Ilustrasi (dok:Istimewa)
Personel TNI dari
Batalyon 711 Raksatama Brigade Infantri 22 Otamana terlibat baku tembak
dengan kelompok insurgency di Desa Mayumba, Kecamatan Mori Atas,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah.
Setidaknya 1.200 personel TNI didukung artileri medan berupa tank, panser, dan helikopter dikerahkan untuk melumpuhkan kelompok bersenjata tersebut.
Situasi tenang di Desa Mayumba, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, mendadak ramai akibat perang tersebut. Puluhan orang bersenjata api baku tembak dengan anggota TNI dengan kekuatan penuh.
Bunyi tembakan tanpa henti yang diantaranya dibarengi dengan suara ledakan bom yang menggelegar membuat situasi di Desa Mayumba, tadi pagi terasa sangat mencekam. Wargapun diungsikan ke lokasi perbukitan yang aman dari area peperangan.
Dalam peperangan itu, 1.200 personel TNI dikerahkan. Sejumlah alat berat seperti dua Tank Scorpion dan dua Panser Anoa dikerahkan. Tidak hanya itu, mereka juga mengeluarkan empat mortir dan enam senjata artileri Medan yang menembak dari jarak 5 Kilometer (Km).
Penembakan dilakukan tanpa henti ke arah pelarian kelompok pengacau keamanan yang coba meloloskan diri. Pengejaran kelompok pengacau keamanan itu turut melibatkan Satuan Raider 700 yang menggunakan helikopter bell 412.
Penindakan terhadap kelompok insurgen atau pengacau keamanan itu mengakibatkan setidaknya 40 anggota kelompok tersebut tewas dan 15 orang diantaranya berhasil ditangkap, termasuk persenjataan yang berhasil disita. Termasuk di antaranya satu buah bunker dan rumah tempat persembunyian berhasil diledakkan.
Panglima Daerah Militer VII Wirabuana Mayjend Bachtiar mengatakan, peperangan itu merupakan latihan batalyon tim pertempuran sesungguhnya di daerah pemukiman atau kota.
Diharapkan, dari kegiatan latihan pertempuran itu akan meningkatkan kemampuan anggota personel TNI dalam menanggani gangguan keamanan, di suatu daerah baik berupa gerakan separatis dan aksi terorisme secara profesional dan proporsional.
"Jadi latihan kali ini kita kemas beda dari tahun sebelumnya. Tahun ini kita menghadapi lawan insurgency. Lawan insurgen ini adalah untuk mengatasi suatu daerah yang mengalami gangguan, karena ada gerakan seperatis, dan pemberontakan bersenjata, maupun terorisme," katanya, kepada wartawan, Senin (2/12/2013).
Ditambahkan dia, jadi dengan pola operasi yang sudah digelar pada hari ini, pihaknya coba memberikan pengalaman kepada prajurit, khususnya betapa sulitnya melakukan pertempuran di daerah pemukiman itu tidak semudah apa yang dibayangkan.
Lebih lanjut, Pangdam VII Wirabuana menilai, latihan batalyon pertempuran itu berlangsung dengan sangat baik, dimana mampu memberikan sebuah realisme pertempuran yang sesungguhnya.
Setidaknya 1.200 personel TNI didukung artileri medan berupa tank, panser, dan helikopter dikerahkan untuk melumpuhkan kelompok bersenjata tersebut.
Situasi tenang di Desa Mayumba, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, mendadak ramai akibat perang tersebut. Puluhan orang bersenjata api baku tembak dengan anggota TNI dengan kekuatan penuh.
Bunyi tembakan tanpa henti yang diantaranya dibarengi dengan suara ledakan bom yang menggelegar membuat situasi di Desa Mayumba, tadi pagi terasa sangat mencekam. Wargapun diungsikan ke lokasi perbukitan yang aman dari area peperangan.
Dalam peperangan itu, 1.200 personel TNI dikerahkan. Sejumlah alat berat seperti dua Tank Scorpion dan dua Panser Anoa dikerahkan. Tidak hanya itu, mereka juga mengeluarkan empat mortir dan enam senjata artileri Medan yang menembak dari jarak 5 Kilometer (Km).
Penembakan dilakukan tanpa henti ke arah pelarian kelompok pengacau keamanan yang coba meloloskan diri. Pengejaran kelompok pengacau keamanan itu turut melibatkan Satuan Raider 700 yang menggunakan helikopter bell 412.
Penindakan terhadap kelompok insurgen atau pengacau keamanan itu mengakibatkan setidaknya 40 anggota kelompok tersebut tewas dan 15 orang diantaranya berhasil ditangkap, termasuk persenjataan yang berhasil disita. Termasuk di antaranya satu buah bunker dan rumah tempat persembunyian berhasil diledakkan.
Panglima Daerah Militer VII Wirabuana Mayjend Bachtiar mengatakan, peperangan itu merupakan latihan batalyon tim pertempuran sesungguhnya di daerah pemukiman atau kota.
Diharapkan, dari kegiatan latihan pertempuran itu akan meningkatkan kemampuan anggota personel TNI dalam menanggani gangguan keamanan, di suatu daerah baik berupa gerakan separatis dan aksi terorisme secara profesional dan proporsional.
"Jadi latihan kali ini kita kemas beda dari tahun sebelumnya. Tahun ini kita menghadapi lawan insurgency. Lawan insurgen ini adalah untuk mengatasi suatu daerah yang mengalami gangguan, karena ada gerakan seperatis, dan pemberontakan bersenjata, maupun terorisme," katanya, kepada wartawan, Senin (2/12/2013).
Ditambahkan dia, jadi dengan pola operasi yang sudah digelar pada hari ini, pihaknya coba memberikan pengalaman kepada prajurit, khususnya betapa sulitnya melakukan pertempuran di daerah pemukiman itu tidak semudah apa yang dibayangkan.
Lebih lanjut, Pangdam VII Wirabuana menilai, latihan batalyon pertempuran itu berlangsung dengan sangat baik, dimana mampu memberikan sebuah realisme pertempuran yang sesungguhnya.