Sabtu, 07 Desember 2013

LT-200: Kisah Pesawat Latih Buatan Dalam Negeri


Hampir empat puluh tahun yang lalu pernah ada usaha untuk membuat pesawat latih sendiri agar dapat memenuhi kebutuhan pilot sipil dan militer di Indonesia.

Pada awal 1970-an, Lipnur (Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio) hampir menyelesaikan produksi 44 unit Gelatik, pesawat yang merupakan tahapan alih teknologi berdasarkan lisensi dari PZL-104 Wilga dari Polandia. Direktur Lipnur saat itu Marsma Ir Sugito berpikir program apa selanjutnya setelah Gelatik untuk mengisi kegiatan unit produksi pesawat milik TNI AU ini.

Sayangnya kondisi politis dan ekonomi pada waktu itu tidak memungkinkan membuat program seperti Gelatik, mengingat untuk memroduksi pesawat lisensi, membutuhkan biaya sampai puluhan juta dolar ditambah lagi ada batasan produksi. Mendesain pesawat sendiri tentunya membutuhkan waktu lama dengan ada kemungkinan gagal.

Karena itulah, PT Chandra Dirgantara pimpinan Marsma G.F. Mambu menawarkan alternatif lain kepada Lipnur untuk memroduksi pesawat Ladislao Pazmany PL-1 asal San Diego, California, AS. Karena mengunakan teknologi sederhana dan swayasa, PL-1 bisa diproduksi secara mudah, murah, dan tidak ada batasan produksi. Ternyata usulan ini diterima.

“Saya mendapatkan informasi pesawat itu dari majalah Flying. Beli gambar dengan harga 200 dolar AS dan bayar royalti berupa main spar produksi pabrik dengan harga 500 dolar. Ditambah lagi pesawat ini sudah dipakai oleh AU Taiwan, diproduksi 60 unit oleh unit produksi AU Taiwan. Jadi sudah proven,” kata Ir Suharto yang saat itu menjadi Staf Teknik PT Chandra Dirgantara saat diwawancarai penulis.

“PT Chandra Dirgantara ada keterkaitan dengan Kopelapip (Komando Pelaksana Proyek Industri Penerbangan) untuk memroduksi Fokker F27 yang didirikan oleh wartawan bernama Kurwet Kartaadiredja. Rencananya Kopelapip dipimpin oleh Nurtanio juga yang saat itu memimpin Lapip (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan). Setelah tahun 1966, nasib Kopelapip tidak jelas dan diambil alih oleh TNI AU dan menjadi PT Chandra Dirgantara,” jelas alumni Technisch Hochschule Braunschweig, Jerman Barat ini.

Direncanakan dibuat empat unit protipe, dengan produksi awal sebanyak enam unit, yang akan dijual kepada TNI AU (termasuk FASI/Federasi Aerosport Seluruh Indonesia) dan LPPU (Lembaga Pendidikan Perhubungan Udara) Curug. Pesawat yang diputuskan untuk dibuat adalah PL-2, pengembangan dari PL-1, yang pada saat itu sedang dievaluasi sebagai pesawat latih mula AU Vietnam Selatan, AU Korea Selatan, dan AU Jepang.

PL-2 produksi Lipnur diberinama Lipnur Trainer (LT)-200 Skytrainer. Angka 2 diambil dari angka 2 pada PL-2, sedangkan dua angka nol disediakan untuk angka pengembangan pesawat selanjutnya. Pembagian kerjasama disetujui bahwa PT Chandra Dirgantara sebagai penyedia dana, penjualan, dan production support, sedangkan Lipnur menjadi pelaksana produksinya.

Dari mana PT Chandra Dirgantara mendapatkan uang? Ternyata perusahaan ini memiliki jatah bisnis kayu di Sumatra, bahkan uang yang dihasilkan dari bisnis ini direncanakan akan dibuat sampai 16 unit pesawat. Uang ini selain untuk membayar royalti, sebagian besar dipakai untuk membeli mesin dan instrumen yang belum bisa diproduksi sendiri.

Terbang perdana
LT-200 adalah pesawat latih berkapasitas dua orang dengan tempat duduk berdampingan (side by side), bermesin Lycoming O-320-E2A 150 hp, dengan kecepatan jelajah rata-rata 220 km/jam, dan berkemampuan akrobatik. Rentang sayap 8,53 m, tinggi 2,5 m, dan panjang 5,9 m. Jarak jelajah mencapai 610 km serta lama terbang hampir tiga jam. Pesawat dengan bubble canopy dan fixed landing gear ini sekilas tampak mirip dengan AS-202 Bravo. Tapi perbedaannya adalah LT-200 memiliki tangki bahan bakar yang berada di ujung sayap

Ada Leopard di Hari Juang Kartika

Segenap personel TNI Angkatan Darat kembali sibuk. Pasalnya, dalam waktu dekat TNI-AD akan melaksanakan peringatan Hari Juang Kartika yang rencananya akan dipusatkan di Jember Jawa Timur. Selain defile, akan dilakukan pula pameran alutsista di Alun-alun kabupaten Jember pada tanggal 14-17 desember. Lantaran jauhnya tempat pelaksanaan kegiatan, sejumlah persiapan pun sudah dilakukan sejak awal bulan Desember ini. Seperti menyiapkan pergeseran alutsista serta personel. Bahkan Tank Tempur Utama TNI-AD Leopard 2A4 juga akan tampil dan kini tengah dalam persiapan.


(photo: Pussenkav TNI-AD)

Selain Leopard 2A4, alutsista lainnya juga akan ditampilkan. Seperti Panser Tarantula, Panser Anoa, Tank Marder, dan lainnya. Sejumlah material itu bahkan sudah dilakukan pergeseran baik jalan darat maupun melalui Laut. Panser Tarantula misalnya sudah berlayar sejak rabu malam menggunakan LST milik TNI-AD. Sementara Leopard 2A4 rencananya akan bergerak melalui jalur darat dalam waktu sangat dekat. Nah, bagi anda penggemar Leopard, siapkan kamera anda. Siapa tahu bertemu dengan sang Macan Bavaria di tengah jalan.


(photo: Pussenkav TNI AD)

Keikutsertaan Leopard 2A4 TNI AD kali ini juga kembali mematahkan isu bahwa MBT itu hanya berstatus pinjaman dan sudah dikembalikan seusai defile HUT TNI lalu. Sebenarnya yang terjadi adalah ada beberapa pilihan terkait kedatangan Leopard 2 waktu itu namun itu semua tergantung penilaian yang dilakukan oleh TNI-AD, Pussenkav khususnya. Yaitu dikembalikan jika dinilai tidak baik, dan tidak dikembalikan jika hasil penilaian menunjukan Tank Leopard 2 yang telah tiba berfungsi dengan baik serta langsung masuk Batalyon operasional. Ada pula opsi, tidak dikembalikan namun nantinya tank yang telah tiba berfungsi sebagai bahan suku cadang. Dan tampaknya jelas, tank Leopard 2 yang telah tiba itu tidak dikembalikan. Dan kabarnya, seusai hari Juang Kartika, Tank Leopard 2A4 ini akan segera mengisi garasi di Batalyon Kavaleri 8.
ARC. 

Angkasa Yudha 2013: 100% Sasaran Hancur Lebur


Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia terlihat girang dan tersenyum lepas. “Ya, tadi telah kita saksikan semua. 100% sasaran hancur lebur,” ujarnya kepada 30 wartawan Ibukota dan 10 wartawan lokal di Lanud Ranai.

                TNI Angkatan Udara kembali membuktikan profesionalismenya melalui Latihan Puncak TNI AU, Angkasa Yudha 2013, dalam Manuver Lapangan (Manlap) yang dilaksanakan selama empat hari (28-31 Oktober) di Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Sebelumnya, tahapan Angkasa Yudha 2013 telah didahului dengan Geladi Posko di Seskoau, Lembang pada 21 hingga 24 Oktober 2013.

Angkasa Yudha merupakan latihan tertinggi di TNI Angkatan Udara. Latihan ini merupakan kelanjutan dan evaluasi dari latihan-latihan yang telah dilaksanakan setiap tahunnya, mulai dari latihan tingkat perorangan, skadron, wing, lanud, hingga tingkat komando operasi. “Angkasa Yudha menguji kesiapan doktrin, kesiapan personel, kesiapan alutsista, sehingga nantinya apabila digunakan oleh Panglima TNI, kami sudah siap,” papar KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia. Latihan ini melibatkan hampir seluruh jajaran Koopsau I, Koopsau II, Kohanudnas, Korpaskhas, dan dinas terkait dalam sebuah operasi gabungan yang memraktikkan prinsip “Unity of Command”.

KSAU menambahkan, operasi-operasi yang dilaksanakan meliputi hampir semua operasi-operasi yang menjadi tugas pokok TNI AU. Baik itu serangan udara strategis, lawan udara ofensif, serangan udara langsung, bantuan tembakan udara, operasi pertahanan pangkalan, evakuasi medis, dan penerjunan pasukan dalam rangka perebutan, penguasaan, dan pengendalian pangkalan udara.

“Saya bangga kepada satuan-satuan karena semua latihan dapat dilaksanakan dengan baik. Seperti telah kita saksikan bersama tadi, pada waktu pelaksanakan pemboman semua sasaran yang disediakan 100% hancur lebur,” ujar KSAU dengan raut muka girang, tanda ia puas atas pelaksanaan Latihan Puncak TNI AU kali ini.

Demikian juga pada saat penerjunan, lanjut KSAU, semua personel penerjun selamat dan dapat memperlihatkan kemampuannya bahwa mekanisme yang direncanakan bisa dilaksanakan dengan baik.

Dalam pengeboman sasaran di laut berjarak sekitar 2 km dari bibir pantai di Pulau Natuna, TNI AU mengerahkan berbagai pesawat tempur. Terdiri dari tiga Su-27/30 Skadron Udara 11, tiga F-16 Skadron Udara 3, tiga Hawk 109/209 Skadron Udara 12, tiga Hawk 109/209 Skadron Udara 1, serta tiga EMB-314 Super Tucano Skadron Udara 21. Pesawat-pesawat tersebut melakukan pengeboman menggunakan bom dan roket terhadap sasaran berupa drum-drum berisi minyak yang diikat menjadi ponton.

Pengintaian udara strategis dilakukan oleh pesawat Boeing 737-200 Patmar Skadron Udara 5, sementara pengintaian taktis oleh pesawat CASA 212-200 Skadron Udara 4, Selain itu dilakukan pula pengintaian bersenjata (Armed Recce) oleh pesawat Hawk 109/209, F-16, Su-27/30, dan EMB-314.

Pesawat angkut yang dilibatkan meliputi tujuh pesawat C-130 Hercules gabungan dari Skadron Udara 31 dan 32 yang membawa sekitar 400 penerjun Satuan Tempur (Satpur) Korpaskhas. Lalu satu C-130 dukungan Air Landed, satu C-130 Pengungsian Medik Udara (PMU), satu KC-130B (Tanker) untuk pengisian bahan bakar di udara (Air Refueling), satu CN-235 untuk penerjunan tim Bravo, serta satu CN-295 untuk penerjunan tim Pengendali Tempur (Dalpur). Sedangkan pesawat helikopter yang dikerahahkan terdiri dari dua heli NAS-332 Super Puma dari Skadron Udara 6 dan satu SA-330 Puma dari Skadron Udara 8 yang menampilkan operasi SAR Tempur Korpaskhas. Lalu satu heli EC-120B Colibri dari Skadron Udara 7 untuk SAR serta helikopter dukungan VIP. 

New F-16 Squadron to Start Operating Next Year in Pekanbaru


            Air Force Chief-of-Staff Marshal B. Putu Dunia said, a new F-16 jet fighter squadron to be based at the Roesmin Nurjadin Air Force in Pekanbaru, Riau province, is expected to start operating in one year.

            “The squadron is expected to play an important role in keeping the Unitary Republic of Indonesia, particularly its borders areas intact,” said Marshal Putu Dunia as quoted by news agency Antara (11/15/2013).

            Currently the Indonesian Air Force has only one F-16 squadron (3rd Squadron) based in Iswahyudi Air Force Base in Madiun, East Java. The F-16 Fighting Falcons of the Iswahyudi AFB 3rd Squadron, has been strengthening the IAF since 1990.

            Colonel Andyawan, Commander of the Roesmin Nujardin Air Base, earlier said, the presence of the squadron meant to deter infiltrators in aerial vehicles.

            He added, the squadron of F-16 supersonic fighter jets of Block 52 in the Pekanbaru AFB are equipped with the state-of-the-art weapons.

            He further added, these 24 additional US-made F-16 jets is part of the Air Force’s program to revitalize its fighter jet fleet at the Indonesian Air Force Base of type B, which currently has a squadron of British-made Hawk 100/200 aircraft. 

Mencari Pengganti Sang Macan

Sebagai penempur, F-5E/F Tiger II TNI-AU sudah tak usah disangsikan lagi. Kiprahnya menjaga langit nusantara selalu menjadi yang terdepan sejak tahun 1980. Akan tetapi, usia tak bisa bohong. Meski sudah mengalami upgrade, masa purna tugasnya sudah didepan mata. Dan kini, akan terasa sangat sulit mencari pengganti yang sepadan.





Beberapa waktu lalu, Kepala Staf TNI-AU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia telah mengungkapkan rencana penggantian F-5E/F. Namun saat itu KSAU belum membuka lebih jauh mengenai persayaratan dan spesifikasi teknis yang diminta TNI-AU. KSAU hanya memberikan isyarat,"harus lebih canggih dari yang sudah dimiliki". Karena itulah berbagai jenis penempur generasi 4++ lalu seolah berlomba menawarkan diri.
Dari Informasi yang ARC dapatkan, setidaknya ada 4 buah penempur canggih yang maju. Mereka adalah SAAB Gripen E/F, Rafale, Su-35BM, serta F-16 Blok 60. Ke-4 jenis pesawat itu tak usah diragukan lagi kecanggihannya. Semuanya mampu menjalani multi misi, daya jangkau mumpuni, avionik canggih dan lain sebagainya.
Lalu bagaimana soal harga? Informasi yang ARC dapatkan menyebutkan, Su-35BM ditawarkan dengan kisaran harga 75 juta hingga 85 juta dollar tergantung spesifikasi. Harga ini bersaing ketat dengan F-16 Blok 60 yang juga ditawar senilai 85 juta dollar perbuah. Sementara Gripen E/F bisa didapatkan dengan harga 110 juta dollar. Juara untuk harga, tak lain tak bukan adalah Rafale dengan penawaran 125 juta dollar. Namun tentu saja harga-harga diatas hanyalah harga pembukaan. Berapa nilai pastinya nanti tentu tergantung pula dengan paket yang dibeli. Ssstttt... ada pula gosip yang menyebutkan, SAAB menawarkan Gripen C/D eks Swedia dengan jumlah aduhai dan harga sangat miring.

 

Namun demikian, harga bukanlah pertimbangan satu-satunya. Biaya operasional juga menjadi penilaian. Dan seperti kita ketahui, Su-35BM cukup mahal biaya operasionalnya, yaitu sekitar 400 juta rupiah/jam. Sementara Gripen E/F selalu menjual jargon termurah biaya operasional dengan angka 47 juta rupiah/jam. F-16 blok 60 sendiri biaya operasionalnya 170 juta rupiah/jam.  Akan tetapi, bukan berarti lantas Gripen E/F melenggang begitu saja. Dari sisi Commonality/ penyederhanaan jenis tentu F-16 blok 60 dan Su-35BM pegang kartu. Terlebih lagi, seri F-16 sudah lama menjadi favorit pilot tempur TNI-AU.
Dan seperti biasa, pembelian sistem senjata di Indonesia pastinya mensyaratkan Transfer Teknologi. Untuk ToT ini, konon Gripen E/F menawarkan lini perakitan di Indonesia. Sementara F-16 Blok 60 menawarkan Offset seperti halnya pembelian F-16 A/B terdahulu. Untuk Su-35BM dan Rafale, kami sendiri belum mendengar bocorannya.
Lalu manakah yang akan menggantikan sang macan? belum ada keputusan resmi. Semuanya masih diolah dan dinilai. Akan tetapi semoga saja pemilihannya tidak berjalan terlampau lama, sehingga para pengabdian Skuadron 14 tidak akan sempat terputus.
ARC. 

Kepala BIN: Evaluasi Sistem Keamanan Komunikasi



Penyadapan harus dilihat dari sistem komunikasi secara utuh,sehingga hikmah dari kasus penyadapan adalah mengevaluasi secara total tentang sistem keamanan komunikasi. Adanya kemungkinan komunikasi masih bisa disadap,sehingga perlu dilakukan perkuatan-perkuatan agar informasi mengalir tidak mudah diketahui oleh pihak-pihak lain. Demikian pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI (Purn) Marciano Norman, sebelum rapat kerja gabungan Komisi I DPR RI bersama Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro,dan Kapolri, Jenderal Sutarman, di gedung DPR, Jakarta, Kamis, 28 Nopember 2013. 

Berkaitan dengan pengadaan satelit, lanjut Marciano, disarankan agar satelit untuk kementerian pertahanan termasuk TNI/Polri, dan didalamnya juga termasuk intelijen harus mempunyai satelit sendiri. Pengadaan satelit harus dalam waktu segera mungkin,tahun ini atau tahun 2014.Selama ini, peralatan masih tergantung dari luar negeri. Diharapkan kemandirian peralatan komunikasi dapat tercipta dalam menata kembali sistem komunikasi. 

“Kalau satelit kita masih menumpang, kita memberikan peluang untuk dilakukan penyadapan dan potensi kebocoran informasi sangat besar, “ungkap Kepala BIN.

Lebih lanjut Kepala BIN menjelaskan bahwa kerjasama BIN dengan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) dalam hal pengamanan komunikasi masih terus berlangsung.Lemsaneg selalu melakukan kegiatan bersama BIN untuk pengamanan sarana komunikasi yang ada di kantor perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri. 

“Sekarang terdapat sisi kemudahan dimana kecenderungan lebih senang menggunakan telepon seluler,sehingga dilihat dari sisi keamanan sangat kurang,”terang Marciano.

Kepala BIN juga menjelaskan bahwa koordinasi tetap berjalan dengan badan intelijen lainnya,tetapi untuk kegiatan bersama antara kedua badan intelijen negara seperti intelligence exchange dan lain sebagainya sementara ditunda
BIN. 

Kepala BIN: Evaluasi Sistem Keamanan Komunikasi


Jakarta (28/11/2013)- Penyadapan harus dilihat dari sistem komunikasi secara utuh,sehingga hikmah dari kasus penyadapan adalah mengevaluasi secara total tentang sistem keamanan komunikasi. Adanya kemungkinan komunikasi masih bisa disadap,sehingga perlu dilakukan perkuatan-perkuatan agar informasi mengalir tidak mudah diketahui oleh pihak-pihak lain. Demikian pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI (Purn) Marciano Norman, sebelum rapat kerja gabungan Komisi I DPR RI bersama Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro,dan Kapolri, Jenderal Sutarman, di gedung DPR, Jakarta, Kamis, 28 Nopember 2013. 
 
Berkaitan dengan pengadaan satelit, lanjut Marciano, disarankan agar satelit untuk kementerian pertahanan termasuk TNI/Polri, dan didalamnya juga termasuk intelijen harus mempunyai satelit sendiri. Pengadaan satelit harus dalam waktu segera mungkin,tahun ini atau tahun 2014.Selama ini, peralatan masih tergantung dari luar negeri. Diharapkan kemandirian peralatan komunikasi dapat tercipta dalam menata kembali sistem komunikasi. 
 
“Kalau satelit kita masih menumpang, kita memberikan peluang untuk dilakukan penyadapan dan potensi kebocoran informasi sangat besar, “ungkap Kepala BIN.
 
Lebih lanjut Kepala BIN menjelaskan bahwa kerjasama BIN dengan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) dalam hal pengamanan komunikasi masih terus berlangsung.Lemsaneg selalu melakukan kegiatan bersama BIN untuk pengamanan sarana komunikasi yang ada di kantor perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri. 
 
“Sekarang terdapat sisi kemudahan dimana kecenderungan lebih senang menggunakan telepon seluler,sehingga dilihat dari sisi keamanan sangat kurang,”terang Marciano.
 
Kepala BIN juga menjelaskan bahwa koordinasi tetap berjalan dengan badan intelijen lainnya,tetapi untuk kegiatan bersama antara kedua badan intelijen negara seperti intelligence exchange dan lain sebagainya sementara ditunda.(*)
- See more at: http://www.bin.go.id/nasional/detil/255/1/29/11/2013/kepala-bin:-evaluasi-sistem-keamanan-komunikasi#sthash.Sdvc8XDb.dpuf

Wamenhan Dampingi Sultan Brunei Tinjau Paviliun Indonesia dan Statik Display CN-295/CN-235

Di hari kedua kunjungannya di Brunei Darussalam, Selasa (3/12), Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin menghadiri acara pembukaan Pameran dan Persidangan Pertahanan Antarabangsa Negara Brunei Darussalam atau Brunei International Defence Exibition & Coference (BRIDEX) 2013 merupakan pameran yang ke – 4, di the Dome of the Bridex Hall, Jerudong, Brunei Darussalam.
BRIDEX 2013 yang di buka langsung Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah, juga disaksikan beberapa perwakilan pejabat pertahanan dan keamanan serta industri pertahanan dari beberapa negara.
Usai mengikuti peresmian BRIDEX, Wamenhan beserta beberapa pejabat lainnya berkesempatan untuk melihat pertunjukan Aerobatic Show dari beberapa negara diantaranya, Tim Alap Alap Royal Brunei Airforce, Tim Jupiter TNI Angkatan Udara dan manuver-manuver dari pesawat tempur F-15 milik Angkatan Udara Singapura.
Pada hari yang sama Wamenhan juga mendampingi Raja Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah beserta Pangeran Brunei Haji Al-Muhtadee Billah, Ibni Majesty Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah, mengunjungi Paviliun Indonesia yang berisi 15 Industri Strategis Pertahanan Nasional dan Industri Swasta Nasional. Diantaranya PT. Pindad, PT.PAL, PT.DI, PT. Len, PT. Palindo, PT. Dahana dan PT Sari Bahari. Saat kunjungannya di Paviliun Indonesia Sultan bersama Pangeran mendapat penjelasan mengenai keunggulan yang di miliki beberapa variant Alutsista terbaru produksi Industri Pertahanan Nasional Indonesia.
Disamping itu di hari pertama pembukaan BRIDEX 2013, Sultan dan Pangeran Brunei yang juga didampingi oleh Wamenhan RI dan Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI IB Putu Dunia meninjau lokasi Statistic Display dari pesawat Angkut Militer milik TNI AU CN-295 dan Pesawat Patroli Maritim milik TNI Angkatan Laut CN-235 di kompleks lapangan Rimba Air Force Base Brunei Darussalam. Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah merasa terkesan saat mengunjungi dan masuk kedalam badan pesawat, hingga Sultan menaiki Kokpit Pilot dari pesawat CN-295 buatan PT. Dirgantara Indonesia tersebut.
Selain pesawat CN-295 dan CN 235, Sultan Hassanal Bolkiah juga meninjau dan melihat pesawat-pesawat yang dipamerkan dari negara lain, diantaranya pesawat Sukhoi Su-30 MKM Royal Malaysian Air Forces, F-15SG Angkatan Udara Singapura, Boeing V-22 Ospre dari Amerika Serikat.
Pameran Brunei International Defence (BRIDEX 2013) ke – 4 menampilkan sejumlah besar pendatang baru industri lokal maupun internasional, lebih dari 90 peserta pameran internasional yang terdiri dari lebih dari 140 produsen peralatan asli (OEM) dan penyedia layanan lebih dari 30 negara. BRIDEX 2013 juga menyediakan platform yang sangat baik untuk membina hubungan penting, menjalin kerjasama dan menjadi peluang perniagaan baru di kawasan Asia Tenggara yang tengah berkembang pesat.
Sumber : DMC