kapal lifeboat tertutup penuh yang ditemukan pihak berwenang Indonesia adalah salah satu dari 11 yang dibeli oleh pemerintah Abbott dalam upaya untuk menghentikan pencari suaka mencapai Australia, ujar laporan itu .
Perahu dapat membawa hingga 90 penumpang dan ber-AC, dilengkapi dengan keamanan dan peralatan navigasi dan diisi dengan makanan dan air.
Kapal Patroli Perbatasan Australia menarik Sekoci berisi pencari suaka untuk dikembalikan ke laut Indonesia
Kapal Patroli Perbatasan Australia menarik Sekoci berisi pencari suaka untuk dikembalikan ke laut Indonesia
Seorang juru bicara Kementerian Imigrasi, Scott Morrison, menolak berkomentar tentang sekoci, dan mengatakan pemerintah tidak akan memberikan rincian tentang hal-hal operasional terkait dengan keamanan perbatasan.
Morrison sebelumnya telah menolak untuk mengkonfirmasi laporan pemerintah yang berencana untuk membeli sekoci (hard hull) untuk memerangi praktek pencari suaka yang menyabot kapal nelayan tua di laut.
Namun pada pertengahan Januari, Komandan Operation Sovereign Borders Angus Campbell telah mengkonfirmasi pembelian sekoci, namun menolak untuk mengatakan bagaimana sekoci itu akan digunakan.


Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa khawatir Australia bisa melangkah lebih jauh daripada sekedar memutar kapal kembali kapal dan berpotensi memfasilitasi pergerakan pencari suaka. (theguardian.com 1/2/2014).

Kapal Patroli Ronin Milik TNI AL


Komandan Lantamal III Brigadir Jendral Ikin Sodikin saat penyerahan kapal patroli keamanan laut di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta, Senin (03/02/2014). Foto:VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

 
Anggota TNI Angkatan Laut Lantamal III mencoba kapal patroli keamanan laut Ronin di Pondok Dayung, Jakarta Utara, Senin (03/02/2014). Kapal tersebut merupakan produksi Galangan Bahari Tanjung Priok dengan panjang 10 m dan kecepatan hingga 35 knot.
 

Senin, 03 Februari 2014

Menggelar Kekuatan Pagar Teritori

Gelar kekuatan angkatan laut Indonesia kembali diperlihatkan dengan menggelar gugus tempur laut bersandi operasi Benteng Hiu 14, mulai bulan Februari 2014 di perbatasan laut Indonesia Malaysia di Kalimantan Utara.  Perairan yang menjadi salah satu hotspot NKRI ini memang harus terus dikawal ketat agar gangguan dan provokasi dari negeri jiran bisa dieliminasi sekaligus menunjukkan kekuatan harkat diri untuk tidak bermain api di kawasan kaya sumber daya mineral itu, Ambalat.  Gelar Benteng Hiu dipimpin oleh KRI jenis fregat Oswald Siahaan yang membawa rudal maut Yakhont. Anak buahnya terdiri dari KRI korvet anti kapal selam Lambung Mangkurat, kapal cepat rudal KRI Badik, kapal buru ranjau KRI Pulau Raas dan kapal patroli cepat KRI Badau dan KRI Salawaku. Kapal berjenis KAL, UAV dan kapal nelayan juga ikut bergabung sebagai satuan intelijen.
Sebenarnya ada dua gelar kekuatan di dua hotspot berbeda yang saat ini digelar. Yang satu lagi di kawasan laut Timor dan laut Arafuru. Di laut seberang Darwin itu TNI AL menggelar kekuatan armada laut untuk memastikan tidak ada keculasan negeri selatan untuk mencerobohi perairan teritori Indonesia.  Di luar dua gelar gugus tempur laut itu sebenarnya ada belasan KRI yang berpatroli di Natuna, selat Malaka, selat Singapura, selatan Jawa dan selat Sunda.  Itu adalah bagian dari tugas harian TNI AL untuk menjaga nilai negara kepulauan. Kemudian dalam sebulan ke depan Mabes TNI AL juga harus mempersiapkan 12-15 KRI untuk latihan gabungan angkatan laut bersama 16 negara lain di Natuna dan laut Cina Selatan.
KRI Oswald Siahaan sedang menembakkan rudal Yakhont
Itu semua bisa dilakukan karena angkatan laut Indonesia memiliki armada kapal perang yang memadai untuk melakukan penjagaan dan patroli.  Ada sekitar 160 KRI berbagai jenis yang dioperasikan.  TNI AL tahun ini akan mendapatkan belasan kapal perang baru, diantaranya 3 kapal perang light fregat Bung Tomo Class yang dibeli dari Inggris. Kapal ini sebenarnya pesanan dari Brunai tetapi tidak jadi diambil.  Jadi dibilang beli bekas juga tidak karena kapalnya masih baru, kapal baru tapi harganya harga kapal bekas.  Disamping 3 kapal tadi, ada juga pesanan 3 kapal perang jenis KCR (kapal cepat rudal) 60 m buatan PT PAL yang selesai seluruhnya tahun ini.  Kemudian penyerahan 3 KCR 40 m, 2 kapal perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak) dan 3 kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank) buatan galangan kapal swasta dalam negeri.
Peningkatan kuantitas dan kualitas KRI memang diperlukan, apalagi kekuatan armada RI akan disesuaikan dengan pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan yang dikenal dengan istilah Kogabwilhan. Sebagai negara kepulauan tentu pagar terluar Indonesia didominasi oleh perairan dan sangat wajar pula bila pagar laut ini diperkuat.  Ini juga bagian dari perubahan strategi “masuk dulu baru digebuk” menjadi “berani masuk digebuk”. Untuk angkatan laut, agar bisa masuk kategori “berani masuk digebuk” dicapai dengan penambahan kuantitas dan kualitas armada KRI dan persenjataannya.
Menyikapi kondisi kawasan yang dinamis dan menjurus pada kondisi tak terduga sebagaimana provokasi Australia di laut Selatan dan ambisi penguasaan laut Cina Selatan oleh negeri semilyar ummat, maka perkuatan daya gebuk angkatan laut Indonesia mutlak harus dipenuhi. Oleh karena itu sangat diperlukan kepemilikan kapal perang permukaan laut berkualifikasi fregat dan destroyer dan kapal selam berkualifikasi srigala.  Sejalan dengan itu sebaran pangkalan utama untuk menampung dan menjaga alutsista kapal perang diperlukan.  Menjaga kapal perang di pangkalan dari sabotase bawah laut dan serangan udara merupakan keharusan.  Jangan sampai punya banyak pangkalan tetapi telanjang tanpa perlindungan.
Jet tempur Sukhoi memayungi Jakarta
Pemikir strategis di Kemhan, Mabes dan TNI AL tentu sudah punya rancang bangun kekuatan armada angkatan laut lima sampai sepuluh tahun ke depan.  Sebagai negara kepulauan maka sudah seyogyanya angkatan laut dan angkatan udara diperkuat karena merupakan pagar pengaman garis depan. Perkuatan angkatan laut dan udara seharusnya merupakan prioritas karena kekuatan matra ini adalah indikator untuk menunjukkan nilai dan martabat teritori sebuah negara kepulauan.  Adalah wajar jika dalam lima tahun ke depan kita sudah harus memiliki tambahan armada laut dengan 2-3 destroyer dan 5-6 fregat serta 6-8  kapal selam srigala. 
Tambahan kekuatan angkatan laut ini juga seirama dengan tambahan skuadron tempur angkatan udara, misalnya dengan penambahan 2 skuadron Sukhoi Family.  Apalagi jika diperkuat dengan pesawat peringatan dini.  Ini secara kebutuhan dasar bukan hal yang muluk karena payung perlindungan untuk negara besar ini memang harus begitu.  Tujuannya tentu bukan untuk mengajak perang tetapi untuk menjaga nilai dan martabat teritori.  Bahwa ke depan ini memang akan terjadi sesuatu yang tak terduga berupa ancaman serius bagi kedaulatan NKRI.  Maka muulai sekarang memang harus berbenah secara lebih intens, lebih fokus dan lebih revolusioner alias lebih cepat lebih baik.
Perkuatan alutsista di MEF II diharapkan akan memberikan angin kesegaran bagi pengawal republik. Sekaligus mengurangi bahkan meniadakan omongan pelecehaan orang luar utamanya tetangga selatan yang selalu menganggap armada kapal perang Indonesia kalah kelas.  Sekarang memang masih kalah kelas tetapi kita meyakini dalam lima tahun ke depan sudah mendekati kesetaraan.  Tetangga selatan memang karakternya begitu.  Tetapi jika kita tetap teguh dalam program perkuatan alutsista utamanya dengan kesediaan membeli sejumlah destroyer, fregat, kapal selam srigala dan jet tempur mutakhir maka secara perlahan omongan pelecehan itu akan berkurang. 
Tetapi jangan lupa karakter orang atau negara yang suka melecehkan itu sebenarnya untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Misalnya kekhawatiran eksistensinya terhadap ancaman dari utara. Tong kosong nyaring bunyinya kata peribahasa.  Dalam bahasa preman orang yang berkarakter suka melecehkan dan anggap enteng seperti ini perlu sekali waktu digebuk dengan bogem mentah supaya cangkemnya mingkem. Pengawal republik paham dengan hukum ini tapi tak perlu berlaku seperti preman itu. Permintaannya hanya satu: perkuat dulu dengan sejumlah alutsista gahar berteknologi, kemudian perhatikan apa yang akan terjadi, niscaya mereka akan tahu diri.
 

TNI Siaga Bukan karena Australia

TNI AL akhirnya mengeluarkan sikap terkait dengan pengerahan sejumlah kapal perang ke kawasan perbatasan laut di Indonesia Timur belakangan ini. Pihak TNI-AL menegaskan, penambahan kapal perang itu tidak memiliki alasan khusus karena menyesuaikan dengan kebutuhan di wilayah yang memang sangat luas.

Kadispenal Laksamana Pertama Untung Suropati saat dikonfirmasi membenarkan bahwa pihaknya menambah sejumlah kapal perang ke wilayah perbatasan dengan Australia. Meski begitu, Untung menolak jika penambahan tersebut dikhususkan untuk merespons kasus pelanggaran batas wilayah yang dilakukan Angkatan Laut Australia.

Menurut Untung, pihaknya tidak pernah membuat skala prioritas dalam pengerahan armada. Pengerahan armada dilakukan setelah ada analisis mengenai situasi di lapangan. Jika memang diperlukan adanya tambahan, armada akan ditambah. “Intensitas patroli memang kami tingkatkan, namun itu hal biasa untuk menjaga wilayah perbatasan kita,” ujar Untung kemarin (31/1).

Alumnus US Naval War College 2009 itu mengibaratkan menjaga perbatasan negara seperti menjaga rumah sendiri. “Kalau ketua RT mengingatkan kampung kita rawan kejahatan, otomatis kita juga akan meningkatkan kewaspadaan,” lanjutnya. Untung juga tidak menyebutkan berapa jumlah armada yang dikerahkan ke kawasan yang langsung berbatasan dengan perairan Australia itu.

Menyikapi pelanggaran yang dilakukan AL Australia, Untung memilih berhati-hati. Pihaknya mengikuti langkah yang diambil pemerintah Indonesia, dalam hal ini presiden dan panglima TNI. “Umumnya di berbagai negara, sepanjang (pelanggaran) tidak provokatif, tidak mendramatisasi, saya rasa masih oke,” tambahnya. Terlebih, secara khusus Australia sudah meminta maaf kepada pemerintah Indonesia.

Sebelumnya muncul informasi bahwa TNI-AL merespons pelanggaran AL Australia dengan mengerahkan sejumlah kapal perang ke Laut Timor dan Arafuru. Kapal yang dikirim, antara lain, fregat, kapal cepat torpedo (KCT), kapal cepat rudal, (KCR), dan korvet. Juga, pesawat patroli perairan.
 

C-130H MP Hercules: Pesawat Intai Maritim TNI AU Dengan Kemampuan Long Endurance

C-130 H MP TNI AU
C-130 H MP TNI AU

Umumnya dalam setiap pengadaan pesawat militer, baik jenis pesawat tempur maupun transport, tiap tipe dibeli lebih dari satu unit. Tapi ada yang berbeda dari pengadaan pesawat intai maritim yang satu ini. Tepatnya pada awal dekade 80-an, saat Rencana Strategis (Renstra) II Hankam dicanangkan, TNI AU mendapatkan penambahan kekuatan untuk lini pesawat fighter, trainer, helicopter, dan transport. Dan, bicara di lini transport, jelas yang menjadi prioritas adalah pembelian armada pesawat angkut berat C-130 Hercules dari AS.
Merujuk ke sejarahnya, TNI AU memang sudah mengoperasikan C-130 Hercules sejak 1960, yakni lewat seri C-130B Hercules dengan jumlah 10 unit, dua diantaranya adalah versi tanker KC-130B. Tapi seiring perkembangan, dimana usia C-130B sudah kian tua, ditambah ada pesawat yang telah mengalami crash, maka adalah kebutuhan utama untuk meningkatkan serviceable bagi armada Hercules. Ini tentu mudah dipahami, mengingat selain mengemban misi strategis dalam angkut militer, keberadaan Hercules amat vital mendukung operasi tempur bukan perang, seperti pada operasi bantuan kemanusiaan saat bencana alam.
Di tahun 1980, TNI AU mendapatkan tambahan 12 unit C-130 Hercules, kedua belas Hercules yang didatangkan tersebut terdiri dari:
1. C-130H sebanyak 3 unit, masing-masing pesawat diberi nomer registrasi A-1315, A-1316 dan A-1323.
2. C-130HS (long body) sebanyak 7 unit, masing-masing diberi nomer registrasi A-1317, A-1318, A-1319, A-1320, A-1321, A-1324 dan A-1341.
3. L-100-30 sejumlah 1 unit menggunakan registrasi A-1314.
4. C-130H MP (Maritime Patrol) sejumlah 1 unit, menggunakan registrasi A-1322.

1630118620X310
Tampilan radar AN/APS-128B Sea Search
Tampilan radar AN/APS-128B Sea Search

Untuk C-130H dan C-130HS di daulat untuk dua peran, sebagian difungsikan untuk misi kargo, transport bagi pasukan lintas udara, hingga tugas sebagai pesawat VIP/VVIP. Nah, ada yang beda dengan C-130H MP yang punya kode produksi c/n 4898. Menyandang label MP yang artinya maritime patrol, jenis pesawat ini artinya memang difungsikan untuk peran intai maritim. Memang struktur bodi dan kemampuan mesin-nya serupa dengan C-130H yang lain, tapi C-130H MP punya jeroan khusus untuk mendukung tugas meronda di lautan.
Dari tampak luar, C-130H MP TNI AU tak beda dengan C-130H reguler, tapi pada sisi radome (moncong hidung) ditempatkan radar khusus, yakni AN/APS-128B Sea Search. Radar buatan Telephonics dengan frekuensi X band ini memang dirancang untuk misi intai maritim. Radar ini dapat mengendus target berupa kapal besar pada jarak 100 nautical mile (185,2 km), untuk target kapal berukuran sedang pada jarak 57 nautical mile (105,5 km) dan untuk target kapal kecil pada jarak 32 nautical mile (59,2 km). Selain dukungan radar AN/APS-128B, pada kaca depan kokpit dan pintu terjun pasukan para (paratroop entrance door) dilengkapi dengan large observer windows.

paratroop entrance door
paratroop entrance door
Windows Observer pada paratroop entrance door
Windows Observer pada paratroop entrance door

Agar lebih afdol dalam menunjang misi intai maritim, C-130H MP juga bisa ditambahkan perangkat side looking airborne radar, passive microwave imaginer, low light level TV, side scanning infrared dan FLIR (forward looking infrared). Tapi sayangnya, menurut informasi yang diperoleh Indomiliter.com, yang digunakan TNI AU adalah versi basic, artinya jeroan saktinya hanya radar AN/APS-128B Sea Search. Secara teknis, radar dengan frekuensi X band (9375 Mhz) ini punya antena dengan dimensi 42 x 11 inch plus scan rate 15 hingga 60 RPM.
Bila keluarga C-130 Hercules umumnya disebar ke Skadron Udara 31. Skadron Udara 32, dan Skadron Udara 17 VIP/VVIP. Tapi karena perannya yang spesifik, C-130H MP diserahkan operasionalnya kepada Skadron Udara 5 Intai Maritim. Penyerahan C-130H MP ke Skadron Udara 5 berdasarkan Skep/35/IV/1982, tanggal 21 April 1982). Pada momen tersebut, C-130H MP melengkapi kekuatan Skadron Udara 5 yang per 1 Juni 1982 telah mengoperasikan 3 unit pesawat Boeing 737-200 Maritime Patrol. Pesawat ini dilengkapi dengan alat sensor yang disebut SLAMMR ( Side Looking Airborne Modular Multimission Radar) Real Time, peralatan navigasi INS (Inertial navigation System), infra red dan Omega Navigation System serta peralatan komunikasi modern.
Saat C-130H MP resmi masuk ke Skadron Udara 5, kesatuan tersebut masih berpangkalan di lanud Abdul Rahman Saleh, Malang. Tapi kemudian pada 22 Februari 1982, Skadron Udara 5 resmi pindah home base ke lanud Hasanuddin di Makassar – Sulawesi Selatan. Meski peran utamanya sebagai intai maritime, tapi dalam operasionalnya, C-130H MP juga dapat diperbantukan untuk misi transport logistik.

Lambang Skadron Udara 5
Lambang Skadron Udara 5
Windows Observer yang luas menjadi keunggulan utama bagi C-130 untuk misi intai.
Windows Observer yang luas menjadi keunggulan utama bagi C-130 untuk misi intai.

Tidak Berumur Panjang
Belum lima tahun dioperasikan, sayangnya usia pengabdian C-130H MP TNI AU tidak berumur panjang, satu-satunya C-130 yang berfungsi sebagai intai maritim ini berakhir pada tahun 1985. Tepatnya pada 21 November 1985, pesawat ini menabrak Gunung Sibayak di Sumatera Utara. Saat itu pesawat sedang dalam rute Medan – Padang. Dalam musibah tersebut, 10 awak dinyatakan gugur.
Malaysia Juga Punya
Selain dioperasikan oleh Indonesia, spesifik dengan tipe C-130H MP juga digunakan oleh AU Malaysia (TUDM/Tentara Udara Diraja Malaysia). Bila TNI AU hanya punya 1 unit, maka TUDM langsung memborong 3 unit C-130H MP. Mungkin karena pertimbangan biaya operasional yang besar dan teknologi sensor radar yang dipandang sudah ketinggalan jaman. Sebagai perbandingan, kemampuan radar AN/APS-128B justru kalah ampuh dengan radar Ocean Master Surveillance di NC-212 200 MPA TNI AL.
C-130H MP TUDM (Malaysia)
C-130H MP TUDM (Malaysia)

Kini justru Malaysia telah mengkonversi C-130H MP menjadi versi dual role, yakni untuk mendukung misi tanker dan transport. Versi intai maritime saat ini masih digunakan oleh AS untuk memperkuar armada US Coast Guard, yakni dengan tipe HC-130 H/J, sudah barang tentu versi milik AS sudah dilengkapi perlengkapan elektronik yang sangat maju untuk misi long range surveillance.
Lockheed C-130H MP tidak bisa dibilang pesawat laku dipasaran, tapi kemampuan terbangnya yang long endurance (bisa terbang 24 jam non stop), sangat ideal bagi misi intai maritim guna meronda wilayah lautan NKRI yang sedemikian luas. Kemampuan radar dan sensor pesawat intai maritim TNI AU dan TNI AL kini boleh saja lebih canggih, seperti ditunjukkan pada pesawat NC-212 200 MPA, CN-235 200 MPA dan CN-235 200 NG Penerbal TNI AL. Tapi untuk urusan jangkauan terbang, paling banter CN-235 200 hanya bisa mengudara selama 9 -10 jam dengan jarak tempuh 796 km. Sementara C-130H MP yang ada di level angkut berat dengan 4 mesin turbo propeller, dalam kondisi tanpa muatan kargo, bisa terbang sejauh 5.200 nautical mile (setara 9.630 km). (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi C-130H Hercules
Mesin : Four Allison T56-A-15 turboprops; 4,300 horsepower, each engine.
Panjang : 29,3 meter
Tinggi : 11,4 meter
Lebar Sayap : 39,7 meter
Kecepatan : 374 mph (Mach 0.57) at 20,000 feet (6.060 meter).
Ketinggian : 10.000 meter dengan bebab 45 ton
Berat Maximum Takeoff : 69.750 kg
Normal Passenger Seats Available: Up to 92 troops or 64 paratroops or 74 litter patients.
Jangkauan : 2.049 nautical miles with maximum payload, 2.174 nautical miles dengan 11.250 kg kargo, dan 5.200 nautical miles tanpa kargo.
Kru minimum : 5 (two pilots, a navigator, flight engineer and loadmaster.