Tidak banyak yang tahu siapa Alex Noel Contstantine dan Roy Hazlehurst. Mereka adalah pilot dan kopilot pesawat C-47 Dakota registrasi VT-CLA yang gugur saat pesawatnya jatuh dan terbakar sesaat setelah dihujani peluru pesawat P-40 Kitty Hawk
Belanda. Turut gugur bersama mereka adalah tokoh-tokoh AURI yakni
Adisutjipto, Abdulrachman Saleh, dan Adi Soemarmo. Kini setelah 66 tahun
peristiwa heroik tersebut keberadaan makam kedua pilot asing itu masih
misteri.
Lahir di Moama, New South Wales, Australia pada 13 Desember 1914
dengan nama lengkap Alexander Noel Constantine, kariernya boleh dibilang
cukup banyak makan asam garam. Terbukti pada masa Perang Dunia II dia
sudah banyak ikut terlibat dalam pertempuran. Tercatat ia pernah
terlibat dalam pertempuran di Fron Eropa melawan pasukan Nazi Jerman.
Kemudian ia juga ikut terlibat perlawanan terhadap pasukan Jepang di
Asia.
Bulan Mei 1938 Constantine bergabung dengan Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF - Royal Air Force).
Meskipun ia berkewarganegaraan Australia, namun Australia termasuk
dalam negara persemakmuran Inggris. Sehingga tidak ada halangan berarti
baginya untuk bisa bergabung dengan RAF. Kariernya di RAF juga tidak
pernah terlepas dari tugas-tugas pertempuran karena pada waktu itu
Perang Dunia II tengah berkecamuk. Pasukan Nazi Jerman juga terus gencar
melakukan serangan-serangan di Eropa, tidak terkecuali Inggris.
Dalam Battle of Britain, Contstantine ikut terlibat
mempertahankan udara Inggris. Serangan udara terbesar dilancarkan
Angkatan Udara Nazi Jerman yang ditujukan terhadap sasaran-sasarannya di
Inggris. Serangan udara ini berlangsung secara luas dan terus menerus
sejak 10 Juli sampai dengan 31 Oktober 1941.
Pada saat itu Constantine tergabung dengan Skadron 141 yang bermarkas
di Turnhouse. Dalam catatan perjalanannya, Skadron 141 pernah diperkuat
oleh pesawat Gloster Gladiator, Blistor Blenheim sampai kemudian beralih ke Boulton Paul Defiant Mk 1.
Kariernya di RAF terus bersinar dan Constantine malang melintang
diberbagai skadron tempur. Tugas-tugas yang diembannya juga tidak pernah
lepas dari risiko akan pertaruhan nyawanya.
Pada tahun 1941 ia pernah melakukan terbang penyusupan pada malam hari menggunakan pesawat Douglas Havoc. Saat itu ia tergabung dengan Skadron 23 di Ford.
Bulan Maret 1942 Constantine berlayar ke India. Satu bulan kemudian
pada April 1942 ia diangkat sebagai Komandan Skadron 273 di Ceylon.
Tugasnya adalah mempertahankan pelabuhan di sana sampai Juni 1943.
Pada tanggal 15 Januari dalam pertempuran udara, Constantine berhasil menembak jatuh sebuah pesawat A6M-3 Zero
milik Jepang. Kemudian berturut-turut ia juga pernah menembak jatuh
pesawat Nakajima Ki 43 dan Nakajima Ki 44. Saat itu ia menjabat sebagai
Komandan Skadron 136 di Baigachi, India. Atas berbagai prestasinya dalam
penugasan, pada bulan April 1944 ia dipromosikan menjadi Komandan Wing.
Akhir karier Constantine
Pada tahun 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Di tahun
yang sama Bangsa Indonesia memroklamasikan kemerdekaannya pada tanggal
17 Agustus. Selepas dari peristiwa itu, pada Desember 1946 Constantine
memutuskan untuk mengakhiri masa dinasnya di RAF. Kemudian ia kembali ke
Australia dan menjalani pekerjaannya sebagai penerbang sipil. Wilayah
terbangnya termasuk di bekas wilayah jajahan Hindia Belanda (Indonesia).
Kariernya di penerbangan sipil menjadi kariernya yang terakhir dalam
dunia penerbangan, sekaligus menjadi akhir kehidupanya bersama istri
tercinta Beryl Constantine.