Kamis, 12 Desember 2013

Ini Dia Cara Intelijen Sadap Data Rahasia

Photo (IST)

Aksi penyadapan yang dilakukan intelijen luar negeri terhadap pejabat tinggi negara tengah menjadi sorotan. Banyak kalangan yang kecewa dengan tindakan intelijen Amerika Serikat dan Australia. Apalagi salah satu korban penyadapan adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Salah satu badan intelijen yang ditengarai menjadi dalang penyadapan ini adalah National Security Agency (NSA). Berikut aktifitas intelijen terkait penyadapan yang dilakukan pihak asing, sebagaimana dibocorkan mantan agen NSA Edward Snowden.

1. Membangun Data Center untuk Membaca Email
NSA membangun data center di Utah, AS yang selesai pada September 2013 lalu. Dari data center tersebut NSA bisa membaca jutaan data yang berseliweran di email. Dengan algoritma yang dikembangkan NSA mengintip data di email menjadi mungkin.

2. Status Facebook dan Twitter
Lembaga keamanan di AS, Homeland Security bisa mengawasi status Facebook dan Twitter. Aktifitas tersebut dilakukan untuk melacak tweet atau status yang mengandung informasi yang bersifat mengganggu keamanan atau terorisme. Pihak yang ditengarai terkait akan langsung mendapat pengawasan khusus.

3. Internet Service Provider (ISP)
ISP kerap meminta pengunjung situs untuk menyimpan file atau mengisi sejumlah data. Nah, informasi penting seseorang ternyata bisa dilacak melalui ISP. Banyak hal yang bisa dipantau mulai dari informasi tentang waktu dan jenis situs yang dikunjungi juga bisa dilacak. Data penting seperti logo perusahaaan, informasi bank, dan alamat IP bisa diakses untuk membongkar kasus pidana dan perdata bagi penegak hukum meski tanpa seizin pemiliknya.

4. Mengakses Raksasa Internet
Google, Facebook, Skype, Apple, YouTube, Yahoo, Aol, Microsoft dan Paltalk adalah beberapa raksasa internet yang kemungkinan disusupi aksi penyadapan. NSA bahkan menyusup data Yahoo dan pusat data Google di seluruh dunia demi mengumpulkan data ratusan juta account pengguna Google dan Yahoo.

5. Menyusupkan Peralatan Komunikasi Canggih di Perusahaan Telekomunikasi Tertentu
NSA bisa mengakses real time telepon dan traffik internet. NSA bisa menyusupkan atau memasang peralatan pengawasan komunikasi canggih tanpa sepengetahuan pihak telekomunikasi.

Selasa, 10 Desember 2013

Indonesia produksi perahu terbang pertama Rp1,5 M

Indonesia produksi perahu terbang pertama Rp1,5 M
Salah satu prototype Flying Boat. Foto: Istimewa
Indonesia berhasil menciptakan perahu terbang pertama berkapasitas empat penumpang, bernama Flying Boat Gever-OS. Kehadiraan perahu ini diharapkan bisa menjadi kendaraan alternatif bagi masyarakat Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

Perancang Flying Boat Gever-OS, Erid Rizki mengungkapkan, perahu tersebut dapat terbang hingga ketinggian 150 meter di atas permukaan laut. Kecepatan kendaraan ini cukup tinggi mencapai 400 km/jam.

"Flying boat dapat menempuh perjalanan selama 3-4 jam dari Tanjung Priok ke Surabaya (Tanjung Perak)," terang Erid saat launching Flying Boat Gever OS, yang bertepatan dengan HUT Indonesia Maritime Institute (IMI) ke-3 di Gedung Balai Kartini, Jakarta, Senin (14/10/2013).

Komponen perahu terbang produksi IMI ini 35 persen berasal dari dalam negeri, sisanya mesin dari luar negeri. Bobot penuh dengan penumpang maksimal 900 kilogram.

Rencananya, perahu terbang ini akan diluncurkan kembali pada April mendatang, untuk kebutuhan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bahkan, pada peluncuran perdananya perahu seharga Rp1,5 miliar ini sudah mendapat pesanan. 

Indonesia Minta Pembelian Mesin Pesawat Langsung dari Kanada

Sjafrie Sjamsoeddin--ANTARA/str-Rini Utami/bb

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyambut baik dukungan yang akan diberikan perusahaan pembuat mesin pesawat Kanada Pratt & Whitney kepada industri dirgantara Indonesia. Hanya saja, dukungan itu sebaiknya dilakukan secara langsung tanpa melalui kantor cabang mereka di Singapura.
"Indonesia bersungguh-sungguh untuk membangun industri pertahanannya. Termasuk dalam membangun industri dirgantaranya, Indonesia tidak lagi membutuhkan satu-dua pesawat, tetapi satu-dua skuadron. Untuk itu perlakuan yang diberikan tidak bisa lagi seperti dulu melalui kantor cabang di Singapura, tetapi kami meminta langsung dari kantor pusat ke industri di Indonesia," kata Sjafrie saat berkunjung ke Kantor Pratt & Whitney di Montreal, Kanada, hari Jumat (6/12) waktu setempat.

Dalam pertemuan yang berlangsung hangat, Wamenhan didampingi Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso beserta direksi lainnya, para pejabat Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia, serta Duta Besar Indonesia di Kanada Dienne H. Moentario. Sementara pihak Pratt & Whitney dipimpin Wakil Presiden bidang Keuangan John Di Bert.
        
Delegasi Indonesia secara terbuka menyampaikan keberatan dengan pelayanan yang diberikan Pratt & Whitney yang selalu menggunakan kantor cabang Singapura sebagai pihak yang menyediakan maupun memelihara mesin-mesin pesawat yang dibutuhkan Indonesia. Selain membebani biaya yang lebih tinggi, pelayanan yang diberikan kantor cabang Singapura seringkali tidak memuaskan karena lamban.

"Dulu ketika kita membeli pesawat dalam jumlah sedikit, boleh saja Pratt & Whitney memperlakukan seperti ini. Tetapi sekarang untuk jenis helikopter Bell 412 saja kita memesan 22 unit, sehingga sepantasnya Indonesia diperlakukan secara berbeda," kata Sjafrie.

John Di Bert tampak kaget dengan pernyataan yang disampaikan pejabat Indonesia. Ia berjanji mengkaji kebijakan yang selama ini diterapkan Pratt & Whitney dalam bekerja sama dengan Indonesia.
      
"Berikan kami untuk melakukan perbaikan dalam kerja sama yang dilakukan. Kami mengakui Indonesia sangat besar potensinya dan kami ingin bisa bekerja sama dengan industri dirgantara yang ada di Indonesia," ujar John Di Bert.
       
Wamenhan menunjuk Dubes Dienne sebagai pihak yang berkoordinasi dengan Pratt & Whitney untuk perkembangan rencana tersebut. John Di Bert berjanji untuk selalu berkomunikasi dengan pihak Kedutaan Besar Indonesia di Ottawa.

PT DI Siapkan Pesawat Militer dan Komersial

ANTARA/Adeng Bustomi/bb

PT Dirgantara Indonesia (DI) tengah menyiapkan 9 unit pesawat CN-295 untuk keperluan operasi TNI. Selain itu, negara-negara di ASEAN juga berminat memiliki pesawat yang menggunakan mesin produksi Pratt & Whitney itu.
PT DI menargetkan proses pembuatannya rampung pada 2014. Proses pembuatannya bekerja sama dengan Airbus Military.

Namun, kata Direktur Utama PT DI Budi Santoso, perusahaannya tak sekadar membuat pesawat militer. Perusahaannya juga membuat pesawat komersial bertipe N219.

"Kami menargetkan tahun 2017 pesawat N219 bisa terbang," kata Budi saat mengikuti rombongan kerja Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Montreal, Kanada, Jumat (6/12) waktu setempat.

Menurut Budi, N219 nantinya beroperasi di wilayah timur Indonesia. Pesawat khusus mengangkut 19 penumpang.

Budi mengatakan produksi itu sebagai bukti Indonesia tak hanya mampu membuat pesawat militer. Namun, PT DI juga dapat memproduksi pesawat komersial.

Terkait produsen mesin pesawat, Budi mengaku Indonesia memiliki banyak pilihan seperti Pratt & Whitney dari Kanada, General Electric bermarkas di Ohio, Amerika Serikat dan Rolls Royce.  

"Kita memiliki banyak pilihan dan kita akan bekerja sama dengan perusahaan yang melihat Indonesia sebagai partner jangka panjang," tambah Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddi.
        
Indonesia, kata Sjafrie, memiliki industri dirgantara satu-satunya di ASEAN. Namun Pratt & Whitney malah mengandalkan perwakilan mereka di Singapura. Beda lagi dengan General Electric yang membuat perwakilannya di Indonesia.

Komitmen Negeri Maritim

Perspektif keamanan tetap dianggap penting bagi pemerintah untuk menjaga kawasan perbatasan. Apalagi sejumlah wilayah tapal batas Indonesia hanya dipisahkan lautan. Tak ayal, permasalahan ini kerap memunculkan konflik akibat perebutan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
Perspektif keamanan tetap dianggap penting bagi pemerintah untuk menjaga kawasan perbatasan. Apalagi sejumlah wilayah tapal batas Indonesia hanya dipisahkan lautan. Tak ayal, permasalahan ini kerap memunculkan konflik akibat perebutan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.

Karena itu, demi menjaga kedaulatan maritim, khususnya di kawasan perbatasan perlu kiranya pemerintah terus mengupayakan kelengkapan alat utama sistem senjata (alutsista) yang canggih. Keamanan di wilayah perbatasan dapat dioptimalkan melalui pertahanan darat dan laut. Dengan kelengkapan alutsista dipastikan akan mengurangi berbagai aksi penyelundupan, pencurian ikan, hingga terbebas dari ancaman perang.

Belum lama ini, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan merealisasikan komitmennya menjaga kedaulatan maritim dengan memberikan tiga pesawat CN- 235-220 Patmar (patroli maritim) kepada TNI AL. Pesawat ini dinilai memiliki kemampuan dan daya jelajah lebih tinggi dibanding pesawat sebelumnya. CN-235-220 Patmar mampu terbang selama sembilan jam dengan kecepatan optimal 200 knot. Sementara pesawat sebelumnya NC-212 Patmar hanya bertahan selama empat jam dengan kecepatan optimal 100-150 knot.

Tak ayal, jika pesawat baru milik TNI AL ini disebut-sebut sebagai pesawat bermata elang. Sebab, dengan kekuatan Forward Looking Infra Red(FLIR)dan search radar yang terpasang di bawah badan pesawat, ia dapat menemukan sasaran dari jarak jauh. Pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia ini diharapkan mampu memantau kapal-kapal imigran gelap yang kerap lalu-lalang di pantai selatan Jawa. Kemampuannya akan jauh lebih berarti bagi pusat penerbangan angkatan laut (Puspenerbal) yang kerap disebut sebagai kepanjangan mata Kapal Perang Indonesia (KRI).

“Jika dengan NC-212 Patmar hanya bisa patroli di daerah sasaran 10 menit, CN-235 Patmar bisa sampai berjam-jam dan menjangkau tempat yang lebih jauh. Dengan search radardan FLIR yang jauh lebih maju ini, kami bahkan sudah bisa mendeteksi kapal-kapal nelayan dari ketinggian 13.000 kaki,” ungkap Komandan Skuadron 800 Pusat Penerbangan TNI AL Letkol Laut (P) Imam Safii, di acara serah terima CN-235 Patmar di hanggar PTDI, Rabu (2/10).

Selain CN-235, Kementerian Pertahanan juga tengah memesan 11 helikopter antikapal selam (AKS) baru kepada PTDI dan kemungkinan akan selesai pada Oktober 2014. Helikopter AKS akan dipakai TNI AL untuk membentuk kekuatan tempur Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT). Nantinya SSAT akan melibatkan unsur Kapal Perang, Pesawat Udara, Korps Marinir, dan Pangkalan. Karena itu, TNI AL akan kembali menghidupkan Skuadron 100 AKS untuk menerima 11 helikopter AKS.

Dengan semakin lengkapnya alutsista yang dimiliki TNI AL, pengawasan wilayah maritim Tanah Air akan semakin tangguh. Bangsa lain atau kelompok-kelompok yang tak bertanggung jawab tidak akan berani lagi melewati laut Indonesia secara ilegal. Kapal-kapal besar yang biasa mencuri ikan kini akan takut melihat persenjataan militer dalam negeri yang semakin lengkap. Pengamat militer dari Universitas Indonesia (UI) Andi Wijayanto mengatakan, secara umum alutsista TNI AL belum lengkap sampai sekarang.

Hingga tahun depan, kelengkapan alutsista baru akan mencapai 36-38% dari target utama pada 2024. “Target kelengkapan (alutsista TNI AL) itu sudah diterbitkan dokumentasinya sejak 2007. Saat ini, secara perlahan TNI AL sudah mulai melengkapi alutsistanya dengan kapalkapal patroli, pengindraan udara, dan kapal perang permukaan,” ucap Andi, kepada KORAN SINDO, kemarin. Kelengkapan alutsista merupakan kekuatan pokok militer, terlebih bangsa ini merupakan negara maritim yang hampir tiap hari dilalui kapal-kapal besar dari negara asing. Selat Sunda dan Malaka misalnya, adalah kawasan strategis bagi lalu lintas kapal perdagangan.

Bahkan, dua selat itu dianggap sebagai titik sumbat dunia, karena jika tidak bisa lewat di selat tersebut perdagangan antarnegara akan tersumbat. Menurut Andi, kelengkapan alutsista TNI AL perlu segera diupayakan terutama di laut-laut Indonesia Timur seperti di NTT, Merauke, dan Ambon. “Sejumlah pangkalan harus terus dibangun di sana. Saat ini memang beberapa pangkalan militer di sana sudah dibangun, tapi belum juga selesai,” ucap Andi.

Jangan Timbul Sebelum Menang, Wira Ananta Rudhiro (Tabah Sampai Akhir)

 
Wira Ananta Rudhiro (Tabah Sampai Akhir). Inilah moto yang digunakan armada kapal selam Indonesia. Moto ini dikenal sejak Angkatan laut Republik Indonesia (ALRI) mengoperasikannya pada 1959 silam.

“Sekali menyelam, maju terus– tiada jalan untuk timbul sebelum menang. Tabah Sampai Akhir,“ begitulah pidato Presiden Soekarno di atas kapal selam RI Tjandrasa pada 6 Oktober 1966 di Dermaga Tanjung Priok, Jakarta. Pengoperasian kapal selam adalah keputusan politik yang jitu, sebab sebagai negara maritim keberadaan kapal selam sangat diperlukan. Tak heran jika pada era Presiden Soekarno, tepatnya pada Agustus 1958, Indonesia mengirim 110 personel Angkatan Laut ke Eropa Timur yang diberangkatkan dari Surabaya dengan kapal laut Heinrich Jensen berbendera Denmark.

Seluruh personel yang diberangkatkan ketika sampai di Reijeka (Yugoslavia), mereka meneruskan perjalanan dengan kereta api ke Polandia lewat Ceko dan Hongaria tanpa henti. Selama sembilan bulan mereka dilatih personel Rusia agar menjadi awak kapal selam yang andal di Gdanks, sebuah kota pelabuhan di Polandia di Laut Baltik. Selesai pendidikan, mereka pulang dengan menumpang kereta api Trans Siberia selama sembilan hari menuju Vladivostok. Di sinilah dua kapal selam kelas Whiskey menunggu untuk dilayarkan ke Indonesia lewat Samudra Pasifik.

Dalam pengiriman ke Indonesia, kedua kapal selam tetap berbendera Rusia, meski sebagian besar awaknya orang Indonesia. Tepat 7 September 1959 sore, kedua kapal selam yang memiliki panjang 76 meter bersenjata 12 torpedo itu merapat di dermaga Surabaya. Di bawah instruktur dari Rusia, para awak berlatih selama seminggu. Setelah itu, kedua kapal selam resmi masuk jajaran kekuatan ALRI pada 12 September 1959 dan diberi nama RI Tjakra/S-01 dan RI Nanggala/S-02. Sejak itulah, Indonesia mempunyai kapal selam dalam armada lautnya.

Karena itu, Indonesia sebagai negara maritim sangat memerlukan kapal selam yang lebih banyak. Apalagi, kapal selam dinilai sebagai alutsista militer yang ampuh untuk melumpuhkan gerak musuh. Lewat jalur dasar laut, kekuatan manuver “ikan besi” ini menjangkau hingga ratusan kilometer. Dengan kemampuan andalnya, persenjataan kelas berat ini juga dapat memasuki jantung pertahanan lawan tanpa terdeteksi. Sementara dalam perencanaan strategis TNI AL sesuai dengan pokok minimum, Indonesia membutuhkan kekuatan kapal selam sebanyak 5 unit, yakni 3 unit pengadaan baru dan 2 unit direvitalisasi.

Namun dalam postur ideal, TNI AL membutuhkan kekuatan kapal selam sebanyak 10 unit yang baru. Karena itu, TNI AL terus mengupayakan pengadaan kapal selam secara besar-besaran. Bahkan, pemerintah baru saja melakukan kesepakatan dengan Rusia untuk pembelian sejumlah kapal selam berjenis Kilo. Sebelumnya TNI AL telah mengoperasikan dua “siluman bawah laut”, yaitu KRI Tjakra dan KRI Nanggala. Tampaknya sejumlah negara kini mulai unjuk kekuatan dengan membeli sejumlah kapal selam.

Dengan begitu, negara lain akan berpikir dua kali untuk melakukan ancaman peperangan. Pasalnya, tembakan dari kapal selam akan menjadi mimpi buruk bagi target negara yang dituju. Menurut pengamat militer MT Arifin, memang saat ini sejumlah negara di Asia seperti halnya Vietnam, Filipina, bahkan Indonesia sedang gencar menyiapkan alutsista kapal selam. Sebab, mereka memandang perlu untuk menjaga kawasan perbatasan maritim mereka.

“Seperti halnya Vietnam dengan China dan Filipina yang bersitegang karena tapal batas maritim mereka,” kata Arifin kepada KORAN SINDO kemarin. Dia menambahkan, sementara khusus bagi Indonesia kepemilikan armada kapal selam tidak cukup dengan hanya berjumlah 3 atau 5. Mestinya TNI AL memiliki banyak kapal selam karena kekayaan alam laut Indonesia perlu dijaga dengan ketat. “Dan itu penting dengan kapal selam, agar negara lain juga takut dengan Indonesia,” ujar Arifin. S

ejarah Perang Dunia I dan II pun tidak luput dari pertempuran sengit antarkapal selam milik sejumlah negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Jerman, Rusia, dan Inggris. Kini di masa kontemporer yang jauh dari peperangan fisik, kiranya kepemilikan armada kapal selam tetap dibutuhkan bagi sebuah negara. Pasalnya, kepemilikan “siluman bawah laut” tersebut dibutuhkankhususnyauntukmenjaga stabilitas keamanan nasional dari ancaman perang.

Masyarakat dunia tidak ada yang tahu kapan perang akan meletus, namunsifat rakussebuahnegara akan dapat memicu terjadinya konflik fisik berkepanjangan. Atas dasar itu, penting bagi sebuah negara untuk memiliki alutsista kapal selam.

Sekilas Tentang Kehebatan Kapal Selam Kilo Class

Kapal selam kelas Kilo asal Rusia pertama kali beroperasi pada awal dekade 1980-an. Kapal yang didesain Rubin Central Maritime Design Bureau St Petersburg ini pada tahap selanjutnya diproduksi dengan tipe 877EKM dan 636.

Sekilas Tentang Kehebatan Kapal Selam Kilo Class

Kemudian ada Lada (Project 677) yang diluncurkan pada November 2004. Awalnya kelas Kilo dibangun di galangan kapal Komsomolsk, tetapi sekarang dipindah ke Shipyard Admiralty di St Petersburg. Kapal teknologi Rusia ini diminati banyak negara. China telah memiliki dua kapal selam Tipe 636, yang kedua bergabung dengan armada China pada Januari 1999. Indonesia juga telah memperlihatkan minatnya sejak 2007.

Pada November 2007, Venezuela juga telah menandatangani MoU (memorandum of understanding) untuk kapal selam tipe 636. Tipe ini didesain untuk berhadapan dengan kapal selam maupun kapal permukaan dan dirancang untuk melakukan misi pengintaian umum dan patroli. Tipe 636 kapal selam dianggap menjadi salah satu kapal selam diesel paling tenang di dunia. Kapal ini mampu mendeteksi kapal selam musuh pada kisaran tiga sampai empat kali lebih besar. Kapal selam terdiri dari enam kompartemen kedap air dipisahkan oleh dinding pemisah yang melintang. Kapal selam ini mampu bersembunyi dengan baik.

Sistem Senjata

Sebagaimana dipaparkan Navytechnology. com, kapal selam ini dilengkapi sejumlah kemampuan tempur dan sistem komando yang menyediakan informasi untuk pengendalian kapal selam yang efektif, termasuk sistem torpedo. Kecepatan sistem komputer yang dimiliki mampu memproses informasi dari peralatan pengawasan dan menampilkannya di layar. Sistem kapal mampu menghitung keberadaan target dan menembaknya dengan akurat.

Sistem ini juga memberikan pengendalian kebakaran otomatis, dan memberikan informasi dan rekomendasi tentang manuver serta penyebaran senjata. Kapal selam memiliki delapan peluncurStrela– 3(rudalpertahananudarayang dikembangkan di Rusia) atau Igla (rudal permukaan ke udara). Rudal ini diproduksi Fakel Design Bureau, Kaliningrad. Strela– 3 memiliki pencari inframerah yang didinginkan dan 2 kg hulu ledak. Jangkauan maksimumnya 6 km.

Sedangkan Igla juga dilengkapi inframerah dengan jangkauan maksimum 5 km. Kapal dapat dipasang dengan Novator Club- S (SS-N-27) sistem rudal cruiseanti-kapal rudal. Kapal selam ini dilengkapi enam 533 mm tabung torpedo depan terletak di hidung kapal dan membawa 18 torpedo, enamtabungtorpedodan12disimpandi rak. Dua tabung torpedo dirancang untuk menembakkan torpedo dengan akurasi yang sangat tinggi.

Sistem torpedo dikendalikan komputer dam dilengkapi dengan perangkat cepat muat (quick-loading device). Tembakan pertama dilakukan dalam waktu dua menit dan yang kedua dalam waktu lima menit. Tipe 636 dilengkapi sonar digital MGK- 400EM. Teknologi ini mampu mendeteksi target kapal selam dan kapal permukaan dalam mode mendengarkan sonar. Juga mampu melakukan telepon dan telegraf komunikasi dalam mode panjang dan pendek, mendeteksi sinyal suara bawah air.

Radar kapal selam bisa bekerja baik di dalam air dan permukaan. Radar ini mampu menyediakan informasi mengenai situasi bawah air dan udara, identifikasi radar dan keselamatan navigasi. Untuk tipe 877, kelas Kilo dilengkapi dengan sistem sonar Rubikon MGK- 400 yang mencakup deteksi ranjau dan menghindari sonar MG- 519 Arfa. India merupakan salah satu negara yang telah memakai kelas Kilo khususnya tipe 877 dari Rusia. Hingga saat ini setidaknya sudah ada 33 kapal tersebut telah diekspor ke India, Aljazair, China, Polandia, Iran, dan Vietnam.

Indonesia dan Venezuela akan menjadi pemakai selanjutnya. Kapal yang mempunyai panjang 70- 74 meter ini dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan maksimum 10-12 knot ketika muncul di permukaan dan 17-25 knot ketika berada di bawah air.