Kamis, 30 Januari 2014

Indonesia – Australia, Hard to Handle


KRI Yos Sudarso -353
KRI Yos Sudarso -353

 DARWIN. Pemerintah RI merealisasikan niat untuk memperketat wilayah perairan yang berbatasan dengan Australia. TNI Angkatan Laut mulai mengerahkan beberapa kapal perang termasuk kapal rudal dan torpedo ke wilayah perbatasan.
Harian Guardian, 24 Januari 2014 melansir informasi itu dari Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama Untung Suropati. Untung membenarkan ada beberapa kapal perang yang dipindahkan ke dekat perbatasan perairan yang dekat dengan Australia. Selain kapal peluncur rudal dan torpedo, ujar Untung, ternyata TNI AL turut mengerahkan kapal perang corvette dan pesawat perbatasan air.
“Semua kapal itu telah bergerak menuju ke perbatasan dan berpatroli di sana,” kata dia tanpa menyebut jumlah kapal yang telah dikerahkan.
Selain mengerahkan kapal dari TNI AL untuk menjaga perbatasan, TNI Angkatan Udara (AU) juga mengerahkan beberapa pesawat. Menurut Juru Bicara TNI AU, Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, apabila ada pelanggaran perbatasan, pangkalan udara di Makassar siap membantu mengamankan.
“Australia bisa dijangkau dari sana,” ujarnya.
Seperti diketahui, Pangkalan Udara Sultan Hassanudin di Makassar, adalah pangkalan bagi 16 pesawat tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30 buatan Rusia. Dengan menggunakan pesawat itu, hanya butuh waktu satu jam mencapai Australia.
Langkah untuk menjaga perbatasan ini mulai membuat Parlemen Australia khawatir. Namun, langkah itu tidak mengejutkan bagi mereka.
Menurut anggota parlemen dari Partai Buruh, Chris Bowen, kebijakan yang ditempuh RI merupakan hasil yang dituai dari kebijakan Perdana Menteri Tony Abbott, Menteri Imigrasi, Scott Morrison dan Menteri Luar Negeri, Julie Bishop, yang bersikap kepala batu.
“Sebelumnya, sudah ada beberapa peringatan bahwa hal ini timbul karena kebijakan ngotot mereka. Kini, kami mulai terlihat jelas dampaknya,” ungkap Bowen dan dilansir kantor berita ABC News.
Sementara itu, Pemimpin Partai Hijau, Christine Milne, memperingatkan Abbott untuk mundur dari kebijakan pencari suakanya. Milne mengingatkan kembali pernyataan Pemerintah RI yang secara tegas menolak kebijakan sepihak dari Negeri Kanguru.
“Situasinya akan berdampak lebih buruk. Kini, waktunya bagi Tony Abbott mundur dan mengakui bahwa kami sedang dalam situasi yang serius dengan Indonesia,” kata Milne.
Sebelumnya, pada Jumat, 17 Januari 2014, Australia telah meminta maaf kepada Pemerintah RI lantaran telah melanggar wilayah perbatasan air secara tidak sengaja, saat mendorong balik perahu pencari suaka ke perairan Indonesia.
Setelah kejadian itu, Abbott mengatakan akan tetap menjalankan operasi perbatasan.
Dia pun meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan publik untuk memahami bahwa menghentikan manusia pencari suaka terkait masalah kedaulatan.
“Ini merupakan isu yang serius bagi suatu negara. Kami akan tetap melanjutkan kebijakan sesuai dengan aturan yang berlaku,” kata Abbott di sela Forum Ekonomi Dunia (WEF), Davos, Swiss.

sukhoi31030911.jpg

Retorika “Perang” Australia pada Indonesia Dikecam
Penggunaan istilah retorika berupa kata-kata seperti “perang” yang disampaikan Pemerintah Australia kepada Indonesia dalam hal mengamankan wilayah perbatasan menuai kecaman.
Paul Dibb, penulis utama buku putih pertahanan Australia menyayangkan cara penggunaan kata-kata diplomasi yang disampaikan pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbott itu.
“Ini disayangkan bahwa pemerintah kita menggunakan kata-kata seperti ‘perang’ dan orang Indonesia juga berbicara tentang jet mereka yang mencapai wilayah Australia,” kata Dibb.
”Saya tidak berpikir pernyataan ini sangat membantu. Sudah waktunya bagi kedua belah pihak untuk menggunakan bahasa yang lebih terukur dan diplomatik,” lanjut Dibb, seperti dikutip The Australian, Sabtu (25/1/2014).
Peter Jennings, mantan pejabat senior di Pertahanan Australia, yang sekarang aktif di Australia Strategic Policy Institute, mendesak kedua pemerintah untuk memperbaiki hubungan pertahanan, sebelum mengalami kerusakan yang lebih lanjut. ”Ini tragis,” kata Jennings, menggambarkan situasi hubungan antara Indonesia dan Australia.
Polemik baru ketegangan Australia dan Indonesia sejatinya dipicu tindakan kapal-kapal Angkatan Laut Australia yang melanggar wilayah perairan Indonesia ketika mengusir perahu para pencari suaka. Australia mengklaim tindakan itu tidak sengaja, meski media Australia pernah menyebut pelanggaran itu terjadi tujuh kali dalam sebulan.
Pelanggaran itu membuat Pemerintah Indonesia gusar. Menkopolkam, Djoko Suyanto, pernah mengatakan, Tony Abbott harus paham dan mengerti apa arti kedaulatan Indonesia yang telah dilanggar.
Komentar Menteri Djoko itu dibalas Abbott ketika berada di Forum Ekonomi Dunia di Swiss, di mana Abbott terang-terangan mengatakan, bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus mengerti soal kedaulatan Australia, di mana pasukan Australia berusaha keras mengusir perahu para pencari suaka yang melanggar kedaulatan mereka.

JKGR. 

Selasa, 28 Januari 2014

Australia, Menepuk Air Di Dulang Tepercik Muka Sendiri

Tanpa banyak cakap, militer Indonesia mengerahkan berbagai kapal perang ke perairan halaman belakang rumahnya dimana di pagar halaman seberang itu ada Darwin, satu-satunya kota yang ada di Australia Utara, tak lebih besar dari kota Kupang di NTT.  Gerakan angkatan laut RI dengan menyebar kapal perang korvet, fregat, kapal cepat rudal dan kapal cepat torpedo dengan dukungan jet tempur Sukhoi dan 4 radar militer canggih yang baru dipasang menyadarkan Australia bahwa Indonesia sangat serius menyikapi sikap kepala batu pemerintahan Australia yang dipimpin si cowboy Tony Abbott.

Gaya keras kepala si Abbott ini sudah terlihat ketika masa kampanye dia tahun lalu untuk mengejar kursi Aussi One.  Dia bilang akan menempatkan sejumlah intelijen di Indonesia untuk memantau pergerakan manusia perahu, membeli perahu, membayar sejumlah sipil Indonesia untuk memberikan informasi tentang posisi manusia perahu yang hendak ke negeri selatan itu.  Ini saja sejatinya sudah menyinggung harkat dan martabat kita, emangnya negeri ini tak bertuan.  Pernyataannya itu meski untuk konsumsi kampanye pemilihan umum jelas meremehkan pemerintah Indonesia.  Dia menang dan jadi Perdana Menteri salah satunya karena pernyataannya itu.  Tapi sekarang dia terjebak dengan jaring yang dia tebar sendiri.  Celakanya sebagian besar rakyatnya pun berbalik menghujat dia.
Embarkasi pasukan, sudah terbiasa
Ketika urusan sadap menyadap terkuak, gaya arogansi Abbott dipertontonkan dengan tak rela minta maaf. Bandingkan dengan gaya Obama ketika urusan yang sama dengan Jerman, lebih low profile dan meminta maaf kepada Jerman.  Yang dipertontonkan Abbott bukan gaya negarawan santun melainkan gaya preman seperti garis dan raut wajahnya yang keras. Bandingkan dengan Kevin Rudd yang ramah dan santun sehingga mampu mengambil hati rakyat dan bangsa ini.  Sesungguhnya irama hubungan Indonesia dan Australia tergantung gaya kepemimpinan negeri kanguru itu.  Oleh karena itu situasi hubungan yang buruk saat ini ada di koridor kepemimpinan pemerintah Australia, bukan pada rakyat dan bangsa Australia yang saat ini justru mengecam hebat cara si Abbott menangani pola hubungan bertetangganya dengan Indonesia.
Australia harus menyadari bahwa militer Indonesia tidak seperti lima tahun lalu.  Ketika diadakan Sail Komodo beberapa bulan yang lalu di depan Darwin sesungguhnya telah “tersedia” sedikitnya 30 kapal perang Indonesia berbagai jenis di halaman belakang kita. Hanya saja kita ini kan menganut politik perkawanan yang santun, jadi tak perlu pamer kekuatan.  Berhitung tentang kekuatan militer khususnya angkatan laut, sebenarnya Indonesia mampu mengerahkan 50 kapal perang ke perairan NTT dalam waktu singkat.  Ini sudah biasa dilakukan dalam setiap latihan Armada Jaya atau Latgab TNI.  Padahal jumlah itu hampir sama dengan kekuatan angkatan laut Australia yang memiliki 54 kapal perang.  Indonesia sendiri saat ini memiliki 160 kapal perang dan akan terus bertambah.
Satuan Radar Buraen Kupang, mata dan telinga NKRI
Gerakan kapal perang Indonesia ke NTT kita sambut positif karena ini langkah awal untuk menyatakan sikap menjunjung harkat. Kita tidak ingin berselisih dan mengajak tarung dengan negara manapun termasuk Australia.  Namun pelecehan teritori perairan seperti yang diakui oleh Australia dan kemudian minta maaf tentu harus dijawab pula dengan langkah dan cara militer.  Menlu Marty tidak menggubris kata maaf dari Menlu Julie Bishop bahkan kembali menyudutkan Australia dengan menyatakan,” Coba kalau dari dulu sudah minta maaf, tidak akan seperti ini kan”.  Kekuatan militer Indonesia dalam bulan dan tahun-tahun mendatang akan mendapat sejumlah alutsista sangar, misalnya kapal selam Kilo, jet tempur Sukhoi SU35, rudal SAM strategis dan lain-lain. Dengan kekuatan menuju kesetaraan ini Australia seharusnya berhitung cermat karena kekuatan yang tak bakalan ditandingi Australia seumur hidup adalah jumlah penduduk Indonesia yang sepuluh kali lipat dan punya karakter militan nasionalis.
Kita ingin sampaikan pesan pada Tony Abbott: “Kultur timur itu Bott, atau kultur Asia sesungguhnya lebih menghargai nilai-nilai kesantunan dan etika dalam bertetangga.  Memang beda sama kultur sampeyan yang anglo saxon itu.  Lebih sering mendikte, merasa paling jagoan, merasa paling pintar dan tahu segalanya.  Kalau sampeyan tinggal di Eropa gak papa.  Tapi sampeyan ada di lokasi adat istiadat di mana kesantunan dan tatakrama lebih dikedepankan. Lihat saja rumah di ranah ASEAN, rumah-rumah didalamnya selalu mengedepankan musyawarah dan kearifan meski ada konflik diantara sesama rumah. Nek sampeyan bisa memahami itu, kita yakin semua persoalan pertetanggaan kita dapat diselesaikan dengan musyawarah”.
“Tapi kalau tetap keras kepala ya rasain sendiri. Kata peribahasa menepuk air didulang tepercik muka sendiri. Anda sudah dipermalukan dunia dan PBB karena menelantarkan dan menyiksa manusia perahu.  Di dalam negeri pun sami mawon, anda dicerca di parlemen dan rakyat sendiri.  Ada peribahasa Pak Abbott, Air beriak tanda tak dalam, kayak sampeyan itu yang selalu umbar pernyataan petintang petinting.  Air tenang menghanyutkan, itulah gaya kami untuk tak umbar kalimat kumat.  Bukankah laut selatan itu dalam Bott, mungkin saja di kedalaman itu si Kilo siluman sudah bermain mata dengan ratu pantai selatan.  Bukankah air tenang itu menghanyutkan”.
 

Tank Tempur Leopard dan Marder akan Ditempatkan di Perbatasan Kalimantan

 
Tank Leopard

Sebagian tank tempur utama Leopard dan tank tempur medium Marder dari Jerman dijadwalkan tiba di Indonesia pada Oktober 2014, sementara sisanya dijadwalkan tiba secara bertahap pada tahun depan. Sebagian tank tersebut akan ditempatkan di dua divisi Kostrad dan di perbatasan Kalimantan.

“Akan ditempatkan di Kostrad, divisi 1 dan 2. Ada pemikiran memang sebagian akan ditempatkan di perbatasan Kalimantan,” kata Purnomo Yusgiantoro, Senin (27/1/2014).

Hal itu dikatakan Menhan Purnomo Yusgiantiro, saat meninjau kesiapan garasi tank Leopard dan Marder di Batalyon Kavaleri (Yonkav) 8/Tank, Beji, Pasuruan. Turut serta dalam kunjungan tersebut Panglima TNI Jendral Moeldoko, Pangdam V/Barwijaya Mayjed TNI R Ediwan Prabowo, Panglima Divisi 2 Kostrad Mayjed TNI Agus Kriswanto, Komandan Yonkav 8/Tank Letkol Otto Sollu, serta sejumlah pejabat Mabes TNI.

Purnomo menjelaskan, awalnya TNI sebenarnya hanya membeli 40 tank dari Jerman. Namun karena perubahan kebijakan di Jerman dan negara-negara Eropa lainnya yang lebih mementingkan pembangunan kekuatan tempur udara, maka TNI mendapatkan sebanyak 105 Leopard dan 50 tank Marder.

“Mereka perkecil angkatan darat yang kemudian itu kita tangkap kemudian kita bisa dapat lebih banyak. Kita untung, dengan buget yang ada kita bisa dapat Leopard 105 dan Marder 50,” jelas Purnomo.

Panglima TNI Jendral Moeldoko dalam kesempatan itu mengatakan, Yonkav 8/Tank Beji yang masuk dalam Divisi 2 Kostrad sudah siap ditempati tank Leopard dan Marder. Garasi berkapasitas sekitar 40 tank sudah disiapkan jauh-jauh hari.

“Kami ke sini untuk meninjau kesiapan dan tadi sudah dipaparkan semua. Yonkav 8 sudah siap,” kata Moeldoko.

Moeldoko mengatakan, beberapa prajurit yang disiapkan sebagai kru Leopard dan Marder sudah dikirim ke Singapura untuk sharing sehingga bisa berdiskusi dengan calon kru lainnya.

“Kita juga pasti akan kirim ke Jerman untuk mempelajari. Setidaknya separuh dari kru akan kita kirimkan,” jelas Moedoko.

Moeldoko mengatakan pengembangan alutsista TNI harus terus dilakukan agar tidak kalah dengan negara tetangga. “Kalau di lingkungan kita (negara tetangga) belanjanya lebih tinggi ya nanti kita keok terus, kita juga harus di atas mereka. Ini (Leopard dan Marder) termasuk senjata paling canggih,” tandasnya.

Saat Kopassus Menjamu Pangeran Arab Saudi


Relief berbentuk kubah masjid menjadi pusat perhatian di Balai Komando, Markas Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat Cijantung, Jakarta, Kamis (23/1). Relief tersebut menjadi latar belakang podium tempat meja sajian kehormatan.

Suasana siang itu didominasi warna merah dan kuning keemasan. Bunga-bunga anggrek Phalaenopsis langsing berwarna merah dan bunga terompet lili putih dirangkai menjuntai dengan vas tinggi di atas meja. Meja-meja panjang dengan piring-piring nasi briyani digelar, dipagari tiruan pohon kurma yang menjulang. Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sudah siap di meja makan dua jam sebelum makan siang dimulai.

Ada tamu istimewa, yaitu Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Salman bin Sultan Abdul Aziz al Saud. Sebelumnya, Pangeran Salman berkunjung ke Kementerian Pertahanan RI. Di Markas Kopassus, mantan astronot ini sempat mencoba menembak dengan senjata MP-5 dan pistol.

Kunjungan ini penting dalam hubungan kedua negara karena sejak 1950, baru kali ini seorang Wakil Menteri Pertahanan Kerajaan Arab Saudi berkunjung ke Indonesia. Sosok pangeran yang juga pilot pesawat tempur ini merupakan putra tertua Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi.

Dalam kunjungannya ke Indonesia, ia menandatangani kesepakatan kerja sama pertahanan, termasuk latihan antiteror, pendidikan, dan industri pertahanan. Kerja sama ini adalah kerja sama pertahanan pertama antara Indonesia dan Arab Saudi.

Salman mendapat kenang-kenangan berupa senapan serbu SS2-V1 buatan PT Pindad. Setelah menyaksikan demonstrasi tim Gultor Satuan 81 Kopassus dan panser Anoa, Salman menuju Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dan sempat melihat-lihat pesawat angkut militer CN-295 dan CN-235 produksi PT Dirgantara Indonesia. Di Kopassus, ia mendapat kenang-kenangan pisau komando.

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, Indonesia membuka peluang kerja sama industri pertahanan dengan Kerajaan Arab Saudi. Kunjungan ini merupakan kunjungan balasan setelah Sjafrie berkunjung ke negara tersebut, beberapa waktu lalu. Tentunya untuk memenuhi kebutuhan Arab Saudi yang beriklim panas, beberapa modifikasi, seperti pendingin udara, bisa ditambahkan pada peralatan Indonesia.

Seusai mengunjungi Kopassus, Salman mengatakan, ia berharap Indonesia menjadi makin maju. Sementara Wakil Kepala Staf TNI AD Letjen Munir mengatakan, Salman dan timnya dari Kementerian Pertahanan dengan jeli melihat kemampuan Kopassus.

”Mereka juga kan militer. Jadi, bisa melihat Kopassus kita disiplinnya tinggi. Dia juga sempat lihat Anoa. Semoga nanti belinya banyak,” kata Munir.
 
MI. 

Foto : 37 Unit Tank BMP-3F MARINIR

Sebanyak 37 unit kendaraan tempur amfibi Tank BMP-3F buatan Rusia kembali memperkuat Alutsista TNI AL. Puluhan kendaraan lapis baja itu masuk jajaran Resimen Kavaleri Marinir, setelah diserahkan secara remi oleh Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro kepada jajaran Korps Marinir di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir, Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Minggu (27/01).
 

 
 
 
 
 
 
 

13908231331836964039

139082317798369664

1390823198898307725

Genap Sudah BMP-3F Korps Marinir

Senin (27/01), puluhan tank amfibi BMP-3F melaju menyerbu musuh. Masing-masing tank andalan Korps Marinir TNI-AL itu menembakan senjata andalan mereka ke sasaran musuh. Para undangan yang terdiri dari Menteri Pertahanan, Panglima TNI, serta pejabat negara lainnya menahan nafas menyaksikan serunya simulasi tempur yang dilakukan oleh Korps Marinir. Video aksi seru Marinir itu sendiri bisa anda simak dibagian bawah artikel ini.

Simulasi tempur itu merupakan bagian dari acara serah terima BMP-3F dari Kementrian Pertahana kepada Korps Marinir TNI-AL. Sebanyak 37 unit tank BMP-3F diserahkan langsung oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro, melengkapi 17 unit yang telah beroperasi sebelumnya. Selain 54 unit Tank BMP-3F, juga terdapat satu unit kendaraan recovery BREM-L.

Sebelum serah terima, dilakukan pelatihan pengoperasian BMP-F selama lima bulan, di Pusat Pelatihan Pabrik Kendaraan Tempur Kurganmashzavod, Kurgan, Rusia. Para prajurit Korps Marinir tiba pada pertengahan bulan Juni 2013 lalu dan selesai melaksanakan pelatihan pada bulan November 2013. Materi pelajaran yang diterimakan dalam bentuk teori di kelas, praktek lapangan di pabrik, serta praktek uji coba senjata, mengemudi di darat, laut, serta praktek melaksanakan evakuasi tank di Ground Test Facility yang berjarak sekitar 30 km di luar kota Kurgan, Rusia.

Selain itu dilakukan pula latihan pengetahuan tentang pengawakan dan mengoperasikan kendaraan tempur BREM-L sebagai kendaraan recovery dan kendaraan pendukung (supporting vehicle) untuk Tank Amfibi BMP-3F. Kendaaran tempur ini memiliki peralatan mulai dari crane kapasitas 11 Ton, peralatan las aluminium, potong plat, dan peralatan perbengkelan lainnya guna mendukung perbaikan dan pemeliharaan Tank Amfibi BMP-3F, sampai dengan bongkar pasang mesin, transmisi, dan senjata utama (100 mm beserta turret-nya).

ARC. 

T-50i Golden Eagle Indonesia Ready to Rock and Roll


T-50i Golden Eagle
T-50i Golden Eagle
Sebanyak 16 pesawat T-50i Golden Eagle pesanan Pemerintah Indonesia telah berada di Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur,  setelah dua pesawat terakhir Sabtu (25/1/2014), tiba di Lanud Iswahjudi, diterima Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E.
t-50-4
Kedatangan kedua pesawat terakhir merupakan pengiriman tahap akhir setelah secara bertahap ke-16 pesawat T-50i Golden Eagle, diterbangkan secara ferry dengan rute Sacheon Korea Selatan-Kaohsiung Taiwan -Cebu Philipina-Sepinggan Balikpapan Kaltim-Iswahjudi Air Force Base, oleh Penerbang KoreanAerospace Industries (KAI) ke Indonesia, mulai September 2013.
t-50-6
Kedatangan pesawat T-50i Golden Eagle, yang diterbangkan secara ferry oleh penerbang MR. Kwon Huiman, MR. Lee Dongkyo, MR. Khang Cheol, MR. Shin Donghak dari Korea Selatan, mendapat penghormatan berupawater salute dan kesenian Reog Ponorogo, disaksikan Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., bersama vice president KAI Lee Seung Min, serta segenap pejabat di Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi.
t-50-i-tni
T-50i Golden Eagle TNI AU
Pihak Korea Selatan akan menyerahkan ke-16 pesawat Golden Eagle ke Pemerintah Indonesia bulan Februari 2014 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
t-50-8
Selanjutnya ke-16 pesawat Golden Eagle tersebut dioperasikan Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi sebagai tambahan kekuatan udara dalam mengawal dan mengamankan NKRI.
t50i-2013-2
T-50i GOLDEN EAGLE TNI AU
Sesuai kontrak yang telah dibuat dalam waktu 2 tahun,  PT. KAI akan menyertakan  Teknical Representative, untuk mengawasi pelaksanaan operasional penerbangan,  sekaligus sebagai tempat konsultasi para Teknisi Skadron Udara 15 dalam merawat maupun hal-hal yang bersifat perbaikan. Teknisi Korea Selatan juga sebagai penghubung antara Operator di Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi dengan pihak Pabrik di Korea. (tni.mil.id)